Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN BRPN

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Kep. Anak


Dosen Pembimbing :
Ns. Sulastri, M.Kep
Di susun oleh :
1. Kaswanto (201911017)
2. Khairun Nisak (201911018)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KENDAL
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat  rahmat-


Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Makalah dan Asuhan
Keperawatan Bronkopneumonia “.  Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
matakuliah Kep. Anak yang di ampu oleh dosen kami. Kami menyadari makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk membangun wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi penulis dan bagi para pembacanya.

Kendal, Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian
bawah. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak dan balita hampir
diseluruh dunia. Bila penyakit ini tidak segera ditangani, dapat
menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian.
Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk
membentuk bercak konsolidasi pada lobus-lobus yang berbeda di
dekatnya, disebut juga pneumonia lobularis (Berhman,2008).
Menurut WHO (2008), insiden pneumonia anak-balita di negara
berkembang adalah 151,8 jt kasus pneumonia/tahun. 10% diantaranya
merupakan pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit. Di negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga total
insiden pneumonia di seluruh dunia 156 juta kasus pneumonia anak-balita
setiap tahun.
Berdasarkan Kemenkes (2009), jumlah pneumonia pada anak-
balita masih tetap tinggi. Pneumonia pada balita bila tidak ditangani
dengan benar maka dikhawatirkan dapat menghambat upaya mencapai
target MDGS menurunkan angka kematian pada bayi dan anak. Untuk itu
perlu dilakukan upaya pencegahan pneumonia pada bayi dan balita dengan
perbaikan gizi dan imunisasi dan meningkatkan upaya manajemen
tatalaksana pneumonia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui tentang penyakit Bronkopneumonia dan
Asuhan Keperawatan BRPN.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Bronkopneumonia.
b. Untuk mengetahui Etiologi Bronkopneumonia.
c. Untuk mengetahui Gejala/tanda Bronkopneumonia.
d. Untuk memahami Patofisiologi Bronkopneumonia.
e. Untuk mengetahui Pathways Bronkopneumonia.
f. Untuk mengetahui Komplikasi Bronkopneumonia.
g. Untuk mengerti Penatalaksanaan pada Bronkopneumonia.
h. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang pada Bronkopneumonia
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Bronkopneumonia adalah suatu pada parenkrin paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran
pernafasan atau melalui hematogen sampai ke Bronkus (Soeparman dan
Waspadji,2009).
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkrim
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang
ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan
dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif .
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
teralokasikan di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya.
Bronkopneumonia adalah bronkiolus yang terminal yang tersumbat
oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonslidasi atau
membentuk gabungan di dekat lobulus, di sebut juga pneumonia lobaris.
(Berhman,2009)
Kesimpulannya Bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.
B. ETIOLOGI
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan sillia yang menggerakkan
kuman keluar dari organ, dan sekresi hurmonal setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa , mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lainnya :
1) Bakteri seperti : Streptococcus, staphylococcus, H.Influenza,
Klebsiella.
2) Virus seperti : Legionella Pneumonia.
3) Jamur seperti : Aspergillus Spesies, Candida Albicans.
4) Aspirasi makanan, sekresi orofarigeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru.
5) Terjadi karena kongesti paru yang lama.
C. GEJALA/TANDA
Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit BRPN ,
diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut :
1) Takipnea (nafas cepat)
2) Saat bernafas terdengan ronki
3) Batuk produktif
4) Menggigil dan demam
5) Sianosis area sirkumoral
6) Gerakan dada tidak simetris
7) Anoreksia
8) Malaise
9) Gelisah
10) Fatique
11) Frekuensi BAB bertambah/harinya
D. PATOFISIOLOGI
Bakteri, virus atau jamur masuk ke dalam paru-paru melalui saluran
pernafasan secara percikan (droplet).
1. Stadium Kongesti (4-12 jam pertama).
Kapiler melebar dan kongesti, serta di dalam alveolus terdapat eksudat
jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
2. Stadium Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung
udara, merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus
didapatkan florin, leukosit, neutrofil dan banyak sekali eritrosit dan
kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3. Stadium Hepatisi Kelabu (3-8 hari)
Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu,.
Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi
fibrin dan leukosit, tempat terjadi fotositosis pneumococcus.
4. Stadium Resolusi (4-11 hari)
Eksudat berkurang dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit
mengalami nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin direabsorbsi dan
menghilang.
E. PATHAWYS
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia
terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang
kemungkinan terjadi diantaranya sebagai berikut :
1) Otisis Media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopneumonia tidak segera
diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke
dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah.
2) Bronkietase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis
juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3) Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam
paru-paru.
4) Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru-paru mengalami
infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleurannya berisi
nanah.
G. PENATALAKSANAN
Terapi dan tindakan medis, sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan
etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan
memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan
pengobatan polifarmasi maka yang diberikan biasanya :
1. Penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan kloramferikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum
luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam
4-5 hari.
2. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5% dan Nacl 0,9% dalm perbandingan 3:1 ditambah
larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
3. Pasien vronkopneumonia ringan tidak usah di rawat di rumah sakit.
4. Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik pada
penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafas.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
Pada kasus BRPN oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan Sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan kultur
serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa Gas Darah utuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa.
d. Kultur Darah untuk mendeteksi bakteremia.
e. Sampel darah,sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba.
2) Pemeriksaan Radiologi
a. Rotgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multipe seringkali di
jumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi/bronkoskopi
Untuk menentukan apakah jaln nafas tersumbat oleh benda padat.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Identitas
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernafasan cepat dan
dangkal, diserai adanya pernafasan cuping hidung, serta sianosis
disekitar hidung & mulut. Kadang disertai muntah serta diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa adanya lendir dan anoreksia.
b. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran
pernafasan pada bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa
meningkat sangat mendadak mencapai 39-40 c dan kadang pula
disertai adanya kejang akibat demam tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
menurunnya sistem imun.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit ispa maka
keluarga lain dapat tertular.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan
lingkungan yang kurang juga dapat menyebabkan anak menderita
sakit.
f. Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ispa atas atau bawah lantaran
sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk dapat
melawan infeksi sekunder.
3) Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Kardiovaskuler
Takikardi, iritability.
b. Sistem Pernafasan
Adanya sesak nafas, retaksi dada, pernafasan cuping hidung,
takipnea, ronki, wheezing, batuk produktif atau non produktif,
pernafasan tidak teratur/ireguler, pergerakan dada asimetris,
perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, terdapat adanya
sputum/ sekret.
c. Sistem Pencernaan
Anak biasanya malam minum/ makan , muntah, berat badan
mengalami penurunan, lemah.
d. Sistem Eliminasi
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin
belum bisa memahami mengenai alasan anak menderita diare
sampai terjadi adanya dehidrasi (ringan sampai berat).
e. Sistem Saraf
Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang
ditandai dengan menagis terus pada anak-anak atau malas minum.
f. Sistem Lokomotor / Muskuloskeletal
Tonus otot menurun , lemah secara umum.
g. Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan atau masalah.
h. Sistem Integumen
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering.
i. Sistem Pengindraan
Tidak ada masalah atau kelainan.
4) Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas,
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus
pada paru-paru dan ketidakefektian batuk.
b. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus.
5) Intervensi
a. DX 1 : ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas,
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus
paru-paru dan ketidakefektian batuk.
b. Tujuan : bersihan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas,
kerusakan pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafasan
spontan suara nafas vesikuler, frekuensi pernafasan normal (30-
60x/menit pada bayi dan 15-30x/menit pada anak ). Tidak sesak
dan tidak sianosis, batuk spontan, AGD normal (Pa O2 80-100 dan
CO2 35-45 ).
c. Intervensi
1) Lakukan auskultasi suara 2-4 jam
- Mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan
manifestasinya pada suara nafas.
2) Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
- Penurunan diafragman dapat membantu ekspansi paru lebih
maximal.
3) Latihan dan anjurkan klien untuk lebih efektif
- Batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan
benda asing dari saluran nafas dengan baik dan benar.
4) Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam
- Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat
mengakibatkan akumulasi sekret dan cairan pada lobus
yang berada di bagian bawah.
5) Lakukan suction jika perlu
- Peningkatan mucus/lendir di saluran nafas dapat
menyumbat jalan nafas.
6) Monitor tanda vital setiap 24 jam
- Peningkatan frekuensi nafas mengindikasi tingkat
keparahan.
7) Lakukan kolaborasi pemberian O2
- Kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu
dengan tambahan okigen yang diberikan.
a. DX 2 : hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan
infeksi virus
b. Tujuan : suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan
kriteria suhu tubuh normal 36-37,5 C ( bayi) , 36-37C ( anak)
nadi normal 120-140 X/menit ( bayi) 100-120 X/menit ( anak)
Respirasi normal 30-60 X/menit ( bayi) dan 30-40 X/menit
( anak ).
c. Intervensi
1) Monitor suhu tubuh tiap 2-4 jam
- Perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya infeksi.
2) Berikan kompres hangat
- Kompres hangat menurunkan panas dengan cara konduksi
yaitu kontak langsung dengan obyek.
3) Berikan antipiretik, analgetik sesui program dokter
- Menurunkan panas di pusat hepotalamus.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses
peradangan ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang
beralokasi di alveoli paru dan dapat pula melihat bronkiolus terminal.
Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung
pada usia (menentukan jenis bakteri dan virus ), status imunologi, status
lingkungan, kondisi lingkungan ( epidmiologi setempat, polusi udara ),
status imunisasi, faktor pejamu ( penyakit peyerta malnutrisi ).
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah.
Penyakit ini dapat menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh
dunia. Bila penyakit ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan
beberapa komplikasi bahkan kematian.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Berhman. 2009. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC. Jakarta :
hal : 883-889
Pedoman Diagnosis dan Terapi Kesehatan Anak, UNPAD, Bandung 2010
Soeparman, Waspadji S. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. hal : 695-705
WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.hal : 86-93
www.ichrc.org/pdf/pocketbookbahasa.pdf diakses pada 2 juni 2012

Anda mungkin juga menyukai