i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terjadi akibat pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke otak
kontrol gerakan tubuh yang dikendalikan otak tidak berfungsi (AHA, 2017).
koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang. Satu dari
Indonesia dari diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7/1000 penduduk dan yang
stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia >75 tahun
(43,1%) dan terendah usia 15-24 tahun yaitu 0,2%. Prevalensi stroke lebih
1
stroketertinggi di Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Papua (2,3%).
Prevalensi stroke di Jawa Tengah 7,7% dengan jumlah hampir sama antara
Mardi Rahayu Kudus tercatat tahun 2021 sebanyak 695 orang, sedangkan pada
stroke hemoragik 11 orang dan 37 orang stroke non hemoragik (Data Rekam
spiritual.
berbagai respon psikologis seperti takut, sedih, marah, depresi, hilang kontrol
pasien akibat proses penyakit dan program terapi merupakan stressor yang
2014).
2
3
stroke adalah perfusi jaringan tidak efektif, pola napas tidak efektif, bersihan
fisik, deficit perawatan diri, resiko jatuh, resiko gangguan integritas kulit.
napas dan kedalaman nafas, mengecek kesadaran dan tanda vital, identifikasi 6
(self care) dan adaptasi terhadap kondisinya. Penderita stroke juga dilakukan
Pasien yang sudah melewati fase akut dilakukan perawatan di unit perawatan
asuhan keperawatan kepada klien strokedan post stroke. Peran perawat yang
diperlukan klien, sehingga kualitas hidup klien penderita stroke maupun post
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
hemoragik (SNH).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep dasar pada klien dengan kasus stroke non
hemoragik (SNH).
b. Mampu melakukan hasil pengkajian pada klien dengan kasus stroke non
hemoragik (SNH).
5
C. Ruang Lingkup
1. Metode
sebagai berikut:
1) Wawancara (komunikasi)
takipnea.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
3. Bagi Pendidikan
TINJAUAN TEORI
1. Stroke
a. Definisi
Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak sehingga
stroke diartikan sebagai gangguan aliran darah pada pembuluh darah otak.
terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak (Kemenkes RI, 2017).
Stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian (WHO, 2016). Stroke adalah
adalah kelainan yang terjadi ketika bagian otak rusak karena kekurangan
b. Klasifikasi
penyebabnya, yaitu;
9
10
1) Stroke Hemoragi
darah otak pada area tertentu sehingga darah memenuhi jaringan otak
2) Stroke Iskemik
hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan (AHA, 2015). Sumbatan
dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak. Stroke ini
c. Etiologi
tidak berfungsi (AHA, 2015). Menurut Smeltzer & Bare (2014) penyebab
stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu dari empat kondisi, yaitu :
11
1) Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis tidak terjadi secara
pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam
atau hari.
2) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan
faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi
(AHA, 2015).
12
Faktor tersebut terdiri atas faktor genetik dan ras, usia, jenis
keluarga akan memiliki risiko tinggi mengalami stroke, ras kulit hitam
lebih sering mengalami hipertensi dari pada ras kulit putih sehingga
b) Usia, stroke dapat terjadi pada semua rentang usia namun semakin
pertambahan usia.
obesitas, selain itu obesitas juga salah satu pemicu utama dalam
(Purwanto, 2016).
d. Patofisiologi
hiperlipidemia, merokok, alkohol dan obat serta pola hidup tidak sehat.
Pembuluh darah yang paling sering terkena adalah arteri serebral dan arteri
aliran darah tidak adekuat dan terjadi iskemik. Pembesaran satu atau
(tipe pembuluh darah besar atau kecil), stroke emboli (dengan atau tanpa
cukup hebat dan melampaui batas krisis terjadi pengurangan darah secara
drastis dan cepat (Corwin, 2014). Obstruksi pembuluh darah arteri di otak
darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan yang terjadi pada
kortek akibat oklusi pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna darah
vena, penurunan kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola
otak.Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah beku pada
area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi
atau kehilangan glukosa saja (yang mungkin terjadi karena overdosis insulin
menghasilkan pola infark aliran yang berbeda, yang biasanya infark terjadi
melibatkan sebagian dari otak akibat oklusi arteri besar atau kecil. Hal ini
emboliatau embolus tunggal yang pecah dan mengalir dalam aliran darah.
penghambatan pada hampir seluruh fungsi alami dari syaraf. Fungsi normal
syaraf akan terhenti dan akan terjadi gejala yang relevan dengan daerah otak
e. Manifestasi Klinis
organ tubuh. Gejala stroke mengalami defisit neurologis yaitu defisit lapang
pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal, defisit kognitif dan
1) Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air
6) Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan
2016).
berupa kecemasan yang lebih berbahaya. Pada umumnya pasien stroke tidak
emosi. Penderita mudah merasa takut, gelisah, marah, dan sedih atas
f. Pathway
ETIOLOGI STROKE
Faktor genetik dan ras Hipertensi
Usia Hiperlipidemia
Jenis kelamin Kebiasaan merokok
Riwayat stroke alkohol dan obat
Obesitas (kegemukan) Pola hidup tidak sehat
Obstruksi Trombus
Gangguan
Penurunan Darah Otak Perfusi
(STROKE ISKEMIK) Jaringan
Serebral
Hipoksia
Sesak Napas Infark Jaringan Serebral
Defisit Neurologis
Defisit lapang pandang
Kerusakan Defisit motorik Kelemahan
Komunikasi Defisit sensorik Nervus
Verbal Defisit verbal V,VII,IX,X
Defisit kognitif
Defisit emosional
Mobilitas
menurun
Resiko
Tirah Baring Imunitas menurun
Kerusakan
Integritas
Kulit
Resiko Infeksi
19
g. Komplikasi Stroke
1) Hipoksia serebral
3) Embolisme serebral
4) Pneumonia aspirasi
5) ISK, Inkontinensia
6) Kontraktur
7) Tromboplebitis
8) Abrasi kornea
9) Dekubitus
10) Encephalitis
11) CHF
h. Penatalaksanaan Stroke
1) Penatalaksanaan Medis
a) Fase Akut
Fase akut stroke berakhir 48-72 jam. Pasien yang koma pada saat
Prioritas dalam fase akut ini adalah mempertahankan jalan nafas dan
yang tidak jauh berbeda baik pada pasien stroke iskemik maupun
lain disingkirkan.
Bare, 2014).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
jaringan otak.
b. Tindakan Nonfarmakologis
(1) Akupresur
cahaya tidak ada. Nilai Glaslow Coma Scale (GCS) yaitu, compos
24
c. Tindakan Rehabilitasi
2016).
25
setara dengan merokok, dan lebih dari 70% orang dewasa hanya
sekitar 30-45 menit setiap hari. Latihan fisik rutin seperti olahraga
diagnosa, tanda- tanda vital dan lamanya tirah baring, ROM dapat
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
2) Keluhan utama
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain
gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
generasi terdahulu.
7) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breathing)
b) B2 (Blood)
c) B3 (Brain)
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
d) B4 (Bladder)
e) B5 (Bowel)
mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
f) B6 (Bone)
tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan
buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda dekubitus terutama pada
GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
i) Status Mental
dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya
j) Fungsi Intelektual
nyata.
k) Kemampuan Bahasa
kranial I-X11.
sementara lubang hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup
tangan. Kartu senllen yaitu kartu memerlukan jarak enam meter antara
pasien dengan tabel, jika ruangan tidak cukup luas bisa diakali dengan
dan ke kiri, atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup
dan mata yang diperiksa harus menatap lurus dan tidak menoleh ke
mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus, dan tes
gangguan penglihatan.
sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak
sensori pada wajah dan kornea serta bagian motorik mengontrol otot
abduksi mata.
dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian
faring pada setiap sisi dengan spacula. Refleks menelan dan muntah.
Mengontrol gerak lidah. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi
UMN bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi
otak.
a) Reflek Fisiologis
tali tebal.
langsung di siku.
tangan.
femoris.
b) Reflek Patologis
betis).
(6) Ankle Clonus Posisi : Pasien tidur terlentang atau setangah duduk
Cara : Lutut dalam posisi fleksi, dan dengan cara manual lakukan
terus-menerus.
(7) Knee Clonus Posisi : Pasien dalam posisi duduk di tepi bed
patella.
b. Diagnosa Keperawatan
(PPNI, 2017).
40
(D.0017).
(D.0077).
(D.0019).
(D.0054).
mobilitas (D.0129).
retina) (D.0143).
serebral (D.0119).
c. Intervensi Keperawatan
(misalnya relaksasi
nafas dalam)
2.6 Kolaborasi
pemberian analgetik
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan (I.03119)
dengan selama … jam 3.1 Identifikasi status
ketidakmampuan diharapkan ststus nutrisi
menelan nutrisi (L.03030) 3.2 Monitor asupan
makanan adekuat/membaik makanan
(D.0019) dengan kriteria hasil: 3.3 Berikan makanan
1) Porsi makan ketika masih hangat
dihabiskan/meningkat 3.4 Ajarkan diit sesuai
2) Berat badan yang diprogramkan
membaik 3.5 Kolaborasi dengan
3) Frekuensi makan ahli gizi dalam
membaik pemberian diit yang
4) Nafsu makan tepat.
membaik
5) Bising usus
membaik
6) Membran mukosa
membaik
4. Gangguan Setelah dilakukan 4.1 Monitor fungsi
persepsi sensori tindakan keperawatan sensori dan
berhubungan selama … jam persepsi:pengelihat an,
dengan diharapkan persepsi penghiduan,
ketidakmampuan sensori (L.09083) pendengaran dan
menghidu dan membaik dengan pengecapan
melihat kriteria hasil: 4.2 Monitor tanda dan
(D.0085). 1) Menunjukkan tanda gejala penurunan
dan gejala persepsi neurologis klien
dan sensori baik: 4.3 Monitor tandatanda
pengelihatan, vital klien
pendengaran, makan
dan minum baik.
2) Mampu
mengungkapkan
fungsi pesepsi dan
sensori dengan tepat
5. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan (I.05173)
berhubungan selama … jam 5.1 Identifikasi adanya
dengan diharapkan mobilitas keluhan nyeri atau fisik
gangguan fisik (L.05042) klien lainnya
neuromuskular meningkat dengan 5.2 Identifikasi
43
d. Implementasi
keperawatan.
yang digunakan.
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
45
antara lain:
keperawatan.
e. Evaluasi
TUNJAUAN KASUS
Nama Mahasiswa :
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan SMA
Pekerjaan : Swasta
No.RM : 233xxx
46
47
b. Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. N
2) Umur : 46 Th
3) Pendidikan : SMP
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan : Ibu RT
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
bergerak.
maupun obat.
1) Genogram
Tn.H
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
penyakit yang sama dengan pasien yaitu hipertensi dari orang tua
pasien.
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik
lupa.
2) Nutrisi
a) Sebelum sakit
pasien berupa nasi sayur dan lauk. Kemudian pasien minum 6-5
b) Selama sakit
a) Sebelum sakit. BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan
b) Selama sakit. Selama dirumah sakit pasien sudah 2 hari tidak BAB.
± 500 cc.
4) Pola Aktivitas
a) Sebelum sakit
bantu.
pernafasan teratur.
penyakit jantung.
51
AKTIVITAS SKOR
Mandiri Dibantu Tergantung
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √
Inkontinensia √
Transfering √
2) Pola hubungan. Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama istri
penuh)
dengan diulang.
5) Konsep Diri
sabar.
7) Nilai
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
2) Status Gizi :
Antopometri;
TB: 160 cm
BB: 75 kg
Lingkar lengan : 42 cm
Lingkar paha : 66 cm
Biochemical
1) Hb : 14,3 g/dl
3) Tanda Vital
TD = 200/100 mmHg
Nadi = 60 x/menit
Suhu = 36,8 0C
RR = 24 x/menit
54
SPO2 = 98%
1) Kepala
Mulut Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna putih
4) Thorax
d) Auskultasi : vesikuler
5) Kardivaskuler
merata
55
midklavikularis kiri.
6) Punggung
7) Abdomen
bekas luka.
abdomen
8) Panggul
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat
10) Genetalia
11) Ekstremitas
terlihat bersih.
3 5
2 5
12) Kulit
5. Pemeriksaan Laborat
Hasil Laboratorium
Hb : 14,3 g/dl
Hematokrit : 42,5 %
Dx Klinis : CVA
Kesan :
59
o Putamen sinistra (Slice 6-9, ukuran L.K 2,1 X 3,8 cm, Hu 64,88)
6. Terapi
Omeprazole 2 x 1 ampul
Clopidogrel 1x1
Manitol 6 x 100
Ranitidin 50 mg/12j IV
B. Analisa Data
3. Ds : Kurang Kurang
- Pasien mengatakan mengetahui terpaparnya pengetahuan
dirinya menderita strokeakan tetapi informasi
tidak mengetahui caraperawatan
DO :
- Pasien belum memahami manfaat
menggerakkan anggota tubuh untuk
pasien stroke
C. Diagnosa Keperawatan
mengeluh tensi selalu tinggi dan mempunyai riwayat darah tinggi, Pasien
sebelah kiri; tangan kiri hanya bisa melakukan fleksi ekstensi sedangkan
D. Rencana Keperawatan
E. Implementasi
Tabel Catatan Perkembangan
Hari/Tgl No TTD
Pelaksanaan Respon
Jam DP
21 Maret 2022
09.30 1 1. Mengkaji tanda- S : Klien mengatakan badan
tanda vital dan lemas, kepala pusing.
keluhan pasien.
O : - TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
KU lemah, kesadaran
CM
09.45 1 2. Memberi injeksi S: Klien bersedia
lovenox 0,4 O: Obat masuk, tidak alergi.
omeprazole 1amp
10.00 2 3. Mengkaji S: Pasien
kekuatan otot mengatakantangandan
kaki kiri mengalami
O: kelemah.
Kekuatan otot
3 5
2 5
10.20 2 4. Mengkaji S: Pasienmengatakan
keluhan pasien kebutuhannyadibantu
keluarga
O: Klien tampak lemah,
ADL dibantu keluarga.
10.30 1 5. Menganjurkan S: Klien bersedia
pasien untuk O: Klien bedrest.
banyak istirahat
10.45 1 6. Memberikan S: Klien bersedia
posisi kepala O: Klien posisi kepala
elevasi 300 elevasi,
11.00 2 7. Membantu S: Klien bersedia
kebutuhan O: Kebutuhan ADL
pasien; terpenuhi
kebersihan diri,
memberikan
makan.
11.30 2 8. Membantu pasien S: Klien bersedia
untuk memakai O: Klien tampak rapi
baju
66
Hari/Tgl No TTD
Pelaksanaan Respon
Jam DP
23 Maret 2022
08.00 1 1. Mengkaji TTV S : Klien mengatakan badan
dan keluhan masih lemas, kepala
pasien. pusing.
O:
- TD = 160/90 mmHg
- Nadi = 80 x/menit
- Suhu = 36,1oC
- RR = 20 x/menit
KU lemah, kesadaran
CM
08.20 1 2. Memberi injeksi S: Klien bersedia
lovenox 0,4 O: Obat masuk, tidak alergi.
omeprazole 1amp
08.30 2 3. Mengkaji S: Pasien
kekuatan otot mengatakantangandan
kaki kiri mengalami
O: kelemah.
Kekuatan otot
3 5
2 5
08.40 2 4. Mengkaji S: Pasienmengatakan
keluhan pasien kebutuhannyadibantu
keluarga
O: Klien tampak lemah,
ADL dibantu keluarga.
09.00 3 5. Memberikan S: Klien dan keluarga
edukasi tentang memahami sebagian
penyakit stroke O: Klien tampak antusias
dan bertanya
10.00 3 6. Memberikan S: Klien dan keluarga
edukasi tentang memahami sebagian
manfaat ROM O: Klien tampak antusias
dan bertanya
10.30 3 7. Memberikan S: Klien dan keluarga
edukasi tentang memahami sebagian
cara latihan O: Klien tampak antusias
mulut pelo dan bertanya
11.00 2 8. Melakukakan S: Klien bersedia
ROM O: Klien melakukan ROM
dibantu perawat
11.30 2 9. Monitoring tanda S : Klien mengatakan badan
tanda vital lemas
setelah
68
Hari/Tgl No TTD
Pelaksanaan Respon
Jam DP
24 Maret 2022
08.10 1 Mengkaji TTV S : Klien mengatakan badan
dan keluhan lebih mendingan, kepala
pasien. masih pusing.
O:
- TD = 150/80 mmHg
- Nadi = 80 x/menit
- Suhu = 36,1oC
- RR = 20 x/menit
KU lemah, kesadaran
CM
08.25 1 1. Memberi injeksi S: Klien bersedia
lovenox 0,4 O: Obat masuk, tidak alergi.
omeprazole 1amp
08.50 2 2. Mengkaji S: Pasien
kekuatan otot mengatakantangandan
kaki kiri mengalami
O: kelemah.
Kekuatan otot
3 5
2 5
09.00 2 3. Mengkaji S: Pasienmengatakan
keluhan pasien kebutuhannyadibantu
dalam aktivitas. keluarga
O: Klien KU cukup, ADL
dibantu keluarga.
09.30 3 4. Mengevaluasi S: Klien dan keluarga
kemampuan memahami penyakit
tentang stroke, ROM, latihan
pemahaman pelo.
O:
penyakit stroke, Klien dapat menjawab
ROM dan latihan pertanyaan.
mulut.
10.00 3 5. Mengevaluasi S: Klien dan keluarga
kemampuan memahami tindakan
ROM O: ROM
Klien melakukan ROM
dibantu keluarga.
10.30 2 6. Monitoring tanda S : Klien mengatakan badan
tanda vital lemas
setelah
mengajarkan O : - TD = 150/80 mmHg
ROM pasif - Nadi = 84 x/menit
70
- Suhu = 36,1oC
- RR = 20 x/menit
KU lemah, kesadaran
CM
11.00 2 7. Membantu S: Klien bersedia
kebutuhan O: Kebutuhan ADL
pasien; terpenuhi
kebersihan diri,
memberikan
makan.
12.00 1 8. Memberi obat S: Klien bersedia
CPG 1tb 10mg O: Obat masuk, tidak alergi,
9. Amlodipin 1tb tidak muntah.
10mg
12.30 2 10.Membantu pasien S: Klien bersedia
untuk memakai O: Klien tampak rapi
baju
13.10 1 11.Menganjurkan S: Klien bersedia
pasien untuk O : Klien bedrest.
banyak istirahat
13.20 1 12.Memberikan S: Klien bersedia
posisi kepala O: Klien posisi kepala
elevasi 300 elevasi,
15.30 3 13.Mengidentifikasi S: Klien melakukan ROM
kemampuan klien dibantu keluarga
untuk tindakan O: Ekstremitas kiri lemah,
ROM klien melakukan ROM
dibantu
Kekuatan otot
35
25
F. Evaluasi
Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif
24 1 S:
Maret - Pasien mengatakan kondisinya sudah lebih baik,
2022 pusing menurun.
O:
- KU : Cukup, Composmentis
- Pasien terlihat lemas
- TD = 150/80 mmHg
- Nadi = 84 x/menit
- Suhu = 36oC
- RR = 24 x/menit
A : Ketidakefektifan perfusijaringan perifer belum
teratasi
P : dischange planning
- Menganjurkan pasien untukbanyak istirahat
- Memotivasi untuk memposisikan kepala elevasi.
- Mengnajurkan minum obat sesuai perintah.
2 S:
- Pasien mengatakantangandan kaki kanan
mengalamikelemah, Pasienmengatakan
kebutuhannyadibantu oleh keluarga
O:
- Ku : Cukup Composmentis
- Kebutuhan ADL dibantuoleh keluarga dan
perawat
- TD = 150/80 mmHg,
- Nadi = 84 x/menit,
- Suhu = 36oC,
- RR = 24 x/menit
- Kekuatan otot
25
25
A: Hambatan Mobilitas fisikbelum teratasi
P: dischange planning
3 S : Klien mengetahui tentang stroke dan perawatan
stroke.
O : Klien menerima informasi perawat
A : Deficit pengetahuan teratasi.
P : Discharge planning.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan ini berisi tentang analisa teori dengan kasus stroke non
A. Pengkajian
didapatkan keluhan utama adalah pasien mengeluh kaki dan tangan kiri
pernah menjalani rawat inap kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan diagnosa
didapatkan dari pihak keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah mengalami
penyakit yang sama dengan pasien yaitu hipertensi dari orang tua pasien.
sedang dirawat karena tekanan darahnya tinggi dan terjadi paralisis.Pola nutria
selama sakit Pasien mengatakan selama sakit nafsu makan pasien berkurang,
74
75
terjadi gangguan menelan, pasien hanya makan 3-5 sendok setiap makan. Isteri
pasien mengatakan selama sakit pasien minum 4 gelas air putih. Selama
dirumah sakit pasien sudah 2 hari tidak BAB.Untuk BAK pasien terpasang
kateter. Urine berwarna kuning jernih, ± 500 cc. pemeriksaan kognitif dan
kelemahan dan tangan kiri bisa digerakkan secara leluasa.Kekuatan otot kiri 3
dan kiri 2.Tangan kiri terpasang infus Asering 20 tpm.Kuku pada jari tangan
dan kiri 5. Pasien terdapat gangguan pada anggota badan sebelah kiri; tangan
kiri hanya bisa melakukan fleksi ekstensi sedangkan kaki kiri hanya abduksi
dan adduksi pada pergelangan kaki.Kuku pada jari kaki terlihat bersih. KU
sinistra.
stroke adalah pasien mengalami pasien mengeluh kaki dan tangan kanan
sehingga sel otak mengalami kekurangan nutrisi dan juga oksigen sehingga
adanya thrombus (sumbatan) pada pembuluh darah otak terjadi perubahan yang
Pengaruh iskemia terhadap integritas dan struktur otak pada daerah penumbra
terletak antara batas kegagalan elektrik otak (electrical failure) dengan batas
bawah kegagalan ionik (ion pump failure) sehingga menyebabkan fungsi otak
penderita stroke non hemoragik adalah adanya sumbatan pada pembuluh otak
sehingga sel otak mengalami kekurangan nutrisi dan juga oksigen. Stroke
sehingga akan menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak dan sel sel otak
B. Diagnosa Keperawatan
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau potensial)
dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan
klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
menurut PPNI (2017) antara lain perfusi serebral tidak efektif dibuktikan
mengeluh tensi selalu tinggi dan mempunyai riwayat darah tinggi, Pasien
sirkulasi darah ke otak. Faktor risiko yang biasa ditemukan adalah faktor
masalah perfusi jaringan serebral tidak efektif sebagai diagnose utama yang
disebabkan iskemia sel otak. Risiko perfusi serebral tidak efektif dapat terjadi
jika pembuluh darah menyempit yang disebabkan oleh lemak kemudian terjadi
atas 160 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg, maka dapat
anggota badan sebelah kiri; tangan kiri hanya bisa melakukan fleksi ekstensi
mandiri dan terarah pada tubuh atau ekstremitas atau lebih (berdasarkan tingkat
gangguan mobilitas fisik. Iskemia sel otak menyebabkan gangguan pada saraf
kiri (5-5/2-2).Saat pengkajian didapatkan data objektif dari kedua klien yaitu
mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
80
ekstermitas secara mandiri. Kriteria mayornya yang dapat dilihat dari data
kriteria minornya data subjektifnya meliputi nyeri saat bergerak dan data
proses berpikir dan hilangnya kontrol terhadap gerakan motorik yang secara
(paralisis pada salah satu sisi tubuh) atau hemiparesis (kelemahan yang terjadi
pada satu sisi tubuh) (Dimitrios, 2015). Berdasarkan teori yang telah dituliskan
anggota gerak /hemiparese merupakan masalah umum yang dialami oleh klien
otot yang teraktivasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan oleh
bentuk afasia yang paling sering dijumpai. Gejala berupa bicara tidak lancar.
(Alway, 2015).
C. Rencana Keperawatan
kriteria hasil tekanan systole dan distole dalam rentang normal (120/80
mmHg), tidak ada tanda-tanda tekanan intracranial lebih dari 15 mmHg dan
tanda vital dalam batas normal yaitu TD: 110-120/60-80 mmHg, N: 60-100
adalah kaji tanda-tanda vital, batasi gerakan kepala, leher dan punggung,
berikan posisi kepala elevasi 300, anjurkan pasien untuk banyak istirahat dan
Indonesia (SIKI).
diagnose yang ditentukan. Masalah perfusi serebral tidak efektif dibuat selama
sakit kepala, tekanan darah sistolik dan diastolik membaik, dengan intervensi
kesadaran, monitor tanda-tanda vital (TD, nadi, RR, Suhu), monitor refleks
tinggikan kepala tempat tidur 15-300 dan kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi.
D. Implementasi
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2016). Implementasi yang dilakukan dibagi dalam
kesehatan.
pasien untuk banyak istirahat, mengatur ulang posisi kepala elevasi 30,
memberi injeksi lovenox 0,4, omeprazole 1amp, memberi obat CPG 1tb 10mg
dan Amlodipin 1tb 10mg. tindakan keperawatan ini dilakukan selama 3 hari.
sesuai advis.
pasien untuk memakai baju. Tindakan pada masalah deficit pengetahuan adalah
edukasi latihan mulut pelo. Target edukasi ini adalah melatih klien untuk dapat
mengukur tekanan darah, dan suhu klien, menghitung nadi dan pernafasan,
menanyakan kepada klien apakah ada keluhan sakit kepala yang dirasakan dan
E. Evaluasi
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
Masalah perfusi jaringan serebral tidak efektif masih belum teratasi yang
gangguan mobilitas fisik belum teratasi yang ditunjukkan dengan tangan dan
keluarga, kekuatan otot 2-2/5-5, kebutuhan ADL dibantu oleh keluarga dan
masalah perfusi jaringan serebral tidak efektif dan gangguan mobilitas fisik
PENUTUP
A. Kesimpulan
gangguan pada anggota badan sebelah kiri; tangan kiri hanya bisa
melakukan fleksi ekstensi sedangkan kaki kiri hanya abduksi dan adduksi
pusing dan mempunyai riwayat darah tinggi. Pasien mengatakan tangan dan
oleh keluarga.
3. Perencanaan keperawatan sesuai dengan teori yaitu kaji tanda vital, batasi
gerak leher dan berikan posisi kepala elevasi 300, anjurkan pasien banyak
88
89
istirahat dan kolaborasi. Kaji kekuatan otot, lakukan ROM, jelaskan faktor
hidup dan diskusikan terapi yang dipilih dan tanyakan tentang pengetahuan
B. Saran
Klien penderita stroke dapat memahami masalah yang terjadi pada dirinya
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu terapan
hemoragik.
90
3. Bagi Penulis
IGD.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I Made. 2020. Stroke Iskemik dari Patofisiologi Sampai Kematian Sel
(Nekrosis Dan Apoptosis) dan Astrosit Sebagai Target Neuroprotektor. PT.
Intisari Sains Medis. Bali.
Alway.David. 2015. Esensial Stroke Untuk Layanan Primier. EGC. Jakarta.
American Heart Association (AHA). 2015. Let’s Talk About Stroke: Fact Sheet.
[Artikel].
American Heart Assosiation (AHA). 2017. Heart and Stroke Statistics
.http://www.heart.org/HEARTORG/General/Heart-
andStrokeAssociationStatistics_UCM_319064_SubHomePage.jsp.
Bustan, Nadjib. 2016. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Data Rekam Medis RS Mardi Rahayu Kudus 2022.
Dimitrios. 2015. Management of Acute Stroke: A Debate Paper on Clinical
Priorities. A Literature Review.
Hutagalung, Joel. 2020. Literature Review : Asuhan Keperawatan Pada Klien
Yang Mengalami Stroke Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik
Dalam Penerapan Terapi Range Of Motion Di Rumah Sakit Umum DR.
Ferdinand Lumban Tobing Kota Sibolga Tahun 2020.
Kemenkes RI. 2017. Perawatan Pasien Pasca Stroke Di Rumah.
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-perawatan-pasien-pasca-stroke-di-
rumah-4143.html
Kusuma, Komang. 2018. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke
Non Hemoragik Dengan Gangguan Defisit Nutrisi Di Ruang Cendrawasih
RSUD Wangaya Denpasar Tahun 2018.
Muliati. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.E DenganStroke Non
Hemoragik Di Wilayahkerjapuskesmas Koto Barutahun 2018.
http://repo.stikesperintis.ac.id/
Muttaqin, A. 2016.Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Nanda. 2015. Diagnosis Nanda NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Nggebu, Juan. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ny P.S Dengan Stroke Non
Hemoragik Di Ruang Cempaka RSUD. PROF. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Nofitri. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Stroke Non Hemoragik
Dalam Penerapan Inovasi Intervensi Terapi Vokal “Aiueo” Dengan Masalah
Gangguan Komunikasi Verbal Di Ruangan Neurologi Rsud Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2019.
91
92