Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK

DENGAN STROKE NON HEMORAGIK

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk memenuhi persyaratan

dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh :
RIZKI SUKRON
201911028

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KENDAL
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah

memberikan dampak yang besar pada masyarakat, tidak terkecuali

Indonesia. Dampak tersebut telah mengubah pola struktur masyarakat dari

agraris menjadi industri, dan gaya hidup desa yang alami menjadi cepat

saji. Akibat dari perubahan pola tersebut mengakibatkan terjadinya

pergeseran penyakit dari kecenderungan penyakit infeksi ke degeneratif

seperti kardiovaskuler dan strok (Widyanto & Triwibowo, 2013 dalam

Muliati, 2018).

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa

kelumpuhan saraf (defisit neurologis) akibat terlambatnya aliran darah ke

otak. Secara sederhana stroke dapat didefinisikan sebagai penyakit otak

akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke non

hemoragik) dan perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011 dalam

Wahyudi, 2018).

2
Stroke iskemik atau disebut juga dengan stroke non hemoragik

merupakan vaskularisasi otak yang terhenti karena penumpukan lemak

pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) sehingga aliran darah ke

otak tersumbat (Mubarak dkk., 2015 dalam Getrudis, 2019). Stroke non

hemoragik adalah kematian jaringan otak karena gangguan aliran darah ke

otak, yang disebabkan oleh tersumbatnya arteri serebral atau servikal atau

vena serebral (Mutiarasari, 2019).

World Health Organization (WHO) (2017), menjelaskan penyakit

stroke membunuh sekitar 17 juta jiwa per tahun, yang hampir sepertiga

dari semua kematian secara global. Pada tahun 2020 akan menjadi

penyabab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia, dengan jumlah

kematian yang di proyeksikan meningkat menjadi lebih dari 20 juta jiwa

per tahun dan pada 2030 menjadi lebih dari 24 juta jiwa per tahun. Data

WHO (2016) dalam Muliati (2018) menjelaskan stroke menyumbang 5,7

juta jiwa kematian di seluruh dunia, setara dengan (9,9%) dari seluruh

kematian. Lebih dari 85% dari kematian ini terjadi pada orang yang hidup

di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga

orang yang berusia kurang dari 70 tahun.

Depkes (2016) dalam Nurtanti dkk. (2018) disebutkan bahwa 10 dari

penyebab kematian utama berdasarkan Sampel Regristasi Sistem (SRS)

diantaranya adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) yaitu stroke di nomor

pertama, urutan kedua penyakit jantung koroner dan ketiga diabetes

melitus. Di Indonesia pada tahun 2018 angaka kejadian stroke mengalami

3
kenaikan dari tahun 2013 sampai tahun 2018 sebesar (3,9%). Berdasarkan

wawancara dignosis dokter, angka kejadian stroke pada usia lebih dari 15

tahun sebesar (10,9%) (Riskesdas, 2018). Provinsi Sulawesi Selatan

memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu (17,9%), sedangkan

Jawa tengah menempati urutan ke 10 yaitu sebesar (12,3%) (Kemenkes

Kesehatan RI, 2014 dalam Nurtanti dkk., 2018).

Stroke non hemoragik sering ditandai dengan adanya gangguan

motorik (90,5%), selebihnya tanda dan gejala yang muncul seperti nyeri

kepala, gangguan visual, disatria, tidak sadar, gangguan sensorik, muntah,

vertigo, kejang, gangguan keseimbangan, disfasia, bruit dan migren

(Steven, 2008 dalam Risnahayani, 2018).

Stroke non hemoragik disebabkan karena adanya penyumbatan aliran

darah ke otak oleh thrombus, dan berkembang menjadi aterosklerosis pada

dinding pembuluh darah. Akibatnya arteri tersumbat dan berkurangnya

darah ke area thrombus yang menyebabkan penurunan kekuatan otot. Hal

ini mengakibatkan kelemahan fisik dan mobilitas fisik menjadi terhambat

(Padila, 2012 dalam Getrudis, 2019).

Widagdo dkk. (2017) dalam Muliati (2018) menjelaskan apabila

masalah hambatan mobilitas fisik pada stroke tidak segera ditangani akan

menimbulkan kontraktur otot dan sendi yang akan menyebabkan hambatan

mobilitas fisik. Hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan dalam

gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah

(Herdman, 2018).

4
metode Propioseptive Neuromuscular Fasilitation (PNF) pada

kasus stroke non hemoragik pada fase recovery. PNF adalah salah satu

metode terapi latihan yang dimanaksudkan untuk memfasilitasi pada

sistem neuromuscular dengan merangsang propioseptif. Metode ini

berusaha memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai dengan reaksi

yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau

gerakan yang terkoordinasi. Karena pada fase ini otak mengalami

plastisitas yaitu kemampuan untuk beradaptasi dan memodifikasi

organisasi dan fungsional terhadap kebutuhan, yang biasa berlangsung

terus sesuai kebutuhan. Peran fisiotereapi melalui metode PNF ini adalah

mencegah terjadinya komplikasi, menormalkan tonus otot (spastisitas)

secara postural, memperbaiki keseimbangan, dan koordinasi, menanamkan

pola gerak yang benar bdan meningkatkan fungsional (Setiawan, 2007).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah

"Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik

dengan Stroke Non Hemoragik

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan hambatan mobilitas fisik pada

dengan Stroke Non Hemoragik

2. Tujuan Khusus

5
a. Menggambarkan pengkajian pada pasien Stroke Non Hemoragik

dengan hambatan mobilitas fisik

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien Stroke Non

Hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik

c. Menggambarkan rencana asuhan keperawatan pada pasien Stroke

Non Hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik

d. Menggambarkan implementasi pada pasien Stroke Non Hemoragik

dengan hambatan mobilitas fisik

e. Menggambarkan evaluasi pada pasien Stroke Non Hemoragik

dengan hambatan mobilitas fisik

f. Menggambarkan analisis teori yang digunakan dalam asuhan

keperawatan hambatan mobilitas fisik dengan Stroke Non

Hemoragik

D. MANFAAT

1. Pasien

Pasien memperoleh pengetahuan dalam mengelola asuhan

keperawatan Stroke Non Hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik.

2. Pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Penfembang ilmu san teknologi untuk menambah keluasan ilmu

dan teknologi terapan bidang keperawatan hambatan mobilitas fisik

pada pasien Stroke Non Hemoragik.

3. Penulis

6
Penulis memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil

riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan

hambatan mobilitas fisik pada pasien Stroke Non Hemoragik.

4. Rumah sakit

a. Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan

referensi karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk mengembangkan

di bidang ilmu kesehatan khususnya keperawatan.

b. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan khususnya pada pasien Stroke Non

Hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik.

Anda mungkin juga menyukai