DOSEN PENGAMPU:
ELY MAWADDAH,M,Kep.,Sp.An
JUMAIDI (P07120120067)
MADE ARYANI MAHARANI PUTRI(P07120120069)
MIMING SUKRIANI (P07120120071)
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan GNA” tepat pada waktunya. Makalah ini kelompok
kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini
adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai
dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria atau hematuria. Meskipun lesi
utama pada glomerulus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan,
sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright
pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai
etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit glomerulonefritis telah
menyebabkan kematian pada 850.000 orang setiap tahunnya. Indonesia pada tahun 1995,
melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan.
Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta
(24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan
berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun
(kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa
mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak
mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini
umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
B.Rumusan Masalah
1. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan GlomeruloNefritis Akut (GNA)
2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada anak dengan GlomeruloNefritisAkut
(GNA)
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anakdengan GlomeruloNefritisAkut
(GNA)
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anakdengan GlomeruloNefritisAkut
(GNA)
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anakdengan GlomeruloNefritisAkut
(GNA)
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui mengapa GNA bisa terjadi pada anak?
2. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi terjadinya GNA ?
3. Untuk mengetahui masalah pada anak penderita GNA?
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan GNA pada anak?
5. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak penderita GNA?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang paling umum
pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi glomerulus dan laju
filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air, serta hipertensi. Biasanya
disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi streptokokus, penyakit ini jarang memiliki
efek jangka panjang pada system ginjal. (Kathhleen, 2008).
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada anak
perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi yang biasa
diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan diuretic juga restriksi
diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantung kongestif, dan penyakit
ginjal tahap akhir.
GNA adalah suatu reaksi imunnologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.
Yang sering ialah infeksi karna kuman streptococcus. Data ini sering ditemukan pada
anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak pria dibanding anak
perempuan. GNA didahului oleh adanya infeksi ekstra renal terutama di traktus
respiratorius bagian atas atau kulit oleh kuman streptococcus beta hemolyticus
golongan A, tipe 12, 4, 16, 25, dan 40. Hubungan antara GNA dan infeksi
streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan
alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Di isolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.
Glomerulo Nefritis Akut (GNA)adalah istilah yang secara luas digunakan yang
mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus.
(Brunner & Suddarth, 2001).
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang paling sering pada masa
kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah infeksi streptokokus.
(Sacharin, Rosa M, 1999).
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang
sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-
7 tahun. (Kapita Selecta, 2000)
Kesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis ginjal
terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun.
2. Etiologi
Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh
Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama lebih kurang
10 hari. Dari tipe-tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada
yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat nefritogen daripada yang lainnya
belum diketahui dengan jelas. Mungkin faktor iklim atau alergi yang mempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcus. GNA juga dapat
disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam tridion), penyakit amiloid, thrombosis
vena renalis, purpur anafilaktoid, dan lupus erimatosis.
3. Patofisiologi
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit dan proliferasi sel, serta
eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon imunologi
yang terjadi dengan adanya perlawanan antibodi dengan mikroorganisme yaitu
streptokokus
A.Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang
menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan
menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang mana akan menurunkan
filtrasi glomerulus, insuffisiensi renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga
molekul yang besar seperti protein dieskresikan dalam urine (proteinuria).
a. Pathogenesis
Menurut penyelidikan klinik-imunologis dan percobaan pada binatang
menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab.
Beberapa penyelidik menunjukkan hipotesis sebagai berikut:
1) Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane
basalis glomerulus dan kemudian merusaknya
2) Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh
menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus
3) Streptococcus nefritogen dan membrane basalis glomerulus mempunyai
komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang berlangsung
merusak membrane basalis ginjal
b. Patologi
Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat titik-titik
perdarahan pada korteks. Mikroskopik tampak hamper semua glomerulus
terkena sehingga dapat disebut glomerulus difus. Tampak proliferasi sel
endotel glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan lumen kapiler dan
ruang simpai Bowman menutup. Disamping itu terdapat pula infiltrasi sel
epitel kapsul, infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit. Pada pemerksaan
mikroskop electron akan tampak membrane basalis menebal tidak teratur.
Terdapat gumpalan humps di subepitelium yang mungkin dibentuk oleh
globulin-gama, komplemenbdan antigen streptokokus.
4. Menifestasi klinis
a. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
b. Proteinuria (protein dalam urine)
c. Oliguria (keluaran urine berkurang)
d. Nyeri panggul
e. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian menyebar
ke abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang mungkin tidak
terlihat oleh seorang yang tidak mengenal anak dengan baik).
f. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi sekali
pada hari pertama.
g. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama dan
akan kembali normal pada akhir minggu pertama juga. Namun jika terdapat
kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa
minggu dan menjadi permanen jika keadaan penyakitnya menjadi kronik.
h. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, dan
diare.
i. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang dan
kesadaran menurun.
j. Fatigue (keletihan atau kelelahan).
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laju Endap Darah (LED) meningkat
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air)
c. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila fungsi ginjal
mulai menurun.
d. Jumlah urine berkurang
e. Berat jenis meninggi
f. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.
g. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit dan
hialin.
h. Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika ditemukan infeksi
tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus yang mendahului hanya
mengenai kulit saja.
i. Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk identifikasi
mikroorganisme.
j. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan adalah
meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus dan tonjolan subepitel yang
mengandung imunoglobulin dan komplemen.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tidak ada pengobatan yag khusus yang memengaruhi penyembuhan kelainan di
glomerulus.
1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-8 minggu.
Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4 minggu tidak
berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya.
2) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak
memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi streptococcuk yang mungkin masih ada. Pemberian
penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksi yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan
karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoretis anak dapat terinfeksi
lagi dengan kuman neritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
3) Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg BB/hari)
dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan pada pasien dengan
suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila ada anuria atau
muntah, diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada pasien dengan
tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan
bila ada komplikasi seperti ada gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria,
maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
4) Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian
sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat. Pada
hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-
mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kg BB secara intramuscular. Bila
terjadi dieresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya pemberian sulfat parenteral
tidak dianjurkan lagi karena member efek toksis.
5) Bila anuria berlangsung lama (5-7hari), maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialysis, hemodialisisi, tranfusi
tukar dan sebagainya.
6) Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-
akhir ini pemberian furosamid (Lasix) secara intravena (1mg/kg BB/kali)
dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi
glomerulus.
7) Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen
b. Penatalaksanaan keperawatan
Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah penyakit
menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat tekanan darah tinggi,
jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan keluarga sanggup setra mengerti
boleh dirawat diruah di bawah pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalah gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet,
gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
Gangguan faal ginjal. Ginjal diketahui sebagai alat yang salah satu dari
fungsinya adalah mengeluarkan sisa metabolism terutama protein sebagai ureum,
juga kalium, fosfat, asam urat, dan sebagainya. Karena terjadi kerusakan pada
glumerolus (yang merupakan reaksi autoimun terhadap adanya infeksi
streptococcus ekstrarenal) menyebabkan gangguan filtrasi glomerulus dan
mengakibatkan sisa-sia metabolism tidak dapat diekskresikan maka di dalam
darah terdapat ureum, dan lainnya lagi yang disebutkan di atass meninggi. Tetapi
tubulus karena tidak terganggu maka terjadi penyerapan kembali air dan ion
natrium yang mengakibatkan banyaknya urine berkurang, dan terjadilah oliguria
sampai anuria.
Untuk mengetahui keadaan ginjal, pasien GNA perlu dilakukan pemeriksaan
darah untuk fungsi ginjal, laju endp darah (LED), urine, dan foto radiologi ginjal.
Urine perlu ditampung selama 24 jam, diukur banyaknya dan berat jenisnya (BJ)
dicatat pada catatan khusus (catatan pemasukan/pengeluaran cairan). Bila dalam
24 jam jumlah urine kurang dari 400 ml supaya memberitahukan dokter. Tempat
penampung urine sebaiknya tidak dibawah tempat tidur pasien karena selain tidak
sedap dipandang juga menyebabkan bau urine didalam ruangan. Penampung urine
harus ada tutpnya yang cocok, diberi etiket selain “nama” juga jam dan tanggal
mulai urine ditampung. Hati-hati jika ada nama yang sama jangan tertukar;
tuliskan juga nomor tempat tidur atau nomor register pasien. Tempat penampung
urine harus dicuci bersih setiap hari; bila terdapat endapan yang sukar digosok
pergunakan asam cuka, caranya merendamkan dahulu beberapa saat baru
kemudian digosok pakai sikat. Untuk mebantu lancarnya dieresis di samping
obat-obatan pasin diberikan minum air putih dan dianjurkan agar anak banyak
minum (ad libitum) kecuali jika banyaknya urine kurang dari 200 ml. berapa
banyak pasien dapat menghabiskan minum air supaya dicatat pada catatan khusus
dan dijimlahkan selama 24 jam. Kepada pasien yang sudah mengerti sbelum
mulai pencatatan pengeluaran/pemasukan cairan tersebut harus diterangkaan
dahulu mengapa ia harus banyak minum air putih dan mengapa air kemih harus
ditampung. Jika anak akan buang air besar supaya sebelumnya berkemih dahulu
ditempat penampungan urine baru ke WC atau sebelumnya gunakan pot lainnya.
Dengan demikian bahwa banyaknya urine adalah benar-benar dari keseluruhan
urine pada hari itu.
Resiko terjadi komplikasi.Akibat fungsi ginjal tidak fisiologis menyebabkan
produksi urine berkurang, sisa metabolisme tidak dapat dikeluarkan sehingga
terjadi uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia, hidremia, dan sebagainya. Keadaan
ini akan menjadi penyebab gagal ginjal akut atau kronik (GGA/GGK) jika tidak
secepatnya mendapatkan pertolongan. Karena adanya rretensi air dan natrium
dapat menyebabkan kongesti sirkulasi yang kemudian menyebabkan terjadinya
efusi ke dalam perikard dan menjadikan pembesaran jantung. Jika keadaan
tersebut berlanjut akan terjadi gagal jantung. Keadaan uremia yang makin
menngkat akan menimbulkan keracunan pada otak yang biasanya ditandai dengan
adanya gejala hipertensif ensefalopati, yaitu pasien merasa pusing, mual, muntah,
kesadaran menurun atau bahkan lebih parah atau untuk mengenal gejala
komplikasi sedini mungkin pasien memerlukan:
1) Istirahat
2) Pengawasan tanda-tanda vital bila terdapat keluhan pusing
3) Jika mendadak terjadi penurunan haluaran urine periksalah dahulu apakah
pasien berkemih di tempat lain dan keadaan umumnya.
4) Jika pasien mendapat obat-obatan berikanlah pada waktunya dan tunggu
sampai obat tersebut betul-betul telah diminum (sering terjadi obat tidak
diminum dan disimpan di bawah bantal pasien). Jika hal itu terjadi
penyembuhan tidak seperti yang diharapkan.
5) Diet. Bila ureum darah melebihi 60 mg % di berikan protein 1 g/kg BB/hari
dan garam 1 g/hari (rendah garam). Bila ureum antara 40-60 mg% protein
diberikan 2 g/kg BB/hari dan masih rendah garam. Jika pasien tidak mau
makan karena merasa mual atau ingin muntah atau muntah-muntah segera
hubungi dokter, siapkan keperluan infuse dengan cairan yang biasa
dipergunakan ialah glukosa 5-10% dan selanjutnya atas petunjuk dokter. Jika
infuse diberikan pada pasien yang tersangka ada kelainan jantung atau tekanan
darahnya tinggi, perhatikan agar tetesan tidak melebihi yang telah
dipergunakan dokter, bahayanya memperberat kerja jantung.
6) Gangguan rasa aman dan nyaman.
Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien disarankan agar sering kontak
dan berkomunikasi dengan pasien akan menyenangkan pasien.. agar pasien
tidak bosan pasien dibolehkan duduk dan melakukan kegiatan ringan misalnya
membaca buku (anak yang sudah sekolah), melihat buku gambar atau bermain
dengan teman yang telah dapat berjalan. Sebagai perawat kita juga harus
mendampingi/mengajak bermain dengan pasien yang memerlukan hiburan
agar tidak bosan.
7) Kuarng pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien adalah:
a) Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit menelan atau
batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke dokter/pelayanan kesehatan
supaya anak mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat.
b) Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat dirumah sakit,
orang tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya misalnya
untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan biaya yang cukup
banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia keperluan tersebut.
(sebelumnya orang tua diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan
urine dan mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan
pengamatan perkembangan penyakit anaknya)
c) Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus istirahat cukup.
Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi belum boleh mengikuti
kegiatan olahraga. Makanan, garam masih perlu dikurangi sampai keadaan
urine benar-benar normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit dan
sedikit protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan lamanya). Jika
makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada kemungkinan penyakit
kambuh kembali. Hindarkan terjadinya infeksi saluran pernapasan
terutama mengenai tenggorokan untuk mencegah penyakit berulang.
Kebersihan lingkungan perlu dianjurkan agar selalu diperhatikan
khususnya streptococcus yang menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien
harus control secara teratur untuk mencegah timbulnya komplikasi yang
mungkin terjadi seperti glomerulus kronik atau bahkan sudah terjadi gagal
ginjal akut. Juga petunjuk mengenai kegiatan anak yang telah boleh
dilakukan.
9. Komplikasi
Komplikasi glomerulonefritis akut:
a. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria
atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan
peritoneum dialisis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat
gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema
otak.
c. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah, pembesaran
jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma.
Jantung dapat membesardan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang
menetap dan kelainan di miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
e. Gagal Ginjal Akut (GGA)
10. Prognosis
Gajala fisik menghilang dalan minggu ke-2 atau minggu ke-3 dan tekanan darah
umumnya menurun dalam waktu 1 minggu. Kimia darah menjadi normal pada
minggu ke-2. Hematuria mikroskopik dan makroskopik dapat menetap selama 4-6
minggu. Hitung Addis menunjukan kenaikan jumlah eritrosit untuk 4 bulan atau
lebih, dan LED meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan. Protein sedikit dalam urine
dan menetap untuk beberapa bulan. Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi
akut selama fase penyembuhan, tetapi umumnya tidak mengubah proses penyakitnya.
Pasien tetap mennjukan kelainan urine salama 1 tahun dianggap menderita
glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi penyembuhan sempurna. Laju endap
darah (LED) digunakan untuk mengukur progresivitas penyakit ini karena umumnya
tetap meninggi pada kasus-kasus yang menjadi kronik. Diperkirakan 95%akan
sembuh sempurna, 2% meninggal selama fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi
glomerulonefritis kronik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Genitourinaria
Urine keruh
Proteinuria
Penurunan urine output
Hematuri
2. Kardiovaskuler
Hipertensi
3. Neurologis
Letargi
Iritabilitas
Kejang
4. Gastrointestinal
Anorexia
Vomitus
Diare
5. Hematologi
Anemia
Azotemia
Hiperkalemia
6. Integumen
Pucat
Edema
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral. Glomerulonefritis akut
paling lazim terjadi pada anak-anak 3 sampai 7 tahun meskipun orang dewasa muda dan
remaja dapat juga terserang , perbandingan penyakit ini pada pria dan wnita 2:1.
GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang
sering terjadi ialah akibat infeksi2. tidak semua infeksi streptokokus akan menjadi
glomerulonefritis, hanya beberapa tipe saja. Timbulnya GNA didahului oleh infeksi
ekstra renal, terutama di traktus respirotorius bagian kulit oleh kuman streptokokus beta
hemolitikus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. dari tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25
lebih bersifat nefritogen disbanding yang lain. Mengapa tipe tersebut lebih nefritogen dari
pada yang lain tidak di ketahui.
Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalh rasa lelah,
anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang paling sering
ditemukan adalah :hematuria, oliguria,edema,hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Glomerulonefritis akut, 835-839, Infomedika,
Jakarta.
Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15, Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.