BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bronkopneumonia
1. Pengertian Bronkopneumonia
subsegmental atau konsolidasi lobus yang nampak pada lapang paru bagian bawah
satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli
(Ringel, 2012).
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara
lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang menyerang bronkiolus dan
juga mengenai alveolus yang sering terjadi pada anak-anak dan balita, yang disebabkan
2. Etiologi
7
8
a. Faktor Infeksi
2) Pada bayi :
Cytomegalovirus.
3) Pada anak-anak :
b. Faktor Non Infeksi. Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus
meliputi :
1) Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung
2) Bronkopneumonia lipoid :
atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada
c. Faktor Predisposisi
1) Usia
2) Genetik
d. Faktor Presipitasi
1) Gizi buruk/kurang
5) Polusi udara
3. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
1) Pneumonia lobaris
2) Pneumonia interstitialis
3) Bronkopneumonia
CAP)
1) Pneumonia bakteri
2) Pneumonia virus
3) Pneumonia mikoplasma
4) Pneumonia jamur
1) Pneumonia tipikal
2) Pneumonia atipikal
1) Pneumonia akut
2) Pneumonia persisten
c. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan
d. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk
setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
c) orthopnea
terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae
dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih
mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan
akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat
12
“head bobbing”, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan
kepala disangga tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda
distres pernapasan yang lain pada “head bobbing”, adanya kerusakan sistem saraf
distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal
hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain
itu dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan menc mencegah tekanan
getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan
infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan
berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi
atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung
5. Patofisiologi
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa
filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan
lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit,
sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang
respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului
ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia
bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi
cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan
paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang terinfeksi
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus,
resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik
untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi
terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan,
(Bennete, 2013).
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan
pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada
stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi
fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag
6. Pathway
Jamur, virus,bakteri
(etiologi)
mucus bronkus
iritan PMN eritrosit meningkat proses peradangan
pecah
bau mulut tidak sedap akumulasi secret
bronkus
edema paru
anoreksia
ketidakefektifan
pergeseran dinding bersihan jalan nafas
paru intake berkurang
ketidakseimbangan
suplai O2 menurun ketidakefektifan pola nutrisi kurang dari
nafas kebutuhan tubuh
Hipoksia Hiperventilasi
Keterangan :
Sumber :Riyadi & Sukarmin 2009
yang diteliti
17
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
B. Bayi
1. Definisi Bayi
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan
dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003). Bayi merupakan mahluk yang
sangat peka dan halus (Choirunisa, 2009). Masa bayi adalah saat bayi
berumur satu bulan sampai dua belas bulan (Anwar, 2011). Masa bayi
dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12
sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca
neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry &
Potter, 2005).
menggerakkan
18
telungkup. Aktif
kepadanya.
1) Motorik kasar
lamanya.
sambil
2) Motorik halus
menggenggam
dipegangnya ke dalam
19
2012).
jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Adanya
2. Penyebab
c. Disfungsi neuromuscular
3. Komplikasi
dapat terjadi pada bersihan jalan napas tidak efektif jika tidak ditangani
antara lain :
a. .Hipoksemia
Pada neonatus, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak,
dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan
b. Hipoksia
oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit
1) Menurunnya hemoglobin
cepat dan dalam,sianosis, sesak napas, serta jari tabuh (clubbing finger)
22
c. Gagal napas
D. Fisioterapi Dada
pasien
tua
7. Lakukan auskultasi untuk menentukan segmen paru mana yang berisi sekret
berlebih
24
dilakukan selama 1-2 menit pada pasien dengan tingkat sekret ringan, 3-5
menit untuk sekret berat, kemudian anjurkan pasien menarik nafas dalam
bawah didaerah dada yang akan didrainase dengan tangan dan lengan
menempel dan jari yang merapat, kemudian anjurkan pasien menarik nafas
ekspirasi
11. Anjurkan pasien batuk dan mengeluarkan sekret kedalam pot sputum
(Sigalingging, 2013).