Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

BRONKOPNEUMONIA
DI RUANGAN ANAK RSUP Dr M DJAMIL PADANG
PROPOSAL

OLEH :
RANDI
18112165
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021
LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan
yang saat ini terjadi. Penyakit terbanyak pada anak yang dapat meningkatkan angka
kematian pada anak seperti yang pertama penyakit diare pada balita disebabkan virus, lalu
kolera, dan tipes. Penyakit pada anak yang terbanyak kedua yaitu pneumonia menjadi
penyakit paling tinggi penyebab kematian pada anak. Pneumonia disebabkan infeksi yang
memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Penyakit-
penyakit infeksi saluran pernafasan baik itu ringan seperti influenza lalu difteri dan campak.
Bronkopneumonia atau pneumonia adalah istilah umum untuk infeksi paru paru yang dapat
disebabkan oleh berbagai kuman (virus, bakteri , jamur dan parasit). Bronkopneumonia juga
didefinisikan sebagai radang akut yang menyerang jaringan paru dan sekitarnya. Penyakit ini
merupakan manifestasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena dapat
menyebabkan kematian. Sebagian besar kasus pneumonia disebabkan oleh virus, termasuk adenovirus,
rhinovirus, virus influenza (flu), respiratory syncytial virus (RSV), human metapneumovirus, dan virus
parainfluenza. Selain itu, virus campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa
pneumonia (Sinaga, 2019).
LATAR BELAKANG

World Health Organization (WHO) menyebutkan bronkopneumonia merupakan


penyebab kematian terbesar pada anak – anak di seluruh dunia. Tahun 2014
ditemukan sebanyak 930.000 jiwa anak. pada tahun 2015 prevalensi kematian
bronkopneumonia pada balita sebesar 16% sebanyak 920.136 jiwa anak
(WHO,2017), sedangkan Pada tahun 2016 didapatkan data kematian balita
akibat bronkopneumonia pneumonia dengan jumlah 880.000 jiwa, dengan
Indonesia menempati urutan ke 2 (UNICEF, 2018).
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 63,45% dibandingkan tahun 2016 sebanyak
65,27% sedangkan pada tahun 2017 didapatkan sebanyak 51,19% yang mengalami
bronkopneumonia. Data pada tahun 2018 didapatkan bronkopneumonia balita
tertinggi di DKI Jakarta (95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara
(70,91%), Banten (67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%) Sedangkan
prevalensi di Kalimantan Timur (29,02%), Di Sumatera Barat menempati urutan yang
ke 9 dengan kasus bronkopneumonia terbanyak (Kemenkes RI, 2018).
LATAR BELAKANG

Di Sumatera Barat jumlah balita didapatkan 81.736 juta jiwa, diperkirakan


jumlah penderita yaitu 3,91% dari jumlah balita. Kota Padang merupakan salah
satu wilayah di Sumatera Barat dengan angka kejadian pneumonia terbanyak.

RSUP dr. M. Djamil Padang angka kejadian bronkopneumonia pada anak dapat
diketahui berdasarkan data rekam medis pada tahun 2018-2020. Penderita
bronkopneumonia pada anak pada tahun 2018 sebanyak 151 orang, pada tahun 2019
mengalami peningkatan menjadi 166 orang dan pada tahun 2020 menjadi 76 orang
LATAR BELAKANG

Pneumonia adalah suatu inflamasi pada parenkim paru. Umumnya pneumonia pada masa anak
digambarkan sebagai bronkopneumonia. Bronkopneumonia bentuk suatu kombinasi dari penyebaran
pneumonia lobular atau adanya infiltrat pada bagian area pada kedua lapang atau bidang paru dan sekitar
bronkhi (Sinaga, 2019). Maka peran perawat sebagai edukator menjalankan perannya dalam memberikan
pengetahuan, informasi, dan pelatihan ketrampilan kepada pasien, keluarga pasien maupun anggota
masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan

Maka dari itu dengan adanya latar belakang ini, maka disini penulis tetarik untuk
menerapkan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia di Ruangan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
MANFAAT PENULISAN

Bagi Penulis Untuk memperdalam pengetahuan penulis terkait Asuhan keperawatan pada
Anak yang mengalami bronkopneumonia dan mengaplikasikan ilmu yang telah
di peroleh diperkuliahan dalam praktek klinik keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia di Ruangan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Bagi Institusi Pendidikan Proposal ini diharapkan dapat memberi


manfaat dan menambah referensi bagi
mahasiswa STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang untuk penelitian selanjutnya mengenai
bronkopneumonia pada anak.
Bagi Rumah Sakit Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
menerapkan asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
menentukan masalah keperawatan, mampu
mengintervensi dan mengiimplementasi serta
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien
dengan masalah bronkopneumonia di ruangan anak
KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK
1. DEFENISI
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindung anak, anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang dalam perlindungan terhadap anak sudah mulai sejak anak tersebut
dalam kandungan hingga berusia 18 tahun
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan jumlah, besar, ukuran yang dapat
dinilai dengan ukuran gram (gram, pound, kilogram) serta tinggi badan dan
berat badan

Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi


tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan.
KONSEP DASAR BRONKOPNEUMONIA
1. DEFENISI
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan oleh
bacteri, virus dan jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala
panas tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta
batuk kering dan produktif

PBronkopneumonia adalah radang paru yang berasal dari cabang – cabang


tenggorokan yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang,
menimbulkan pemadatan – pemadatan bergerombol dalam lubulus paru
yang berdekatan, biasa terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza, tifus
dan sebagainya
2. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar 1 : Anatomi Fisiologi Saluran


Pernafasan)
3. ETIOLOGI

Bronkopneurmonia dapat disebabkan oleh bakteri (pneumococus,


Streptococus), virus pneumony hypostatik, syndroma loffller, jamur dan benda
asing. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan
muntah, atau inhalasi kimia, merokok dan gas (Alsagaf,2012).
4. PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen


masuk ke mukus jalan nafas. Umumnya bakteri penyebab terhisap melalui udara
dan makanan ke jaringan paru- paru melalui saluran pernafasan atas untuk
mencapai bronkiolus dan alveolus sekitarnya.
8. KOMPLIKASI
7. TANDA GEJALA

a.Batuk
a.Tension pneumotoraks
b.Demam
b.Pneumotoraks bilateral
c.Kesulitan bernapas seperti nafas cepat
c.Empiema
d.Adanya tarikan dinding dada bawah ke
d.Timbulnya infeksi sekunder
dalam (retraksi).
pada fungsi toraks darurat
e.Adanya napas cuping hidung (terutama
maupun secara akibat
pada bayi)
pemasangan WSD sangat
ditakutkan
9. PENATALAKSANAAN

1) Pemasangan WSD
2) Untuk pneumotoraks slang dada berukuran kecil dimasukkan pada
intercosta kedua
3) Pneumotoraks terbuka akibat trauma segera ditutup dengan kasa pretoleum,
pasien diminta untuk menarik nafas dan mengejan untuk mendorong glotis
yang tertutup guna mengeluarkan udara dari toraks sampai slang dada di
pasang dengan WSD (water seal drainage) (Somantri Irman, 2012).
8. KOMPLIKASI 10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a.Atelectasis,
b.Episema 1. Pemeriksaan Radiologi
c.Abses paru 2. GDA
e.Endokarditis 3. Sinar X dada (rontgen)
f.Meningitis 4. Torasentesis
5. HB
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN

Identitas Pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,


agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang di
pakai, status pendidikan, pekerjaan, asuransi
kesehatan, penanggung jawab, dll.
Keluhan Utama
Keluhan utama meliputi nyeri pada dada secara tiba-
tiba, sesak nafas, bernafas terasa berat, dan keluhan
susah untuk bernafas.
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu Bronkopneurmonia dapat disebabkan oleh bakteri
(pneumococus, Streptococus), virus pneumony hypostatik,
syndroma loffller, jamur dan benda asing.
Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan,
cairan muntah, atau inhalasi kimia, merokok dan gas

Riwayat Kesehatan Sekarang Batuk, Demam, Kesulitan bernapas seperti nafas


cepat, Adanya tarikan dinding dada bawah ke
dalam (retraksi), Adanya napas cuping hidung
(terutama pada bayi)

Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat kesehatan keluarga adalah untuk melihat
apakah keluarga pernah menderita gejala dan sakit
yang sama, apakah keluarga memiliki penyakit
yang menurun dan menula
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM

Tingkat Kesadaran Biasanya compos mentis

Berat Badan Biasanya berat badan tidak dipengaruhi

Tinggi Badan Biasanya tinggi badan tidak dipengaruhi

Biasanya tekanan darah meningkat karena nyeri dada yang


Tekanan Darah
dirasakan
Nadi Biasanya nadi meningkat dari biasanya akibat menahan nyeri

Pernafasan Biasanya pernafasan meningkat karena sesak nafas


Suhu Biasanya suhu normal
KEPALA

Biasanya keadaan rambut dan kulit kepala bersih, rambut tidak rontok, tidak
Rambut
ada lesi atau perlukaan disekitar kulit kepala.

Wajah Biasanya wajah klien pucat, tidak ada oedema, tidak ada lesi atau perlukaan
disekitar wajah, wajah klien tampak meringis kesakitan.

Mata Biasanya mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor dan merepson terhadap rangsangan cahaya.

Hidung Biasanya klien nafas cupping hidung, tidak ada secret, lubang hidung simetris
kiri dan kanan, tidak ada polip.
Biasanya mukosa bibir kering, tidak ada lesi atau perlukaan. Biasanya klien
Mulut menggunakan teknik pernafasan yang dimana prosesnya menarik nafas melalui
hidung dengan mulut dalam keadaan tertutup dan mengeluarkannya secara
perlahan melalui mulut.

Leher Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.

Dada/Thoraks

Inspeksi biasanya terlihat ekspansi dada asimetris, tampak sesak nafas, tampak
penggunaan otot bantu nafas, pergerakan dada saat bernafas cepat,
dan ketidakseimbangan antara inspirasi dan ekspirasi..

biasanya antara fremitus kiri dan kanan menurun, tidak sama dan
Palpasi biasanya ekspansi paru meningkat
Perkusi bunyi pekak diatas area yang
terisi cairan (hematorak)
Auskultasi
biasanya terdapatnya suara nafas tambahan berupa wheezing atau rhonki

Jantung

Inspeksi Biasanya ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi Biasanya ictus cordis tidak teraba.

Perkusi Biasanya batas jantung normal.


Auskultasi
Biasanya menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop
dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala jantung
Perut/Abdomen

Inspeksi Biasanya terjadi distensi abdomen, tidak ada


asites
Auskultasi
Biasanya terdengar thympani

Biasanya tidak ada nyeri tekan pada bagian pinggang, dan


Palpasi
tidak adanya pembesaran hepar dan lien
Biasanya tidak ada nyeri tekan pada bagian pinggang,
Perkusi
dan tidak adanya pembesaran hepar dan lien.
Genita Urinaria Biasanya dilihat dari jenis kelamin seorang anak laki-laki atau
perempuan

Biasanya tidak ada oedema pada ekstermitas, tidak ada lesi atau
Ekstermitas
perlukaan.

Sistem Integrumen Melihat keadaan kulit.


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas, hipersekresi jalan
napas
2. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan, hambatan upaya
napas, deformitas dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
4. Hipertermi b.d Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit
5. 5.Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit b.d Dehidrasi, tdan diare
6. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan
mencerna makanan
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Bersihan jalan nafas tidak Setelah di lakukan intervensi keperawatan Manajemen jalan nafasObservasiMonitor
efektif berhubungan dengan 1x4 jam, di harapkan jalan nafas membaik pola napas (frekuensi, kedalaman , usaha
proses infeksi dengan kriteria hasil : napas)Monitor bunyi nafas tambahan Monitor
Batuk efektif meningkat sputum
Produksi sputum menurun TeraupetikPertahankan kepatenan jalan nafas
Mengi menurunMeconium ( pada neonates ) dengan head tiit dan chin liftPosisikan semi
menurun fowler/fowlerBerikan minum hangatLakukan
Dyspnea menurun fisioterapi dada jika perluLakukan penghisapan
Ortopnea menurun lender kurang dari 15 detikLakukan
Sulit bicara menurun hiperoksigenasi sebelum penghisapan
Sianosis menurun endotrakealKeluarkan sumbatan benda padat
Gelisah menurun dengan forsep McGiilBerikan oksigen jika perlu
Frekuensi nafas membaik EdukasiAnjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
Pola nafas membaik jika tidak kontraindikasiAjarkan teknik batuk
efektif
KalaborasiKolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
SDKI SLKI SIKI
Pola nafas tidak efektif Setelah di lakukan intervensi keperawatan 1x4 jam, di Pemantauan respirasi Observasi Monitor
berhubungan dengan harapkan pola nafas membaik dengan kriteria hasil : frekuennsi, irama, kedalaman dan upaya
Ventilasi meningkatK
deformitas dinding dada apasitas vital meningkat nafasMonitor pola napasMonitor kemampuan
Diameter thorak-anterior-posteilor meningkat batuk efektifMonitor adanya produksi
Tekanan ekspirasi meningkat sputumMonitor adanya sumbatan jalan
Tekanan inspirasi meningkat nafasPalpasi kesimetrisan ekspansi
Dyspnea mmenurun paruAuskultasi bunyi nafasMonitor saturasi
Penggunaan otot bantu nafas menurun
Pemanjangan fase ekspirasi menurun oksigenMonitor nilai AGDMonitor hasil x-ray
Ortopnea menurun thorak
Pernapasan pursed-tip menurun TerapeutikAtur interval pemamtauan respirasi
Pernapasan cuping hidung menurun sesuai kondisi pasien Dokumentasikan hasil
Frekuensi nafas membaik pemantauan
Kedalaman nafas membaik
Ekskursi dada membaik EdukasiJelaskan tujuan dan prosedur
pemantauanInformasikan hasil pemantauan jika
perlu
SDKI SLKI SIKI
Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas Setelah di lakukan Pemantauan RespirasiObservasi Monitor
berhubungan intervensi keperawatan 1x4 jam, di harapkan frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
ketidakseimbangan ventilasi pola nafas membaik dengan kriteria hasil napasMonitor pola napasMonitor adanya
– perfusi, perubahan Keseimbangan asam basa produksi sputumAuskultasi bunyi napasMonitor
membran alveolus - kapiler Respon ventilasi mekanik saturasi oksigenMonitor nilai AGDMonitor
Tingkat delirium adanya sumbatan jalan napas
Konservasi energi Teraupetik Atur interval pemantauan
Perfusi paru respiratorik sesuai kondisi pasien
Edukasi Jelaskan kepada klien dan keluarga
tujuan pemantauan
SDKI SLKI SIKI
Hipertermi berhubungan Setelah di lakukan intervensi keperawatan 1x4 jam, di Manajemen hipertermiTindakan
dengan proses penyakit harapkan termoregulasi membaik dengan kriteria hasil ObservasiIdentifikasi penyebab
:
Menggigil menurun hipertermiMonitor suhu tubuhMonitor kadar
Kulit merah menurun eletrolitMonitor haluaran urinMonitor
Kejang menurun komplikasi hipertermi
Akrosianosis menurun TerapeutikSediakan lingkungan yang
Komsumsi oksigen menurun dinginLonggarkan atau lepaskan pakaianBasahi
Piloereksi menurun
Vasokontriksi dan kipasi permukaan tubuhBerikan cairan
perifer menurun oralGanti linen setiap hariHindari pemberian
Kulit memorata menurun antiperetik atau aspirinBerikan oksigen , jika
Pucat menurun perlu
Takikardi menurun EdukasiAnjurkan tirah baring
Takipnea menurun
Bradikardi menurun KolaborasiPemberian cairan dan elektrolit
Dasar kuku sianosis menurun intravena
Hipoksia menurun
Suhu tubuh Membaik
Suhu kulit membaik
Kadar gula darah membaik
Pengisian kapiler membaik
Ventilasi membaik
Tekanan darah membaik
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Bersihan jalan nafas tidak Setelah di lakukan intervensi keperawatan Manajemen jalan nafasObservasiMonitor
efektif berhubungan dengan 1x4 jam, di harapkan jalan nafas membaik pola napas (frekuensi, kedalaman , usaha
proses infeksi dengan kriteria hasil :Batuk efektif napas)Monitor bunyi nafas tambahan Monitor
meningkat Produksi sputum menurunMengi sputum
menurunMeconium ( pada neonates ) TeraupetikPertahankan kepatenan jalan nafas
menurunDyspnea menurunOrtopnea dengan head tiit dan chin liftPosisikan semi
menurunSulit bicara menurunSianosis fowler/fowlerBerikan minum hangatLakukan
menurunGelisah menurun Frekuensi nafas fisioterapi dada jika perluLakukan penghisapan
membaikPola nafas membaik lender kurang dari 15 detikLakukan
hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakealKeluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGiilBerikan oksigen jika perlu
EdukasiAnjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasiAjarkan teknik batuk
efektif
KalaborasiKolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
SDKI SLKI SIKI
Gangguan keseimbangan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemem Cairan Identifikasi kemungkinan
cairan dan eletrolit selama 1x24 jam Diharapkan: Penyebab ketidakseimbangan elektrolit Monitor
1.Keseimbangan elektrolit meningkat, kadar elektrolit serum Monitor mual, muntah,
dengan kriteria hasil: dan diare Monitor kehilangan cairan, jika perlu
Serum natrium membaik e. Atur interval waktu pemantauan sesuai
Serum kalium membaik dengan kondisi pasien Dokumentasikan hasil
Serum klorida membaik pemantauan Jelaskan tujuan dan prosedur
Serum kalsium membaik pemantauan Informasikan hasil pemantauan
Serum magnesium TerapeutikLakukan pemantauan tanda
Membaik kekurangan cairanPantau tanda dehidrasi
Serum fosfor membaik Edukasi Anjurkan banyak minum
Asupan cairan meningkat Kolaborasi Kolaborasi pemberian medikasi
Kelembaban membran mukosa meningkat sebelum makan Kolaborasi dengan pemberian
Dehidrasi menurun terapi cairan
Tekanan darah membaik
Denyut nadi membaik
Turgor kulit membaik
SDKI SLKI SIKI
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 Manajemen nutrisiTindakan
dengan ketidakmampuan menelan jam, diharapkan status nutisi membaik dengan kriteria ObservasiIdentifikasi status nutrisiIdentifikasi alergi dan
makanan hasil : intoleransi makananIdentifikasi makanan yang
Porsi makanan yang dihabiskan meningkat disukaiIdentifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Kekuatan otot pengunyah meningkat nutrisiIdentifikasi perlunya penggunaan selang
Kekuatan otot menelan meningkat nasogastrikMonitor berat badanMonitor asupan
Serum albumin meningkat makananMonitor hasil pemeriksaan laboratorium
Verbalisasi keinginan untuk meningkatan nutrisi TerapeutikLakukan oral hygiene sebelum
meningkat makanFasilitasi menetukan pedoman dietSajikan makanan
Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat secara menarik dan suhu yang sesuaiBerikan makanan
meningkat tinggi kalori dan tinggi proteinBerikan makanan
Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat tinggi seratBerikan suplemen makan, jika perluHentikan
meningkat pemberan makanan lewat NGT jka asupan oral sudah
Perasaan cepat kenyang menurun dapat ditoleransiEdukasianjurkan makan dengan posisi
Nyeri abdomen menurun dudukajarkan diet yang
Sariawan menurun diprogramkankolaborasipemberian medikasi sebelu
Rambut rontok menurun makan dan jenis nutrisi yang dibutuhkankalaborasi
Diare membaik dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
Berat badan membaik jenis nutrisi yang dibutuhkan , jika perlu
Frekuensi makan membaik
Nafsu makan membaik
Bising usus membaik
SDKI SLKI SIKI
Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen energy
dengan ketidakseimbangan 1x24 jam respon fisiologi terhadap aktiftas ObservasiIdentifikasi gangguan fungsi tubuh
antara suplai dan kebutuhan meningkat dengan kiteria hasil : yang mengakibatkan kelelahanMonitor kelelahan fisik
oksigen frekuensi nadi meningkat dan emosionalMonitor pola jam tidurMonitor
saturasi oksigen meningkat lokasi dan ketidaknyamana Terapeutik :Sediakan
kemudahan dalam aktifitas sehri-hari lingkungan yang nyaman dan rendah
Meningkat kecepatan berjalan stimulusLakukan rentang gerak pasif dan aktifBerikan
Meningkat jarak berjalan aktifitas distraksi yang menenangkanFasilitasi duduk
Meningkat keluhan lelah disisi tempat tidur
Menurun dyspnea saat beraktivitas EdukasiAnjurkan tirah baringAnjurkan
Menurun dyspnea setelah aktivitas menurun melakukan aktifitas secara bertahapAnjurkan
perasaan lelah menurunaritmia saat aktivitas menghubungi perawat jika ditemukan tanda tanda
menurunaritmia setelah aktivitas menurunsianosis kelelahanAjarkan strategi koping untuk mengurangi
menurunwarna kulit membaiktekanan darah kelelahan
membaikfrekuensi napas membaik KolaborasiKolaborasi gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan data dan
kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun tersebut. Dalam
pelakasaan implementasi maka perawat dapat melakukan observasi atau dapat mendiskusikan dengan
klien atau keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan.

5. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakuakan dengan pendekatan
SOAP (data subjektif, data objektif, analisa, planning). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana
keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai