DISUSUN OLEH :
2021
TINJAUAN TEORI
Pengertian Bronkopneumoni
Awitan penyakit bagi bayi dan balita seringkali mendadak, dan penurunan
dapat berlangsung dengan cepat. Faktor kontribusinya adalah sistem pernapasan dan
kardiovaskuler yang belum matang (Slepin, 2006). Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi. Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder
yang biasanya disebabkan oleh bakteri Stafilococcus aureus dan Haemofilus influenza
yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus.
Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret, batuk produktif,
ronchi positif. Mikroorganisme yang terdapat dalam paru dapat menyebar ke bronkus,
bronkus akan mengalami fibrosis dan pelebaran. Pelebaran tersebut dapat
menyebabkan akumulasi secret di bronkus. Bayi dan balita tidak dapat mengatur
bersihan jalan napas secara mandiri, oleh sebab itu jika akumulasi secret di bronkus
tidak segera ditangani akan terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Riyadi &
Sukarmin, 2009).
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit ini
menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun, yang menyebabkan
kematian pada 920.136 balita, atau lebih dari 2.500 per hari, atau di perkirakan 2 anak
Balita meninggal setiap menit pada tahun 2015 ((WHO, 2017) dalam (Kemenkes RI,
2018)). Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017, didapatkan
penemuan insiden bronkopneumonia (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54
(Kemenkes RI, 2018).
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di
bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju.
Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia,
nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO
1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di
dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi
pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan
merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu.
Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika dengan cara
invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit
ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya,
sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka
pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi
saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru
utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 %
diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi
dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8
% kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis.
Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit bronkopneumonia,
diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut:
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus,
maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut
juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari
meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan
darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi
volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan
melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi.
Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan
tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil
oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan
berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu
pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada
tidak simetris.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan
anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik
secara mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena demam yang tinggi
sehingga anak menjadi sangat gelisah.
2.6.1 Komplikasi
1. Otitis media
2. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga
terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru –
paru.
4. Empiema
Prognosis
Manifestasi Klinik
Penatalaksanaan
a. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan teratur,
menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga
b. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H.
Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya
anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin influenza yang
diberikan pada anak sebelum anak sakit.
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Thorax : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan
status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit
meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan
terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi
menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki
keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
Pengkajian
1. Identitas klien
1. Nama : …
2. Umur : …
3. Suku/bangsa : …
4. Agama : …
5. Pendidikan : …
6. Alamat : …
7. Lingkungan tempat tinggal : …
8. Sumber air minum : …
9. Pembuangan sampah : …
10. Sumber air kotor : …
2. Keluhan utama
4. Riwayat Kehamilan
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit
infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak
cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya;
BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.
8. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah,
suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai
dengan umur.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia menurut Riyadi,
2009:
1. Kepala
2. Mata
3. Telinga
4. Hidung
5. Mulut
6. Dada
7. Abdomen
8. Ekstremitas
9. Genetalia dan anus
10. Pemeriksaan Penunjang
1. Thorax Poto : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses
inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit
meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan
terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi
menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki
keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
11. Keadaan Umum
Suhu : …………………
Nadi : …………………
RR : …………………
12. Pola Fungsi Kesehatan
Diagnosa
Airway Management
Terapi Oksigen
a. Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi nafas buatan
dan oksigenasi yang
d. Pasang mayo bila perlu
adekuat
Kriteria Hasil :
a. Kaji adanya tanda
a. Adanya
dehidrasi
peningkatan berat
badan sesuai dengan b. Jaga kelancaran aliran
tujuan infus
Nutrition Monitoring
Evaluasi
Pasien mampu:
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat
jalan nafas
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
5. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
6. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
7. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
8. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh Vidhia
Umami. 2006. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika