Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG DII
RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

NADIA DWI SAPUTRI


1120022070

Dosen Pembimbing :
Siti Damawiyah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anak dengan


Bronkopneumonia ini dibuat dan disusun sebagai bukti bahwa saya telah mengikuti
Praktik Profesi Keperawatan dengan kompetensi keperawatan anak, periode 05
Desember 2022 – 01 Januari 2023, di ruang DII RSPAL dr. Ramelan, Surabaya.

Surabaya, 01 Januari 2023

( Nadia Dwi Saputri )


1120022070

Mengetahui,

Kepala Ruangan Pembimbing Ruangan


Ruang DII RSPAL dr. Ramelan Sby Ruang DII RSPAL dr. Ramelan Sby

(…………………………………..) (………………………………….)

Pembimbing Akademik
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

(…………………………………..)
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

1. Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2017).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing ( Ngastiyah,2018).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen
sampai ke bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2019).

2. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan
umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia
Streptococal ialah suatu  organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini
umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia.

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.


Organisme seperti ini ialah suatu  aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.


Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma
menurut lokasi anatominya.

4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen


penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves, 2016).
3. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya
penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan
mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi
humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,  jamur, protozoa,
bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2021: 682)
antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae

2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin,
minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam
saluran napas). Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah
( droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi
peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada
penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret
semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit &
pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan
secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran
cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam
usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract (Wulandari & Meira,
2016).

5. Pathway

6. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian
atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta
sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat
diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat,
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga
adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang
terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin
hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2018).
1. Pnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksi
b. Rinitis ringan
c. Gelisah
Berlanjut sampai :
a.Nafas cepat dan dangkal
b.Demam
c. Malaise  (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2. Pnemonia Virus
Gejala awal  :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai :
a. Ronkhi basah
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat
dan lesu
3. Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Demam
Berkembang sampai :
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Sandra M,Nettina 2021) untuk dapat menegakkan diagnose
keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil)
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat.

8. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia menurut (WhaleyWong, 2019) adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

9. Penatalaksanaan
Menurut (Arief Mansjoer, 2020) penatalaksanaan dari bronkopneumonia
adalah:
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit.

10. Pencegahan Pada Anak


1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian
yang berpotensi terjadinya penularan.
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara
sesak dan sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA ANAK DENGAN BP
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Umur : Bonkopnemonia merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus
yang sering menyebabkan kematian pada anak usia < 5 tahun dan pada
lansia > 65 tahun.
2) Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita
bronkopneumonia
3) Tempat tinggal : penyakit ini di temukan pada lingkungan yang padat
penduduk dan kurangnya ventilasi pada rumah.
b. Keluhan Utama
Penderita biasanya mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, flu dan badanya
panas (peningkatan suhu tubuh)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek, sianosis dan
lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan kurang pengetahuan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan atas riwayat
penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan panjang yang di
sertai degan wheezing pada pneumonia
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga yang lain (yang
tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri, virus, dan
jamur
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bronkopneumoni di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan Bahan kimia
dan penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan yang terkontaminasi dan
melalui percikan mukus.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh, batuk pilek.
2) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak nafas, pernafasan cuping hidung, pernapasan nagkal, pergerakan
simetris, terdapat mukus, pada auskultasi terdengar ronchi, perkusi sonor
3) Sistem cardiovascular (Blood / B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak di temukan.
4) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada pengkajian objektif
wajah klien tampak meringis, menangis, merintih.
5) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder / B4)
Tidak ada gangguan elminasi dan pengukuran volume urine berhubungan
dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena awal
terjadinya syok.
6) Pencernaan / Gastrointestinal (Bowel / B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan. Membran
mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi terdapat pendarahan.
7) Integument (Bone / B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak elastis, terdapat
sianosis, akral panas kering merah CRT >2 detik, odema, panas batuk
berdahak, pilek.
h. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas, distress
pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan
melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembaban kulit,
tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan
responnya terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada
i. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1) Adaptasi Sosial
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mampu mentolelir perpisahan dari orang
asing dan meniru orang tua
2) Bahasa
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mengatakan empat sampai enam kata
termasuk nama-nama “meminta” objek dengan menunjukknya, memahami
peritah sederana. Dapat menggunkan gerakan berjabat tangan mengatakan
“tidak” dan menggunakan kata “tidak” meskipun menyetujui permintaan.
3) Motorik halus
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) yang secara konstan menjatuhkan objek
ke lantai, membangun menara dari dua kotak, memegang dua kotak dalam
satu tangan, melepaskan butir-butir kedalam leher botol yang sempit,
mencoret-coret secara spontan, menggunakn cangkir dengan baik tetapi
memutarkan sendok.
4) Pada anak todler (1-3 tahun) mampu berjalan tanpa bantuan (biasanya sejak
usia 1,3 bulan ).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen
antara alveoli dan membran kapiler.
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
d. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen
e. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi O2 untuk aktivitas
sehari-hari

1. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
SLKI SIKI
Kode : L.01001 Kode : I.01011
Luaran : Bersihan Jalan Napas Intervensi : Manajemen Jalan Napas

Setelah dilakukan tindakan Observasi :


keperawatan selama 2x24 jam 1. Monitor pola napas
diharapkan dengan kriteria 2. Monitor bunyi napas tambahan
hasil: 3. Monitor sputum
1. Batuk efektif dari skala 2
(cukup menurun), menjadi Teraputik :
skala 5 (meningkat). 4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
2. Produksi sputum dari head tilt dan chin lift
skala 2 (cukup 5. Posisikan semi fowler atau fowler
meningkat), menjadi skala 6. Lakukan fisioterapi dada
5 (menurun). 7. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
3. Gelisah dari skala 2 detik
(cukup meningkat), 8. Berikan oksigen
menjadi skala 5
(menurun). Edukasi :
4. Frekuensi napas dari skala 9. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/jari, jika
2 (cukup memburuk), tidak kontraindiskasi
menjadi skala 5 10. Ajarkan teknik batuk efektif
(membaik).
5. Pola napas dari skala 2 Kolaborasi :
(cukup memburuk), 11. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
menjadi skala 5 ekspektoran, mukolitik, jika perlu
(membaik).

2. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri
atau kolaboratif, selama melaksanakan kegiatan perlu di awasi dan dimonitor
kemajuan kesehatan pasien.
3. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.

DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2019. Asuhan keperawatan ada anak. Jogjakarta:
Graha Ilmu.
Smeltzer, Suzanne. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta:
EGC.
Suriadi, Yuliani. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak.
Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Zul Dahlan. 2019. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai