Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI/ANAK DENGAN GANGGUAN NEUROLOGI DAN


PERKEMIHAN : GNA”

DOSEN PENGAMPU:

ELY MAWADDAH,M,Kep.,Sp.An

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 12

 JUMAIDI (P07120120067)
 MADE ARYANI MAHARANI PUTRI(P07120120069)
 MIMING SUKRIANI (P07120120071)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN

MATARAM T.A 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan GNA” tepat pada waktunya. Makalah ini kelompok
kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Mataram, 13 Maret 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini
adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai
dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria atau hematuria. Meskipun lesi
utama pada glomerulus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan,
sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright
pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai
etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit glomerulonefritis telah
menyebabkan kematian pada 850.000 orang setiap tahunnya. Indonesia pada tahun 1995,
melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan.
Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta
(24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan
berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun
(kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa
mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak
mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini
umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
B.Rumusan Masalah
1. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan GlomeruloNefritis Akut (GNA)
2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada anak dengan GlomeruloNefritisAkut
(GNA)
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anakdengan GlomeruloNefritisAkut
(GNA)
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anakdengan GlomeruloNefritisAkut
(GNA)
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anakdengan GlomeruloNefritisAkut
(GNA)

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui mengapa GNA bisa terjadi pada anak?
2. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi terjadinya GNA ?
3. Untuk mengetahui masalah pada anak penderita GNA?
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan GNA pada anak?
5. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak penderita GNA?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang paling umum
pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi glomerulus dan laju
filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air, serta hipertensi. Biasanya
disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi streptokokus, penyakit ini jarang memiliki
efek jangka panjang pada system ginjal. (Kathhleen, 2008).
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada anak
perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi yang biasa
diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan diuretic juga restriksi
diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantung kongestif, dan penyakit
ginjal tahap akhir.
GNA adalah suatu reaksi imunnologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.
Yang sering ialah infeksi karna kuman streptococcus. Data ini sering ditemukan pada
anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak pria dibanding anak
perempuan. GNA didahului oleh adanya infeksi ekstra renal terutama di traktus
respiratorius bagian atas atau kulit oleh kuman streptococcus beta hemolyticus
golongan A, tipe 12, 4, 16, 25, dan 40. Hubungan antara GNA dan infeksi
streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan
alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Di isolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.
Glomerulo Nefritis Akut (GNA)adalah istilah yang secara luas digunakan yang
mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus.
(Brunner & Suddarth, 2001).
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang paling sering pada masa
kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah infeksi streptokokus.
(Sacharin, Rosa M, 1999).
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang
sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-
7 tahun. (Kapita Selecta, 2000)
Kesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis ginjal
terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun.

2. Etiologi
Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh
Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.

Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama lebih kurang
10 hari. Dari tipe-tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada
yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat nefritogen daripada yang lainnya
belum diketahui dengan jelas. Mungkin faktor iklim atau alergi yang mempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcus. GNA juga dapat
disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam tridion), penyakit amiloid, thrombosis
vena renalis, purpur anafilaktoid, dan lupus erimatosis.

3. Patofisiologi
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit dan proliferasi sel, serta
eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon imunologi
yang terjadi dengan adanya perlawanan antibodi dengan mikroorganisme yaitu
streptokokus
A.Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang
menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan
menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang mana akan menurunkan
filtrasi glomerulus, insuffisiensi renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga
molekul yang besar seperti protein dieskresikan dalam urine (proteinuria).
a. Pathogenesis
Menurut penyelidikan klinik-imunologis dan percobaan pada binatang
menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab.
Beberapa penyelidik menunjukkan hipotesis sebagai berikut:
1) Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane
basalis glomerulus dan kemudian merusaknya
2) Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh
menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus
3) Streptococcus nefritogen dan membrane basalis glomerulus mempunyai
komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang berlangsung
merusak membrane basalis ginjal
b. Patologi
Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat titik-titik
perdarahan pada korteks. Mikroskopik tampak hamper semua glomerulus
terkena sehingga dapat disebut glomerulus difus. Tampak proliferasi sel
endotel glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan lumen kapiler dan
ruang simpai Bowman menutup. Disamping itu terdapat pula infiltrasi sel
epitel kapsul, infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit. Pada pemerksaan
mikroskop electron akan tampak membrane basalis menebal tidak teratur.
Terdapat gumpalan humps di subepitelium yang mungkin dibentuk oleh
globulin-gama, komplemenbdan antigen streptokokus.

4. Menifestasi klinis
a. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
b. Proteinuria (protein dalam urine)
c. Oliguria (keluaran urine berkurang)
d. Nyeri panggul
e. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian menyebar
ke abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang mungkin tidak
terlihat oleh seorang yang tidak mengenal anak dengan baik).
f. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi sekali
pada hari pertama.
g. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama dan
akan kembali normal pada akhir minggu pertama juga. Namun jika terdapat
kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa
minggu dan menjadi permanen jika keadaan penyakitnya menjadi kronik.
h. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, dan
diare.
i. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang dan
kesadaran menurun.
j. Fatigue (keletihan atau kelelahan).
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laju Endap Darah (LED) meningkat
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air)
c. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila fungsi ginjal
mulai menurun.
d. Jumlah urine berkurang
e. Berat jenis meninggi
f. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.
g. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit dan
hialin.
h. Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika ditemukan infeksi
tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus yang mendahului hanya
mengenai kulit saja.
i. Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk identifikasi
mikroorganisme.
j. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan adalah
meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus dan tonjolan subepitel yang
mengandung imunoglobulin dan komplemen.

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tidak ada pengobatan yag khusus yang memengaruhi penyembuhan kelainan di
glomerulus.
1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-8 minggu.
Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4 minggu tidak
berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya.
2) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak
memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi streptococcuk yang mungkin masih ada. Pemberian
penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksi yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan
karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoretis anak dapat terinfeksi
lagi dengan kuman neritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
3) Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg BB/hari)
dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan pada pasien dengan
suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila ada anuria atau
muntah, diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada pasien dengan
tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan
bila ada komplikasi seperti ada gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria,
maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
4) Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian
sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat. Pada
hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-
mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kg BB secara intramuscular. Bila
terjadi dieresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya pemberian sulfat parenteral
tidak dianjurkan lagi karena member efek toksis.
5) Bila anuria berlangsung lama (5-7hari), maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialysis, hemodialisisi, tranfusi
tukar dan sebagainya.
6) Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-
akhir ini pemberian furosamid (Lasix) secara intravena (1mg/kg BB/kali)
dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi
glomerulus.
7) Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen
b. Penatalaksanaan keperawatan
Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah penyakit
menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat tekanan darah tinggi,
jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan keluarga sanggup setra mengerti
boleh dirawat diruah di bawah pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalah gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet,
gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
Gangguan faal ginjal. Ginjal diketahui sebagai alat yang salah satu dari
fungsinya adalah mengeluarkan sisa metabolism terutama protein sebagai ureum,
juga kalium, fosfat, asam urat, dan sebagainya. Karena terjadi kerusakan pada
glumerolus (yang merupakan reaksi autoimun terhadap adanya infeksi
streptococcus ekstrarenal) menyebabkan gangguan filtrasi glomerulus dan
mengakibatkan sisa-sia metabolism tidak dapat diekskresikan maka di dalam
darah terdapat ureum, dan lainnya lagi yang disebutkan di atass meninggi. Tetapi
tubulus karena tidak terganggu maka terjadi penyerapan kembali air dan ion
natrium yang mengakibatkan banyaknya urine berkurang, dan terjadilah oliguria
sampai anuria.
Untuk mengetahui keadaan ginjal, pasien GNA perlu dilakukan pemeriksaan
darah untuk fungsi ginjal, laju endp darah (LED), urine, dan foto radiologi ginjal.
Urine perlu ditampung selama 24 jam, diukur banyaknya dan berat jenisnya (BJ)
dicatat pada catatan khusus (catatan pemasukan/pengeluaran cairan). Bila dalam
24 jam jumlah urine kurang dari 400 ml supaya memberitahukan dokter. Tempat
penampung urine sebaiknya tidak dibawah tempat tidur pasien karena selain tidak
sedap dipandang juga menyebabkan bau urine didalam ruangan. Penampung urine
harus ada tutpnya yang cocok, diberi etiket selain “nama” juga jam dan tanggal
mulai urine ditampung. Hati-hati jika ada nama yang sama jangan tertukar;
tuliskan juga nomor tempat tidur atau nomor register pasien. Tempat penampung
urine harus dicuci bersih setiap hari; bila terdapat endapan yang sukar digosok
pergunakan asam cuka, caranya merendamkan dahulu beberapa saat baru
kemudian digosok pakai sikat. Untuk mebantu lancarnya dieresis di samping
obat-obatan pasin diberikan minum air putih dan dianjurkan agar anak banyak
minum (ad libitum) kecuali jika banyaknya urine kurang dari 200 ml. berapa
banyak pasien dapat menghabiskan minum air supaya dicatat pada catatan khusus
dan dijimlahkan selama 24 jam. Kepada pasien yang sudah mengerti sbelum
mulai pencatatan pengeluaran/pemasukan cairan tersebut harus diterangkaan
dahulu mengapa ia harus banyak minum air putih dan mengapa air kemih harus
ditampung. Jika anak akan buang air besar supaya sebelumnya berkemih dahulu
ditempat penampungan urine baru ke WC atau sebelumnya gunakan pot lainnya.
Dengan demikian bahwa banyaknya urine adalah benar-benar dari keseluruhan
urine pada hari itu.
Resiko terjadi komplikasi.Akibat fungsi ginjal tidak fisiologis menyebabkan
produksi urine berkurang, sisa metabolisme tidak dapat dikeluarkan sehingga
terjadi uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia, hidremia, dan sebagainya. Keadaan
ini akan menjadi penyebab gagal ginjal akut atau kronik (GGA/GGK) jika tidak
secepatnya mendapatkan pertolongan. Karena adanya rretensi air dan natrium
dapat menyebabkan kongesti sirkulasi yang kemudian menyebabkan terjadinya
efusi ke dalam perikard dan menjadikan pembesaran jantung. Jika keadaan
tersebut berlanjut akan terjadi gagal jantung. Keadaan uremia yang makin
menngkat akan menimbulkan keracunan pada otak yang biasanya ditandai dengan
adanya gejala hipertensif ensefalopati, yaitu pasien merasa pusing, mual, muntah,
kesadaran menurun atau bahkan lebih parah atau untuk mengenal gejala
komplikasi sedini mungkin pasien memerlukan:
1) Istirahat
2) Pengawasan tanda-tanda vital bila terdapat keluhan pusing
3) Jika mendadak terjadi penurunan haluaran urine periksalah dahulu apakah
pasien berkemih di tempat lain dan keadaan umumnya.
4) Jika pasien mendapat obat-obatan berikanlah pada waktunya dan tunggu
sampai obat tersebut betul-betul telah diminum (sering terjadi obat tidak
diminum dan disimpan di bawah bantal pasien). Jika hal itu terjadi
penyembuhan tidak seperti yang diharapkan.
5) Diet. Bila ureum darah melebihi 60 mg % di berikan protein 1 g/kg BB/hari
dan garam 1 g/hari (rendah garam). Bila ureum antara 40-60 mg% protein
diberikan 2 g/kg BB/hari dan masih rendah garam. Jika pasien tidak mau
makan karena merasa mual atau ingin muntah atau muntah-muntah segera
hubungi dokter, siapkan keperluan infuse dengan cairan yang biasa
dipergunakan ialah glukosa 5-10% dan selanjutnya atas petunjuk dokter. Jika
infuse diberikan pada pasien yang tersangka ada kelainan jantung atau tekanan
darahnya tinggi, perhatikan agar tetesan tidak melebihi yang telah
dipergunakan dokter, bahayanya memperberat kerja jantung.
6) Gangguan rasa aman dan nyaman.
Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien disarankan agar sering kontak
dan berkomunikasi dengan pasien akan menyenangkan pasien.. agar pasien
tidak bosan pasien dibolehkan duduk dan melakukan kegiatan ringan misalnya
membaca buku (anak yang sudah sekolah), melihat buku gambar atau bermain
dengan teman yang telah dapat berjalan. Sebagai perawat kita juga harus
mendampingi/mengajak bermain dengan pasien yang memerlukan hiburan
agar tidak bosan.
7) Kuarng pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien adalah:
a) Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit menelan atau
batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke dokter/pelayanan kesehatan
supaya anak mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat.
b) Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat dirumah sakit,
orang tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya misalnya
untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan biaya yang cukup
banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia keperluan tersebut.
(sebelumnya orang tua diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan
urine dan mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan
pengamatan perkembangan penyakit anaknya)
c) Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus istirahat cukup.
Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi belum boleh mengikuti
kegiatan olahraga. Makanan, garam masih perlu dikurangi sampai keadaan
urine benar-benar normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit dan
sedikit protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan lamanya). Jika
makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada kemungkinan penyakit
kambuh kembali. Hindarkan terjadinya infeksi saluran pernapasan
terutama mengenai tenggorokan untuk mencegah penyakit berulang.
Kebersihan lingkungan perlu dianjurkan agar selalu diperhatikan
khususnya streptococcus yang menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien
harus control secara teratur untuk mencegah timbulnya komplikasi yang
mungkin terjadi seperti glomerulus kronik atau bahkan sudah terjadi gagal
ginjal akut. Juga petunjuk mengenai kegiatan anak yang telah boleh
dilakukan.

7. Konsep Tumbuh Kembang Anak Prasekolah


Secara ilmiah, setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami
perkembangan. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan anak bervariasi dari satu
anak dengan anak lainnya bergantung pada beberapa hal yang mempengaruhinya,
sedangkan pendekatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan sangat bergantung
pada tahapan perkembangan mana yang sedang dilalui anak pada saat itu.
Setiap individu berbeda dalam proses pertumbuhan dan perkembangan karena
pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa factor baik secara
herediter maupun lingkunagan (Wong, 2000). Terdapat berbagai pandangan teori
pertumbuhan dan perkembangan anak.
a. Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Fase falik (3 – 6 tahun) selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan
area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki – laki dengan mengetahui adanya perbedaan jenis
kelamin. Sering kali anak sangat penasaran dengan pertanyaan yang diajukannya
berkaitan dengan perbedaan ini. Orang tua harus bijak dalam memberi penjelasan
tentang hal ini sesuai dengan kemampuan perkembangan kognitifnya agar anak
mendapatkan pemahaman yang benar. Selain itu, untuk memahami identitas
gender, anak sering meniru ibu dan bapaknya, misalnya dengan menggunakan
pakaian ayah dan ibu. Secara, psikologis pada fase ini mulai berkembang
superego, yaitu anak mulai berkurang sifat egosentris.
b. Perkembangan Psikososial ( Erikson )
Inisiatif versus rasa bersalah ( 3 – 6tahun ) perkembangan inisiatif diperoleh
dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan indranya. Anak
mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada
disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada
anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas
perkembangan yang tidak tercapai.
c. Perkembanagan Kognitif ( Piaget )
Praoperasional ( 3 – 6 Tahun ) karakteristik utama perkembangan intelektual
pada tahapan praoperasional didasari oleh sifat egosentris. Ketidakmampuan
untuk menempatkan diri. Pemikiran didominasi oleh apa yang mereka lihat dan
rasakan dengan pengalaman lainnya. Pada anak usia 2 – 3 tahun, anak berada
diantara sensori – motori dan praoperasional, yaitu anak mulai mengembangkan
sebab akibat, trial and error, dan menginterpretasi benda atau kejadian. Anak
prasekolah ( 3 – 6 tahun ) mempunyai tugas untuk menyiapkan diri memasuki
dunia sekolah.
Anak prasekolah berada pada fase peralihan antara preconceptual dan intuitive
thought. Pada fase preconceptual, anak sering menggunakan satu istilah untuk
beberapa orang yang mempunyai ciri yang sama, misalnya menyebut nenek
untuk setiap wanita tua, sudah bongkok, dan memakai tongkat. Sedangkan pada
fase intuitive thought, anak sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang
dilakukannya. Satu hal yang harus di ingat bahwa anak prasekolah berasumsi
bahwa orang lain berpikirseperti mereka sehingga perlu menggali pengertian
mereka dengan pendekatan nonverbal.

8. Konsep Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah


Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah.
a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Masa prasekolah ( 3 – 6 tahun ) perawatan anak dirumah sakit memaksa anak
untuk berpisah dari lingkunagan yang dirasakan aman, penuh kasih sayang, dan
menyenangkan yaitu lingkungan rumah, permainan dan teman sepermainannya.
Reaksi trerhadap perpisahan yang ditunjukan anak usia prasekolah adalah dengan
menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan dan tidak
kooperatif terhadap pertugas kesehatan. Perawatan dirumah sakit juga membuat
anak kehilangan control terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit
mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anakingga anak merasa kehilangan
kekuatan diri. Perawatan dirumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah
sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah atau takut.
Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan
dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini
menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan
mengucapkan kata – kata marah, tidak mau berkerja sama dengan perawat dan
ketergantungan pada orang tua.
b. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak
tetapi juga bagi orang tua. Reaksi orang tua terhadap perawatan anak di rumah
sakit dan latarbelakang yang menyebabkannya, yaitu :
1) Perasaan cemas dan takut.
Perasaan tersebut akan muncul pada saat orang tua mendapat prosedur
menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infuse dan prosedur
invasive lainnya.
2) Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan
orang tua mengetahui tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.
3) Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak
mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang
diterima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua
akan merasa putus asa, bahkan frustrasi.
c. Reaksi Saudara Kandung Terhadap Perawatan Anak Di Rumah Sakit
Reaksi yang sering muncul pada saudara kandung ( Sibling ) terhadap kondisi ini
adalah marah, cemburu, benci, takut, cemas dan rasa bersalah. Rasa bersalah
muncul karena jengkel tehadap orang tua yang dinilai tidak memperhatikannya.
Cemburu atau iri timbul karena dirasakan orang tuanya lebih mementingkan
saudaranya yang sedang ada dirumah sakit, dan ia tidak dapat memahami kondisi
ini dengan baik. Perasaan benci juga timbul tidak hanya pada saudaranya tetapi
juga pada situasi yang dinilainya sangat tidak menyenagankan. Selain perasaan
tersebut, rasa bersalah, takut dan bcemas juga dapat muncul karena anak berpikir
mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya serta perasaan cemas dan takut
tentang keberadaan saudaranya yang sedang dirawat yang sering kali muncul
karena ketidaktahuan tentang kondisi saudaranya. Perasaan sepi dan sendiri
muncul karena situasi dirumah yang dirasakan tidak seperti biasanya ketika
anggota keluarga lengkap berada di rumah, dalam situasi penuh kehangatan,
bercengkerama dengan orang tua dan saudaranya.

9. Komplikasi
Komplikasi glomerulonefritis akut:
a. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria
atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan
peritoneum dialisis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat
gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema
otak.
c. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah, pembesaran
jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma.
Jantung dapat membesardan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang
menetap dan kelainan di miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
e. Gagal Ginjal Akut (GGA)

10. Prognosis
Gajala fisik menghilang dalan minggu ke-2 atau minggu ke-3 dan tekanan darah
umumnya menurun dalam waktu 1 minggu. Kimia darah menjadi normal pada
minggu ke-2. Hematuria mikroskopik dan makroskopik dapat menetap selama 4-6
minggu. Hitung Addis menunjukan kenaikan jumlah eritrosit untuk 4 bulan atau
lebih, dan LED meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan. Protein sedikit dalam urine
dan menetap untuk beberapa bulan. Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi
akut selama fase penyembuhan, tetapi umumnya tidak mengubah proses penyakitnya.
Pasien tetap mennjukan kelainan urine salama 1 tahun dianggap menderita
glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi penyembuhan sempurna. Laju endap
darah (LED) digunakan untuk mengukur progresivitas penyakit ini karena umumnya
tetap meninggi pada kasus-kasus yang menjadi kronik. Diperkirakan 95%akan
sembuh sempurna, 2% meninggal selama fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi
glomerulonefritis kronik.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

B. Konsep Dasar Keperawatan


3.1 Pengkajian

1. Genitourinaria

 Urine keruh
 Proteinuria
 Penurunan urine output
 Hematuri

2. Kardiovaskuler
 Hipertensi

3. Neurologis
 Letargi
 Iritabilitas
 Kejang
4. Gastrointestinal
 Anorexia
 Vomitus
 Diare
5. Hematologi
 Anemia
 Azotemia
 Hiperkalemia
6. Integumen
 Pucat
 Edema

1.2 Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia.


2. Peningkatan volume cairan berhubungan dengan oliguri.
3. Perubahan status nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
anorexia.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue.
5. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi dan edema.

1.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosis Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Gangguan perfusi Klien akan 1. Monitor dan catat 1. Untuk mendeteksi
jaringan menunjukkan perfusi tekanan darah gejala dini
berhubungan jaringan serebral setiap 1-2 perubahan tekanan
dengan retensi air normal ditandai jam/hari selama darah dan
dan hipernatremia. dengan tekanan darah fase akut. menentukan
dalam batas normal, 2. Jaga kebersihan intervensi
penurunan retensi air, jalan napas, selanjutnya.
tidak ada tanda-tanda siapkan suction. 2. Serangan dapat
hipernatremia. 3. Atur pemberian terjadi karena
anti hipertensi, kurangnya perfusi
monitor reaksi oksigen ke otak.
klien. 3. Anti hipertensi
4. Monitor status dapat diberikan
volume cairan karena tidak
setiap 1-2 jam, terkontrolnya
monitor urine hipertensi yang
output (N: 1-2 dapat menyebabkan
ml/kgBB/jam. kerusakan ginjal.
5. Kaji status 4. Monitor sangat
neorologis perlu karena
(tingkat perluasan volume
kesadaran, cairan dapat
refleks, respon menyebabkan
pupil) setiap 8 tekanan darah
jam. meningkat.
6. Atur pemberian 5. Untuk mendeteksi
diuretic: Esidriks, secara dini
lasix sesuai order. perubahan yang
terjadi pada status
neurologis,
memudahkan
intervensi
selanjutnya.
6. Diuretic dapat
meningkatkan
ekskresi cairan.
2. Peningkatan Klien dapat 1. Timbang berat 1. Peningkatan berat
volume cairan mempertahankan badan tiap hari, badan merupakan
berhubungan volume cairan dalam monitor output indikasi adanya
dengan oliguri. batas normal ditandai urine tiap 4 jam. retensi cairan,
dengan urine output 2. Kaji adanya penurunan output
1-2 ml/kgBB/jam. edema, ukur urine merupakan
lingkar perut indikasi munculnya
setiap 8 jam, dan gagal ginjal.
untuk anak laki- 2. Peningkatan
laki cek adanya lingkar perut dan
pembengkakan pembengkakan
pada skrotum.
pada skrotum
3. Monitor reaksi merupakan
klien terhadap indikasi adanya
terapi diuretic, ascites.
terutama bila 3. Diuretic dapat
menggunakan menyebabkan
tiazid/furosemide. hipokalemia, yang
4. Monitor dan catat membutuhkan
intake cairan. penanganan
5. Kaji warna, pemberian
konsentrasi dan potassium.
berat jenis urine. 4. Klien mungkin
6. Monitor hasil tes membutuhkan
laboratorium. pembatasan
pemasukan cairan
dan penurunan laju
filtrasi glomerulus,
dan juga
membutuhkan
pembatasan intake
sodium.
5. Urine yang keruh
merupakan indikasi
adanya peningkatan
protein sebagai
indikasi adanya
penurunan perfusi
ginjal.
6. Peningkatan
nitrogen, ureum
dalam darah, dan
kadar kreatinin
merupakan indikasi
adanya gangguan
fungsi ginjal.

3. Perubahan status Klien akan 1. Sediakan makan 1. Diet tinggi


nutrisi (kurang dari menunjukkan dan karbohidrat karbohidrat
kebutuhan tubuh) peningkatan intake yang tinggi. biasanya lebih
berhubungan ditandai dengan porsi 2. Sajikan makan cocok dan
dengan anorexia. akan dihabiskan sedikit-sedikit menyediakan kalori
minimal 80%. tapi sering, esensial.
termasuk 2. Menyajikan makan
makanan sedikit-sedikit tapi
kesukaan klien. sering, memberikan
3. Batasi masukan kesempatan bagi
sodium dan klien untuk
protein sesuai menikmati
order. makanannya,
dengan menyajikan
makanan
kesukaannya dapat
meningkatkan nafsu
makan.
3. Sodium dapat
menyebabkan
retensi cairan, pada
beberapa kasus
ginjal tidak dapat
memetabolisme
protein, sehingga
perlu untuk
membatasi
pemasukan cairan.

4. Intoleransi aktivitas Klien akan 1. Buat jadwal atau 1. Dengan periode


berhubungan menunjukkan adanya periode istirahat istirahat yang
dengan fatigue. peningkatan aktivitas setelah aktivitas. terjadwal
ditandai dengan 2. Sediakan atau menyediakan energi
adanya kemampuan ciptakan untuk menurunkan
untuk aktivitas atau lingkungan yang produksi dari sisa
meningkatnya waktu tenang, aktivitas metabolisme yang
beraktivitas. yang menantang dapat meningkatkan
sesuai dengan stres pada ginjal.
perkembangan 2. Jenis aktivitas
klien. tersebut akan
3. Buat rencana atau menghemat
tingkatan dalam penggunaan energi
keperawatan dan mencegah
klien agar tidak kebosanan.
dilakukan pada 3. Tingkatan dalam
saat klien perawatan/pengelo
sementara dalam mpokan dapat
keadaan istirahat membantu klien
pada malam hari. dalam memenuhi
kebutuhan tidurnya.

5. Risiko kerusakan Klien dapat 1. Sediakan kasur 1. Menurunkan risiko


integritas kulit mempertahankan busa pada tempat terjadinya
berhubungan integritas kulit tidur klien. kerusakan kulit.
dengan ditandai dengan kulit 2. Bantu merubah 2. Dapat mengurangi
immobilisasi dan tidak pucat, tidak ada posisi klien tiap 2 tekanan dan
edema. kemerahan, tidak ada jam. memperbaiki
edema dan keretakan 3. Mandikan klien sirkulasi,
pada kulit/bersisik. tiap hari dengan penurunan risiko
sabun yang terjadinya
mengandung kerusakan kulit.
pelembab. 3. Deodorant/sabun
4. Dukung/beri berparfum dapat
sokongan dan menyebabkan kulit
elevasikan kering,
ekstremitas yang menyebabkan
mengalami kerusakan kulit.
edema. 4. Meningkatkan
5. Jika klien laki- sirkulasi balik dari
laki, skrotum pembuluh darah
dibalut. vena untuk
mengurangi
pembengkakan.
5. Untuk mengurangi
kerusakan kulit.
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral. Glomerulonefritis akut
paling lazim terjadi pada anak-anak 3 sampai 7 tahun meskipun orang dewasa muda dan
remaja dapat juga terserang , perbandingan penyakit ini pada pria dan wnita 2:1.

GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang
sering terjadi ialah akibat infeksi2. tidak semua infeksi streptokokus akan menjadi
glomerulonefritis, hanya beberapa tipe saja. Timbulnya GNA didahului oleh infeksi
ekstra renal, terutama di traktus respirotorius bagian kulit oleh kuman streptokokus beta
hemolitikus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. dari tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25
lebih bersifat nefritogen disbanding yang lain. Mengapa tipe tersebut lebih nefritogen dari
pada yang lain tidak di ketahui.

Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalh rasa lelah,
anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang paling sering
ditemukan adalah :hematuria, oliguria,edema,hipertensi.

Tujuan utama dalam penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk Meminimalkan


kerusakan pada glomerulus, Meminimalkan metabolisme pada ginjal, Meningkatkan
fungsi ginjal.

Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan glomerulus.


Pemberian pinisilin untuk membrantas semua sisa infeksi,tirah baring selama stadium
akut, diet bebas bila terjadi edema atau gejala gagal jantung danantihipertensi kalau
perlu,sementara kortikosteroid tidak mempunyai efek pada glomerulofritis akut pasca
infeksi strepkokus.
1.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya teman-teman mahasiswa agar
mencari reverensi lain selain dari makalah ini, dan penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar dapat kami jadikan pedoman dalam membuat makalah yang
berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Glomerulonefritis akut, 835-839, Infomedika,
Jakarta.

Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15, Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.

http://www/.5mcc.com/ Assets/ SUMMARY/TP0373.html. Accessed April 20th,


2016.http://inspiratif95.blogspot.co.id/Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai