Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

GAMBARAN RADIOLOGI PNEUMONIA DAN BRONKOPNEUMONIA

Disusun oleh:
MUHAMMAD FAJAR RAMADHAN
NPM 1102012172

Pembimbing :
dr. Tektona Fitri Sp. Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA


KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
RSUD KABUPATEN BEKASI
PERIODE 16 DESEMBER 2019- 18 JANUARI 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

Infeksi saluran pernafasan bagian bawah masih terus menjadi masalah kesehatan
utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab baru atau lama sangat
pesat, dan kemampuan obat-obat anti mikroba telah banyak ditingkatkan. Selain itu, masih
banyak terdapat kontroversi berkenaan dengan pendekatan diagnostik dan penanganannya.

Pneumonia sebenarnya bukanlah suatu penyakit baru. American lung associaton misalnya
menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di
Amerika. Penggunaan antibotik membuat penyakit ini dapat di kontrol, beberapa tahun
kemudian pneumonia kembali menjadi penyebab kematian utama dikarenakan munculnya
organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme-
organisme baru seperti legionella, bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan
tubuhnya, karena adanya penyakit seperti AIDS, dan juga dikarenakan adanya kombinasi
pneurnonia dan influenza.
Pneumonia juga merupakan masalah kesehatan didunia karena angka kematiannya
tinggi, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara- negara maju seperti Amerika
serikat, Kanada dan di negara-negara Eropa. Di Indonesia sendiri pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit - penyakit kardiovaskular dan tuberkulosis.
Faktor sosial-ekonomi yang rendah mempertinggi angka morbiditas dan mortalitas.

Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan
yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau di dalam rumah
sakit atau pusat perawatan. Mikroorganisme cenderung menyerang saluran pernafasan bagian
bawah melalui aspirasi sekret orofaringeal dan berhubungan dengan flora bakteri, inhalasi
dari aerosol yan terinfeksi dan penyebaran hematogenik. Kecepatan perkembangan
mikroorganisme tergantung pada ukuran, virulensi dan kerentanan hospes.

Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di bawah usia lima
tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Data dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018

1
menunjukan prevalensi pneumonia naik dari 1,6% pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita
yang ada di Indonesia pada 2018.

Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini


menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula
melibatkan bronkiolus terminal. Gambaran radiologi berupa, jika udara dalam alveoli
digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto
rontgen, pada bronkopneumonia bercak tersebar (difus) mengikuti gambaran alveoli ditandai
dengan adanya daerahdaerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi saluran-saluran nafas
yang lebih kecil.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Pneumonia adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh mikroorganisme.


Pneumonia pada dibedakan menjadi:
 Pneumonia lobaris
 Pneumonia interstisial
 Bronkopneumonia.

Bronkhopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.


Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah dari parenkim
paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak
(patchy distribution) yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus,
jamur, dan benda asing

1. ETIOLOGI

Tabel 1. Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju

3
4
Sumber: Said M. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak. Badan Penerbit IDAI.

Jakarta:Cetakan Kedua;350-365

2. KLASIFIKASI

5
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)
2. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)
3. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host
4. Pneumonia aspirasi

B. Berdasarkan lokasi infeksi


1. Pneumonia lobaris
Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri (Staphylococcus),
jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi
benda asing atau proses keganasan. Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran
gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara yang terdapat
pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh bayangan opak rongga udara.
Ketika terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostik untuk pneumonia
lobaris/

2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)


 Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis
menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak
konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder,
mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit
yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah,
Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.

3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil.
Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi edema
dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial. Radiologis berupa
bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata

6
3. PATOFISIOLOGI

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit
pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling
berisiko.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan
oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan:
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara Kolonisasi. Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur.
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 – 2,0 nm melalui udara dapat mencapai bronkus
terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada
saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan
terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar
infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu
tidur (50%) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat
(drug abuse).

Bronkhopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkiolus terminalis.


Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-
bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder,
mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang
melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia
dapat muncul sebagai infeksi primer. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan

7
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi
penyakit
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius sangat efisien untuk mencegah infeksi yang
terdiri dari :
 Filtrasi partikel di hidung

 Pencegahan aspirasi dengan refleks epiglottis

 Ekspulsi benda asing melalui refleks batuk

 Pembersihan kearah kranial oleh mukosiliar


 Fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
 Netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
 Drainase melalui sistem limfatik.

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas:


1. Stadium kongesti (4 – 12 jam pertama)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung
pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh
penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi
merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat

8
minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
3. Stadium hepatisasi kelabu (konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi
fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.

4. Stadium akhir (resolusi)


Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara enzimatis yang
diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru kembali menjadi penuh
dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan normal.

4. MANIFESTASI

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejala-gejala meliputi:


1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2. Batuk yang sering produktif dan purulen
3. Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas
4. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas
selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang-
kadang melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan
sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu bernafas ,
pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara
napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang melemah. Mungkin disertai
ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.

9
5. DIAGNOSIS

Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, torakosintesis,
bronkoskopi, atau biopsi. Kuman yang predominan pada sputum disertai PMN yang
kemungkinan penyebab infeksi.

Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
 Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru secara
anantomis.
 Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
 Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak
tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
 Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan
jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius
kanan.
 Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
 Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena.
 Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
 Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara pada
bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus

Foto toraks (AP/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan


diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk menentukan lokasi anatomik dalam paru.

10
Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama pada pasien bayi. Pada bronkopneumonia
bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Jika difus (merata) biasanya
disebabkan oleh Staphylokokus pneumonia.
Radiografi dada dapat menegaskan diagnosis, membantu dalam diagnosis banding kuman
pathogen dan deteksi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan paru. Pemeriksaan
tersebut juga dapat mambantu mengetahui keparahan dan respon terhadap terapi dari waktu
ke waktu. Kelainan foto rontgen toraks tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis.
Biasanya dilakukan pemeriksaan rontgen toraks posisi AP. Foto rontgen toraks AP dan lateral
hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik distres pernapasan seperti
takipnea, batuk dan ronki, dengan atau tanpa suaranapas yang melemah.
Gambaran bronkopneumonia pada foto thorax sebenarnya sama seperti gambaran
konsolidasi radang. Prinsipnya jika udara dalam alveoli digantikan oleh eksudat radang, maka
bagian paru tersebut akan tampak lebih opaq pada foto Rontgen. Pada bronkopneumonia
terdapat bercak yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar.
Bronkopneumonia ditandai oleh multiple nodular opacities yang cenderung tidak merata
(patchy) dan / atau konfluen. Ini merupakan area paru-paru di mana ada patch inflamasi yang
dipisahkan oleh parenkim paru normal. Khas biasanya menyerang beberapa lobus dan
bilateral asimetris, hal ini yang membedakan dengan pneumonia lobaris. Lokasi predileksi
bronkopneumonia biasanya terjadi di lapangan paru tengah dan bawah.

11
Gambaran X ray pneumonia
Pneumonia Gambaran X ray

Lobaris  Homogen pada


sebagian besar
atau pada satu
lobus
 Atau
 Non-segmental
dengan
gambaran
bercak pada
satu lobus

Brocnhopneumonia  Spektrum
gambarannya
bervariasi. Dari
mendekati
normal sampai
sangat tidak
normal
 Ringan –
penebalan
peribronkial
yang
menyebabkan
muncuknya
nodul kecil

 Secara umum
nodul tersebar
difus

 Berat – nodul
menjadi besar
dan melebur

1.Pneumonia Lobaris

Gambaran khas pada pneumonia lobaris adalah konsolidasi ruang udara perifer yang
ditandai dengan opak di perifer yang seringnya disertai saluran udara proksimal yang terisi
udara sehingga muncul gambaran air brochogram. Ketika pneumonia semakin berkembang,
eksudat menyebabkan opak yang komplit pada paru yang terkena termasuk pembuluh darah
yang ada di bagian paru tersebut. Jika konsolidasinya tidak komplit, penyakit ini bisa tidak
12
mencapai pada pembuluh darah paru. Sehingga menimbulkan gambaran ground glass
appearance atau gambaran berbayang seperti gelas.

Konsolidasi periferal pneumonia dapat di bedakan dengan bronkopneumonia. Dimana


pneumonia lobaris secara primer mengenai ruang udara perifer daripada bronkus atau
bronkiolus dan ruang udara yang dekat bronkiolus(peri-bronchiolus). Selian itu pneumonia
lobaris biasanya tidak berkaitan dengan hilangnya volume paru atau atelektasis pada paru
yang terkena.

Tidak ditemukannya air bronchogram pada pemeriksaan foto polos, bukan berarti
menghilangkan gambaran konsolidasi. Air bronchogram dapat tidak ditemukan ketika
konsolidasi yang muncul disebabkan oleh oklusi bronchus bagian proximal pada paru yang
terkena atau impaksi eksudat dari bronkus proksimal. Kaivtasi, efusi pleura, dan nekrosis
kadang-kadang merupakan gambaran dari konsolidasi pneumonia, terutama jika penyebabnya
adalah bakteri yang agresif atau bersifat nekrosis seperti stafilokokus aureus, mycobacteria.
Foto Thorax

13
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus
kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang
tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.

CT Scan

14
Tampak konsolidasi ruang udara perifer (lobar) pneumonia yang memiliki gambaran air
bronchogram (panah hitam besar). Dan tampak gambaran bercak-bercak dengan ground glass
appearance dan tree-in-bud (panah hitam kecil).

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.

2. Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)


Gambaran radiologi bronkopneumonia berbeda dengan pneumonia lobaris.
Bronkopneumonia menyebabkan opak pada centrilobular dan peri-bronkiolar dibandingkan
pneumonia lobaris yang mengenai bagian paru subpleura. Selian itu, bronkopneumonia
cenderung multifokal dan memiliki distribusi seperti bercak dibanding pneumonia lobaris
yang terlokalisasi pada satu bagian paru. Gambaran opak pada centrilobular yaitu nodul
centrilobular, dan opak tubular yang kecil(tree in bud opacities).

Nodulus centrilobular memilik opasitas yang kecil namun sangat jelas tampak pada
bagian tengah dari lobulus. Nosulus-nosulus tersebut biasanya hanya berdiameter 2-3 mm
tapi adapat membesar menjadi berukuran 10-24 mm yang disebut juga makronodul. Karena
centrinodul yang kecil tersebut terletak di bagian tengah dibanding bagian perifer, merek
biasanya tidak berbatasan dengan permukaan visceral pleura, dan biasanya terletak jauh 5mm
dari pleura visceral.

15
Gambaran opak pada paru peribronkhial atau bronkhiolar ukurannya lebih besar
dibanding centrilobular yang berasal dari alveolus yang terkena yang terbuka menuju
bronkiolus.
Jika bagian lobulus sekunder yang terkena semuanya, gambaran opak dapat terlihat jelas
atau total. Jika alveolus yang terkena inkomplit, dapat tampak gambaran groundglass
appearance dengan vaskularisasi yang masih tampak. Pada penumonia lobaris, progresi
penyebaran infeksinya cenderung mengarah ke subpleura dan centripetal. Sedangkan
bronkopenumonia menyebar secara sentrifugal pada lobulus sekunder yang tersebar secara
axial sepanjang bagian bronchovaskular.2021

Foto Thorax

Tampak bercak infiltrat pada lapangan tengah dan bawah paru dekstra dan sinistra

16
CT Scan

Berikut adalah gambaran dari bronkopneumonia virus yang memberikan gambaran opak
centrilobular dan peribronkial setelah 1 minggu gejala prodromal seperti demam dan batuk.
Terlihat gambaran bercak bilateral pada lobus kiri yang ditandai dengan opk bercabang
(panah warna hitam). Terdapat juga penebalan bronkiolus yang dikelilingi oleh tree in bud
appearance(panah warna putih).

Tampak konsolidasi dengan air bronkogram(panah hitam besar), penebalan


bronkiolus(panah bengkok), dan nodul (panah hitam kecil).

17
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar
sampai perifer.
Pada gambar (A) di bawah ini memperlihatkan bahwa mikroorganisme awalnya
menyerang bronkiolus yang lebih besar sehingga mengakibatkan nodul sentrilobuler dan
gambaran cabang bronkus yang berdensitas opaq (tree-in-bud pattern). Lalu proses
konsolidasi yang terjadi akan mengenai daerah peribronkhial dan akan berkembang menjadi
lobular, subsegmental, atau segmental (B). Selanjutnya proses konsolidasi tersebut bisa
terjadi multifocal, tepi tidak rata, corakan bronkovaskular kasar akibat dinding cabang

18
bronkus menjadi lebih tebal, namun perselubungan yang terjadi biasanya tidak melebihi batas
segmen (C).

Gambar. 4 Bentuk ilustrasi progresifitas konsolidasi pada bronkopneumonia

6. DIAGNOSIS BANDING

A.TuberculosisParu(TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh M.
tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan. Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3
minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam, menggigil,
keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan. Kuman TB biasanya
bersarang pada apex karena bagian tersebut memiliki paling banyak oksigen. Gambaran yang
suram dan berupa nodul dapat ditemukan.

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

19
Pada gambar foto polos diatas tampak cavitasi pada bagian apex paru kiri dan pada gambar
CT tampak gambaran tree-in bud pada lingkaran putih. Kavitasi pada TB paru post primer
menunjukkan bahwa penyakit tersebut sedang aktif dan sangat menular.

20
B.Atelektasis 
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram.
Namun terdapat penarikan jantung, trakea, dan mediastinum ke arah yang sakit karena
adanya pengurangan volume interkostal space menjadi lebih sempit dan pengecilan dari
seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan tampak thorax asimetris.

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

21
C. Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air-bronkogram. Terdapat
penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah
yang sehat.Rongga toraks membesar. Pada efusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign,
tanda khas pada efusi pleura.
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer iarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA


7.

22
8. PENATALAKSANAAN

Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan
klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat dirawat dirumah.
Penderita yang tidak dirawat di RS
1) Istirahat ditempat tidur, bila panas tinggi di kompres
2) Minum banyak
3) Obat-obat penurunan panas, mukolitik, ekspektoran
4) Antibiotika

Penderita yang dirawat di Rumah Sakit, penanganannya di bagi 2 :


Penatalaksanaan Umum
 Pemberian Oksigen
 Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
 Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan pembersihan jalan nafas
 Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu > 400C, takikardi atau kelainan jantung.
 Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti nyeri.
Pengobatan Kausal
Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan MO
(Mikroorganisme) dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi beberapa hal perlu diperhatikan:
 Penyakit yang disertai panas tinggi untuk penyelamatan nyawa dipertimbangkan
pemberian antibiotika walaupun kuman belum dapat diisolasi.
 Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab sakit, oleh karena
itu diputuskan pemberian antibiotika secara empiric. Pewarnaan gram sebaiknya
dilakukan.
 Perlu diketahui riwayat antibiotika sebelumnya pada penderita.
Pengobatan awal biasanya adalah antibiotic, yang cukup manjur mengatasi pneumonia oleh
bakteri., mikroplasma, dan beberapa kasus ricketsia. Kebanyakan pasien juga bisa diobati di
rumah. Selain antibiotika, pasien juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa
pengaturan pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Pada
pasien yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk mengembalikan
kondisi tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari pneumonia mikroplasma akan letih
lesu dalam waktu yang panjang.

23
BAB III

KESIMPULAN

Paru-paru adalah salah satu organ yang paling sering terlibat dalam berbagai
komplikasi pada pasien dengan immunocompromised. Di antara komplikasi paru yang terjadi
pada pasien tersebut, infeksi adalah yang palingumum terjadi dan berhubungan dengan
tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Penyakit pneumonia pada pasien
immunocompromised  melibatkan infeksi dan radang pada saluran pernapasan bagian bawah.
Terlepas dari alasan yang menyebabkan berubahnya fungsi kekebalan tubuh, pneumonia
membawa tingkat kematian tinggi pada pasien immunocompromised. Keadaan
immunocompromise yang menyebabkan risiko tinggi pneumonia,terkait dengan adanya
faktor-faktor berikut: Keganasan, HIV, immunodefisiensi primer, Transplantasi
imunosupresi, Kehamilan, Alkoholisme, fibrosis kistik, penyakit autoimmune, penyakit
neuromuskular, disfungsi kognitif, cedera sum-sum tulang belakang, luka bakar, leukemia,
limfoma, kemoterapi akibat keganasan pada organ padat, penggunaan steroid lama,
asplenia,dan diabetes.
Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan menjadi
pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia. Terutama apabila dari pemeriksaan fisik
memang menunjukan kelainan di paru dan membutuhkan pemeriksaan peunjang berupa foto
thorax. Koordinasi antara pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologi akan dapat
menunjang penegakan diagnosis yang tepat.
Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya perselubungan dengan adanya
gambaran air bronchogram. Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas
tersebut. Untuk menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata
menggunakan foto thorax, melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit, dan juga
pemeriksaan laboratorium.
Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi pleura dilihat dari
adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah yang sakit atau
sehat. Sementara untuk membedakan pneumonia dengan TB adalah dilihat dari ada atau
tidaknya kavitas yang umumnya terdapat pada lobus paru bagian atas. Jadi dalam
menegakkan pneumonia, sangat diperlukan gambaran radiologis untuk penegakan diagnosis
disamping pemeriksaan laboratorium.

24
DAFTAR PUSTAKA

BRANT AND HELMS’ FUNDAMENTALS OF DIAGNOSTIC RADIOLOGY FIFTH


EDITION. 2019. Klein, JS et al. USA: Lippincott Williams & Wilkins
Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders Fourth Edition. Fishman AP, et al. 2008. USA:
McGraw-Hill
Jones J. Bronchopneumoni Lobule. Available ar: www.radiopaedia.org

Jones J. Secondary Pulmonary Lobule. Available at: www.radiopaedia.org.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan


Pneumonia Komuniti.
Rahajoe Nastiti N, Supriyanto Bambang, dkk. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak.
Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Th; 2010.hal; 351-363
THE CHEST X-RAY A SURVIVAL GUIDE. 2008. Lacey G, et al. USA: Elsevier

25

Anda mungkin juga menyukai