Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

A
DENGAN BROKOPNEMONIA
DI RUANG DAHLIA RSUD WONOSARI

Disusun Oleh :
Winanthi Surya Astuti 230301088
Endang Sulistiana 230301051
Fila Trianti 230301057

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FALKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak biasanya disebabkan
karena organ-organ tubuhnya yang belum berfungsi secara optimal seperti pada
sistem pernapasan. Pada sistem pernapasan, anak lebih rentang terkena penyakit
broncopneumonia atau pneumonia. Pneumonia merupakan infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri.
Brokopeneumonia adalah jenis pneumonia yang terjadi pada bronkus
dan alveolus yaitu peradandangan atau I feksi akibat virus bakteri atau
jamur.Bronkus adalah saluran udara yang memastikan udara masuk dengan baik
dari trakea ke alveolus. Sementara itu alveolus adalah kanting udara kecil yang
berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dankabon dioksida.Meski sama-
sama menyerang paru-paru ,khususnya saluran udara atau
bronkus.bronkopneumonia berbeda dengan bronchitis (perandangan pada
bronkus).Bronkopneumonia merupakan infeksi yang terjadi pada bronkud dan
alveolus sedangkan bronchitis terjadi hanya bronkus.Seseorang yang
mengalami jenis pneumonia ini dapat merasa sulit bernapas lega atau sesak
napas karena paru-paru mereka tidak mendapatkan suplai udara yang cukup.(1)
Berdasarkan profil kesehatan tahun 2019 diketahui ada 400 ribu kasus
pneumonia di Indonesia. Faktanya, pneumonia adalah pembunuh balita nomor
1 di dunia. Pneumonia mendapat julukan pembunuh yang terlupakan,
pneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia lebih banyak dari
HIV/AIDS, malaria dan campak.(2)
Menurut World Health Organization (2016), angka kematian akibat
Pneumonia di seluruh dunia pada anak dengan usia dibawah 5 tahun sekitar
922.000 (15%). Kejadian bronkopneumonia pada tahun 2018 di Indonesia
terdapat 2,0% dari 1.017.290 penduduk di Indonesia. Penderita
bronkopneumonia pada usia anak terdapat 2,1% dari 93.619 penduduk di
Indonesia(3)
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan,kita harus memahami konsep
dasar tentang penyakit bronkopneumonia ini agar dapat menjadi acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan bronkopneumonia dan
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan bronkopneumonia agar tetap dapat
melakukan aktivitasnya seperti biasanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami buat maka muncul keinginan kami
sebagai calon perawat untuk membahas masalah penyakit brokopneumonia
guna untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai penyakit
bronkopneumonia agar dapat menjadi acuan dan konsep dasar kami untuk
melakukan asuhan keperawatan pasien dengan bronkopneumonia.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memeberi tahu
kepada pembaca khususnya bagi kalangan perawat agar mengetahui apa itu
bronkopneumonia dan apa saja asuhan keperawatan pasien dengan
bronkopneumonia.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus dalam menyusun makalah ini adalah bertujuan untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah stase anak yang telah diberikan oleh
dosen pembimbing serta mahasiswa dapat mampu :
a. Mengetahui definisi bronkopneumonia
b. Mengetahui Klasifikasi bronkopneumonia
c. Mengetahui etiologi bronkopneumonia
d. Mengetahui patofisiologi bronkopneumonia
e. Mengetahui manifestasi klinis bronkopneumonia
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang bronkopneumonia
g. Mengetahui penatalaksanaan bronkopneumonia
h. Mengetahui komplikasi bronkopneumonia
i. Mengetahui pathway bronkopneumonia
BAB II
TINJAUANPUSTAKA

A. Definisi
Bronkopneumonia merupakan infeksi yang mempengaruhi saluran udara masuk ke
paru-paru, juga dikenal sebagai bronkus. Keadaan ini terutama disebabkan oleh
infeksi bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh infeksi virus dan jamur. Penyakit ini
sangat mengancam kehidupan pada anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, dan
pasien dengan kekebalan kronis lainnya yang menurunkan kondisi kesehatan.
Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan
respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri
sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Anak dengan daya tahan
terganggu akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut
tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna.
Bronkopneumonia adalah infeksi yang mempengaruhi saluran udara masuk ke
paru-paru, juga dikenal sebagai bronkus. Kondisi ini terutama disebabkan oleh infeksi
bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh infeksi virus dan jamur. Penyakit ini sangat
mengancam kehidupan pada anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, dan pasien
dengan kekebalan kronis lainnya yang menurunkan kondisi kesehatan.
Bronkopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang mengenai bronkus
dan alveolus. Patchy konsolidasi yang mengenai satu atau lebih lobus paru sebagai
gambaran khas bronkopneumonia. Eksudat neutrophil berpusat di bronkus dan
bronkiolus, dengan penyebaran ke alveoli yang berdekatan.(4)

B. Klasifikasi
Klasifikasi bronkopneumonia yaitu sebagai berikut :(4)
1. Pneumonia lobaris
- Pneumonia yang mengenai satu lobus paru-paru
- Pneumonia multilobar mengacu pada keterlibatan beberapa lobus di paru-
paru tunggal atau kedua paru-paru
- Pneumonia panlobar melibatkan semua lobus paru-paru tunggal.
2. Pneumonia bronkial
- Pneumonia yang mempengaruhi jaringan di sekitar bronkus dan/atau
bronkiolus
3. Pneumonia interstisial
- Pneumonia yang mengenai jaringan di antara alveolus
4. Pneumonia pengorganisasian kriptogenik (sebelumnya dikenal sebagai
pneumonia pengorganisasian bronkiolitis obliterans)
- Pneumonia noninfeksi dengan etiologi yang tidak diketahui yang ditandai
dengan keterlibatan bronkiolus, alveoli, dan jaringan sekitarnya
Klasifikasi Bronkopneumonia dikelompokan berdasarkan pedoman dan tatalaksana
sebagai berikut:
1. Bronkopneumonia sangat berat
Apabila ditemukan sianosis dan anak sama sekali tidak mampu minum, maka
anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik
2. Bronkopneumonia berat
Apabila terdapat retraksi dinding dada tanpa sianosis dan masih mampu minum,
maka anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik.
3. Bronkopneumonia
Apabila tidak terdapat retraksi dinding dada tetapi ditemukan pernafasan cepat
yaitu >60x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan, >50x/menit pada anak
usia 2 bulan-1 tahun, >40x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
4. Bukan Bronkopneumonia
Hanya terdapat batuk tanpa ada nya gejala dan tanda tanda seperti di atas, tidak
memerlukan perawatan dan tidak perlu pemberian antibiotik.

C. Etiologi
Secara umum bronkopnemonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap virulensi organisme pathogen.Orang normal dan sehat memiliki
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glottis
dan batuk,adanya lapisan mukus,gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain :(5)
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
b. Virus : Legionella Pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya di sebabkan oleh
virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi
bronkus dan alveolus.Imflamasi bronkus ditandai dengan adanya penumpukan
secret,sehingga terjadi demam,batuk produktif,ronchi psitif dan mual.bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli,fibrosis,emfisema dan atelektasis.

D. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi
peradangan broncus dan alveolus.Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan
secret sehingga terjadi demam,batuk produktif,rochi positif dan mual.bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli,fibrosis,emfisema dan atelectasis kolaps alveoli akan mengakibatkan
penyepitan jalan napas,sesak nafas dan napas rochi.fibrosis bisa menyebabkan
penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang
berfungsi untuk melembabkan rongga pleura.Emfisima (tertimbunnya cairan atau pus
dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.atelektasismengakibatkan
peningkatan frekuensi napas,hipoksemia,acidosis rerpiratori,pada klien terjadi
sianosis,dipsnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.(6)
E. Manifetasi klinis
Manifestasi klinis bronkopneumonia terrdiri dari:
a. Biasanya didahului dengan infeksi saluran pernapasan atas selam beberapa hari
b. Demam (390 -400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
c. Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuktusuk,yang
dicetuskan oleh bernafas dan batuk
d. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut
e. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi,wheezing

F. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan penunjang yang dilakukan pasien bronkopneumonia adalah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Sampel darah,sputum urine
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram
b. Laringoskopi/ bronkoskopi

G. Penalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien bronkopneumonia antara lain :(7)
1. Menjaga kelancaran pernafasan
2. Kebutuhan Istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan
pasien harus ditolong ditempat tidur.
3. Kebutuhan Nutrisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang.
Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat
menyebabkan dehidasi. Untuk mencegah dehidasi dan kekurangan kalori dipasang
infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi, karena hal
itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan penisilin
ditambah dengan Clod

H. Komplikasi
Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin terjadi, termasuk:(8)
1. Infeksi Darah

Ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan menginfeksi organ lain
2. Abses paru

Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paruparu. Kondisi

ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi kadang-kadang diperlukan

pembedahan untuk menyingkirkannya.

3. Efusi pleura

Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di sekitar paru-paru

dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya dikeringkan dengan jarum atau

tabung tipis. Dalam beberapa kasus, efusi pleura yang parah memerlukan intervensi

bedah untuk membantu mengeluarkan cairan.

4. Gagal napas

Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru, sehingga tubuh

tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena gangguan fungsi pernapasan. Jika

tidak segera diobati, gagal napas dapat menyebabkan organ tubuh berhenti

berfungsi dan berhenti bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena

harus menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).


I. Pathway

Sumber : Doenges (2000); Nurarif & Kusuma (2015) ; PPNI (2017)


J. Diagnosa Yang Mungkin Muncul

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme


No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka Observasi
berhubungan dengan spasme jalan napas
diharapkan pola napas (L.01004) membaik. a) Identifikasi kemampuan batuk

Dengan kriteria hasil : b) Monitor adanya retensi sputum

a) Tekanan ekspirasi meningkat c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran

b) Tekanan inspirasi meningkat napas

c) Dispnea menurun d) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,

d) Penggunaan otot bantu napas menurun usaha napas)

e) Frekuensi napas membaik e) Auskultasi bunyi napas

f) Kedalaman napas membaik Terapeutik

a) Atur posisi semi fowler atau fowler

b) Berikan minum hangat

c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

d) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif


b) Ajarkan teknik batuk efektif

c) Anjurkan batuk dengan kuat langsung

setelah tarik napas dalam yang ke-3

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,


mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan Observasi

upaya napas pola napas (L.01004) membaik. Dengan a) Monitor bunyi napas

kriteria hasil : b) Monitor sputum

a) Tekanan ekspirasi meningkat c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan

b) Tekanan inspirasi meningkat upaya napas

c) Dispnea menurun d) Monitor kemampuan batuk efektif

d) Penggunaan otot bantu napas menurun e) Monitor adanya sumbatan jalan napas f)

e) Frekuensi napas membaik Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

f) Kedalaman napas membaik g) Monitor saturasi oksigen

Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika


tidak kontraindikasi

b) Ajarkan teknik batuk efektif

3. Defisit nurisi b.d peningkatan Setelah dilakukan intervensi, maka Observasi

kebutuhan metabolisme diharapkan status nutrisi a) Identifikasi status nutrisi

(L.03030)membaik. Dengan kriteria hasil: b) Monitor asupan makanan

a) Porsi makanan yang dihabiskan c) Monitor berat badan

meningkat Terapeutik

b) Diare menurun a) Berikan makanan tinggi serat untuk

c) Berat badan membaik mencegah konstipasi b) Berikan makanan

d) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik tinggi kalori dan tinggi protein

e) Nafsu makan membaik c) Berikan suplemen makanan, jika perlu d)

Hentikan pemberian makan melalui selang

nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

e) Berikan makanan sesuai keinginan, jika

memungkinkan Edukasi

a) Anjurkan orang tua atau keluarga


membantu memberi makan kepada pasien

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient

yang dibutuhkan, jika perlu

b) Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum

makan, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA
1. Kesehatan KDJPK. Bronkopneumonia. 2022; Available from:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1400/bronkopneumonia
2. Eviyati Sariningrum, S.Kep. NKARDSY. Penyakit Broncopneumonia pada Anak. 2022;
Available from: https://sardjito.co.id/2022/10/31/penyakit-broncopneumonia-pada-anak/
3. Nurhayati IDS, Akademi Keperawatan Pasar Rebo DKA. Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Bronkopneumonia. kesehatan. 2019;
4. Hts SEP. Bronkopneumonia. J Med Nusant. 2023;1.
5. Konsep penyakit bronkopneumonia [Internet]. Available from:
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrx.azObjxlbzYaBjjLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9z
AzMEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1698488142/RO=10/RU=http%3A%2F%2Frepo
sitory.poltekkes-
denpasar.ac.id%2F456%2F3%2FBAB%2520II.pdf/RK=2/RS=pJTeUKnJsW74dA4CeVP9
Unun6sA-
6. Samuel A. BRONKOPNEUMONIA ON PEDIATRIC PATIENT. 2014;
7. Sawitri GA. BRONKOPNEUMONIA. Kesehatan. 1.
8. General Practitioner · Medicine Sans Frontières. Bronkopneumonia. 2022; Available from:
https://hellosehat.com/pernapasan/pneumonia/bronkopneumonia/
9. Standar diagnosis keperawatan indonesi Esidi 1
10. Standar luaran keperawatan indonesia Edidi II
11. Standar intervensi keperawatan Edisi II
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Data

Nama mahasiswa : Tim Kelompok C

Tempat praktek : Ruang Dahlia (RSUD Wonosari)

Tanggal pengkajian : 23 Oktober 2023

I. DATA IDENTITAS PASIEN


Nama : An. A
No rekam medik : 0069XXXX
Tempat/tgl lahir : 26/11/2019
Usia : 5 tahun
Nama Ayah/Ibu : Marwanto/Indah Mardiata
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : SMA
Agama : Islam
Alamat : Karanganom Karangmojo
Suku bangsa : Jawa
Diagnosa Medis : Bronchopneumonia,

II. RIWAYAT KESEHATAN


1). Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan pasien batuk, pilek, sesak napas dan nyeri di perut

2). Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu pasien datang ke IGD RSUD Wonosari mengatakan pasien batuk sejak
3 hari yang lalu, batuk memberat tidak sesak, tidak mual muntah, tidak demam, tidak
kejang, makan minum berkurang,nyeri perut, diberikan oksigen nasal kanul 2 lpm
saat di IGD dan dipindahkan keruangan dahlia.
Saat pengkajian, ibu pasien mengatakan pasien masih batuk, sesak, pilek.
Setelah dilakukan pengukuran vital sign didapatkan hasil: S: 36,1°C, N: 84x/menit,
RR: 32x/menit, SpO2: 98%. Pasien terpasang infus KN3 14 tpm makro, O2 2 lpm.

3). Riwayat Kesehatan Dahulu


Ibu pasien mengatakan pasien pernah dirawat di RSUD wonosari dibulan mei
karna terdapat flek di paru-paru
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

1). Prenatal
Kehamilan Trimester 1 :
Ibu mengalami tidak mual dan muntah, ibu mengkonsumsi vitamin atau obat.

Kehamilan Trimester II :
pada kehamilan ibu rutin periksa ke klinik bidan

Kehamilan Trimester III :


Ibu rutin memeriksakan kandungan di RS, dan persalinan secara SC.

2). Intranatal
Proses melahirkan di rumah sakit secara SC UK 38 minggu dengan BBL: 2,8 kg,
segera menangis

3). Post Natal


Ibu mengatakan keadaan bayi setelah lahir dalam keadaan normal dan tidak ada
masalah, bayi segera menangis setelah dilahirkan. Ibu dirawat di RS selama ± 2 hari.

IV. RIWAYAT MASA LALU


1). Penyakit masa kecil
Ibu pasien mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit flek pada paru paru
2). Riwayat dirawat di Rumah sakit
Ibu pasien mengatakan pasien pernah dirawat inap di bulan mei 2023 di RSUD
wonosari karna flek pada paru paru.
3). Alergi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi.
4). Obat-obatan yang digunakan
Ibu pasien mengatakan jika anak nya demam dikasih paracetamol.
5). Tindakan/operasi
Ibu pasien mengatakan tidak pernah dilakukan operasi.
6). Imunisasi :
Hepatitis B, BCG, Polio 1, MR, Hepatitis A, HPP

V. RIWAYAT KELUARGA
a. Genogram
Keterangan :

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.

VI. RIWAYAT SOSIAL


a. Pengasuh :
Pasien diasuh oleh ibu nya dirumah dan diasuh oleh neneknya
b. Hubungan dengan Anggota Keluarga :
Pasien dekat dengan ibu dan ayahnya
c. Hubungan dengan Teman Sebaya :
An. A sering main dengan teman-teman nya dirumah.
d. Pembawaan Secara Umum :
Pasien selalu tampak aktif.
e. Lingkungan Rumah :
Pasien tinggal di rumah dan ibu mengatakan lingkungan rumah bersih.

VII. KEBUTUHAN DASAR


a. Nutrisi (makanan dan cairan)
Sebelum Sakit:
Pasien minum sebanyak 700 ml air mineral makan 3xsehari
Selama Sakit:
Selama sakit pasien mau makan dan minum seperti biasa.
b. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit:
Sebelum sakit pasien tidur teratur tidak rewel.
Selama Sakit
Selama sakit pasien tidur siang 2 jam tidur malam 10 jam.
c. Personal Higiene
Sebelum Sakit
An. A sering dimandikan oleh ibu nya.
Selama Sakit
Selama sakit An. A mandi dengan hanya dilap badannya.
d. Aktivitas Bermain
Sebelum Sakit
Sebelum sakit An. A sering main dengan teman di rumah.
Selama Sakit
Selama sakit An. A jarang bermain dan hanya dengan ayah ibunya.
e. Eliminasi
Sebelum Sakit
BAB : Lancar
BAK : Lancar
Selama Sakit
BAK : Lancar
BAB : Lancar

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


a. Kesadaran : Compos mentis
b. Antropometri :
Tinggi Badan :100cm
Lingkar Kepala : 43 cm
Berat Badan :12,4 Kg
Lingkar Lengan Atas : 7 cm
c. Tanda-tanda vital
TD : / mmHg Suhu : 36,1°C
Nadi : 84 kali/menit Respirasi : 32kali/menit
d. Kepala :
Bersih, rambut warna hitam, tidak ada benjolan, pasien tampak meringis

e. Mata :
Simetris, konjungtiva normal, tidak terdapat odem
f. Hidung :
Bentuk simetris, terdapat sekret, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, respirasi:
32x/menit, terpasang O2 nasal kanul 2 lpm
g. Mulut :
Membran mukosa bibir lembab, lidah tampak bersih
h. Telinga :
Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
i. Leher :
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
j. Dada :
Jantung
Inspeksi : Simetris, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Terdengar suara S1 S2 reguler

Paru-paru
Inspeksi : Terdapat retraksi dada, irama nafas tidak teratur, respirasi: 32x/menit
Palpasi : Tidak terdapat odem dan nyeri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Terdengar suara ronkhi (+)

Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat lesi
Auskultasi : Terdengar suara peristaltik usus, bising usus ±10 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
k. Urogenetalia
Pasien BAK di kamar mandi
l. Ekstremitas Atas :
Pasien dapat menggerakkan kedua tangannya dengan baik, terpasang infus di tangan
kiri.
m. Ekstremitas Bawah :
Pasien dapat menggerakkan kedua kakinya dengan baik, tidak terdapat luka
Kulit :
Tidak terdapat lesi, teraba hangat, CRT <2 detik, turgor kulit >2 detik, S: 36,1°C

IX. PENGKAJIAN NYERI

P: Nyeri dibagian perut

Q: Seperti ditusuk-tusuk

R: Perut

S:

T: Hilang timbul

X. RIWAYAT PERKEMBANGAN
1. Personal Sosial :
Pasien An,A mampu menggosok gigi tanpa bantuan, mampu mengambil makanan
sendiri, bisa berpakian tanpa bantuan, bisa bermain ular tangga.
2. Motorik Halus :
Pasien An.A dapat menyusun kubus, bisa memilih garis yang lebih panjang, dapat
menggoyangkan ibu jari.
3. Bahasa :
Pasien An.A dapat menyebutkan 4 warna, mengertikan 5 kata, dapat menghitung
kubus, menyebut 4 gambar.
4. Motorik Kasar :
Pasien An.A dapat berdiri dengan satu kaki selama 3 detik, melompat dengan satu
kaki.
Kesimpulan :
Dari hasil pengkajian DDST didapatkan bahwa perkembangan anak dalam
rentang normal.
.
XI. HUMTY DUMPTY

Parameter Kriteria Nilai Tanggal


( Oktober
2023)
23 24 25
Dibawah 3 tahun 4
Umur 3-7 tahun 3 √ √ √
8-13 tahun 2
>13 tahun 1
Jenis Laki-laki 2 √ √ √
Kelamin Perempuan 1
Kelainan Neurologi 4
Perubahan dalam 3 √ √ √
Diagnosis oksigenasi
Kelainan perilaku 2
psikis/perilaku
Diagnosis lain 1
Tidak sadar terhadap 3
Gangguan keterbatasan
Kognitif Lupa keterbatasan 2 √ √ √
Mengetahui kemampuan 1
diri
Riwayat jatuh dari tempat 4
tidur saat bayi-anak
Faktor Pasien menggunakan alat 3
Lingkungan bantu atau box atau mebel
Pasien berada di tempat 2 √ √ √
tidur
Diluar ruang rawat 1
Respon Dalam 24 jam 3
terhadap Dalam 48 jam riwayat 2
operasi obat jatuh
>48 jam 1
Penggunaan Bermacam-macam obat 3
obat yang digunakan : obat
sedatif, hipnotik,
fenotiazin, deuretik.
Salah satu dari pengobatan 2
diatas
Pengobatan lain 1 √ √ √
TOTAL SKOR 13 13 13
Keterangan :
Risiko rendah : (7-11)
Risiko tinggi : (≥ 12)
Kesimpulan :
Resiko jatuh tinggi (13)

XII. ASPEK MENTAL-INTELEKTUAL


a. Intelektual Orangtua
Ibu dan Ayah pasien selalu memberikan perhatian dan kasih sayang pada pasien
b. Support System Keluarga
Ibu dan Ayah pasien selalu menemani pasien selama pasien sakit.

XIII. TERAPI MEDIS


Terapi yang didapatkan klien saat pengkajian tanggal 23/10/2023
1. Infus KAEN 3A 14 tpm mikro
2. Ceftriaxone 2 x 615 mg
3. Salbutamol 3x1,2
4. Ambroxol 15 mg
5. Paracetamol
6. Nebulizer Ventolin 1rsp / 8 jam

XIV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


1. Pemeriksaan Laboratorium 22/10/2023

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Hematologi
Hemoglobin 12,4 g/dl 12 – 16 Normal
Eritrosit 5,12/ul 4,4 – 4,5 Normal
Leukosit 11,5/ ul 4,3 – 11,4 Tinggi
Trombosit 530 ul 150 – 450 Normal
Hematokrit 37% 37 – 37 Normal
MCH 24,3/pg 82-92 Normal
MCHC 33,3/g/dl 27-31 Normal
RDW CV 0,137% 11.7-14.7 Normal
RDW SD 41,9 34.70-44.50 Normal
Biosofil 0,5 0-1% Normal
Eosinofil 3,3 2-4% Normal
Neotrofil 43,5 50-70% Normal
Limfosit 48,4 25-40% Normal
Monosit 4,3 3-7%
IMUNSEROLOGI
Widal typhi O +1/1280 Tinggi
Widal typhi H +
URINALISA
Warna Kuning Normal
PH 6.0
Protein Negatif
Leukosit Esterase Negatif
2. Pemeriksaan Radiology
Thorax AP dan Lateral
23/10/2023
Sistema tulang intact.
Reticulo granular + groundglass opasity
Mediastinum tak melebar
Trachea di tengah
Sinus costofrenius dekstra lancip, sinistra lancip
Diafragma dekstra et sinistra licin, tak mendatar
CTR <0,5.
Kesan :
Bronchopneumonia
Cor normal.
3. Test Mauntoux
25/10/2023
Didapatkan hasil : +15 mm
XV. ANALISA DATA

No DATA PROBLEM ETIOLOGI


1. Ds: Ibu pasien mengatakan An. A batuk
berdahak, pilek, sesak

Do
- Terdapat sekret pada hidung
- Rhonki (+) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Sekresi Yang Tertahan
- Batuk
- RR: 32x/menit
- Spo2: 98%

2. Ds : ibu px mengatakan anaknya mengeluh


sakit perut, dan belum mau makan

Do :
- pasien tanpak meringis
- Widal : O+ 1/1.280 Agen pencedera fisiologis Nyeri akut
- Diit Rs tidak habis
- S : 36,1
- N : 84x/menit
- RR: 32x/menit
3. Ds :ibu pasien mengatakan aktivitas anaknya
di bantu keluarga
Pasien aktif bermain di atas tempat tidur

Do :
- Pasien pernah jatuh di depan kamar mandi Lingkungan tidak aman Resiko jatuh
- Humpty dumpty 13 ( resiko jatuh tinggi )
- Pasien terpasang infus KAEN 3A 14 tpm
- Hendrail tempat tidur tidak dinaikkan
- Terpasang tanda resiko jatuh

XVI. PRIORITAS MASALAH


1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Sekresi Yang Tertahan
2. Nyeri akut bd agen pencedera fisiologis
3. Resiko jatuh bd lingkungan tidak aman
XVII. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. A Ruang : Dahlia


No. RM : 006XXX Mahasiswa : Kelompok C
No. HARI/TGL Dx PERENCANAAN TTD
/JAM KEPERAWATAN Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Senin, Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011):
23/10/2023 Tidak Efektif b.d selama 3x24 jam diharapkan Bersihan - Monitor pola napas (frekuensi,
Sekresi Yang Tertahan Jalan Napas dapat teratasi dengan kriteria kedalaman, usaha napas)
hasil : - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Bersihan Jalan Napas (L.01001) Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
Indikator Awal Akhir kering)
Produksi sputum 2 4 - Monitor sputum
Dispnea 3 5 - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Pola napas 2 4 - Berikan oksigen, jika perlu
Keterangan : - Kolaborasi pemberian bronkodilator,
1. Meningkat ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
2. Senin Nyeri akut bd agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238) :
23/10/2023 pencedera pisiologis selama 3x24 jam diharapkan dengan - Identifikasilokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Tingkat nyeri (L.08066) - Identifikasi skala nyeri
Indikator Awal Akhir - Identifikasi faktor yang memperberat
Keluhan nyeri 1 4 nyeri
meringis 1 4 - Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Keterangan : - Ajarkan menggunakan analgetik secara
1. Meningkat tepat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
3. Senin, Resiko jatuh bd Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan jatuh : (I.14549) :
23/10/2023 lingkungan tidak aman selama 3x24 jam diharapakan resiko
jatuh dapat teratasi dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor resiko jatuh
Tingkat Jatuh (L.14138) - Identifikasi faktor lingkungan yang
Indikator Awal Akhir meningkatkan resiko jaatuh
Jatuh saat berjalan 2 5 - Hitung resiko jatuh menggunakan
skala humptydumpty
Jatuh di kamar 2 5
- Orientasikan ruangan pada pasien dan
mandi
keluarga
- Pasang hendrail tempat tidur
Keterangan :
- Anjurkan memanggil perawat jika
1. Meningkat
membutuhkan bantuan untuk
2. Cukup mreningkat
berpindah tempat
3. Sedang
- Ajarkan menggunakan alas kaki yang
4. Cukup menurun
tidak licin
5. Menurun
- Ajarkan berkonterasi untuk menjaga
kesimbangan tubuh
XVIII. IMPLEMENTASI

Nama Klien : An. A Ruang : Dahlia


No. RM : 006XXX Mahasiswa : Kelompok C
Dx Jam
No HARI/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
KEPERAWATAN
1. Senin, Bersihan Jalan Napas 09:00 1. Memonitor pola napas (frekuensi, S: Ibu pasien mengatakan pasien masih
23/10/2023 Tidak Efektif b.d kedalaman, usaha napas) batuk dan dahak tidak bias keluar
Sekresi Yang Tertahan 2. Memonitor bunyi napas tambahan O: Winan
09:30 3. Memonitor sputum - Sesak (+)
4. Memberikan oksigen 2 lpm - RR:32x /menit
09:35 5. Post pemberian terapi - Ronkhi (+)
09:38 nebulizeVentolin inhalasi 1 resp/ - Spo2 : 98%
8jam - Telah diberikan terapi nebulizer
12:00 6. Salbutamol peroral 0,5mg/8 jam ventolin 1 resp/8 jam,
7. Kolaborasi fisioterapi dada dengan - Terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm
fisioterapis - Salbutamol peroral 0,5mg/8 jam Fila
14:00 8. Edukasi duduk semi fowler
A: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
10:00 belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum
- Berikan terapi nebulizer Ventolin
inhalasi 1 resp/ 8jam Endang
- Kolaborasi fisioterapi dada
- Oksigen nasal kanul 2 lpm
2. Senin, Nyeri akut bd agen 10:05 1. Mengidentifikasilokasi, S : pasien mengatakan nyeri nya di
23/10/2023 pencedera fisiologis karakteristik, durasi, frekuensi, bagian perut , nyeri perut seperti di tusuk
kualitas, intensitas nyeri Winan
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
10:15 3. Mengidentifikasi factor yang - skala nyeri
10:25 memperberat nyeri
4. Memberikan teknik non
10:30 farmakologis untuk mengurangi Fila
nyeri
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
14:05 6. Menjelaskan penyebab periode dan - Widal O+ 1/1.280 Endang
10:50 pemicu nyeri - Pasien tampak meringis
7. Memberikan obat analgetik - Telah diberikan ceftriaxone
2x615mg
- Telah diberikan distraksi (nonton
youtobe)
- Telah dilakukan terapi bermain
(mewarnai)
P : nyeri di perut
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : perut
S:

T : hilang timbul

A: masalah nyeri akut teratasi


sebagian
P : lanjutkan intervensi
3. Senin, Resiko jatuh bd 09:40 1. Menidentifikasi faktor resiko jatuh S : ibu pasien mengatakan anaknya
23/10/2023 lingkungan yang tidak 2. Mengidentifikasi factor lingkungan hanya beraktivitas di tempat tidur, dan
aman 09:45 yang meningkatkan resiko jaatuh pernah jatuh didepan kamar mandi
3. Menghitung resiko jatuh O: Winan
09:48 menggunakan skala humpty dumpty - pasien masih terlihat berbaring dan
4. Mengorientasikan ruangan pada terkadang bermain di tempat tidur
pasien dan keluarga - Skor humpty dumpty 13 (resiko
09:50 5. Memasang hendrail tempat tidur tinggi )
6. Menganjurkan memanggil perawat - Hendrail tidak naikkan
09: 55 jika membutuhkan bantuan untuk A : masalah resiko jatuh belum teratasi
berpindah tempat Fila
09:56 7. Megajarkan menggunakan alas kaki P : lanjutkkan intervensi
yang tidak licin
8. Mengajarkan berkonterasi untuk
menjaga kesimbangan tubu
14:20 9. Menghitung humty dumpty setiap Endang
shif
10:30
1. Selasa, Bersihan Jalan Napas 09:00 1. Memonitor pola napas (frekuensi, S: Ibu pasien mengatakan pasien masih
24/10/2023 Tidak Efektif b.d kedalaman, usaha napas) batuk tapi hanya kadang-kadang dan
Sekresi Yang Tertahan 2.Memonitor bunyi napas tambahan dahak tidak bias keluar
09:30 3.Memonitor sputum O:
4.Memberikan oksigen 2 lpm - Sesak (+)
09:35 5.Post pemberian terapi - Ronkhi (+)
09:38 nebulizeVentolin inhalasi 1 resp/ - Spo2 : 99%
8jam - RR: 35x/menit
13:00 6. Salbutamol peroral 0,5mg/8 jam - Telah diberikan terapi nebulizer
7. Kolaborasi fisioterapi dada dengan ventolin 1 resp/8 jam
fisioterapis - Salbutamol peroral 0,5mg/8 jam
12:00 - Terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm

10:00 A: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum
- Berikan terapi nebulizer Ventolin
inhalasi 1 resp/ 8jam
- Kolaborasi fisioterapi dada
- Oksigen nasal kanul 2 lpm
2. Selasa Nyeri akut bd factor 10:05 1. Mengidentifikasilokasi, S : pasien mengatakan nyeri nya di
24/10/2023 penvcedera psikologis karakteristik, durasi, frekuensi, bagian perut , nyeri perut seperti di tusuk
kualitas, intensitas nyeri Winan
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
10:15 3. Mengidentifikasi factor yang
10:25 memperberat nyeri - Skala nyeri
4. Memberikan teknik non
10:30 farmakologis untuk mengurangi Fila
nyeri
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
6. Menjelaskan penyebab periode dan - Widal O+ 1/1.280
14:05 pemicu nyeri - Pasien tampak meringis
10:50 7. Memberikan obat analgetik Endang
- Telah diberikan ceftriaxone
2x615mg
P : nyeri di perut
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : perut
S:

T : hilang timbul

A : masalah nyeri akut teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
3. Selasa Resiko jatuh bd 09:40 1. Menidentifikasi faktor resiko jatuh S: ibu pasien mengatakan anaknya hanya
24/10/2023 lingkungan yang tidak 2. Mengidentifikasi faktor lingkungan beraktivitas di tempat tidur
aman 09:45 yang meningkatkan resiko jaatuh O: Winan
3. Menghitung resiko jatuh - Pasien masih terlihat berbaring
09:48 menggunakan skala humptydumpty dan terkadang bermain di tempat
4. Mengorientasikan ruangan pada tidur Fila
pasien dan keluarga - Skor humpty dumpty 13 (resiko
09:50 5. Memasang hendrail tempat tidur tinggi )
6. Menganjurkan memanggil perawat - Hendrail sudah terpasang
09: 55 jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah tempat A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
09:56 7. Megajarkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin P : lanjutkkan intervensi
8. Mengajarkan berkonterasi untuk Endang
menjaga kesimbangan tubuh
14:20

10:30
1Rabu, Bersihan jalan tidak 09:00 1. Memonitor pola napas (frekuensi, S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
125./10/2023 efektif bd sekret yang kedalaman, usaha napas) tidak batuk
3 tertahan 2. Memonitor bunyi napas tambahan O: Winan
3 09:30 3. Memonitor sputum - RR: 24x /menit
4. Memberikan oksigen 2 lpm - Telah diberikan terapi nebulizer
09:35 5. Post pemberian terapi ventolin 1 resp/8 jam Fila
09:38 nebulizeVentolin inhalasi 1 resp/ - Salbutamol peroral 0,5mg/8 jam
8jam
12:00 6. Salbutamol peroral 0,5mg/8 jam A: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
7. Kolaborasi fisioterapi dada dengan teratasi Sebagian
fisioterapis
14:00 P: lanjutkan intervensi
- Berikan terapi nebulizer Ventolin Endang
10:00 inhalasi 1 resp/ 8jam
- Kolaborasi fisioterapi dada
Rabu, Nyeri akut bd 10:05 1. Mengidentifikasilokasi, S : pasien mengatakan sudah tidak Endang
25/10/2023 gangguan agen karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri
pencedera fisiologis kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri O : skala nyeri : 0
10:15 3. Mengidentifikasi factor yang
memperberat nyeri
10:25 4. Memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi Fila
15:45 nyeri
- Telah diberikan ceftriaxone
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
2x615mg
6. Menjelaskan penyebab periode dan Winan
14:05 pemicu nyeri
A : masalah nyeri akut teratasi
7. Memberikan obat analgetik
10:50
P : hentikan intervensi
08:45
Rabu, Resiko jatuh bd 09:30 1. Menidentifikasi factor resiko jatuh S : ibu pasien mengatakan anaknya Endang
25/10/2023 lingkungan yang tidak 09:32 2. Mengidentifikasi factor lingkungan sudah bisa bermain di depan ruang
aman yang meningkatkan resiko jaatuh rawat inap
09:40 3. Menghitung resiko jatuh O:
menggunakan skala humptydumpty - pasien sudah bermain tidak hanya di
09:45 4. Mengorientasikan ruangan pada tempat tidur
pasien dan keluarga - Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi
09: 55 5. Memasang hendrail tempat tidur ) Fila
6. Menganjurkan memanggil perawat - Hendrail terpasang
09:56 jika membutuhkan bantuan untuk A : masalah resiko jatuuh teratasi
berpindah tempat sebagian
14:20 7. Megajarkan menggunakan alas kaki P : lanjutkkan intervensi
yang tidak licin Winan
10:30 8. Mengajarkan berkonterasi untuk
menjaga kesimbangan tubuh
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Jurnal

Judul vapor therapy with eucalyptus oil lowers brething frequengy in


childer whit bronchopneumonia
Nomor jurnal Vol 3 No.2 ( Oktober 2021) Hal 1-9
Penulis Anisa Oktiawati, Ariani Fitriana Nisa
Kata kunci Bronchopneumonia, Terapi Uap Minyak Kayu Putih
Tahun penelitian Oktober 2021
Tujuan Mengetahui pengaruh terapi uap dengan minyak kayu putih terhadap
frevalensi pernapsan pada pasien bronchopneumonia
Metode Deskriptif analtif dengan pendekatan studi kasus
Intervensi Memberikan terapi uap menggunakan air hangat dengan
dicampurkan 2 tetes minyak kayu puih dalam wadah kemudian uap
nya dihirup selama 10 menit sebanyak 4 kali dalam sehari, hasil
penelitian ini tebukti berhasil dan relevan.
Hasil Hasil penelitian menunjukkan penurunan frekuensi pernapasan pada
kedua subjek dan pada hari ketiga tidak terjadi lagi peningkatan
frekuensi pernapasan, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh
terapi uap dengan minyak kayu putih terhadap penurunan frekuensi
napas pasien anak dengan bronchopneumonia. Hasil yang diterapkan
dilapangan didapatkan terapi ini efektif mengurangi sesak napas
yang dialami pasien An.a
Saran Diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang
lebih banyak dengan pengkajian yang mendalam serta mengontrol
faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan
B. Analisis jurnal dengan metode PICO
No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical Thinking
1. P Ya Dalam jurnal ini, populasi atau problem dalam penelitian ini
yaitu pasien 2 orang anak dengan bronchopneumonia.
2. I Ya Penelitian ini dilakukan selama 3 hari kemudian terapi uap
dengan menggunakan air hangat yang dicampurkan 2 tetes
minyak kayu putih dalam wadah uapnya di hirup selama 10
menit sebanyak 4 kali dalam sehari.
3. C Ya Sebelum dilakukan intervensi subjek batuk batuk berdahak
frekuensi pernapasan meningkat dan suara tambahan ronkhi,
setelah diberikan intervensi terdapat penurunan terhadap
frekuensi pernapasan, batuk berkurang subjek tampak rileks,
secret dapat dikeluarkan suara rongkhi -/-. Penelitian ini sejalan
dengan penlitian yang dilakukan Happinasari dan Suryadandi
yang menerangkan bahwa hasil penelitian terapi uap minyak
kayu putih dapat mengatasi bersihan jalan napas sehingga
frekuensi pernapasan menurun.
4. O Ya Subjek penelitian ini 2 anak dengan bronchopneumonia yang
mengalami sesak napas, penelitian dilakukan pada bulan
oktober 2021 dengan pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menujukkan penurunan frekuensi pernapasan. Penlitian ini
menunjukkan adanya pengaruh terapi uap dengan minyak kayu
putih terhadap penurunan frekuensi pernapasan pasien anaak
dengan bronchopneumonia.
p-ISSN: 2406-9698 (Print)
http://jkt.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/index e-ISSN: 2685-0710 (Online)

Terapi Uap Minyak Kayu Putih Menurunkan Frekuensi Pernapasan


Pada Anak dengan Bronkopneumonia
Anisa Oktiawati 1, Ariani Fitriana Nisa2

1,2
Prodi D.III Keperawatan, Universitas Bhamada Slawi, Indonesia

Abstrak
Bronkopneumonia merupakan penyakit peradangan pada organ pernapasan yang mengenai
beberapa lobus di paru-paru. Data WHO menunjukkan bahwa penyakit bronkopneumonia sebagian
besar menyerang pada anak usia di bawah 5 tahun dan menjadi penyebab terbesar kematian pada
anak. Bronkopneumonia umumnya akan mengalami gejala yang khas seperti sesak napas dan batuk.
Anak usia balita tidak dapat mengeluarkan sekret secara mandiri sehingga anak akan mengalami
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dan anak beresiko tinggi mengalami sesak napas.
Upaya untuk mengatasi sesak napas pada anak bronkopneumonia dapat diatasi dengan
menggunakan terapi komplementer salah satunya terapi uap minyak kayu putih. Minyak kayu putih
di produksi dari daun tumbuhan melaleuca dengan kandungan terbesarnya yaitu eucalyptol
(cineole). Khasiat cineole menghasilkan efek mukolitik untuk mengencerkan dahak, melegakan
napas, dan anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi uap dengan minyak
kayu putih terhadap frekuensi pernapasan pada pasien bronkopneumonia. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian adalah 2 anak
dengan bronkopneumonia yang mengalami sesak napas. Penelitian dilakukan dengan memberikan
terapi uap menggunakan air hangat yang dicampurkan 2 tetes minyak kayu putih dalam wadah
kemudian uapnya di hirup selama 10 menit sebanyak 4 kali dalam sehari. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
penurunan frekuensi pernapasan pada kedua subjek dan pada hari ketiga tidak terjadi lagi
peningkatan frekuensi pernapasan. Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terapi uap dengan
minyak kayu putih terhadap penurunan frekuensi nafas pasien anak dengan Bronkopneumonia.

Kata Kunci: Bronkopneumonia; terapi uap; minyak kayu putih

Vapor Therapy with Eucalyptus Oil Lowers Breathing Frequency In Children with
Bronchopneumonia

Abstract
Bronchopneumonia is an inflammatory disease of the respiratory organs that affects several lobes
of the lungs. WHO data show that bronchopneumonia mostly affects children under 5 years old and
is the biggest cause of death in children. Bronchopneumonia will generally experience typical
symptoms such as shortness of breath and cough. Toddler age children cannot excrete secretions
independently so that children will experience problems of ineffective airway clearance and
children are at high risk of experiencing shortness of breath. Efforts to overcome shortness of breath
in children with bronchopneumonia can be overcome by using complementary therapies, one of
which is eucalyptus oil steam therapy. Eucalyptus oil is produced from the leaves of the melaleuca
plant with the largest content of eucalyptol (cineole). Cineole produces a mucolytic effect to thin
phlegm, relieves breath, and is anti-inflammatory. This study aims to determine the effect of vapor
therapy with eucalyptus oil on reducing respiration rate of bronchopneumonia patients. This
research is a descriptive analytical research with a case study approach. The study subjects were 2
children who were treated with bronchopneumonia who experienced shortness of breath. The study
was conducted by providing steam therapy using warm water mixed with 2 drops of eucalyptus oil
in a container then the steam was inhaled for 10 minutes 4 times a day. The data were collected
through interviews, observations and documentation studies. The result shows a decreased in the
respiration rate of both subjects and on the third day there was no other increase in respiration
rate.

Keywords: Bronchopneumonia; steam therapy; eucalyptus oil

PENDAHULUAN

Bronkopneumonia merupakan penyakit peradangan pada organ pernapasan yang mengenai


salah satu atau beberapa lobus di paru-paru yang ditandai dengan bercak-bercak infiltrat yang
disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur (Padila, 2013). Bakteri Stafilococcus aureus dan
Haemofilus influenza adalah penyebab dari bronkopneumonia yang masuk pada saluran pernapasan
sehinga terjadi peradangan pada bronkus dan alveolus (Padila, 2013). Bakteri ini mampu menyebar
dalam jarak dekat saat penderita bersin atau batuk yang kemudian akan dihirup oleh orang
sekitarnya. Bronkopneumonia sering di sebut juga pneumonia yang lebih sering dijumpai pada anak
– anak dan bayi (Padila, 2013).
Data WHO menunjukkan bahwa penyakit pneumonia sebagian besar menyerang pada anak
usia di bawah 5 tahun, pneumonia merupakan peyakit terbesar yang menyebabkan kematian pada
anak- anak diseluruh dunia, Indonesia merupakan urutan ke 8 penemuan penyakit pneumonia
sebanyak 22.000 dari 15 negara (WHO, 2016). Di Indonesia bronkopneumonia merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah kardiovaskuler dan tuberculosis, penemuan kasus
bronkopneumoni pada balita 2015 – 2018 mengalami peningkatan dari sebanyak 94,12% menjadi
97,30% (Kemenkes RI, 2018). Penemuan data jumlah anak balita dengan bronkopneumonia di
provinsi jawa tengah menurut jenis kelamin pada tahun 2013 khususnya pada daerah Semarang,
jenis kelamin laki- laki sejumlah 863 kasus (24,04%) dengan jumlah anak jenis kelamin laki- laki
35.899 dan jumlah penderita 3.590 (Dinkes, 2015). Berdasarkan hasil data rekam medik RSUD
Kota Tegal pada April 2020 – Maret 2020 prevalensi bronkopneumonia pada anak usia bawah 5
tahun sebanyak 2,8%.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan masalah utama yang timbul pada
penderita bronkopneumonia, penderita kemudian akan mengalami sesak napas yang diakibatkan
karena adanya sekret yang tertumpuk pada rongga pernapasan sehingga menyebabkan mengganggu
keluar masuknya aliran udara. Sekret atau spuntum merupakan lemdir yang dihasilkan karena
adanya rangsangan pada membrane mukosa secara fisik, kimiawi maupun karena infeksi hal ini
yang kemudian menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara adekuat sehingga mukus
banyak tertimbun (Djojodibroto, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Happinasari dan Suryandari
menyatakan bahwa terapi uap dengan minyak kayu putih dapat menurunkan frekuensi pernapasan
dan mengencerkan dahak, semakin sering di lakukan terapi uap air bersihan jalan napas pada saluran
pernapasan menjadi membaik (Happinasari & Suryandari, 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas dan dari pengamatan yang peneliti dapatkan serta
fenomea yang terjadi selama praktik di ruang anak Wijaya Kusuma Atas RSUD Kardinah Kota
Tegal ditemukan beberapa anak bronkopneumonia dengan masalah bersihan jalan napas tidak
efektif yang ditandai dengan batuk, pilek, suara napas rockhi, perubahan pola napas dan tarikan
dinding dada serta demam.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus.
Subjek penelitian adalah 2 pasien anak bronkopneumonia yang dilakukan intevensi terapi uap
dengan minyak kayu putih untuk menurunkan frekuensi pernapasan. Instrument penelitian yang
digunakan yaitu lembar observasi respirasi, akumulasi sputum dan tarikan dinding dada sebelum
dan setelah diberikan terapi uap dengan minyak kayu putih. Kriteria inklusi pada sampel penelitian
ini adalah anak yang dirawat dengan bronkopneumonia, mampu kooperatif, mengalami perubahan
pola napas/sesak napas dan bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria ekslusi pada sampel
penelitian ini adalah anak dengan masalah bronkopneumonia berat atau dicurigai adanya virus-virus
tertentu seperti TBC, PPOK dan Covid-19. Penelitian dilakukan dengan memberikan terapi uap
dengan menggunakan air hangat yang dicampurkan 2 tetes minyak kayu putih dalam wadah
kemudian uapnya di hirup selama 10 menit sebanyak 4 kali dalam sehari. Penelitian ini dilakukan
selama 3 hari.

HASIL PENELITIAN

Tabel.1 Proses Intervensi Subjek Penelitian


Pertemuan Tujuan Respon Kemajuan
Tanggal 22 Pengkajian, bina An. H tampak batuk An. H tampak kooperatif
Maret 2021 hubungan saling berdahak, pilek, nafas selama pemberian terapi uap
jam 23.00 percaya, kontrak cepat dan sekret sulit minyak kayu putih yang
WIB waktu , pemberian dikeluarkan. RR : diberikan oleh peneliti. RR
terapi uap dengan 36x/menit, terdapat setelah terapi 35x/menit,
minyak kayu putih tarikan dinding dada, terdapat tarikan dada, suara
suara tambahan ronkhi ronkhi +/+ dan sekret sulit
+/+ dan rewel. keluar
Tanggal 23 Pemberian An. H tampak batuk- An. H tampak kooperatif
Maret 2021 terapi uap batuk, pilek, selama pemberian terapi uap
jam 23.00 dengan minyak RR :30x/menit, terdapat minyak kayu putih yang
WIB kayu putih untuk tarikan dinding dada diberikan oleh peneliti. RR
menurunkan dan sekret sulit setelah terapi 36x/menit,
frekuensi dikeluarkan dan suara terdapat tarikan dada, suara
pernapasan ronkhi +/+. ronkhi +/- dan sekret sedikit
keluar.
Tanggal 25 Pemberian terapi An. H tanpak batuk- An. H tampak kooperatif selama Maret 2021
uap dengan minyak batuk, pilek, pemberian terapi uap minyak jam 16.00 WB kayu putih untuk
RR :24x/menit, terdapat kayu putih yang diberikan oleh

menurunkan tarikan dinding dada dan peneliti. RR setelah terapi


frekuensi sekret sulit dikeluarkan. 24x/menit, tidak ada tarikan
pernapasan dada, sekret mudah dikeluarkan dan suara ronkhi -/-.
Kondisi subjek penelitian I sebelum diberikan intervensi didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa subjek penelitian I tampak batuk berdahak, demam, frekuensi pernapasan
meningkat 36x/menit, terdapat tarikan dinding dada, suara tambahan ronkhi +/+, tidak nafsu makan,
sulit tidur dan rewel.

Tabel 2. Proses Intervensi Subjek Peneliti II


Pertemuan Tujuan Respon Kemajuan
Tanggal 7 Pengkajian, bina An. S tampak batuk An. S tampak kooperatif
April 2021 hubungan berdahak, pilek, nafas selama pemberian terapi uap
jam 20. 00 saling cepat dan sekret sulit minyak kayu putih yang
percaya, dikeluarkan. RR : diberikan oleh peneliti. RR
kontrak 28x/menit, terdapat tarikan setelah terapi 25x/menit,
waktu, pemberian dinding dada, suara terdapat tarikan dada, suara
terapi uap dengan tambahan ronkhi, dan ronkhi +/+ dan sekret sulit
minyak kayu putih rewel keluar
untuk menurunkan
frekuensi
pernapasan.
Tanggal 8 Pemberian An. S tanpak batuk- batuk, An. S tampak kooperatif
April 2021 terapi uap pilek, RR : 25x/menit, selama pemberian terapi uap
jam 20.00 dengan minyak terdapat tarikan dinding minyak kayu putih yang
WIB kayu putih untuk dada dan sekret sulit diberikan oleh peneliti. RR
menurunkan dikeluarkan dan suara setelah terapi 23x/menit,
frekuensi ronkhi +/+. terdapat tarikan dada, suara
pernapasan. ronkhi +/- dan sekret sedikit
keluar
Tanggal 9 Pemberian An. S tanpak batuk- batuk, An. S tampak kooperatif
April 2021 terapi uap pilek, RR : 24x/menit, selama pemberian terapi uap
jam 20.00 dengan minyak terdapat tarikan dinding minyak kayu putih yang
WIB kayu putih untuk dada dan sekret sulit diberikan oleh peneliti. RR
menurunkan dikeluarkan dan suara setelah terapi 22x/menit,
frekuensi ronkhi +/-. tidak terdapat tarikan dada,
pernapasan suara ronkhi -/- dan sekret
dapat keluar

Kondisi subjek penelitian II sebelum diberikan intervensi didapatkan hasil yang


menunjukkan bahwa subjek penelitian II tampak batuk berdahak, demam, frekuensi pernapasan
meningkat 28x/menit, terdapat tarikan dinding dada, suara tambahan ronkhi +/+, tidak nafsu makan,
sulit tidur dan rewel.

Tabel. 3. Perbandingan Kondisi pasien sebelum dan Setelah Dilakukan Intervensi Pada Subjek I
Hari ke - Aspek S ebelum Setelah
Respon Rewel, tidak nafsu makan, Rewel berkurang, tidak nafsu makan, sulit fisiologis sulit
tidur demam, napas tidur, sulit tidur demam, napas cepat RR: cepat RR: 36x/menit, 35x/menit,
batuk, pilek, terdapat tarikan
batuk, pilek, terdapat dinding dada, suara ronkhi +/+ dan
tarikan dinding dada, sekret sulit keluar.
suara ronkhi +/+ dan
sekret sulit keluar.
I Respon kognitif Sulit berkonsentrasi, Kemampuan berkonsentrasi
terdapat penolakan sedikit meningkat
saat diberikan
terapi uap dengan minyak
kayu putih
Respon perilaku Rewel, terdapat sedikit An. H tampak kooperatif selama terapi
dan penolakan peningkatan berjalan, meski kadang masih susah
emosisonal sedikit pada nafsu makan berkonsentrasi.

Respon Frekuensi pernapasan An. H sudah terlihat nyaman,


fisiologis menurun RR: 30x/menit, frekuensi pernapasan menurun
sekret sulit keluar, tarikan RR:25x/menit, terdapat tarikan
dinding dada suara ronkhi dinding dada, suara ronkhi +/-, sekret
+/+ sedikit keluar.
Respon Kemampuan Kemampuan konsentrasi pasien
II kognitif berkonsentrasi pasien meningkat dan baik selama pemberian
sedikit meningkat selama terapi uap dengan minyak kayu putih.
pemberian terapi uap
dengan minyak kayu
putih
Respon perilaku Tidak terlalu rewel dan Anak terlihat rileks dan tidak terlalu
dan rileks rewel
emosisonal
Respon Batuk dan pilek Batuk dan pilek berkurang , frekuensi
fisiologis berkurang, frekuensi pernapasan menurun RR: 24x/menit,
pernapasan menurun tidak ada tarikan dinding dada, sekret
RR:24x/menit, terdapat mudah keluar dan suara ronkhi -/-
tarikan dinding dada,
suara ronkhi+/-
Respon Kemampuan anak dalam An. H mampu menyelesaikan terapi
III kognitif melakukan terapi uap uap dengan minyak kayu putih selama
dengan minyak kayu 10 menit dengan kooperatif.
putih meningkat
Respon perilaku Keadaan anak mulai An. H tampak rileks, sudah mau untuk
dan membaik, tidak rewel beraktifitas dan tidak rewel
emosisonal atau menangis

Kondisi subjek penelitian I setelah diberikan intervensi dari hasil evaluasi adalah terdapat
penurunan frekuensi pernapasan yang dialami oleh An. H dengan nilai respirasi 24x/menit. An. H
tampak rileks batuknya berkurang, sekret mudah dikeluarkan, suara ronkhi -/- dan dan tidak terdapat
tarikan didnding dada serta anak mamapu berkonsentrasi menyelesaikan terapi uap dengan minyak
kayu putih selama 10 menit. Kondisi subjek penelitian II setelah diberikan intervensi dari hasil
evalusai adalah terdapat penurunan frekuensi pernapasan yang dialami oleh An. S dengan nilai
respirasi 22x/menit, tampak rileks sekret keluar, tidak terdapat tarikan dinding dada, suara ronkhi -
/- dan anak mamapu berkonsentrasi menyelesaikan terapi uap dengan minyak kayu putih selama 10
menit

Tabel. 4. Perbandingan Kondisi Pasien Sebelum dan Setelah Dilakukan Intervensi Pada Subjek II

Hari Aspek sebelum Setelah


ke-
Respon fisiologis Rewel, tidak nafsu makan, sulit Rewel berkurang, tidak nafsu
tidur demam, napas cepat RR: makan, sulit tidur, sulit tidur
28x/menit, batuk, pilek, terdapat demam, napas cepat RR:
tarikan dinding dada, suara 25x/menit, batuk, pilek, terdapat
ronkhi +/+ dan sekret sulit tarikan dinding dada, suara
keluar. ronkhi +/+ dan sekret sulit
keluar.
I Respon kognitif Sulit berkonsentrasi, Kemampuan berkonsentrasi
terdapat penolakan saat sedikit meningkat
diberikan terapi uap dengan
minyak kayu putih
Respon Rewel, terdapat sedikit An. S tampak kooperatif selama
perilaku penolakan peningkatan sedikit terapi berjalan, meski kadang
dan emosisonal pada nafsu makan masih susah berkonsentras.
Respon fisiologis Frekuensi pernapasan menurun An. S sudah terlihat nyaman,
RR: 25x/menit, sekret sulit frekuensi pernapasan menurun
keluar, tarikan dinding dada RR:23x/menit, terdapat tarikan
suara ronkhi +/+ dinding dada, suara ronkhi +/-,
sekret sedikit keluar.
Respon kognitif Kemampuan berkonsentrasi Kemampuan konsentrasi pasien
II pasien sedikit meningkat meningkat dan baik selama
selama pemberian pemberian terapi uap dengan
terapi uap dengan minyak kayu putih.
minyak kayu putih
Respon Tidak terlalu rewel dan rileks Anak terlihat rileks dan tidak
perilaku terlalu rewel
dan emosisonal
Respon fisiologis Batuk dan pilek berkurang, Batuk dan pilek berkurang ,
frekuensi pernapasan menurun frekuensi pernapasan menurun
RR:24x/menit, terdapat tarikan RR: 22x/menit, tidak ada
dinding dada, suara ronkhi+/- tarikan dinding dada, sekret
mudah keluar dan suara ronkhi
-/-
III Respon kognitif Kemampuan anak dalam An. S mampu menyelesaikan
melakukan terapi uap dengan terapi uap dengan minyak kayu
minyak kayu putih meningkat putih selama 10 menit dengan
kooperatif.
Respon perilaku Keadaan anak mulai membaik, An. S tampak rileks, sudah mau dan
emosisonal tidak rewel atau menangis untuk beraktifitas dan tidak rewel
Hasil penelitian menunjukkan penurunan frekuensi pernapasan pada kedua subjek
penelitian. Subjek I yaitu An. H dari respirasi 36x/menit menjadi respirasi 24x.menit, sedangkan
pada subjek II yaitu An. S dari respirasi 28x/menit menjadi 22x/menit.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada Subjek penelitian I dan II menunjukkan penurunan frekuensi pada nilai
respirasi yang berbeda. Subjek penelitian I adalah An. H berumur 3 tahun, jenis kelamin laki-laki
dan subjek penelitian II adalah An. S berumur 1 tahun 5 bulan berjenis kelamin perempuan. Pada
kedua subjek penelitian, terjadi penurunan frekuensi pernafasan, dimana sebelum dilakukan
intervensi terdapat peningkatan frekuensi respirasi, suara ronkhi +/+, tarikan dinding dada dan
sekret sulit dikeluarkan, sedangkan setelah dilakukan intervensi, frekuensi respirasi menjadi dalam
batas normal, suara ronkhi -/-, tidak ada tarikan dinding dada dan sekret mudah keluar selama 3 hari
berturut-turut. Penurunan frekuensi pernapasan disebabkan karena selama proses intervensi yang
dilakukan pada subjek I dan subjek II menunjukkan adanya perubahan fisiologis, perilaku
emosional serta kemampuan kognitif.
Bronkopneumonia merupakan peradangan paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
seperti bakteri, virus, dan jamur. Inflamasi bronkus ditandai dengan adanya penumpukan sekret,
batuk dan suara ronchi (Padila, 2013). Masalah yang sering ditemukan pada penderita
bronkopenumonia yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas yang menyebabkan terjadinya sesak
napas. Anak dikatakan sesak napas jika nilai respirasinya diluar batas normal. Nilai normal respirasi
pada anak usia 1 tahun yaitu 20-30 x/menit dan anak usia 2 -5 tahun 24x/menit (Pearce, 2013).
Namun ada kondisi dimana anak dengan nilai respirasi masih dalam rentang normal dan anak
menunjukan adanya tanda tarikan otot dinding dada dapat dikategorikan anak mengalami sesak
napas. Hal ini diakibatkan karena kondisi atau respon tubuh individu berbeda-beda (Pearce, 2013).
Sejalan dengan penelitian Happinasari dan Suryandari yang menerangkan bahwa hasil penelitian
terapi uap dengan minyak kayu putih dapat mengatasi masalah bersihan jalan napas sehingga
frekuensi pernapasan menurun (Happinasari & Suryandari, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian
yang menunjukkan adanya perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah dilakukan terapi
uap dengan minyak kayu putih (Irianto, 2014). Terapi uap atau inhalasi uap merupakan pengobatan
dengan cara menghirup uap dengan obat atau tanpa obat melalui saluran pernapasan bagian atas,
tindakan ini dilakukan untuk membantu melegakan jalan napas yang tersumbat oleh sekret atau
lendir (Susanto, 2015).
Uap air dari air panas tersebut dapat bermanfaat sebagai terapi karena dapat membantu tubuh
menghilangkan produk metabolisme yang tidak digunakan bagi tubuh, penguapan tersebut
menggunakan air panas dengan suhu 42 C- 44 C (Farhatun, 2020). Efek dari penggunaan uap air
yaitu dapat meningkatkan konsumsi oksigen, denyyut jantung meningkat dan dapat mengeluarkan
cairan yang tidak diperlukan tubuh seperti mengencerkan lendiri yang menyumbat saluran
pernapasan (Farhatun, 2020).
Kedua subjek penelitian yang diberikan terapi uap dengan minyak kayu putih saat dilakukan oleh
peneliti, diperoleh hasil akhir memiliki jenis kelamin yang berbeda yaitu subjek penelitian I berjenis
kelamin laki-laki dan subjek penelitian II berjenis kemain perempuan. Dimana kedua subjek
memiliki penurunan frekuensi pernapasan yang berbeda dari subjek penelitian I nilai RR: 24x/menit
dan subjek penelitian II RR: 22x/menit lebih rendah di bandingkan dengan subjek penelitian I.
Penurunan nilai RR pada kedua subjek dikatakan sesuai dengan rentang normal. Hal ini karena nilai
RR pada usia 1 tahun 5 bulan dan usia 3 tahun berbeda. Normal usia 1 tahun 20-30x/menit dan usia
2- 5 tahun 24x/menit (Pearce, 2013). Pada subjek penelitian I mendapatkan terapi lain seperti
nebulizer, terapi ini bermanfaat sebagai pengencer dan dapat membantu mengeluarkan sekret yang
kemudian bersihan jalan napas menjadi efektif, sedangkan pada subjek penelitian II tidak
mendapatkan terapi nebulizer, hal ini disebabkan oleh karena adanya kasus brokopneumonia subjek
penelitian I lebih berat dibandingkan dengan kasus bronkopneumonia pada subjek penelitian II.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sondakh dengan hasil penelitian menyatakan bahwa
pemberian terapi nebulizer selama 15-20 menit pada gangguan saluran pernapasan menunjukkan
hasil signifikan sekret mudah keluar dan bersihan jalan napas menjadi efektif dengan 0.000
(p<0,005) (Sondakh et al., 2020). Terapi uap dengan minyak kayu putih pada pasien balita diberikan
2 tetes minyak kayu putih dalam 50 ml air hangat (Maftuchah, 2020). Menurut penelitan Farhatun
(2020) waktu durasi terapi uap air dengan minyak kayu putih ini dilakukan selama 10 menit karena
efektifitas penguapan air mendidih yang dicampur dengan minyak kayu putih mengalami
penguapan secara sempurna dalam waktu 10 menit, selebih dari waktu itu uap sisa tersebut tidak
efektif untuk digunakan terapi inhalasi manual.

KESIMPULAN

Terapi uap dengan minyak kayu putih merupakan salah satu terapi komplomenter atau terapi
inhalasi sederhana yang dapat diberikan pada pasien dengan bronkopneumonia untuk membantu
menurunkan frekuensi pernapasan, mengencerkan dahak dan melegakan jalan napas. pemberian
terapi uap dengan minyak kayu putih diberikan 4x sehari selama 10 menit. Hasil penerapan
implmentasi terdapat perubahan frekuensi pernapasan pada kedua subjek ditandai dengan adanya
perubahan frekuensi pernapasan, tidak adanya suara tambahan , sekret mudah dikeluarkan, dan
tidak ada tarikan dinding dada. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah keluasan ilmu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan penerapan pengaruh terapi
uap dengan minyak kayu putih pada anak dengan bronkopneumonia sebagai acuan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah dalam penelitian pada klien dengan ketidakefektifan bersihan jalan
napas pada kasus bronkopneumonia anak usia balita.
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes, J. (2015). Profil Kesehatan Jawa Tengah. Dinkes Jawa Tengah.


Djojodibroto. (2012). Respirologi (Respiratory Medicine) . Jakarta: EGC.
Farhatun, W. N. (2020). Efektivitas Terapi Uap Dengan Minyak Kayu Putih Terhadap Bersihan
Jalan Nafas Pada Anak Usia Balita Pada Penderita Infeksi Pernafasan Atas Di Puskesmas
Leyangan. Skripsi Program Ilmu Keperawatan. Universitas Ngudi Waluyo. Ungaran.
Happinasari, O., & Suryandari, A. E. (2017). Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of
Midwifery Science and Health) Akbid Bakti Utama Pati. Ilmu Kebidanan Dan Kesehatan, 8(1), 1–
15.
Irianto. (2014). Ilmu Kesehatan Anak. Bandung: Alfabeta.
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI 2018.
Maftuchah. (2020). The Effectiveness Of Tea Tree Oil And Eucalyptus Oil Aromaterapy For
Toddlers With Common Cold. Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol. 10 No. 2. 11(2), 47–54.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuhamedika.
Pearce. (2013). Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis, Cetakan kedua puluh sembilan. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sondakh, S. A., Onibala, F., Nurmansyah, M., Kedokteran, F., Sam, U., Kedokteran, F., Ratulangi,
U. S., Frequency, R., Distrubances, R., Pernafasan, F., & Pernafasan, G. S. (2020). Pengaruh
Pemberian Nebulisasi Terhadap Frekuensi. 8, 75–82.

Susanto. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba Medika.
WHO. (2016). Pneumonia. retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/pneumonia

Anda mungkin juga menyukai