Disusun oleh:
MUHAMMAD FAJAR RAMADHAN
NPM 1102012172
Pembimbing :
dr. Tektona Fitri Sp. Rad
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah masih terus menjadi masalah kesehatan
utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab baru atau lama sangat
pesat, dan kemampuan obat-obat anti mikroba telah banyak ditingkatkan. Selain itu, masih
banyak terdapat kontroversi berkenaan dengan pendekatan diagnostik dan penanganannya.
Pneumonia sebenarnya bukanlah suatu penyakit baru. American lung associaton misalnya
menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di
Amerika. Penggunaan antibotik membuat penyakit ini dapat di kontrol, beberapa tahun
kemudian pneumonia kembali menjadi penyebab kematian utama dikarenakan munculnya
organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme-
organisme baru seperti legionella, bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan
tubuhnya, karena adanya penyakit seperti AIDS, dan juga dikarenakan adanya kombinasi
pneurnonia dan influenza.
Pneumonia juga merupakan masalah kesehatan didunia karena angka kematiannya
tinggi, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara- negara maju seperti Amerika
serikat, Kanada dan di negara-negara Eropa. Di Indonesia sendiri pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit - penyakit kardiovaskular dan tuberkulosis.
Faktor sosial-ekonomi yang rendah mempertinggi angka morbiditas dan mortalitas.
Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan
yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau di dalam rumah
sakit atau pusat perawatan. Mikroorganisme cenderung menyerang saluran pernafasan bagian
bawah melalui aspirasi sekret orofaringeal dan berhubungan dengan flora bakteri, inhalasi
dari aerosol yan terinfeksi dan penyebaran hematogenik. Kecepatan perkembangan
mikroorganisme tergantung pada ukuran, virulensi dan kerentanan hospes.
Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di bawah usia lima
tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Data dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018
1
menunjukan prevalensi pneumonia naik dari 1,6% pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita
yang ada di Indonesia pada 2018.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
1. ETIOLOGI
Tabel 1. Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju
3
4
Sumber: Said M. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak. Badan Penerbit IDAI.
Jakarta:Cetakan Kedua;350-365
2. KLASIFIKASI
5
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)
2. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)
3. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host
4. Pneumonia aspirasi
3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil.
Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi edema
dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial. Radiologis berupa
bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata
6
3. PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit
pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling
berisiko.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan
oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan:
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara Kolonisasi. Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur.
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 – 2,0 nm melalui udara dapat mencapai bronkus
terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada
saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan
terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar
infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu
tidur (50%) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat
(drug abuse).
7
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi
penyakit
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius sangat efisien untuk mencegah infeksi yang
terdiri dari :
Filtrasi partikel di hidung
8
minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
3. Stadium hepatisasi kelabu (konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi
fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
4. MANIFESTASI
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas
selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang-
kadang melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan
sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu bernafas ,
pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara
napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang melemah. Mungkin disertai
ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.
9
5. DIAGNOSIS
Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, torakosintesis,
bronkoskopi, atau biopsi. Kuman yang predominan pada sputum disertai PMN yang
kemungkinan penyebab infeksi.
Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru secara
anantomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak
tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan
jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius
kanan.
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara pada
bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus
10
Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama pada pasien bayi. Pada bronkopneumonia
bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Jika difus (merata) biasanya
disebabkan oleh Staphylokokus pneumonia.
Radiografi dada dapat menegaskan diagnosis, membantu dalam diagnosis banding kuman
pathogen dan deteksi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan paru. Pemeriksaan
tersebut juga dapat mambantu mengetahui keparahan dan respon terhadap terapi dari waktu
ke waktu. Kelainan foto rontgen toraks tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis.
Biasanya dilakukan pemeriksaan rontgen toraks posisi AP. Foto rontgen toraks AP dan lateral
hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik distres pernapasan seperti
takipnea, batuk dan ronki, dengan atau tanpa suaranapas yang melemah.
Gambaran bronkopneumonia pada foto thorax sebenarnya sama seperti gambaran
konsolidasi radang. Prinsipnya jika udara dalam alveoli digantikan oleh eksudat radang, maka
bagian paru tersebut akan tampak lebih opaq pada foto Rontgen. Pada bronkopneumonia
terdapat bercak yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar.
Bronkopneumonia ditandai oleh multiple nodular opacities yang cenderung tidak merata
(patchy) dan / atau konfluen. Ini merupakan area paru-paru di mana ada patch inflamasi yang
dipisahkan oleh parenkim paru normal. Khas biasanya menyerang beberapa lobus dan
bilateral asimetris, hal ini yang membedakan dengan pneumonia lobaris. Lokasi predileksi
bronkopneumonia biasanya terjadi di lapangan paru tengah dan bawah.
11
Gambaran X ray pneumonia
Pneumonia Gambaran X ray
Brocnhopneumonia Spektrum
gambarannya
bervariasi. Dari
mendekati
normal sampai
sangat tidak
normal
Ringan –
penebalan
peribronkial
yang
menyebabkan
muncuknya
nodul kecil
Secara umum
nodul tersebar
difus
Berat – nodul
menjadi besar
dan melebur
1.Pneumonia Lobaris
Gambaran khas pada pneumonia lobaris adalah konsolidasi ruang udara perifer yang
ditandai dengan opak di perifer yang seringnya disertai saluran udara proksimal yang terisi
udara sehingga muncul gambaran air brochogram. Ketika pneumonia semakin berkembang,
eksudat menyebabkan opak yang komplit pada paru yang terkena termasuk pembuluh darah
yang ada di bagian paru tersebut. Jika konsolidasinya tidak komplit, penyakit ini bisa tidak
12
mencapai pada pembuluh darah paru. Sehingga menimbulkan gambaran ground glass
appearance atau gambaran berbayang seperti gelas.
Tidak ditemukannya air bronchogram pada pemeriksaan foto polos, bukan berarti
menghilangkan gambaran konsolidasi. Air bronchogram dapat tidak ditemukan ketika
konsolidasi yang muncul disebabkan oleh oklusi bronchus bagian proximal pada paru yang
terkena atau impaksi eksudat dari bronkus proksimal. Kaivtasi, efusi pleura, dan nekrosis
kadang-kadang merupakan gambaran dari konsolidasi pneumonia, terutama jika penyebabnya
adalah bakteri yang agresif atau bersifat nekrosis seperti stafilokokus aureus, mycobacteria.
Foto Thorax
13
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus
kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang
tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.
CT Scan
14
Tampak konsolidasi ruang udara perifer (lobar) pneumonia yang memiliki gambaran air
bronchogram (panah hitam besar). Dan tampak gambaran bercak-bercak dengan ground glass
appearance dan tree-in-bud (panah hitam kecil).
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.
Nodulus centrilobular memilik opasitas yang kecil namun sangat jelas tampak pada
bagian tengah dari lobulus. Nosulus-nosulus tersebut biasanya hanya berdiameter 2-3 mm
tapi adapat membesar menjadi berukuran 10-24 mm yang disebut juga makronodul. Karena
centrinodul yang kecil tersebut terletak di bagian tengah dibanding bagian perifer, merek
biasanya tidak berbatasan dengan permukaan visceral pleura, dan biasanya terletak jauh 5mm
dari pleura visceral.
15
Gambaran opak pada paru peribronkhial atau bronkhiolar ukurannya lebih besar
dibanding centrilobular yang berasal dari alveolus yang terkena yang terbuka menuju
bronkiolus.
Jika bagian lobulus sekunder yang terkena semuanya, gambaran opak dapat terlihat jelas
atau total. Jika alveolus yang terkena inkomplit, dapat tampak gambaran groundglass
appearance dengan vaskularisasi yang masih tampak. Pada penumonia lobaris, progresi
penyebaran infeksinya cenderung mengarah ke subpleura dan centripetal. Sedangkan
bronkopenumonia menyebar secara sentrifugal pada lobulus sekunder yang tersebar secara
axial sepanjang bagian bronchovaskular.2021
Foto Thorax
Tampak bercak infiltrat pada lapangan tengah dan bawah paru dekstra dan sinistra
16
CT Scan
Berikut adalah gambaran dari bronkopneumonia virus yang memberikan gambaran opak
centrilobular dan peribronkial setelah 1 minggu gejala prodromal seperti demam dan batuk.
Terlihat gambaran bercak bilateral pada lobus kiri yang ditandai dengan opk bercabang
(panah warna hitam). Terdapat juga penebalan bronkiolus yang dikelilingi oleh tree in bud
appearance(panah warna putih).
17
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar
sampai perifer.
Pada gambar (A) di bawah ini memperlihatkan bahwa mikroorganisme awalnya
menyerang bronkiolus yang lebih besar sehingga mengakibatkan nodul sentrilobuler dan
gambaran cabang bronkus yang berdensitas opaq (tree-in-bud pattern). Lalu proses
konsolidasi yang terjadi akan mengenai daerah peribronkhial dan akan berkembang menjadi
lobular, subsegmental, atau segmental (B). Selanjutnya proses konsolidasi tersebut bisa
terjadi multifocal, tepi tidak rata, corakan bronkovaskular kasar akibat dinding cabang
18
bronkus menjadi lebih tebal, namun perselubungan yang terjadi biasanya tidak melebihi batas
segmen (C).
6. DIAGNOSIS BANDING
A.TuberculosisParu(TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh M.
tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan. Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3
minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam, menggigil,
keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan. Kuman TB biasanya
bersarang pada apex karena bagian tersebut memiliki paling banyak oksigen. Gambaran yang
suram dan berupa nodul dapat ditemukan.
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
19
Pada gambar foto polos diatas tampak cavitasi pada bagian apex paru kiri dan pada gambar
CT tampak gambaran tree-in bud pada lingkaran putih. Kavitasi pada TB paru post primer
menunjukkan bahwa penyakit tersebut sedang aktif dan sangat menular.
20
B.Atelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram.
Namun terdapat penarikan jantung, trakea, dan mediastinum ke arah yang sakit karena
adanya pengurangan volume interkostal space menjadi lebih sempit dan pengecilan dari
seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan tampak thorax asimetris.
21
C. Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air-bronkogram. Terdapat
penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah
yang sehat.Rongga toraks membesar. Pada efusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign,
tanda khas pada efusi pleura.
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer iarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak
22
8. PENATALAKSANAAN
Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan
klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat dirawat dirumah.
Penderita yang tidak dirawat di RS
1) Istirahat ditempat tidur, bila panas tinggi di kompres
2) Minum banyak
3) Obat-obat penurunan panas, mukolitik, ekspektoran
4) Antibiotika
23
BAB III
KESIMPULAN
Paru-paru adalah salah satu organ yang paling sering terlibat dalam berbagai
komplikasi pada pasien dengan immunocompromised. Di antara komplikasi paru yang terjadi
pada pasien tersebut, infeksi adalah yang palingumum terjadi dan berhubungan dengan
tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Penyakit pneumonia pada pasien
immunocompromised melibatkan infeksi dan radang pada saluran pernapasan bagian bawah.
Terlepas dari alasan yang menyebabkan berubahnya fungsi kekebalan tubuh, pneumonia
membawa tingkat kematian tinggi pada pasien immunocompromised. Keadaan
immunocompromise yang menyebabkan risiko tinggi pneumonia,terkait dengan adanya
faktor-faktor berikut: Keganasan, HIV, immunodefisiensi primer, Transplantasi
imunosupresi, Kehamilan, Alkoholisme, fibrosis kistik, penyakit autoimmune, penyakit
neuromuskular, disfungsi kognitif, cedera sum-sum tulang belakang, luka bakar, leukemia,
limfoma, kemoterapi akibat keganasan pada organ padat, penggunaan steroid lama,
asplenia,dan diabetes.
Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan menjadi
pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia. Terutama apabila dari pemeriksaan fisik
memang menunjukan kelainan di paru dan membutuhkan pemeriksaan peunjang berupa foto
thorax. Koordinasi antara pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologi akan dapat
menunjang penegakan diagnosis yang tepat.
Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya perselubungan dengan adanya
gambaran air bronchogram. Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas
tersebut. Untuk menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata
menggunakan foto thorax, melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit, dan juga
pemeriksaan laboratorium.
Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi pleura dilihat dari
adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah yang sakit atau
sehat. Sementara untuk membedakan pneumonia dengan TB adalah dilihat dari ada atau
tidaknya kavitas yang umumnya terdapat pada lobus paru bagian atas. Jadi dalam
menegakkan pneumonia, sangat diperlukan gambaran radiologis untuk penegakan diagnosis
disamping pemeriksaan laboratorium.
24
DAFTAR PUSTAKA
25