Anda di halaman 1dari 21

1

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia


Indri Damayanti1 Siti Nurhayati2
Akademi Keperawatan Pasar Rebo,Departemen Keperawatan
Anak E-mail: indridamayanti97@gmail.com
sitinurhayati.fa23@gmail.com

Abstrak
Bronkopneumonia adalah radang paru – paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru–paru
yang ditandai dengan adanya bercak – bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
dan benda asing. Anak-anak dengan bronkopneumonia biasanya ditandai dengan gejala demam,
takipnea, batuk produktif, nafsu makan menurun, penurunan bunyi nafas, nafas cuping hidung,
retraksi dinding dada dan letargi. Dampak yang akan terjadi pada anak dengan bronkopneumonia
adalah OMA, atelektasis, efusi pleura, emfisema dan meningitis. Tujuan penulisan diharapkan
mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia. Metode
penulisan adalah deskriptif atau gambaran suatu kasus. Hasil dari karya tulis ilmiah didapatkan An.F
dengan bronkopneumonia dengan tanda dan gejala demam, batuk produktif dan terdengar ronkhi
pada paru-paru kanan. Masalah keperawatan pada An.F yaitu: Bersihan jalan nafas tidak efektif,
Resiko defisit nutrisi, Resiko hipovolemia, Defisit pengetahuan dan Resiko infeksi. Setelah
dilakukan implementasi selama tiga hari didapatkan bahwa dua masalah yang teratasi dan tiga yang
belum teratasi yaitu masalah bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko hipovolemia dan resiko
infeksi.
Kata Kunci: Anak, Bronkopneumonia, Bersihan jalan nafas tidak efektif

Abstract
Bronchopneumonia is a type of pneumonia which affects one or several lung lobes which are
marked by the presence of infiltrates caused by bacteria, viruses, fungi, and odd object. Children
with bronchopneumonia are usually characterized by symptoms of fever, tachypnea, productive
cough, decreased appetite, decreased breath sounds, nasal lobe breath, chest wall retraction and
lethargy. The impact that will occur on children with bronchopneumonia is OMA, atelectasis,
pleural effusion, emphysema and meningitis. The purpose of writing is that students are expected to
be able to provide nursing care to children with bronchopneumonia. Writing method is descriptive
or description of a case. The results of scientific papers obtained by An. F with bronchopneumonia
with signs and symptoms of fever, productive cough and sound ronchi in the right lung. Nursing
problems at An.F are: ineffective airway clearance, risk of nutritional deficits, risk of hypovolemia,
knowledge deficit and risk of infection. After three days of implementation, it was found that two
problems were resolved and three that had not been resolved were ineffective airway clearance, risk
of hypovolemia and risk of infection.
Keyword: Bronchopneumonia, Children, Ineffective airway clearance
2

Pendahuluan terdapat 2,1% dari 93.619 penduduk di


Bronkopneumonia terjadi akibat Indonesia. Karakteristik
mikroba yang ada di udara di aspirasi bronkopneumonia anak tertinggi
organisme dari nasofaring atau berdasarkan usia yang paling banyak
penyebaran hematogen. Bakteri masuk terkena yaitu pada usia 12-23 bulan
ke paru melalui saluran nafas masuk ke sebanyak 2,5% (Kemenkes, 2018).
bronkioli dan alveoli. Mikroorganisme Angka kejadian bronkopneumonia pada
yang terdapat dalam paru dapat 5 bulan terakhir dari bulan Oktober s/d
menyebar ke bronkus, bronkus akan Februari 2018 di ruang Mawar RSUD
mengalami fibrosis dan pelebaran akibat Pasar Rebo berjumlah 136 dari 1176
tumpukan nanah sehingga dapat timbul anak yang dirawat di ruang Mawar atau
bronkiektasis. Selain itu organisasi sekitar 11,56%.
eksudat dapat terjadi karena absorbsi
yang lambat. Selanjutnya eksudat Pengertian
berubah menjadi purulen dan Bronkopneumonia adalah suatu
menyebabkan sumbatan pada lumen peradangan pada parenkim paru yang
bronkus. Sumbatan tersebut dapat meluas sampai bronkioli atau dengan
mengurangi asupan oksigen dari luar kata lain peradangan yang terjadi pada
sehingga penderita mengalami sesak jaringan paru melalui cara penyebaran
nafas, dispnea, retraksi dinding langsung melalui saluran pernafasan
dada/nafas cuping hidung (Riyadi, atau melalui hematogen sampai ke
Sujono & Sukarmin, 2009). bronkus (Riyadi, Sujono & Sukarmin,
2009). Bronkopneumonia adalah suatu
Menurut World Health Organization radang paru yang disebabkan oleh
(2016), angka kematian akibat bermacam-macam etiologi seperti
Pneumonia di seluruh dunia pada anak bakteri, virus, jamur, dan benda asing
dengan usia dibawah 5 tahun sekitar (Ngastiyah, 2014).
922.000 (15%). Kejadian
bronkopneumonia pada tahun 2018 di Etiologi
Indonesia terdapat 2,0% dari 1.017.290 Menurut Bradley (2011) :
penduduk di Indonesia. Penderita 1. Faktor infeksi
bronkopneumonia pada usia anak
3

Pada masa neonatus infeksi hidrokarbon seperti pelitur,


penyebab bronkopneumonia minyak tanah dan bensin).
biasanya terjadi akibat dari bakteri b. Bronkopneumonia lipoid
Streptokokus group B Respiratory Setiap keadaan yang
Sincytial Virus (RSV) sedangkan mengganggu mekanisme
pada bayi itu sendiri biasa menelan seperti palatoskizis,
disebabkan oleh virus : virus pemberian makanan dengan
influenza, Adenovirus, RSV dan posisi horizontal, atau
Cytomegalovirus. Selain karena pemaksaan pemberian makanan
virus, pada bayi juga disebabkan seperti minyak ikan pada anak
oleh organisme atipikal seperti yang sedang menangis. Selain
Chlamidia trachomatis, Pneumoni, faktor di atas, daya tahan tubuh
Haemofilus influenza, sangat berpengaruh untuk
Mycobacterium tuberculosa serta terjadinya bronkopneumonia.
bakteri parainfluensa. Pada anak-
anak penyebab bronkopneumonia Patofisiologi
adalah parainfluensa, Influenza Menurut Betz (2009),
virus, Adenovirus, RSV, bronkopneumonia merupakan salah satu
Mycoplasma pneumonia, infeksi sekunder yang biasanya
Pneumokokus, dan Mycobacterium disebabkan oleh virus penyebab
tuberculosis. Dan untuk anak besar bronkopneumonia yang masuk ke
– dewasa muda penyebab saluran pernafasan sehingga terjadi
bronkopneumonia antara lain peradangan bronkus dan alveolus.
seperti Mycoplasma pneumonia, Inflamasi bronkus ditandai adanya
C. trachomatis, Pneumokokus, penumpukan sekret sehingga terjadilah
Bordetella pertussis, serta M. demam, batuk produktif, ronkhi positif
tuberculosis. dan mual. Bila penyebaran kuman
2. Faktor non infeksi sudah mencapai alveolus maka
a. Bronkopneumonia hidrokarbon komplikasi yang terjadi adalah OMA,
Terjadi oleh karena adanya kolaps alveoli, emfisema, meningitis
aspirasi selama penelanan dan atelektasis. Kolaps alveoli ini akan
muntah atau sonde lambung (zat mengakibatkan penyempitan pada jalan
nafas, sehingga menyebabkan sesak
nafas dan suara
4

nafas menjadi ronkhi. Kolaps alveoli


bisa menyebabkan penurunan fungsi Penatalaksanaan Medis
paru dan penurunan produksi surfaktan Menurut Riyadi & Sukarmin (2009) :
sebagai pelumas yang berfungsi untuk 1. Pemberian obat antibiotik penisilin
melembabkan rongga pleura. Emfisema 50.000 U/kg BB/hari, ditambah
(tertimbunnya cairan atau pus dalam dengan kloramfenikol 50–70
rongga paru) adalah tindak lanjut dari mg/kg BB/hari atau diberikan
pembedahan. Atelektasis antibiotik yang mempunyai
mengakibatkan peningkatan frekuensi spektrum luas seperti ampisilin.
napas, hipoksemia, asidosis respiratori, Pengobatan ini diberikan sampai
pada klien terjadi sianosis, dispnea dan bebas demam 4–5 hari. Pemberian
kelelahan yang akan mengakibatkan obat kombinasi bertujuan untuk
terjadinya gagal nafas. menghilangkan penyebab infeksi
yang kemungkinan lebih dari 1
Manifestasi Klinis jenis juga untuk menghindari
Menurut Lalani (2011) sebagai berikut : resistensi antibiotik.
a. Demam 2. Koreksi gangguan asam basa
b. Takipnea dengan pemberian oksigen dan
c. Batuk produktif cairan intravena.
d. Nafsu makan menurun 3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat
e. Penurunan bunyi nafas diberikan inhalasi dengan salin
f. Napas cuping hidung normal dan beta agonis untuk
g. Retraksi dinding dada memperbaiki transport mukosilier
h. Letargi seperti pemberian terapi nebulizer
dengan flexoid dan ventolin selain
Komplikasi bertujuan mempermudah
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai mengeluarkan dahak juga dapat
berikut : meningkatkan lebar lumen
a. Otitis media akut (OMA) bronkus.
b. Atelektasis
c. Efusi pleura Pengkajian Keperawatan
d. Emfisema 1. Riwayat kesehatan
e. Meningitis
5

Tanda dan gejala yang umum 2. Pemeriksaan fisik


meliputi: a. Inspeksi
a. Infeksi saluran napas atas Sianosis dapat menyertai
anteseden akibat virus serangan batuk. Kaji upaya
b. Demam pernapasan. Anak yang
c. Batuk (catat tipe dan apakah mengidap pneumonia dapat
batuk produktif atau tidak) menunjukkan retraksi
d. Peningkatan frekuensi substernal, subkosta, atau
pernapasan interkosta. Takipnea dan napas
e. Riwayat letargi, tidak mau cuping hidung dapat muncul.
makan, muntah atau diare Deskripsikan batuk dan
pada bayi kualitas sputum jika
f. Menggigil, sakit kepala, dihasilkan.
dispnea, nyeri dada, nyeri b. Auskultasi
abdomen, dan mual atau Auskultasi paru dapat
muntah pada anak yang lebih mengungkap mengi atau
besar. ronkhi pada anak yang lebih
Kaji riwayat medis anak di masa kecil. Ronkhi setempat atau
lampau dan saat ini untuk menyebar dapat muncul pada
mengidentifikasi faktor risiko yang anak yang lebih besar.
diketahui berhubungan dengan Dokumentasikan penurunan
peningkatan keparahan pneumonia, suara napas.
seperti: c. Perkusi dan Palpasi
a. Prematuritas Pada anak yang lebih besar,
b. Malnutrisi perkusi dapat mengungkap
c. Pajanan pasif terhadap asap bunyi redup setempat pada
rokok area konsolidasi. Perkusi
d. Status sosioekonomi rendah kurang bermakna pada bayi
e. Dititipkan ke penitipan anak atau anak yang masih kecil,
f. Penyakit jantung-paru, imun, taktil fremitus yang teraba saat
atau sistem saraf yang palpitasi dapat meningkat pada
mendasari (Brady, 2009). pneumonia (Kyle, 2014).
6

3. Pemeriksaan penunjang kebutuhan pemulangan


Menurut Ngastiyah (2014) dan berhubungan dengan kurang
Nelson (2014) sebagai berikut : pajanan, salah menafsirkan
a. Pemeriksaan radiologi informasi, kurang daya ingat.
b. Pemeriksaan ultrasonografi
c. CT – Scan Perencanaan Keperawatan
e. Pemeriksaan laboratorium Menurut Doenges (2018) sebagai
berikut:
Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan
Menurut Doenges (2018) : napas berhubungan dengan infeksi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan (inflamasi bronkial trakeal,
napas berhubungan dengan infeksi pembentukan edema); penyakit
(inflamasi bronkial trakeal, paru obstruktif kronis, eksudat di
pembentukan edema); penyakit dalam alveoli.
paru obstruktif kronis, eksudat di Tujuan : setelah dilakukan
dalam alveoli. tindakan keperawatan diharapkan
2. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: bersihan jalan napas efektif
kurang dari kebutuhan tubuh Kriteria hasil : suara nafas
berhubungan dengan faktor vesikuler, RR: 12 – 20 x/menit,
biologis (peningkatan kebutuhan tidak ada sianosis dan dispnea
metabolik; demam, proses Intervensi:
infeksi), distensi abdomen dan gas a. Kaji frekuensi dan kedalaman
(menelan udara selama episode pernapasan serta gerakan
dispnea). dada. Pantau tanda gagal
3. Risiko kekurangan volume cairan napas, misalnya, sianosis dan
berhubungan dengan kehilangan takipnea berat.
berlebihan melalui rute normal b. Auskultasi bidang paru,
(mis, demam, diaphoresis hebat, dengan mencatat area
pernapasan melalui mulut, penurunan atau ketiadaan
hiperventilasi), penyimpangan aliran udara dan suara napas
yang memengaruhi asupan cairan. tambahan, seperti krekels dan
4. Defisit pengetahuan mengenai mengi.
kondisi, terapi, perawatan diri, dan
7

c. Tinggikan kepala tempat ekspektoran, bronkodilator,


tidur; ubah posisi secara dan analgesik.
berkala i. Berikan cairan tambahan
d. Bantu klien untuk sering seperti cairan IV, oksigen
melakukan napas dalam. yang dihumidifikasi, dan
Demonstrasikan dan bantu humidikasi ruangan.
klien batuk efektif j. Pantau hasil pemeriksaan
e. Lakukan pengisapan, sesuai sinar-x dada serial, gas darah
indikasi, misalnya, desaturasi arteri, dan oksimetri nadi.
oksigen yang berkaitan
dengan sekresi jalan napas. 2. Risiko ketidakseimbangan nutrisi:
f. Anjurkan konsumsi cairan kurang dari kebutuhan tubuh
hingga minimal 2.500 mL per berhubungan dengan faktor
hari, kecuali biologis (peningkatan kebutuhan
dikontraindikasikan, seperti metabolik; demam, proses
pada gagal jantung. Tawarkan infeksi), distensi abdomen dan gas
cairan hangat dan bukan (menelan udara selama episode
dingin. dispnea).
Kolaborasi Tujuan : setelah dilakukan
g. Bantu dan pantau efek terapi tindakan keperawatan diharapkan
nebulizer dan fisioterapi nutrisi adekuat.
pernapasan lain, seperti Kriteria hasil : tidak ada mual
spirometer insentif, muntah, membran mukosa
pernapasan tekanan–positif lembab, nafsu makan meningkat.
intermiten (intermitten Intervensi:
positive-pressure breathing, a. Identifikasi faktor yang
IPPB), perkusi, dan drainase menimbulkan
postural. Lakukan terapi ketidakmampuan untuk
antara waktu makan dan makan, seperti dispnea berat,
batasi cairan jika tepat. nyeri, mual dan muntah,
h. Berikan medikasi, sesuai sputum yang banyak
indikasi, misalnya, mukolitik, b. Auskultasi bising usus
8

c. Anjurkan makan dalam porsi e. Anjurkan asupan cairan


sedikit dan sering minimal 3000 mL perhari
d. Berat badan naik 0,5 Kolaborasi
kg/minggu f. Berikan medikasi, sesuai
e. Kaji status indikasi, seperti antipiretik,
hidrasi antiemetik
Kolaborasi g. Berikan cairan IV tambahan
f. Konsultasi dengan ahli gizi jika diperlukan
dan tim nutrisi

4. Defisit pengetahuan mengenai


3. Risiko kekurangan volume cairan kondisi, terapi, perawatan diri, dan
berhubungan dengan kehilangan kebutuhan pemulangan
berlebihan melalui rute normal berhubungan dengan kurang
(mis, demam, diaphoresis hebat, pajanan, salah menafsirkan
pernapasan melalui mulut, informasi, kurang daya ingat.
hiperventilasi), penyimpangan Tujuan: setelah dilakukan
yang memengaruhi asupan cairan. tindakan keperawatan diharapkan
Tujuan : setelah dilakukan pengetahuan bertambah.
tindakan keperawatan diharapkan Kriteria hasil : menyatakan
cairan adekuat pemahaman mengenai kondisi,
Kriteria hasil : membran mukosa proses penyakit, dan prognosis,
lembab, turgor kulit elastis, CRT menyatakan pemahaman
<2 detik, tanda-tanda vital stabil mengenai regimen terapeutik,
(TD: 110-110/70-90 mmHg, S: memulai perubahan gaya hidup
36,5-37,5 C, RR: 12-20 x/menit,
0
yang diperlukan, berpartisipasi
N: 60-90 x/menit) dalam program terapi.
Intervensi: Intervensi:
a. Kaji tanda-tanda vital a. Berikan informasi dalam
b. Kaji turgor kulit, kelembaban bentuk tulisan dan verbal
membran mukosa b. Tekankan pentingnya
c. Catat laporan mual dan melanjutkan batuk efektif dan
muntah latihan napas dalam
d. Pantau asupan dan haluaran
9

c. Kaji tingkat pengetahuan WIB. Tanggal masuk rumah


pasien dan keluarga terkait sakit 28 Februari 2019 pukul
penyakit pasiennya 00.39 WIB di Ruang Mawar
d. Review pengetahuan pasien RSUD Pasar Rebo, nomor
mengenai kondisinya register 2019-830220 dengan
e. Jelaskan mengenai proses diagnosa medis
penyakit Bronkopneumonia dd TB Paru.
Nama klien An.F jenis kelamin
Pelaksanaan Keperawatan perempuan, nama panggilan
Menurut Wong (2009) implementasi An.F, tempat tanggal lahir 24
adalah pelaksanaan untuk mencapai Oktober 2006 (12 tahun), suku
tindakan untuk mencapai tujuan. Tahap bangsa Indonesia, bahasa yang
pelaksanaan dimulai setelah rencana digunakan untuk sehari-hari
tindakan disusun, untuk membantu yaitu bahasa Indonesia,
klien mencapai tujuan yang diharapkan pendidikan sekolah dasar kelas
mencakup peningkatan kesehatan, 6. Nama ibu klien Ny.H,
pencegahan penyakit, pemulihan berusia 52 tahun, pendidikan
kesehatan dan memfasilitasi koping. terakhir SLTP, pekerjaan ibu
rumah tangga, agama Islam,
Evaluasi Keperawatan suku bangsa Indonesia. Nama
Menurut Wong (2009), evaluasi ayah klien Tn.S, berusia 59
adalah stadium pada proses tahun, pendidikan terakhir
keperawatan dimana taraf keberhasilan SLTP, pekerjaan security,
dalam pencapaian tujuan keperawatan agama Islam, suku bangsa
dinilai dan kebutuhan untuk Indonesia.
memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan. 2. Resume
An. F datang ke IGD RSUD
TINJAUAN KASUS Pasar Rebo pada tanggal 28
A. Pengkajian Keperawatan Februari 2019 pukul 00.39
1. Data Biografi WIB, dengan diagnosa medis
Tanggal pengkajian 28 Pneumonia dd TB Paru.
Februari 2019 pukul 16.30 Keluhan utama yaitu keluarga
10

mengatakan An.F demam terus 27 Februari An. F mengeluh


menerus naik turun selama 3 flu, demam naik turun, batuk
hari yang lalu, tidak ada sesak, tidak kunjung sembuh dan tidak
batuk sudah kurang lebih 2 nafsu makan. Terjadinya secara
minggu, berdahak, ada mual, bertahap, awalnya batuk
ada muntah, tidak ada nafsu berdahak dan flu tidak ada
makan. Dari hasil pemeriksaan perubahan sejak kurang lebih 2
di dapatkan pernapasan minggu yang lalu dan dibawa
22x/menit, nadi 88x/menit, ke RSUD Pasar Rebo.
suhu 37,7 C dan suara nafas
0
a. Pengkajian fisik
ronkhi. Di IGD telah 1) Data klinik
dilakukan tindakan Data subjektif : An. F
pemasangan infus KAEN 3B mengatakan batuk berdahak,
12 tetes per menit (TPM). Lalu dahak sukar untuk
anak dipindahkan ke ruang dikeluarkan, demam naik
Mawar. Masalah yang turun, mual dan nafsu makan
muncul yaitu bersihan jalan menurun. Keluarga
napas tidak efektif, hipertermi, mengatakan tidak tahu
nyeri. Tindakan keperawatan tentang penyakit anaknya.
mandiri dan kolaborasi yang Data objektif : Suhu
telah dilakukan adalah 36,40C, nadi 80x/menit,
observasi keadaan umum dan pernafasan 20x/menit,
tanda-tanda vital, memasang tekanan darah 110/70 mmHg
infus KAEN 3B 12 tpm, dan kesadaran compos
mengambil sampel darah, mentis.
Ambroxol 3x1 sdt, paracetamol 2) Nutrisi dan metabolisme
3x2 sdt, Ceftriaxone 1x1 gr. Data subjektif : An. F
mengatakan nafsu makan
3. Pengkajian menurun, BB 30kg tidak ada
Tn. H mengatakan An. F mulai penurunan/peningkatan BB
sakit pada tanggal 25 Februari sebelum dan saat sakit, diit
2019 dengan keluhan utama sesuai dengan yang
batuk berdahak. Lalu tanggal diberikan dari rumah sakit,
11

makan 3x/hari dengan porsi tidak ada sianosis, tidak ada


makan ½ porsi, ada mual edema, tidak ada palpitasi,
tidak ada muntah, minum pengisian kapiler 2 detik,
800 cc/hari. temperatur 36,40C, RR:
Data objektif : Mukosa 20x/menit, TD: 110/70
mulut kering, warna pucat, mmHg, N: 80x/menit, akral
tidak ada lesi, tidak ada teraba hangat.
kelainan palatum, bibir 4) Eliminasi
kering, gusi baik dan bersih, Data subjektif : An. F
lidah baik dan bersih. Gigi mengatakan tidak ada
An. F lengkap, tidak ada kembung dan tidak ada nyeri
karang gigi dan karies. perut. An. F mengatakan
Integritas kulit baik, turgor pada saat di rumah sakit
kulit elastis, tekstur baik dan buang air besar 1x/hari, bau
warna sawo matang. An. F khas, warna kecoklatan,
tidak terpasang NGT. tidak terdapat lendir,
3) Respirasi/sirkulasi konsistensi padat. An. F
Data subjektif : An. F mengatakan tidak ada diare.
mengatakan tidak sesak. An. An. F mengatakan BAK
F mengatakan batuk frekuensi 8x dalam 24 jam
berdahak dan terdapat jumlah 1200cc, tidak ada
sputum berwarna putih. An. keluhan saat buang air kecil,
F mengatakan tidak ada tidak ada nokturia, tidak ada
nyeri dada dan tidak ada disuria, tidak ada hematuria
edema. dan tidak ada inkontinensia.
Data objektif : Suara Data Objektif :
pernafasan ronkhi pada paru- Abdomen tidak kembung,
paru kanan, terdapat batuk tidak tegang/kaku, bising
berdahak, sputum berwarna usus 20x/menit, lingkar perut
putih, tidak menggunakan 60cm. Feses berbau khas,
otot bantu nafas dan tidak warna kecoklatan, tidak ada
tampak pernafasan cuping lendir, konsistensi padat,
hidung. Tidak ada ikterus, tidak ada melena dan
12

frekuensi 1x/hari. Urine pupil isokor, konjungtiva


kuning jernih, bau khas, ananemis, pendengaran baik
tidak terpasang kateter, dan penglihatan baik.
frekuensi 8x/24jam. Rektum 7) Konsep diri
tidak ada iritasi, tidak Data subjektif : Ny. H
mengalami atresia ani dan mengatakan anaknya
tidak ada prolaps. menjadi lebih rewel
5) Aktivitas/Latihan Data objektif : Kontak
Data subjektif : An. F mata An. F terhadap
mengatakan lemas. An. F perawat ada, postur tubuh
mengatakan pemenuhan baik dan perilaku An. F baik.
sehari-hari masih dibantu 8) Tidur/Istirahat
oleh orang tuanya. An. F Data subjektif : An. F
mengatakan tidak mengatakan tidur menjadi
mengalami kekakuan kurang nyenyak karena
pergerakan sendi dan tidak terganggu batuk.
ada nyeri pada sendi. Data objektif : Tidak
Data objektif : An. F ada tanda-tanda kurang tidur
bisa berjalan lancar, pada An. F.
kekuatan menggenggam 9) Seksualitas/Reproduksi:
tangan kanan dan kiri cukup Data subjektif : An. F
baik, bentuk kaki simetris, mengatakan belum
otot kaki baik, tidak ada menstruasi dan pemeriksaan
kejang dan tampak lemas. buah dada ada.
6) Sensori persepsi Data objektif : An. F
Data subjektif : An. F tidak mengalami benjolan
mengatakan pendengaran, buah dada.
penglihatan, penciuman, b. Dampak hospitalisasi
perabaan dan pengecapan 1) Pada anak : An. F
cukup baik. mengatakan sedih tidak bisa
Data objektif : Reaksi masuk sekolah.
An. F terhadap rangsangan 2) Pada keluarga : Orang
cukup baik, orientasi baik, tua mengatakan sedih dan
13

cemas dengan kondisi 219000/ul (217-497), basofil 0%


anaknya. (0-1%), eosinophil turun menjadi
c. Tingkat pertumbuhan dan 0% (1-3%), neutrofil batang
perkembangan saat ini menurun menjadi 0% (3-6%),
1) Pertumbuhan neutrofil segmen 68% (50-70%),
Berat badan An. F 30 kg, limfosit menurun menjadi 24%
tinggi badan 135 cm, lingkar (25-40%), monosit 8% (2-8%).
lengan atas 20cm dan Pemeriksaan GenXpert pada
pertumbuhan gigi sudah tanggal 02 Maret 2019 dengan
lengkap. hasil : BTA not detected.
2) Perkembangan
Dalam perkembangan 5. Penatalaksanaan
motorik kasar An. F Ceftriaxone 1x1 gram via IV
mengatakan senang drip, Ambroxol sirup 3x1 sdt via
melakukan olahraga voli. oral, Paracetamol sirup 3x2 sdt
Dalam perkembangan via oral, infus KAEN 3B 15tpm.
motorik halus An. F mampu
memakai pakaian sendiri. 6. Data fokus
Dalam bahasa An. F Data subjektif :
menggunakan bahasa sebagai An. F mengatakan batuk
alat pertukaran verbal. Dalam berdahak kurang lebih 2 minggu
bersosialisasi An. F mampu terdapat sputum dan sukar untuk
makan sendiri tanpa bantuan. dikeluarkan, An. F mengatakan
mual, An. F mengatakan nafsu
4. Pemeriksaan Penunjang makan menurun, keluarga
Pemeriksaan laboratorium pada mengatakan cemas terhadap
tanggal 28 Februari 2019 : keadaan anaknya, keluarga
hemoglobin normal 12.5 g/dL mengatakan tidak tahu mengenai
(11.7-15.5 g/dL), hematokrit penyakit anaknya, An. F
normal 39% (32-47%), eritrosit mengatakan lemas.
4,4 juta/uL (3.8-5.2 juta/uL), Data objektif :
leukosit normal 8750/uL (3600- Suara napas ronkhi pada paru-
11000/uL), trombosit normal paru kanan, terdapat batuk
14

berdahak dan sputum berwarna ditandai dengan data subjektif :


putih, membran mukosa anak An. F mengatakan nafsu makan
tampak kering berwarna pucat, menurun, An. F mengatakan
bibir tampak kering, tampak mual dan data objektif :
batuk, An.F tampak lemas, Membran mukosa tampak kering
tampak menghabiskan berwarna pucat, tampak anak
makanannya hanya ½ porsi, menghabiskan makanannya
keluarga tampak cemas, An. F hanya ½ porsi, mukosa bibir
terpasang infus KAEN 3B 15 kering.
tpm. 3. Risiko hipovolemia
berhubungan dengan
B. Diagnosa Keperawatan kekurangan intake cairan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif ditandai dengan data subjektif :
berhubungan dengan An.F mengatakan batuk
peningkatan produksi sputum berdahak kurang lebih 2 minggu
maka ditandai dengan data terdapat sputum dan sukar untuk
subjektif : An. F mengatakan dikeluarkan, An. F mengatakan
batuk berdahak kurang lebih 2 mual, An. F mengatakan nafsu
minggu terdapat sputum dan makan menurun, An. F
sukar untuk dikeluarkan, Ny. H mengatakan lemas dan data
mengatakan ventilasi di rumah objektif : Membran mukosa
hanya jendela dan pintu saja dan anak tampak kering berwarna
jarang dibuka, Ny. H pucat, bibir tampak kering, An.
mengatakan sinar matahari F tampak lemas.
masuk sedikit kedalam 4. Defisit pengetahuan
rumahnya dan data objektif : berhubungan dengan kurang
suara napas ronkhi pada area terpapar informasi ditandai
paru-paru kanan, terdapat dengan data subjektif :
sputum berwarna putih, An. F keluarga mengatakan cemas
tampak batuk, RR: 20x/menit, terhadap keadaan anaknya,
2. Risiko defisit nutrisi keluarga mengatakan tidak tahu
berhubungan dengan mengenai penyakit anaknya dan
keengganan untuk makan data objektif : -
15

5. Risiko infeksi berhubungan tidak ada sesak dan batuk tidak


dengan efek prosedur invasif ada.
ditandai dengan An.F terpasang Perencanaan :
infus KAEN 3B 12 tpm Mandiri :
a. Observasi tanda-tanda vital
C. Perencanaan Keperawatan, b. Pantau suara nafas,
Pelaksanaan Keperawatan, frekuensi dan kedalaman
Evaluasi pernafasan.
1. Bersihan jalan nafas tidak c. Anjurkan minum air hangat.
efektif berhubungan dengan d. Pantau karakteristik dan
peningkatan produksi sputum jumlah sekret.
Data subjektif : An. F e. Beri posisi semi fowler atau
mengatakan batuk berdahak high fowler.
kurang lebih 2 minggu terdapat Kolaborasi :
sputum dan sukar untuk f. Berikan obat Ambroxol
dikeluarkan, Ny. H mengatakan sirup 3x1 sdt via oral
ventilasi di rumah hanya jendela g. Berikan obat Ceftriaxone
dan pintu saja dan jarang dibuka, 1x1 gr via IV drip
Ny. H mengatakan sinar Pelaksanaan Keperawatan
matahari masuk sedikit kedalam Hari Kamis, 28 Februari 2019
rumahnya. Pukul 15.00 memantau suara nafas,
Data objektif : suara napas frekuensi dan kedalaman
ronkhi pada area paru-paru pernafasan, RS:-, RO: suara nafas
kanan, terdapat sputum ronkhi di paru-paru kanan, RR
berwarna putih, An. F tampak 20x/menit dan kedalaman dalam.
batuk, RR: 20x/menit. Pukul 15.10 memantau
Tujuan: Setelah dilakukan karakteristik dan jumlah sekret,
tindakan keperawatan 3 x 24 RS: anak mengatakan sekret sedikit
jam, diharapkan bersihan jalan berwarna putih kental, RO:-. Pukul
nafas efektif. 15.30 mengukur tanda-tanda vital,
Kriteria Hasil : Pernafasan 12- RS: -, RO: Suhu 36,40C, nadi
20/menit, suara nafas vesikuler, 80x/menit, pernafasan 20x/menit
dan tekanan darah 110/70 mmHg.
16

Pukul 16.00 memberikan obat menurun, An. F mengatakan


Ambroxol sirup 1 sdt via oral, RS:- mual
, RO: obat Ambroxol sirup 1 sdt Data objektif : Membran
via oral telah diberikan. Pukul mukosa tampak kering berwarna
17.00 menganjurkan minum air pucat, tampak anak
hangat, RS:-, RO: orang tua menghabiskan makanannya
tampak memberikan air hangat hanya ½ porsi, mukosa bibir
50cc. Pukul 20.00 mengukur tanda- kering
tanda vital, RS: -, RO: Suhu Tujuan : setelah dilakukan
36,8°C, tekanan darah 100/60 tindakan keperawatan 3x24 jam
mmHg, nadi 70x/menit dan nutrisi adekuat
pernafasan 20x/menit dilakukan Kriteria Hasil : berat badan
oleh perawat ruangan. Pukul 00.00 bertambah 0,5kg/3hari, makan
memberikan obat Ambroxol sirup 1 habis 1 porsi, tidak ada mual,
sdt via oral, RS:-, RO: obat tidak ada muntah, membran
Ambroxol sirup 1 sdt via oral telah mukosa lembab
diberikan oleh perawat ruangan. Perencanaan :
Evaluasi Keperawatan Mandiri:
Hari Minggu, 03 Maret 2019 a. Timbang berat badan secara
Subjektif: An. F mengatakan rutin/seminggu 1 kali.
batuknya berkurang. Objektif: b. Berikan makan selagi hangat.
Pernafasan 20x/menit, sputum c. Anjurkan makan sedikit tapi
keluar sedikit. Analisa: Tujuan sering.
tercapai sebagian, masalah belum d. Bantu pasien untuk makan,
teratasi. Planning: Intervensi jika perlu.
dilanjutkan. e. Pantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan
2. Risiko defisit nutrisi Kolaborasi:
berhubungan dengan f. Diskusikan dengan ahli gizi
keengganan untuk makan untuk memenuhi kebutuhan
Data subjektif : An. F nutrisi.
mengatakan nafsu makan g. Pantau hasil lab : Hb
Pelaksanaan :
17

Hari Kamis, 28 Februari 2019 dikeluarkan, An. F mengatakan


Pukul 15.20 menimbang berat mual, An. F mengatakan nafsu
badan anak, RS:-, RO: berat makan menurun, An. F
badan anak 30kg. Pukul 15.50 mengatakan lemas
mengkaji porsi makan yang Data objektif : Membran
dihabiskan anak, RS : An. F mukosa anak tampak kering
mengatakan makanan tidak habis, berwarna pucat, bibir tampak
RO : makan hanya habis ½ porsi. kering, An. F tampak lemas.
Pukul 16.20 mengkaji kandungan Tujuan : setelah dilakukan
nutrisi klien, RS:-, RO: tampak tindakan keperawatan 3x24 jam
makanan yang diberikan orang diharapkan cairan adekuat
tua kandungan nutrisi sedikit. Kriteria Hasil : membran
Pukul 17.00 memberikan mukosalembab, turgor kulit
makanan selagi hangat dan elastis, CRT < 2 detik, tanda-
membantu pasien makan, RS:-, tanda vital stabil (TD: 110-
RO: makan hanya sayuran saja. 120/70-90 mmHg, S: 36,5-
Evaluasi 37,50C, RR: 12-20 x/menit, N:
Hari Minggu, 03 Februari 2019 60-90 x/menit).
Subjektif: An. F mengatakan Perencanaan :
makan hanya habis ½ porsi, mual Mandiri :
sudah tidak ada. Objektif: makan a. Kaji tanda-tanda vital
hanya habis ½ porsi, membran b. Kaji turgor kulit, kelembapan
mukosa tampak lembab. Analisa: membran mukosa
Tujuan tercapai masalah teratasi. c. Catat laporan mual dan
Planning: Intervensi dihentikan. muntah
d. Pantau asupan dan haluaran
3. Risiko hipovolemia e. Anjurkan asupan cairan
berhubungan dengan minimal 1000 ml/hr
kekurangan intake cairan f. Berikan cairan KAEN 3B 15
Data subjektif : An.F tpm
mengatakan batuk berdahak Pelaksanaan :
kurang lebih 2 minggu terdapat Hari Kamis, 28 Februari 2019
sputum dan sukar untuk
18

Pukul 11.00 memberikan cairan 20x/menit dilakukan oleh


KAEN 3B 15 tpm, RS:-, RO: perawat ruangan. Pukul 23. 00
cairan infus telah diberikan, memberikan cairan KAEN 3B
tetesan infus lancar oleh perawat 15tpm, RS:-, RO: cairan infus
ruangan. Pukul 15.30 mengukur telah diberikan, tetesan infus
tanda-tanda vital, RS: -, RO: lancar oleh perawat ruangan.
Suhu 36,4 C, nadi 80x/menit,
0
Evaluasi
pernafasan 20x/menit dan Hari Minggu, 03 Februari 2019
tekanan darah 110/70 mmHg. Subjektif: An. F mengatakan
Pukul 15.45 mengkaji turgor kulit mual sudah berkurang, An.F
dan kelembapan membran mengatakan sudah tidak lemas.
mukosa, RS: -, RO: turgor kulit Objektif: membran mukosa
elastis, membran mukosa tampak tampak lembab, CRT 2 detik.
kering. Pukul 16.00 mengkaji Analisa: Tujuan tercapai
mual dan muntah, RS: klien sebagian masalah belum teratasi.
mengatakan ada mual tidak ada Planning: Intervensi dilanjutkan.
muntah, RO:-. Pukul 16.10
menganjurkan klien minum 4. Defisit pengetahuan
1000mL/hari,RS: klien berhubungan dengan kurang
mengatakan mengerti, RO:-. terpapar informasi
Pukul 16.30 memantau intake Data Subjektif: keluarga
output, RS: -, RO: Balance mengatakan cemas terhadap
cairan, Intake : air mineral keadaan anaknya, keluarga
800cc+cairan infus 1080cc = mengatakan tidak tahu mengenai
1880cc, Output : urin 1200cc, penyakit anaknya
iwl(30-12x30)= 540cc, jadi Data objektif : -
1200cc + 540cc= 1740cc. Intake– Tujuan: Setelah dilakukan
output : 1880cc–1740cc = tindakan keperawatan 3x24 jam
+140cc/24jam. Pukul 20.00 diharapkan pengetahuan
mengukur tanda-tanda vital, RS: - bertambah.
, RO: Suhu 36,8°C , tekanan Kriteria Hasil : ansietas
darah 100/60 mmHg, nadi berkurang, keluarga mengerti
70x/menit dan pernafasan tentang penyakit
19

bronkopneumonia (pengertian, Subjektif: Orang tua mengatakan


penyebab, tanda dan gejala, cara sudah mengerti tentang
pencegahan, serta akibat lanjut bronkopneumonia. Objektif:
dari penyakit anaknya) Orang tua mampu menyebutkan
Perencanaan : pengertian, penyebab, tanda dan
Mandiri : gejala, cara pencegahan dan cara
a. Kaji tingkat pengetahuan perawatan bronkopneumonia.
pasien dan keluarga terkait Analisa: Tujuan tercapai,
penyakit pasiennya masalah teratasi. Planning:
b. Review pengetahuan pasien Intervensi dihentikan.
mengenai kondisinya
c. Jelaskan mengenai proses 5. Risiko infeksi berhubungan
penyakit dengan efek prosedur invasif
d. Jelaskan tanda dan gejala Data subjektif : -
yang umum dari penyakit Data objektif : An.F terpasang
Pelaksanaan : infus KAEN 3B 15 tpm
Hari Kamis, 28 Februari 2019 Tujuan: setelahdilakukan
Pukul 16.00 mengkaji tingkat tindakan keperawatan 3 x 24 jam
kecemasan orang tua tentang diharapkan infeksi tidak terjadi
penyakit anaknya, RS: orang tua Kriteria Hasil : TTV dalam
mengatakan cemas melihat batas normal (TD: 110-120/60-90
kondisi anaknya saat ini RO: mmHg, N: 60-90x/menit, S: 36,5-
Orang tua kelihatan sangat 37,50C, RR: 12-20x/menit), tidak
cemas. Pukul 16.20 mengkaji ada tanda-tanda infeksi pada area
pengetahuan orang tua tentang pemasangan infus seperti rubor,
penyakit anaknya, RS: orang tua kalor, dolor, tumor, fungsi laesa.
mengatakan tidak tahu mengenai Perencanaan :
penyakit anaknya RO: Orang tua Mandiri :
tidak mengerti mengenai a. Cuci tangan dengan sabun
penyakit anaknya. antimikroba setiap sebelum
Evaluasi dan sesudah tindakan
Hari Sabtu, 02 Maret 2019 keperawatan
b. Observasi tanda-tanda vital
20

c. Observasi area pemasangan tercapai, masalah belum teratasi.


infus Planning: Intervensi dilanjutkan.
d. Dorong istirahat
e. Dorong masukan nutrisi dan Kesimpulan
cairan yang cukup Bronkopneumonia peradangan
Pelaksanaan : parenkim paru yang dapat menyebar
Hari Kamis, 28 Februari 2019 melalui saluran pernafasan atau melalui
Pukul 15.30 mengukur tanda- hematogen sampai ke bronkus. Masalah
tanda vital, RS: -, RO: Suhu keperawatan an.F dengan
36,4 C,
0
nadi 80x/menit, bronkopneumonia: bersihan jalan nafas
pernafasan 20x/menit dan tidak efektif, resiko hipovolemia, resiko
tekanan darah 110/70 mmHg. defisit nutrisi, defisit pengetahuan dan
Pukul 16.45 mengobservasi area resiko infeksi. Hingga hari perawatan
pemasangan infus, RS:-, RO: ketiga perawatan dua masalah sudah
area pemasangan infus baik tidak teratasi tiga masalah belum teratasi.
ada tanda-tanda infeksi seperti Perlu upaya yang lebih komprehensif
rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi dan serius dalam penanganan
laesa, tetesan infus lancar. Pukul bronkopneumonia, terutama peran
17.15 memotivasi agar nutrisi keluarga dalam merawat anak yang
dan cairan cukup, RS: anak mengalami bronkopneumonia.
mengatakan mengerti, RO: anak
tampak mengerti. Pukul 20.00 DAFTAR PUSTAKA
mengukur tanda-tanda vital, RS: - Betz, C.L, & Sowden, L.A. (2009).
Buku saku keperawatan pediatrik. Edisi
, RO: Suhu 36,8°C , tekanan 5. Jakarta: EGC
darah 100/60 mmHg, nadi
Bradley. (2011). The management of
70x/menit dan pernafasan community. Acquired pneumonia
20x/menit dilakukan oleh America : Pediatric infectious diseases
society and the infectious diseases
perawat ruangan. society.
Evaluasi
Brady, M. (2009). Hospitalized
Hari Sabtu, 02 Maret 2019 children’s views on the good nurse.
Subjektif: - Objektif: klien Nursing ethics 16(5).
terpasang infus KAEN 3B 15 Doenges, M.E. (2018). Rencana asuhan
tpm. Analisa: Tujuan belum keperawatan : pedoman asuhan klien
anak – dewasa. Edisi 9. Jakarta: EGC
21

Kemenkes. (2018). Laporan nasional Ngastiyah. (2014). Perawatan anak


riskesdas 2018. Diambil pada tanggal sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC
27 Maret 2019 pukul 19.00 WIB
dariwww.depkes.go.id/resources/downl Riyadi, Sujono & Sukarmin. (2009).
oad/info...2018 Asuhan keperawatan pada anak. Edisi
/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf 1. Yogyakarta : Graha Ilmu
Kyle. (2014). Buku ajar keperawatan Wong, D, dkk. (2009). Buku ajar
pediatrik. Edisi kedua. Jakarta: EGC keperawatan pediatric. Alih bahasa :
Agus Sutarna. Jakarta: EGC
Lalani, Amina. (2011).
Kegawatdaruratan pediatrik. Jakarta: World Health Organization. (2016).
EGC Angka kejadian pneumonia. Diambil
pada tanggal 6 April 2019 pukul 12.30
Nelson, W.E. (2014). Ilmu kesehatan WIB dari www.eprints.ac.id
anak. Edisi 12. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai