Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIAGNOSA BRONKOPNEUMONI

DI RUANG IRNA ANAK RSUD PATUT PATUH PATJU

DI SUSUN OLEH :

AMALIA RACHMAWATY

P07120120050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

2022
KONSEP DASAR PENYAKIT
I. Konsep Penyakit
A. Pengertian
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia loburalis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya,yang disebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti
bakteri,virus,jamur dan benda asing ( Bennete, 2013 )
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda asing (Wijayaningsih, 2013).
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan
pneumonia adalah Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang
menyebabkan pneumonia adalah Adenoviruses, Rhinovirus, influenza virus, Respiratory
syncytial virus (RSV) dan Para influenza virus (Athena & Ika 2014).
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang
mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang disebut Alveoli, yang
mengisi dengan udara ketika orang yang sehat bernafas.Ketika seorang individu memiliki
pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan, yang membuat berbafas asupan oksigen
yang menyakitkan dan terbatas.
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian
bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru, tetapi juga pada broncheoli
B. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al., 2011) :
1. Faktor Infeksi:
a) Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
b) Pada bayi :
 Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
 Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

1
 Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.
c) Pada anak-anak :
 Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
 Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
 Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
d) Pada anak besar – dewasa muda :
 Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
 Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis
2. Faktor Non Infeksi. Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus
meliputi:
a) Bronkopneumonia hidrokarbon : Terjadi oleh karena aspirasi selama
penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur,
minyak tanah dan bensin).
b) Bronkopneumonia lipoid : Terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap
keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis,
pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian
makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan
penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak
binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak
contohnya seperti susu dan minyak ikan. Selain faktor di atas, daya tahan
tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya bronkopneumonia. Menurut
sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan
respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
3. Faktor Predisposisi:
a) Usia
b) Genetik
4. Faktor Presipitasi:
a) Gizi buruk/kurang

2
b) Berat badan lahir rendah (BBLR)
c) Tidak mendapatkan ASI yang memadai
d) Imunisasi yang tidak lengkap
e) Polusi udara
f) Kepadatan tempat tinggal
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut Wijayaningsih
(2013), ialah :
a) Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas
b) Demam (39C - 40C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c) Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
dicetuskan saat bernafas dan batuk.
d) Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.
e) Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
f) Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.
g) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius
h) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan
atelectasis absorbsi
D. Klasifikasi
Menurut pendapat (Amin & Hardi 2015) :
a) Berdasarkan anatomi:
1) Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu sebagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis, terjadi pada ujung akhir bronkhiolus, yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.
3) Pneumonia interstitial, proses inflamasi yang terjadi didalam dinding
alveolar serta interlobular. b.
b) Berdasarkan inang dan lingkungan :

3
1) Pneumonia komunitas Dijumpai pada pasien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, gram negatif pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopulmonal atau paska terapi antibiotika
spectrum luas.
2) Penumonia aspirasi Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia
akibat aspirasi bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan
makana atau lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh
bahan padat.
3) Pneumonia pada gangguan imun Terjadi akibat proses penyakit dan akibat
terapi. Penyebab infeksi dapat terjadi disebabkan oleh kuman pathogen
atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa,
parasit, virus, jamur dan cacing.
E. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakteri,
virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat
masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini
menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri
maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien dapat
merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke
alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran
cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus
menjadi agen patogen sehingga timbul masalah GI.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru. terdapatnya bakteri didalam
paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain
inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan- bahan yang ada dinasofaring dan

4
orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen
(Nurarif dan Kusuma, 2013)

5
F. Pathway

6
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan
dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan Laboratorium:
a) Pemeriksaan darah Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).
b) Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c) Analisa gas darah untuk mengevaluasi saturasi oksigen dan status asam basa.
d) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e) Sampel darah, sputum, dan urine masuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi:
a) Rontgenogram thoraks
b) Laringoskopi / Bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi oksigen (O2)
2. Antibiotic seperti ; penisilin, kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin. Pada penyakit
yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yang rawat inap
(penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan
atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
a) Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus
pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat
diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi : Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari,
dan Kloramfenikol 50-100mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
atau kombinasi : Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.

7
atau kombinasi : Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan
Kloramfenikol (dosis sda).
b) Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia,
Stafilokokus atau Entero bacteriaceae.
Kombinasi : Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari,
dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
atau kombinasi : Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan
Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari. Kombinasi ini juga diberikan
pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat atau penderita
immunocompromised
c) Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus
pneumonia : - Penisilin prokain IM atau - Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000
KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau - Eritromisin (dosis sda) atau -
Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
d) Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya
alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi
apakah perlu dipilih antibiotic lain.
e) Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada : - kemajuan klinis penderita -
jenis kuman penyebab
3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy eritromicin 4x 500
mg / hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
5. Istirahat yang cukup.
I. Komplikasi
Komplikasi pneumonia menurut Nurarif & Kusuma (2013) yaitu :
a) Hipotensi dan syok
b) Gagal pernafasan
c) Atelektasis
d) Efusi pleura
e) Delirium

8
II. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk
mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan
membuat catatan tentang respons kesehatan klien. Dengan demikian hasil
pengkajian dapat mendukung untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
dengan baik dan tepat. Tujuan dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan
data yang cukup untuk menentukan strategi perawatan. Dikenal dua jenis data pada
pengkajian yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu memahami metode
memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak jarang terdapat masalah yang
perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil pengkajiian perlu didokumentasikan
dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)
1) Usia :
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada
anak berusia di bawah 3 tahun.
2) Keluhan utama :
Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas.
3) Riwayat penyakit sekarang :
Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk bernafas,
dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya
suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu
makan, kadang disertai diare.
4) Riwayat penyakit dahulu :
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki
riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu
bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi
dalam jangka panjang.
5) Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi
Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi

9
produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas.Biasanya
penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat
seperti merokok. Batasan takipnea pada anak 2 bulan-12 bulan
adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12
bulan-5 tahun adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan
adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada
pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak jelas.
b. Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan
atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.
c. Perkusi
Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
d. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan
terdengar stridor, ronkhi atau wheezing. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi halus
pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-kadang
terdengar bising gesek pleura.
6) Penegakan diagnosis Pemeriksaan laboratorium :
Leukosit meningkat dan LED meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-
bercak infiltrate yang tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu
atau sebagian besar lobus
7) Riwayat kehamilan dan persalinan:
a. Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu
selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.
b. Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir prematur,
bayi kembar, penyakit persalinan, apgar score

10
8) Riwayat sosial Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran
ibu, keyakinan agama/budaya.
9) Kebutuhan dasar
a. Makan dan minum Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare,
penurunan BB, mual dan muntah
b. Aktifitas dan istirahat Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak
berbaring
c. BAK Tidak begitu terganggu
d. Kenyamanan Malgia, sakit kepala
e. Higiene Penampilan kusut, kurang tenaga
10) Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat
dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.
b. Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil benda,
menggengggam, mengambil dengan jari, menggambar, menulis
dihubungkan dengan usia
11) Data psikologis
a. Anak Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas
dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya
support, keseriusan penyakit.
b. Orang tua Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi
oleh :
a) Keseriusan ancaman terhadap anaknya
b) Pengalaman sebelumnya
c) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya
d) Adanya suportif dukungan
e) Agama, kepercayaan dan adat
f) Pola komunikasi dalam keluarga

11
b. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Orang tua klien Virus, bakteri, jamur Bersihan Jalan Nafas
mengatakan anaknya ↓ Tidak Efektif
sesak. Invasi saluran nafas
DO : atas
- TTV : ↓
N: 122x/menit Kuman berlebih di
S : 36.4°C bronkus
R : 50x/menit ↓
- SPO2 : 87.6% Proses peradangan
- Terdapat retraksi ↓
epigastrium Akumulasi sekret di
intercostal bronkus
suprasternal (+) ↓
- Ronchi (+) Bersihan jalan nafas
- Whezing (+) tidak efektif
- Terpasang O2
2ltr/menit
2 DS : Akumulasi sekret di Nutrisi Kurang Dari
- Nyeri abdomen bronkus Kebutuhan Tubuh
- Muntah ↓
- Kejang perut Mucus di bronkus
DO : meningkat
- Diare ↓
- Rontok rambut yang Bau mulut tak sedap
berlebihan ↓
- Bising usus berlebih Anoreksia
- Konjungtiva pucat ↓
- Denyut nadi lemah Intake menurun

12
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3 DS : Virus, bakteri, jamur Gangguan
- Sering haus dan ↓ Keseimbangan Cairan
mudah haus Invasi saluran nafas Tubuh
DO : atas
- Perubahan status ↓
mental Kuman terbawa ke
- Penurunan turgor saluran cerna
kulit dan lidah ↓
- Kulit dan membran Infeksi saluran cerna
mukosa kering ↓
- Penurunan saluran Peningkatan flora
urine normal di usus
- Hematokrit ↓
meningkat Peristaltic usus
- Suhu tubuh meningkat
meningkat ↓
- Peningkatan Malabsorpsi
frekuensi nadi ↓
Prekuensi BAB
>3x/hari ↓
Gangguan
keseimbangan cairan
tubuh
4 DS : Virus, bakteri, jamur Gangguan Pertukaran
- Sakit kepala ketika ↓ Gas
bangun Infeksi saluran napas
- Dyspnoe bawah
-Gangguan ↓
penglihatan

13
DO : Dilatasi pembuluh
- Penuruan CO2 darah
- Takikardi ↓
- Iritabilitas Eksudat masuk alveoli
- Keletihan ↓
- Hipoksia Gangguan difusi gas

Gangguan pertukaran
gas
5 DS : Gangguan difusi gas Intoleransi Aktifitas
- Melaporkan secara ↓
verbal adanya Suplai O2 dalam darah
kelelahan atau menurun
kelemahan. ↓
- Adanya dyspneu Hipoksia
atau ↓
ketidaknyamanan Fatigue
saat beraktifitas. ↓
DO : Intoleransi aktivitas
- Respon abnormal
dari tekanan darah
atau nadi terhadap
aktifitas.
- Perubahan ECG :
aritmia, iskemia.

c. Diagnosa Keperawatan
Konsep masalah keperawatan meliputi definisi, kriteria masalah, dan faktor
yang berhubungan, berikut ini merupakan penjelasan dari masalah - masalah
keperawatan pada penyakit bronkopneumonia :
a) Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)

14
1) Definisi : Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi
jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
2) Penyebab :
Fisiologis :
a. Spasme jalan napas
b. Hipersekresi jalan napas
c. Benda asing dalam jalan nafas
d. Sekresi yang tertahan
e. Proses infeksi

Situasional :

a. Merokok aktif
b. Merokok pasif
c. Terpajan polutan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif : batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum
berlebih/obstruksi dijalan napas/mekonium dijalan napas (pada
neonatus), mengi,wheezing dan /atau ronkhi kering.
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif : Dyspnea, Sulit bicara
b) Objektif : Gelisah, Sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi
napas berubah, pola napas berubah
b) Pola nafas tidak efektif (D.0005)
1) Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
2) Penyebab
a. Depresi pusat pernafasan
b. Hambatan upaya nafas
c. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

15
d. Kecemasan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif : Dispnea
b. Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspansi
memanjang, pola nafas abnormal
4) Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif : Ortopnea
b. Objektif : Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung,
diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi
semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah
c) Gangguan pertukaran gas (D.0003)
1) Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler
2) Penyebab
a. Perubahan membran alveolus-kapiler
3) Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif : dispneu
b. Objektif : Po2 menurun, Takikardia, Bunyi napas tambahan
4) Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif : pusing,penglihatan kabur
b. Objektif : Sianosis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas
abnormal
d) Hipertermia (D.0130)
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
Proses penyakit (mis. infeksi)
3) Gejala dan Tanda Mayor
a. Subyektif : -

16
b. Obyektif : Suhu tubuh diatas nilai normal
4) Gejala dan Tanda Minor
a. Subyektif : -
b. Obyektif : Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit
terasa hangat
e) Defisit nutrisi (D.0019)
1) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
2) Penyebab
a. Kurangnya asupan makanan
b. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3) Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif : -
b. Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah
rentang ideal
4) Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, Kram /nyeri
abdomen, Nafsu makan menurun
b. Objektif : Bising usus hiperaktif, Otak pengunyah lemah,
Otot menelan lemah, Membran mukosa pucat, Sariawan,
Serum albumin turun, Rambut rontok berlebihan, Diare
f) Intoleransi aktifitas (D.0056)
1) Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
2) Penyebab
a. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b. Kelemahan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif : Mengubah lelah

17
b. Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat
4) Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif : Dyspnea saat/setelah aktivitas, Merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas, Merasa lemah
b. Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat, Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah
aktivitas, Gambaran EKG menunjukkan iskemia, Sianosis
g) Ansietas (D.0080)
1) Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman
2) Penyebab
a. Krisis situasional
b. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a. Subyektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat
dan kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi
b. Obyektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
4) Gejala dan Tanda Minor
a. Subyektif : Mengeluh pusing, merasa tidak berdaya
b. Obyektif : Frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, muka
tampak pucat
h) Defisit pengetahuan (D.0111)
1) Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topic tertentu
2) Penyebab

18
a. Keterbatasan kognitif
b. Kekeliruan mengikuti anjuran
c. Kurang terpapar informasi
d. Kurang minat dalam belajar
e. Kurang mampu mengingat
f. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
3) Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
b. Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
4) Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif : -
b. Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
menunjukkan perilaku berlebihan
i) Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)
1) Definisi
Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
2) Faktor resiko
a. Ketidakseimbangan cairan
b. Kelebihan volume cairan
c. Diare
d. Muntah
j) Resiko Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)
1) Definisi :
Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh
danberkembang sesuai dengan kelompok usia.
2) Gejala dan tanda Mayor
a. Subjektif : (tidak tersedia)
b. b) Objektif : Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku
khas sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial),
Pertumbuhan fisik terganggu

19
3) Gejala dan tanda Minor
a. Subjektif : (tidak tersedia)
b. Objektif : Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai
usia, Afek datar, Respon sosial lambat, Kontak mata
terbatas, Nafsu makan menurun, Lesu, Mudah marah,
Regresi, Pola tidur terganggu (pada bayi) (PPNI, 2017)
d. Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2019). Adapun
intervensi yang sesuai dengan penyakit bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan bersihan
jalan napas (L.01001) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Batuk efektif
b) Produksi sputum menurun
c) Mengi menurun
d) Wheezing menurun
e) Dispnea menurun
f) Ortopnea menurun
g) Gelisah menurun
h) Frekuensi napas membaik
i) Pola napas membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
d) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
e) Auskultasi bunyi napas

20
Terapeutik
a. Atur posisi semi fowler atau fowler
b. Berikan minum hangat
c. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
d. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Ajarkan teknik batuk efektif
c. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
b. Diagnosa Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pola napas
(L.01004) membaik. Dengan kriteria hasil :
a) Tekanan ekspirasi meningkat
b) Tekanan inspirasi meningkat
c) Dispnea menurun
d) Penggunaan otot bantu napas menurun
e) Frekuensi napas membaik
f) Kedalaman napas membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor bunyi napas
b) Monitor sputum
c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
d) Monitor kemampuan batuk efektif
e) Monitor adanya sumbatan jalan napas
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

21
g) Monitor saturasi oksigen
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi b) Ajarkan teknik batuk efektif
c. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pertukaran
gas (L.01003) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Bunyi napas tambahan menurun
c) Napas cuping hidung menurun
d) PCO2 membaik
e) PO2 membaik
f) Takikardi membaik
g) Ph arteri membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
c) Monitor adanya sumbatan jalan napas
d) Auskultasi bunyi napas
e) Monitor saturasi oksigen
f) Monitor nilai AGD g) Monitor hasil x-ray thoraks
g) Monitor kecepatan aliran oksigen
h) Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
a) Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
Kolaborasi
a) Kolaborasi penentuan dosis oksigen

22
b) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
d. Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka
termoregulasi (L.14134) membaik dengan kriteria hasil:
a) Menggigil menurun
b) Kulit merah menurun
c) Kejang menurun
d) Pucat menurun
e) Takikardi menurun
f) Takipnea menurun
g) Bradikardi menurun
h) Hipoksia menurun
i) Suhu tubuh membaik
j) Suhu kulit membaik
k) Tekanan darah membaik
2) Intervensi keperawatan :
Observasi :
a) Identifikasi penyebab hipertermia
b) Monitor tanda-tanda vital
c) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
d) Monitor intake dan output cairan
e) Monitor warna dan suhu kulit
f) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik :
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
e) Berikan cairan oral
f) Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat berlebih

23
g) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen, aksila
Edukasi :
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan memperbanyak minum
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
b) Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu
e. Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan peningkatan kebutuhan metabolism
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status
nutrisi (L.03030)membaik. Dengan kriteria hasil:
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Diare menurun
c) Berat badan membaik
d) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik e) Nafsu makan
membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Monitor asupan makanan
c) Monitor berat badan
Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
c) Berikan suplemen makanan, jika perlu
d) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
e) Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan
Edukasi
a) Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi
makan kepada pasien

24
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu
f. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan toleransi
aktivitas (L.05047) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Keluhan lelah menurun
c) Dispnea saat aktivitas menurun
d) Dispnea setelah aktivitas menurun
e) Perasaan lemah menurun
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
b) Monitor saturasi oksigen
c) Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan setelah
melakukan aktivitas
Terapeutik
a) Libatkan keluarga dalam aktivitas
b) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
c) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai

25
g. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat
ansietas (L.09093) menurun. Dengan kriteria hasil :
a) Perilaku gelisah menurun
b) Perilaku tegang menurun
c) Diaforesis menurun
d) Konsentrasi membaik
e) Pola tidur membaik
f) Frekuensi pernapasan dan nadi membaik
g) Tekanan darah membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor tanda-tanda ansietas
b) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi
c) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Teraupetik
a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
kepercayaan
b) Pahami situasi yang membuat ansietas
c) Dengarkan dengan penuh perhatian
d) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
e) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
f) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
Edukasi
a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien b) Latih
kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
h. Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi

26
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat
pengetahuan (L.12111) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Perilaku sesuai anjuran meningkat
b) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
c) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningkat
d) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya
yang sesuai dengan topik meningkat
e) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
f) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
g) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Teraupetik
a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehata
i. Diagnosa : Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan
keseimbangan elektrolit (L.03021) meningkat. Dengan kriteria hasil
:
a) Serum natrium membaik
b) Serum kalium membaik c) Serum klorida membaik

27
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal)
b) Monitor mual, muntah, dan diare
c) Monitor status hidrasi
Terapeutik
a) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
b) Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit)
c) Berikan cairan intravena, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide,
difenoksilat)
j. Diagnosa : Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan
ketidakmampuan fisik (L.10101)
1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
perkembangan membaik Kriteria hasil :
a) Keterampilan/ prilaku sesuai dengan usia
b) Respon social meningkat c) Kontak mata meningkat d) Afek
Membaik
2) Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
Terapeutik
a) Minimalkan kebisingan ruangan
b) Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
optimal
c) Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
d) Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan
positif atau umpan balik atas usahanya

28
e) Mempertahankan kenyamanan anak f) Bernyanyi bersama
anak lagu-lagu yang disukai
Edukasi
a) Jelaskan orang tua/pengasuh tentang milestone
perkembangan anak dan perilaku anak
b) Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anak (PPNI, 2018,
PPNI, 2019)
e. ImplementasI Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klienkeluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).
f. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan
dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan
tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif,
afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Yustiana &
Ghofur, 2016)

29
DAFTAR PUSTAKA
Yuliastati & Amelia Arnis (2016) Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Yuniarti Sri (2015) Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak
Prasekolah. Bandung: PT Refika Aditama.
Yustiana Olfah & Abdul Ghofur (2016) Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Syaifuddin (2016) Anatomi Fisiologi. Edited by Monica Ester. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI. (2018)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
DPP PPNI. (2019)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta:
DPP PPNI.
Bradley J.S., B. . (2011) ‘The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants
and Children Older than 3 Months of Age’, Clinical Practice Guidelines by the Pediatric
Infections Diseases Society and the Infections Disease Society of America.
Bulechek, M.G dkk.(2016). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian
edition. Indonesia: Mocomedia. Herdman, H.T. (2018).
Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2018- 2020. Jakarta: EGC. Kowalak,
J., P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku ajar patofisiologis (professional guide to
pathophysiology). Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC

30

Anda mungkin juga menyukai