Anda di halaman 1dari 15

109

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia:


Suatu Studi Kasus

Indria Rifka Fajri1, IGA Dewi Purnamawati2


1
Program Studi Diploma III Keperawatan, Akademi Keperawatan Pasar Rebo
2
Departemen Keperawatan Anak, Akademi Keperawatan Pasar Rebo
Jl. Tanah Merdeka No. 16, 17, 18, Jakarta Timur, 13750, Indonesia
indriarfk@gmail.com, ig4dewi@gmail.com

Abstrak

Bronkopneumonia merupakan penyakit saluran pernapasan yang menyebabkan kematian tertinggi pada
anak-anak. Bronkopneumonia dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas, obstruksi jalan napas, gagal
napas dan apnea. Metode penulisan karya tulis ilmiah menggunakan pendekatan studi kasus pada anak-
anak dengan bronkopneumonia, sampel sebanyak satu orang anak yang diberikan asuhan keperawatan di
dapatkan hasil adanya tanda dan gejala bronkopneumonia seperti anak demam, terdengar bunyi ronkhi
pada pernapasan, nafsu makan menurun, batuk disertai sputum yang kental, dan mual. Masalah
keperawatan yang ditemukan pada kasus antara lain adalah bersihan jalan napas tidak efektif,
hipovolemik, defisit nutrisi, risiko infeksi dan ansietas pada anak dan orangtua. Hasil yang dicapai setelah
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia didapatkan dari lima masalah
keperawatan pada kasus teratasi. Rekomendasi: perlu dilakukan tindakan lanjut asuhan keperawatan pada
anak ditatanan komunitas memberikan penyuluhan kesehatan dan memantau status gizi anak dengan
masalah bronkopneumonia.
Kata kunci: asuhan keperawatan, pneumonia pada anak, bersihan jalan nafas

Abstract

Bronchopneumonia is a respiratory disease that causes the highest death to children. Bronchopneumonia
can cause impaired gas exchange, airway obstruction, respiratory failure and apnea. The method in this
research use approach case of study in children with bronchopneumonia, a sample of one child was given
nursing care get the results of the signs and symptoms of bronchopneumonia as fever, ronchi sounds in
breathing, loss appetite, cough with thick phlegm and nausea. Nursing problems found in the case of
ineffective airway clearance, hypovolemic, deficient nutrition, risk for infection and anxiety in children
and parents. The results achieved after carrying out nursing care in children with bronchopneumonia get
there is five nursing problems in case. Recommendation: have need of further action nursing care in
children order of community provide health education and monitor the nutritional status of children with
bronchopneumonia problems.
Keywords: Nursing care, pneumonia in children, clearance airway

Pendahuluan bronkopneumonia mencapai 6,3 juta


Bronkopneumonia merupakan salah kematian anak di dunia, dan 15%
satu penyakit pernapasan pada balita, kematian anak disebabkan pneumonia.
bronkopneumonia merupakan penyakit Pada tahun 2015 dan 2016, pneumonia
terbesar penyebab kematian tertinggi menjadi penyebab dari 15-16%
dikalangan anak-anak. Menurut World kematian balita di dunia. Penyakit ini
Health Organization (WHO) pada menyerang semua umur di seluruh
tahun 2017, angka kejadian wilayah, namun kasus terbanyak terjadi

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
110

di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Pengertian


Tahun 2015 Pneumonia telah Bronkopnumonia adalah peradangan
membunuh sekitar 2.400 anak per hari paru yang disebabkan oleh bakteri,
dengan besar 16% dari 5,6 juta virus, jamur dan benda asing yang
kematian balita atau sekitar 880.000 sering dijumpai pada balita.
balita pada tahun 2016 dan telah Bronkopneumonia bersifat sekunder
membunuh 920.136 balita. Menurut karena melemahnya daya tahan tubuh
Kemenkes RI pada tahun 2015 insiden tetapi dapat juga primer yang biasanya
penyakit bronkopneumonia pada negara dijumpai pada anak dan dewasa
berkembang hampir 30% Pada tahun (Bennete, 2013; Wijayaningsih, 2013
2015-2018 mengalami peningkatan dari dan Dahlan, 2014).
94,12% menjadi 97,30% kasus.
Menurut Kemenkes RI tahun 2017 Etiologi
angka tertinggi berada di Provinsi Jawa Menurut Nurarif dan Kusuma (2015),
Barat sekitar 126.936 kasus, dan di penyebab bronkopneumonia adalah
Kota Bekasi sebanyak 18,11% kasus sebagai berikut : Bakteri; Streptococcus,
sedangkan di Kabupaten Bekasi Staphylococcus, H. Influenzae,
sebanyak 7,10%. Prevalensi terendah Klebsiella. Virus; Legionella
pada Provinsi Papua sekitar 51 kasus, Pneumoniae. Jamur; Aspergillus
kemudian jumlah kematian balita Spesies, Candida Albicans. Aspirasi
karena pneumonia tertinggi terdapat di makanan, sekresi orofaringeal atau isi
Provinsi Jawa Tengah sekitar 339 kasus lambung kedalam paru karena kongesti
kematian dan terendah di Provinsi paru yang lama.
Kalimantan Tengah terdapat 1 kasus
kematian. Patofisiologi
Menurut Bradley (2011), dan Nurarif
Akibat penyakit ini jika tidak Kusuma (2013), proses perjalanan
mendapatkan penanganan yang tepat penyakit bronkopneumonia masuknya
maka akan timbul komplikasi yang bisa mikroorganisme ke saluran napas dan
membahayakan tubuh anak seperti paru dapat melalui berbagai cara yaitu
gangguan pertukaran gas, obstruksi inhalasi langsung dari udara, aspirasi
jalan napas, gagal napas dan apnea dari bahan bahan yang ada di nasofaring
(Marni, 2014). dan orofaring serta perluasaan langsung

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
111

dari saluran pernapasan atas. permeabilitas kapiler ditempat


Bronkopneumonia berawal masuk terinfeksi.
melalui percikan droplet yang dapat b. Stadium kedua (48 jam)
masuk ke saluran pernapasan atas dan Disebut hepatisasi merah yang
menimbulkan reaksi imunologis dari terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
tubuh yang menyebabkan peradangan, sel darah merah eksudat dan fibrin
ketika terjadi peradangan tubuh yang dihasilkan oleh host sebagai
menyesuaikan diri, maka dengan reaksi bagian dari reaksi peradangan.
berupa demam dan menghasilkan sekret c. Stadium ketiga (3-8 hari)
pada saluran pernapasan, sekret yang Disebut hepatisasi kelabu terjadi
diproduksi dan sulit dikeluarkan sewaktu sel darah putih
mengakibatkan klien menjadi sesak. mengkolonisasi daerah paru yang
Bakteri ini dapat menginfeksi saluran terinfeksi
cerna ketika dibawa oleh darah. Bakteri d. Stadium keempat (7-11 hari)
ini dapat membuat flora normal dalam Disebut resolusi terjadi sewaktu
usus menjadi agen pathogen sehingga respon imun dan peradangan mereda,
timbul masalah GI tract. Pada keadaan sisa fibrin dan eksudat lisis dan
sehat paru tidak akan terjadi diabsorbsi oleh makrofag sehingga
pertumbuhan mikroorganisme, jika jaringan kembali ke strukturnya
terdapat bakteri pada paru menunjukkan semula.
adanya gangguan daya tahan tubuh
sehingga mikroorganisme dapat Manifestasi Klinis
berkembang. Pada saat mikroorganisme Menurut Ringel (2012), dan
sampai di alveoli maka alveoli Wijayaningsih (2013), manifestasi
mengalami peradangan, proses klinis yang muncul pada penderita
peradangan ini melalui empat proses bronkopneumonia adalah :
yaitu: a. Infeksi traktus respiratori
a. Stadium pertama (4-12 jam/ kongesti) b. Demam (39-40  C), kadang disertai
Disebut hiperemia mengacu pada kejang karena demam yang tinggi
peradangan yang berlangsung c. Anak sangat gelisah dan adanya
didaerah yang terinfeksi ditandai nyeri dada seperti ditusuk-tusuk
dengan aliran darah dan pada saat bernapas dan batuk

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
112

d. Pernapasan cepat, dangkal disertai Perlu diperhatikan adanya takipnea,


cuping hidung dan sianosis sekitar dyspnea, sianosis sirkumoral,
hidung dan mulut pernapasan cuping hidung, distensi
e. Adanya bunyi pernapasan seperti abdomen, batuk semula non
ronkhi dan wheezing produktif, serta nyeri dada waktu
f. Rasa lelah akibat reaksi peradangan bernapas adanya retraksi dinding
dan hipoksia jika infeksi serius dada.
g. Ventilasi yang berkurang karena b. Palpasi
penimbunan mukus yang Hati mungkin akan membesar,
menyebabkan atelektasis absorbsi flemitus raba mungkin meningkat
h. Batuk disertai sputum yang kental pada sisi yang sakit dan mengalami
i. Nafsu makan menurun peningkatan denyut nadi.
c. Perkusi
Asuhan Keperawatan Suara redup pada sisi yang sakit.
Pengkajian d. Auskultasi
Pengkajian pada bronkopneumonia Pada bronkopneumonia akan
menurut Riyadi (2012), dan Padila terdengar stridor suara napas
(2013), adalah sebagai berikut: berjuang, terdengar suara tambahan/
Keluhan utama: Klien gelisah, sesak ronkhi, kadang terdengar bising
napas, dispnea, pernapasan cepat dan gesek pleura.
dangkal, disertai cuping hidung,
sianosis sekitar hidung dan mulut. Diagnosa
Riwayat penyakit; Virus: ditandai Menurut Padila (2013), dan Marni
gejala-gejala infeksi saluran napas, (2014), diagnosis keperawatan yang
termasuk renitis, dan batuk, serta suhu dapat muncul adalah
tubuh lebih rendah dari yang 1. Bersihan jalan napas tidak efektif
disebabkan oleh bakteri. Bakteri: berhubungan dengan peningkatan
ditandai oleh infeksi saluran pernapasan produksi sputum atau sekresi yang
akut/ bawah dalam beberapa hari hingga tertahan.
seminggu, suhu tubuh tinggi, batuk, 2. Gangguan pertukaran gas
kesulitan bernapas. berhubungan dengan terkumpulnya
Pengkajian fisik eksudasi dan meningkatnya produksi
a. Inspeksi mukus.

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
113

3. Hipertermi berhubungan dengan c. Berikan posisi yang nyaman buat


infeksi klien, misalnya posisi semi fowler.
4. Pola napas tidak efektif berhubungan d. Pantau tanda-tanda vital terutama
dengan inflamasi paru atau parenkim frekuensi napas.
paru e. Lakukan fisioterapi dada sesuai
5. Resiko hipovolemik berhubungan indikasi
dengan kehilangan, hipertermia f. Kolaborasi dengan pemberian
6. Defisit nutrisi berhubungan dengan terapi inhalasi (nebulizer)
intake tidak adekuat, mual dan g. Kolaborasi dengan pemberian
muntah obat yang sesuai instruksi
7. Ansietas berhubungan dengan 2. Gangguan pertukaran gas
perpisahan dengan orangtua, berhubungan dengan terkumpulnya
lingkungan tidak kenal, prosedur eksudasi dan meningkatnya produksi
yang menimbulkan stres, kurang mukus
pengetahuan Rencana tindakan:
8. Risiko infeksi berhubungan dengan a. Kaji frekuensi dan kedalaman
risiko terpajan bakteri, prosedur bernapas klien
invasif. b. Observasi warna kulit dan
membran mukosa bibir
Perencanaan c. Berikan lingkungan sejuk,
Menurut Padila (2013), dan Marni nyaman dan ventilasi yang cukup
(2014), intervensi pada anak d. Tinggikan kepala, anjurkan napas
bronkopneumonia adalah: dalam dan batuk efektif
1. Bersihan jalan napas tidak efektif e. Pertahankan istirahat dan tidur
berhubungan dengan peningkatan f. Kolaborasi pemberikan oksigen
produksi sputum, sekret yang dan pemeriksaan laboratorium
tertahan (GDA)
Rencana Tindakan: 3. Hipertermia berhubungan dengan
a. Kaji/ pantau frekuensi pernapasan, infeksi
catat rasio. Rencana tindakan:
b. Auskultasi bunyi napas, catat a. Kaji suhu tubuh klien
adanya bunyi napas. Misalnya: b. Pertahankan lingkungan sejuk
mengi, krekels dan ronkhi.

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
114

c. Berikan kompres hangat pada h. Kolaborasi pemberian O2 sesuai


ketiak, lipatan paha dan kening indikasi
d. Anjurkan klien untuk banyak 5. Risiko hipovolemik berhubungan
minum dengan kekurangan intake cairan,
e. Anjurkan mengenakan pakaian hipertermia
tipis Rencana Tindakan:
f. Berikan antiseptik sesuai indikasi a. Kaji status cairan klien
g. Berikan antimikroba jika b. Kaji TTV, contoh: peningkatan
disarankan suhu, takikardi, hipotensi
4. Pola napas tidak efektif berhubungan c. Monitor dan catat intake dan out
dengan hiperventilasi put cairan
Rencana Tindakan: d. Monitor warna kulit
a. Kaji/ pantau frekuensi pernapasan, e. Anjurkan orangtua untuk
catat rasio inspirasi/ ekspirasi memberikan klien untuk banyak
b. Auskultasi bunyi napas, catat minum
adanya bunyi napas. Misalnya: f. Kolaborasi pemberian obat sesuai
mengi, krekels dan ronkhi. indikasi
c. Berikan posisi yang nyaman buat 6. Risiko defisit nutrisi berhubungan
klien, misalnya posisi semi fowler. dengan intake tidak adekuat
d. Observasi karakteristik batuk, Rencana Tindakan:
bantu tindakan untuk a. Kaji adanya alergi makanan
memperbaiki keefektifan upaya b. Identifikasi faktor yang
batuk. menimbulkan mual dan muntah
e. Pantau tanda-tanda vital terutama c. Berikan makan porsi kecil dan
frekuensi napas. sering termasuk makanan kering
f. Catat pergerakan dada, lihat atau makanan yang menarik untuk
pergerakan dada yang asimetris, klien.
menggunakan otot bantu dan d. Monitor berat badan klien sesuai
retraksi otot supraklavikular serta indikasi dan mengukur LLA
intercosta e. Auskultasi bunyi usus, observasi/
g. Monitor status pernapasan palpasi distensi abdomen
mencegah komplikasi lanjutan. 7. Ansietas berhubungan dengan
perpisahan dengan orangtua,

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
115

lingkungan tidak kenal, prosedur rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang menimbulkan stres yang spesifik. Tindakan ini bersifat
Rencana Tindakan: intelektual, teknis dan interpersonal
a. Pantau perubahan TTV dan berupa berbagai upaya memenuhi
kondisi yang menujukkan kebutuhan dasar klien. Tindakan
peningkatan kecemasan klien keperawatan meliputi; tindakan
b. Berikan informasi serta keperawatan, observasi keperawatan,
bimbingan yang aktual pendidikan kesehatan atau keperawatan
c. Kaji tingkat kecemasan dan tindakan medis yang dilakukan
d. Bantu orangtua mengenal situasi perawat.
cemas
e. Tingkatkan koping individu Evaluasi
f. Sentuh, peluk, dan bicara Menurut Wong (2014), evaluasi adalah
dengan anak sebanyak mungkin fase kelima dan fase terakhir proses
8. Risiko infeksi berhubungan dengan keperawatan. Hasil evaluasi pada
risiko terpajan bakteri, prosedur perencanaan bronkopneumonia adalah:
invasif Bersihan jalan napas kembali efektif,
Rencana tindakan: Gangguan pertukaran gas teratasi,
a. Kaji tanda-tanda infeksi hipertermia teratasi, pola napaas efektif
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah risiko defisit nutrisi teratasi, ansietas
melakukan tindakan teratasi dan risiko infeksi teratasi.
c. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal Tinjauan Kasus
d. Monitor area balutan pemasangan Pengkajian
infus Resume: pada tanggal 02 Maret 2020
e. Ajarkan klien dan keluarga tanda pukul 20.00 An. R datang bersama
gejala infeksi orangtua nya ke IGD RSUD Bekasi
f. Kolaborasi berikan terapi dirujuk dari klinik dengan kondisi saat
antibiotik masuk panas, batuk, pilek, mual,
muntah kesadaran compos metis. Ibu
Pelaksanaan mengatakan An. R panas lebih dari
Menurut Wong (2014), implementasi empat hari, batuk pilek sudah dua hari,
keperawatan adalah inisiatif dari dan merasakan mual muntah. Masalah

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
116

keperawatan yang didapat bersihan mendapatkan terapi nebulizer 3 kali per


jalan napas tidak efektif dan hari dengan Ventolin 1cc dan NaCL 2cc
peningkatan suhu tubuh. Telah Masalah keperawatan yang ditemukan
dilakukan tindakan keperawatan di IGD adalah bersihan jalan napas tidak efektif,
pengukuran tanda-tanda vital dengan hipovolemik, defisit nutrisi, risiko
hasil nadi : 92x/menit, pernapasan : 22 infeksi dan ansietas. Dilakukan tindakan
x/menit, suhu : 39,8°C, BB : 9 kg dan mandiri yaitu pengukuran tanda-tanda
tindakan yang dilakukan selanjutnya vital dan dilakukan tindakan kolaborasi
adalah pemberian IVFD RL 10 yaitu pemasangan IVFD KA EN 3A 14
tetes/menit (makro), dan dilakukan tetes/menit makro, pemeriksaan rontgen
pemeriksaan laboratorium darah rutin dengan hasil bronkopneumonia bilateral,
dengan hasil Leukosit 15,0 ribu/uL (5- pemberian Ceftriaxone 1x750 mg
10 ribu/uL), Hemoglobin 11,4 g/dl (12- melalui injekasi vena, dan mendapatkan
16 g/dL), Hematokrit 36% (40-54 %), terapi nebulizer 3 kali per hari dengan
Trombosit 342 ribu/uL (150-400 Ventolin 1cc dan NaCL 2cc. Setelah
ribu/uL). Mendapatkan terapi obat dieveluasi keadaan klien semakin
Paracetamol drip 3 x 80 mg melalui membaik, namun masalah keperawatan
injeksi, ondansentron injeksi 2 x 2 mg yang ditemukan di ruang Anggrek
melalu iv, ambroxol syirup 3 x 1 sendok masih belum teratasi.
teh. Pada tanggal 03 Maret 2020 pukul
18.00 An. R dibawa ke ruang Anggrek Data Fokus
RSUD Bekasi menggunakan brandcard, Data Subjektif: Ibu mengatakan An. R
tindakan yang dilakukan di ruang batuk pilek, ibu mengatakan dahak An.
Anggrek adalah mengukur tanda-tanda R berwarna putih, ibu mengatakan An.
vital dengan hasil suhu 37,2°C, nadi R panas saat malam saja dan tidak
110x/menit, pernapasan 22x/menit dan menentu, ibu mengatakan An. R masih
pemeriksaan rontgen dengan hasil mual, ibu mengatakan berat badan anak
bronkopneumonia bilateral. Terapi obat dari 12 kg sekarang 9 kg, ibu
yang diberikan di ruang Anggrek adalah mengatakan An. R tidak nafsu makan,
IVFD KA EN 3A 14 tetes/menit, ibu mengatakan belum mengetahui
Ceftriaxone 1 x 750 mg melalui injekasi pengertian bronkopneumonia, ibu
vena, ambroxol syirup 3x1 sendok teh, mengatakan belum mengetahui tanda
parcetamol syirup 1x1 sendok teh dan dan gejala bronkopneumonia, ibu

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
117

mengatakan belum mengetahui 3. Defisit nutrisi berhubungan dengan


bagaimana cara perawatan dengan intake tidak adekuat dan mual
bronkopneumonia, ibu mengatakan 4. Risiko infeksi berhubungan dengan
cemas dengan kondisi anak nya, ibu prosedur invasif
berharap kondisi anak membaik. Data 5. Ansietas pada anak dan orangtua
Objektif: Pernapasan An. R 30 kali per berhubungan dengan kurang
menit, Nadi 110 kali per menit, pengetahuan dan dampak
terdengar suara ronkhi, An. R tampak hospitalisasi
lemas, berat badan turun 3 kg,
hemoglobin 11,4 g/dl, lingkar lengan Perencanaan, Pelaksanaan dan
atas 13 cm, leukosit 15,0 ribu/uL, hasil Evaluasi
rontgen bronkopneumonia bilateral, ibu 1. Bersihan jalan napas tidak efektif
sangat bingung menjawab saat ditanya berhubungan dengan sekresi yang
pengertian, tanda gejala dan perawatan tertahan ditandai dengan DS: Ibu
di rumah dari bronkopneumonia, ibu mengatakan An. R batuk pilek, Ibu
tampak cemas, An. R terpasang IVFD mengatakan dahak An. R berwarna
KA EN 3A di tangan sebelah kiri, putih. DO: Pernapasan anak 30 kali
balance cairan : Input = minum 600 cc, per menit, Nadi 110 kali per menit,
IVFD 1000 cc per 24 jam dengan 14 Terdengar suara ronkhi, An. R
tetes/menit, obat drip 250 cc per 24 jam; tampak lemas, hasil rontgen
600 cc +1000 cc + 250 cc = 1850 cc. bronkopneumonia bilateral. Tujuan :
Output = Urine: 1600 cc, IWL= Setelah dilakukan tindakan
40/kgBB/hari= 40 x 9 = 360; 1600 cc + keperawatan 3 x 24 jam bersihan
360 cc = 1960 cc. Balance cairan = jalan napas kembali efektif. Kriteria
Input – Output = 1850 – 1960 = - 110 Hasil : Ibu mengatakan batuk dan
cc, kebutuhan cairan klien 1100 cc. pilek An. R tidak ada, ibu
mengatakan dahak sudah tidak ada,
Diagnosa pernapasan rentang normal (20-30
1. Bersihan jalan napas tidak efektif kali per menit), nadi rentang normal
berhubungan dengan sekresi yang (70-110 kali per menit), suara napas
tertahan vesikuler, An. R tidak lemas.
2. Hipovolemik berhubungan dengan
hipertermia

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
118

2. Rencana tindakan : suhu 36,6C; Pukul 14.00 melakukan


Tindakan Mandiri: inhalasi per 8 jam, RS:-. RO: Telah
a. Kaji TTV (respirasi dan nadi) dilakukan pemberian nebulizer 15
b. Auskultasi suara napas menit dengan ventolin 1cc dan NaCL
c. Monitor TTV 0,9% 2cc; Pukul 14.15 WIB
d. Atur posisi untuk mengauskultasi suara napas An.R.
memaksimalkan RS:-. RO: Terdengar suara ronkhi
e. Lakukan fisioterapi dada pada An. R; Pukul 18.00 WIB
f. Tindakan Kolaborasi perawat ruangan memberikan
g. Pemeriksaan rontgen Ceftriaxone 750 mg melalui drip,
h. Inhalasi per 8 jam RS:-.RO: Telah diberikan ceftriaxone
i. Pemberian ambroxol sirup 3 x 1 1 x 750 mg; Pukul 20.00 WIB
sendok teh perawat ruangan memberikan terapi
j. Pemberian ceftriaxone 1 x 750 inhalasi, RS:-. RO: Telah diberikan
mg terapi Nebulizer dengan ventolin 1 cc
Pelaksanaan dan NaCL 2 cc selama 15 menit;
Tanggal 04 Maret 2020 Pukul 06.00 WIB perawat ruangan
Pada Pukul 06.00 WIB perawat memberikan terapi inhalasi, RS:-.
ruangan memberikan terapi inhalasi, RO: Telah diberikan terapi Nebulizer
RS:-. RO: Telah diberikan terapi dengan ventolin 1cc dan NaCL 2 cc
Nebulizer dengan ventolin 1cc dan selama 15 menit.
NaCL 2 cc selama 15 menit; Pukul Evaluasi
08.00 WIB perawat ruangan Tanggal 06 Maret 2020
memantau pemberian ambroxol, RS:-. Subjektif: Ibu mengatakan batuk
RO: Obat ambroxol telah di berikan dan pilek An. R tidak ada, ibu
3 x 1 sendok teh; Pukul 09.00 WIB mengatakan dahak sudah tidak ada.
mengauskultasi suara napas An. R, Objektif: Pernapasan rentang normal
RS:-. RO: Telah dilakukan auskultasi (20-30 kali per menit), nadi rentang
dengan hasil terdengar suara ronkhi normal (70-110 kali per menit), tidak
pada pernapasan; Pukul 10.00 WIB terdengar suara ronkhi, An. R tidak
mengkaji tanda-tanda vital An. R, lemas. Analisa: Tujuan tercapai,
RS:-. RO: Pernapasan 30 kali per masalah teratasi. Perencanaan:
menit, Nadi 110 kali per menit, dan Intervensi dihentikan.

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
119

2. Hipovolemik berhubungan dengan Pelaksanaan


hipertermia berhubungan dengan : Tanggal 04 Maret 2020
Data Subjektif : Ibu mengatakan Pada pukul 11.00 menganjurkan An.
anak panas saat malam saja dan tidak R banyak minum. RS:-. RO: Telah
menentu. Data Objektif : Balance dianjurkan penambahan minum 250
Cairan Input = minum 600 cc, IVFD cc per hari; Pukul 12.10 mengkaji
1000 cc per 24 jam, obat drip 250 cc dan mencatat balance cairan An. R,
per 24 jam; 600 cc + 1000 cc + 250 RS: ibu mengatakan An. R minum
cc = 1850 cc. Output = Urine: 1600 500cc selama 24 jam, dan urine 1600
cc, IWL= 40/kgBB/hari= 40 x 9 = ml selama 24 jam. RO: Input selama
360; 1400 cc + 360 cc = 1960 cc. 24 jam 1700, output selama 24 jam
Balance cairan = Input – Output = 1760 jadi balance cairan -60; Pukul
1850 cc – 1960 cc = -110 cc. Tujuan: 12.35 memonitor status hidrasi An. R,
Setelah dilakukan tindakan RS:-. RO: membran mukosa klien
keperawatan 3 x 24 jam hipovolemik tidak lembab dan tugor kulit tidak
teratasi. Kriteria Hasil: Ibu elastis; Pukul 17.55 WIB perawat
mengatakan anak sudah tidak panas ruangan memonitor suhu An. R, RS-.
lagi saat malam hari, suhu anak RO: Suhu An. R 37,7C; Pukul 17.55
rentang normal 36,0  C sampai WIB perawat ruangan memantau
37,5  C, input output balance cairan pemberian paracetamol syirup 1
seimbang, membran mukosa lembab, sendok teh, RS:-.RO: Telah
dan tugor kulit elastis. Rencana diberikan obat paracetamol pada
tindakan : An.R 1 x 1 paracetamol syirup.
Tindakan Mandiri Evaluasi
a. Kaji status cairan An. R Tanggal 06 Maret 2020
b. Catat balance cairan An. R Subjektif: Ibu mengatakan anak
c. Monitor suhu tubuh An. R sudah tidak panas lagi saat malam
d. Anjurkan banyak minum hari. Objektif: Ibu mengatakan anak
e. Monitor status hidrasi sudah tidak panas lagi saat malam
Tindakan Kolaborasi hari, suhu anak rentang normal
f. Pemberian paracetamol syirup 1 36,0  C sampai 37,5  C, input output
x 1 sendok teh balance cairan seimbang, membran
mukosa lembab dan tugor kulit

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
120

elastis. Analisa: Tujuan tercapai, makanan kering atau makanan


masalah teratasi. Perencanaan: yang menarik untuk klien
Intervensi dihentikan. e. Timbang berat badan/ hari
f. Ukur LLA/hari
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan Pelaksanaan
intake tidak adekuat dan mual Tanggal 04 Maret 2020
ditandai dengan : DS: Ibu Pada pukul 11.30 WIB
mengatakan An. R merasa mual, Ibu mengidentifikasi faktor yang
mengatakan berat badan An. R 12 kg menimbulkan, RS: Ibu anak masuk
dan sekarang 9 kg, Ibu mengatakan angin jadi menimbulkan mual. RO:-;
An. R tidak nafsu makan dan hanya Pukul 12.00 WIB mengkaji adanya
makan ¼ porsi. DO: An. R tampak alergi makanan RS: Ibu mengatakan
lemas, Berat badan turun 3 kg, An. R tidak memiliki riwayat alergi
Lingkar lengan atas 13 cm, Hasil makanan, RO:-; Pukul 13.30
laboratorium hemoglobin 11,4 menimbang berat badan anak dan
gram/dl. Tujuan: Setelah dilakukan mengukur LLA pada anak setiap hari,
tindakan keperawatan 3 x 24 jam RS:-. RO: Berat badan 9 kg dan LLA
defisit nutrisi teratasi. Kriteria 13 cm; Pukul 13.45 WIB
Hasil:Ibu mengatakan An. R sudah mengauskultasi bising usus An. R,
tidak mual dan makan habis 1 porsi, RS:-. RO: Bising usus terdengar 20
ibu mengatakan An. R sudah nafsu kali per menit; Pukul 09.00 WIB
makan, meningkat minimal 0,5 kg mengauskultasi bising usus An. R,
perminggu, Hemoglobin normal 12 RS:-. RO: bising usus terdengar 25
g/dl, lingkar lengan atas rentang kali per menit.
normal 16.00 cm, dan An. R tidak Evaluasi
tampak lemas. Tanggal 06 Maret 2020
Rencana tindakan : Subjektif: Ibu mengatakan anak
a. Kaji adanya alergi makanan sudah mual, ibu mengatakan anak
b. Auskultasi bunyi bising usus sudah nafsu makan dan makanan
c. Identifikasi faktor yang habis 1 porsi. Objektif: BB 10 kg,
menimbulkan mual Hemoglobin 11,4gram/dl, LLA 14.00
d. Anjurkan ibu berikan makan cm, anak tidak lemas. Analisa:
porsi kecil dan sering termasuk

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
121

Tujuan tercapai, masalah teratasi. gejala infeksi, RS: Ibu mengatakan


Perencanaan: Intervensi dihentikan. paham tanda gejala infeksi. RO: Ibu
tampak paham saat di jelaskan tanda
4. Risiko infeksi berhubungan dengan dan gejala infeksi pada area
prosedur invasif ditandai dengan : pemasangan infus; Pukul 14.00 WIB
DS:-. DO: Leukosit 15,0 ribu/uL, An. mencuci tangan sebelum dan sesudah
R terpasang infus ditangan sebelah melakukan tindakan. RS:-. RO:
kiri. Tujuan : Setelah Telah cuci tangan 6 langkah.
dilakukan tindakan keperawatan tangan sebelum dan sesudah
risiko infeksi tidak terjadi. Kriteria melakukan tindakan. RS:-. RO:
Hasil: Leukosit rentang normal 5-10 Telah dilakukan mencuci tangan
ribu/uL, tidak terdapat tanda-tanda dengan 6 langkah.
infeksi seperti rubor, kalor, dolor, Evaluasi
tumor, dan fungsiolaesa. Tanggal 06 Maret 2020
Rencana tindakan: Subjektif: -. Objektif: Leukosit
Tindakan Mandiri rentang normal 5-10 ribu/uL, tidak
a. Kaji tanda-tanda infeksi terdapat tanda-tanda infeksi seperti
b. Monitor area balutan pemasangan rubor, kalor, dolor, tumor, dan
infus fungsiolaesa. Analisa: Tujuan
c. Monitor tanda dan gejala infeksi tercapai, masalah teratasi.
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah Perencanaan: Intervensi di hentikan.
melakukan tindakan
e. Ajarkan keluarga tanda dan 5. Ansietas pada anak dan orangtua
gejala infeksi berhubungan dengan kurang
Tindakan Kolaborasi pengetahuan dan dampak
f. Pemeriksaan Laboratorium hospitalisasi: DS: Ibu mengatakan
Pelaksanaan belum mengetahui pengertian
Tanggal 04 Maret 2020 bronkopneumonia, Ibu mengatakan
Pada pukul 11.10 WIB mengkaji belum mengetahui tanda dan gejala
tanda-tanda infeksi, RS:-. RO: tidak bronkopneumonia, Ibu mengatakan
terdapat tanda-tanda infeksi seperti belum mengetahui bagaimana cara
rubor, kalor, dan dolor; Pukul 11.20 perawatan dengan bronkopneumonia,
mengajarkan keluarga tanda dan Ibu mengatakan cemas dengan

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
122

kondisi anaknya, Ibu berharap Pelaksanaan


kondisi anak membaik. DO: Ibu Tanggal 04 Maret 2020
sangat bingung menjawab saat Pada Pukul 12.55 WIB menyentuh
ditanya pengertian, tanda gejala dan dan mengajak anak berbicara, RS:-.
perawatan di rumah dari RO: anak mau menolak disentuh
bronkopneumonia, Ibu tampak cemas, dan diajak berbicara; Pukul 13.00
Kontak mata An. R kurang baik, An. WIB mengkaji kecemasan Ibu An.
R merasa malu. Tujuan: Setelah R, RS: Ibu mengatakan cemas
dilakukan tindakan keperawatan 3 x dengan kondisi anaknya. RO: Ibu
24 jam cemas teratasi dan terlihat cemas; Pukul 13.05 WIB
pengetahuan meningkat. Kriteria mengkaji tingkat pengetahuan ibu
Hasil: Ibu mengatakan sudah tidak tentang bronkopneumonia yang
cemas dengan konndisi anaknya, ibu dialami anak nya, RS: Ibu
mengetahui pengertian mengatakan belum mengetahui
bronkopneumonia, ibu mengetahui pengertian bronkopneumonia, tanda
tanda dan gejala bronkopneumonia, gejala dari bronkopneumonia dan
ibu mengetahui bagaimana cara cara perawatan di rumah dari
perawatan di rumah, tidak terlihat bronkopneumonia. RO: Ibu tampak
cemas, ibu terlihat mampu bingung menjawab pengertian,
mendemonstrasikan fisioterapi dada, tanda gejala dan cara perawatan di
Kontak mata An. R anak baik dan rumah dari bronkopneumonia.
anak sudah tidak merasa malu. Evaluasi
Rencana tindakan : Tanggal 06 Maret 2020
a. Kaji tingkat pengetahuan ibu Subjektif: Ibu mengatakan sudah
b. Kaji tingkat kecemasan tidak cemas dengan kondisi anaknya,
c. Berikan pendkes pengertian ibu mengatakan mengetahui
bronkopneumonia, dan tanda pengertian bronkopneumonia, ibu
gejala mengatakan mengetahui tanda dan
d. Berikan pendkes bagaimana cara gejala bronkopneumonia, ibu
perawatan di rumah mengatakan mengetahui bagaimana
e. Bantu ibu mengenal situasi cara perawatan di rumah. Objektif:
f. Sentuh, dan bicara dengan anak Tidak terlihat cemas, ibu terlihat
sebanyak mungkin mampu mendemonstrasikan

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
123

fisioterapi dada. Analisa: Tujuan Kyle, T & Carman, S. (2015). Buku


Ajar Keperawatan Pediatri edisi 2
tercapai, masalah teratasi.
volume 1. Jakarta: EGC
Perencanaan: Intervensi dihentikan.
Marni. (2014). Asuhan Keperawatan
Pada Anak Sakit dengan Gangguan
Simpulan Pernapasan. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Manifestasi klinik yang ditemukan pada
kasus seperti batuk berdahak, pilek, Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
deman, menurunnya napsu makan,
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc
frekuensi napas cepat, suara ronchi pada edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: Penerbit
Meiaction
paru dan adanya gambaran rongen
bronkopneumonia. Terdapat 5 diagnosis Padila. (2013). Asuhan Keperawatan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
keperawatan yang muncul pada kasus,
Medika.
perencanaan keperawatan prioritas pada
Ridha, N. (2014). Buku Ajar
masalah bersihan jalan napas dan
Keperawatan Anak. Jakarta: Pustaka
implementasi untuk mengatasi masalah Pelajar
bersihan jalan napas seperti monitoring
Ringel. (2012). Buku Saku Hitam
TTV, pemantauan irama, kedalaman Kedokteran Paru. Dialihbahasa oleh
Daniel K, Onion. Jakarta Barat: Permata
pernapasan serta pemberian terapi untuk
Putri Media
mengencerkan sputum telah dilakukan
Wijayaningsih. (2013). Asuhan
pada kasus. Evaluasi pada kasus semua
Keperawatan Anak. Jakarta: TIM
masalah dapat teratasi.
Wong, L. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Wong edisi 6.
Daftar Pustaka Jakarta: EGC

Bennete, M. 2013. Pediatric pneumonia. World Health Organization. 2017.


http://www.emedicine.Medscape.com. Pneumonia.
Diunduh pada tanggal 15 April 2015 http://www.who.int/medicentre/factshee
ts/fs331/3n
Dahlan. (2014). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset


Kesehatan Dasar. Badan Peneliti dan
Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810

Anda mungkin juga menyukai