PADA ANAK
DI RUANG INTAN SARTIKA RSUD DR. SLAMET GARUT
DISUSUN OLEH :
HOSI NASHIHAH BADRI
NIM: KHG D20022
dari tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang
mengandung basil berkulosis paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air
ludah bertebangan di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk
(Sholeh S.Naga,2014).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14
tahun. Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
anak-anak. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan
lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif,
dengan TB pada orang dewasa. Perkembangan penyakit TB pada anak saat ini
sangat pesat.
dalam program TB berada dalam batas normal yaitu 8-11 %, tetapi apabila dilihat
pada tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan kesehatan menunjukkan variasi
proporsi yang cukup lebar yaitu 1,8-15 %.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan pada tahun 2015 sebanyak 1 juta anak di seluruh dunia menderita
TBC, antara usia <15 tahun, dan lebih dari 136 ribu meninggal setiap tahun
semua kasus TB pada tahun 2010 adalah 9,4 %, kemudian menjadi 8,5 % pada
tahun 2011 dan 8,2 % pada tahun 2012. Apabila di lihat dari data provinsi,
menunjukkan variasi proporsi dari 1,8% sampai 15,9 %. Hal ini menunjukkan
kualitas diagnosis TB anak masih sangat bervariasi pada level provinsi. Kasus
TB anak dikelompokkan dalam kelompok umur 0-4 tahun dan 5-14 tahun,
dengan jumlah kasus pada kelompok umur 5-14 tahun yang lebih tinggi dari
kelompok umur 0-4 tahun. Kasus BTA positif pada TB anak tahun 2010 adalah
5,4 % dari semua kasus TB anak, sedangkan tahun 2011 naik menjadi 6,3 % dan
Sistem pernapasan terdiri dari saluran nafas bagian atas : rongga hidung,
faring, dan laring, saluran nafas bagian bawah : trachea, bronkus, bronkuolus,
a) Rongga hidung
satu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang,
kartilago hialin dan jaringan fibrioareolar. Bagian internal hidung adalah
rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri
oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang
dilapisi epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel
cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah
b) Faring
(nasofaring),
C. Pearce, 2011).
c) Laring
Laring ditopang oleh Sembilan kartilago; tiga berpasang dan tiga tidak
kelima dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronkus. Trakea dilapisi
selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia dan sel cangkir. Silia
b) Bronkus
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan
2011).
c) Bronkiolus
paru. Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri
2 cabang. Ciri khas bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan
kelenjar pada mukosanya, pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya
d) Alveolus
semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar,
udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam
2011)
e) Paru-paru
rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan
oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang
kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi
menyentuh tulang belakang, dan sisi depan menutupi sebagian sisi depan
a) Rongga hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung
yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut
pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk
saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2),
belerang (S), dan nitrogen (N2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung
b) Faring
faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
c) Laring
a) Trakea
dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju atas ke arah laring. maka
2011)
b) Bronkus
c) Bronkiolus
d) Alveolus
kedua sisi dari alveolus merupakan tempat pertukaran udara
e) Paru-paru
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat
dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawah kejantung. Dari
membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa
bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. (EvelynC. Pearce,
2011).
2. Tuberculosis ( TB)
Tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara ( Asih,
2004). TB sering menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang bagian tubuh
yang lain seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan bagian tubuh
3. Etiologi
berukuran dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar
komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu
tahan terhadap asam serta sangat tahan dengan zat kimia dan factor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu menyukai daerah yang banyak
oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru
10 yang dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi. Daerah tersebut menjadi
Tuberkulosis ini di sebut dengan bakteri tahan asam ( BTA ) karena tahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alkohol serta tahan dalam keadaan dingin dan
kering. Bersifat dorman dan aerob. M. Tuberculosis bisa mati pada pemanasan
100° c selama 5-10 menit, pada pemanasan 60° c selama 30 menit, dan dengan
alkohol 70-95 % selama 15-30 detik. Bakteri ini juga tahan selama 1-2 jam di udara
terutama di tempa yang lembab dan gelap (bisa berbulan- bulan), tetapi tidak tahan
Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari
tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection)
sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyerang
jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
4. Klasifikasi
a. Tuberkulosis Primer
b. Tuberkulosis Sekunder
5. Manifestasi Klinis
bergejala namun ada juga yang bergejala sangat akut. Tuberculosis sering dijuluki
“the great imitator” yang artinya suatu penyakit yang mempunyai banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah
dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala respiratorik dan
gejala sistemik :
1) Batuk Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak ditemukan. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif)
sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang selanjutnya adalah batuk
2) Batuk darah Pada saat baruk darah yang dikeluarkan yaitu dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau
darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah. Gejala klinis Haemoptoe : Kita harus memastikan
sebagai berikut :
a) Batuk darah
b) Muntah darah
c) Epistaksis
3) Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan apabila 14
terjadi kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada Tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritic yang ringan.
Gejala nyeri dada ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.
kadang panas bahkan dapat mencapai 40-41ºC. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis
yang masuk. Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore hari dan malam hari mirip dengan deman influenza, hilang timbul dan
semakin pendek.
2) Gejala sistemik lain Gejala sistemik lainnya adalah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa :
tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dll). Timbulnya gejala ini
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
Paru Kondisi social ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor toksis
pada manusia merupakan faktor penting dari penyebab penyakit tuberculosis yaitu
a. Faktor lingkungan
lingkungan perumahan, serta lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk.
Semua faktor tersebut dapat memudahkan penularan penyakit tuberculosis.
tuberculosis karena dengan pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat
hidup dengan layak seperti tidak mampu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
c. Status gizi
Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan lain-lain (malnutrisi), akan
faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa
maupun anak-anak.
d. Umur
Penyakit tuberculosis paru ditemukan pada usia muda atau usia produktif,
dewasa, maupun lansia karena pada usia produuktif orang yang melakukan
usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut atau lebih dari 55
e. Jenis kelamin
Menurut WHO penyakit tuberculosis lebih banyak di derita oleh laki-laki dari
pada perempuan, hal ini dikarenakan pada laki-laki lebih banyak merokok dan
minum alcohol yang dapat menurunkan system pertahanan tubuh, sehingga wajar
jika perokok dan peminum beralkohol sering disebut agen dari penyakit
tuberculosis paru.
6. Pencegahan penyakit
penyuluhan tentang penyakit tuberculosis, yang meliputi gejala, bahaya dan akibat
penderita tuberculosis ini. Pengobatan dengan cara menginap di rumah sakit hanya
penderita, seperti keluarga perawat, dokter, petugas kesehatan dan orang lain yang
terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
Tes Tuberkulin bagi seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil
negative, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan delama 3 bulan dan perlu
penyelidikan intensif.
pengobatan yang tepat, yaitu obat-obatan kombinasi yang telah ditetapkan oleh
dokter untuk diminum dengan tekun dan teratur, selama 6-12 bulan. Perlu
7. Patofisiologi
infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi TB. Infeksi TB
dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel. Sel fektornya
gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati. Dikelilingi oleh makrofag
jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberken ghon.
Bahan ( bakteri dan makrofag ) menjadi nekrotik dan membentuk massa seperti
keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi dan membentuk skar kolagenosa.
1. WOC
Mycobakterium menetap/dormant
Membentuk sarang TB
dan ekspirasi
Distres pernafasan
Nyeri Akut
Anoreksia Sekret Kental
( 0077 )
Batuk darah Gangguan pertukaran gas
( 0003 )
BB menurun
19 Defisit Nutrisi
Defisit Nutrisi ( 0019) Bersihan jalan nafas tidak
efektif ( 0001 )
8. Penatalaksanaan
a. Diagnosis TB Anak
menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring. Sistem
skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli
yaitu IDAI, Kemenkes dan didukung oleh WHO. Penilaian/ pembobotan pada sistem
a. Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai
nilai tertinggi yaitu 3.
c. Pasien dengan jumlah skor ≥6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat
OAT.
Tabel 2.1
Sisten skoring gejala dan pemeriksaan TB anak di Fasyankes
b. Pemeriksaan Penunjang
TB merupakan salah satu penyakit menular dengan angka kejadian yang
cukup tinggi di Indonesia.Diagnosis pasti TB seperti lazimnya penyakit menular
yang lain adalah dengan menemukan kuman penyebab TB yaitu kuman
Mycobacterium tuberculosispada pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
Diagnosis pasti TB ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi
yang terdiri dari beberapa cara, yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan langsung
atau biopsi jaringan untuk menemukan BTA dan pemeriksaan biakan kuman
TB. Pada anak dengan gejala TB, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
mikrobiologi. Pemeriksaan serologi yang sering digunakan tidak
direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan sebagai sarana diagnostik TB
dan Direktur Jenderal BUK Kemenkes telah menerbitkan Surat Edaran pada
bulan Februari 2013 tentang larangan penggunaan metode serologi untuk
penegakan diagnosis TB.
Pemeriksaan mikrobiologik sulit dilakukan pada anak karena sulitnya
mendapatkan spesimen.Spesimen dapat berupa sputum, induksi sputum atau
pemeriksaan bilas lambung selama 3 hari berturut-turut, apabila fasilitas
tersedia. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
histopatologi (PA atau Patologi Anatomi) yang dapat memberikan gambaran
yang khas. Pemeriksaan PA akan menunjukkan gambaran granuloma dengan
nekrosis perkijuan ditengahnya dan dapat pula di temukan gambaran sel datia
langhans atau kuman TB (KEMENKES 2013).
Perkembangan Terkini Diagnosis TB
Cara Mendapatkan sampel pada Anak
a. Berdahak
Pada anak lebih dari 5 tahun dengan gejala TB paru, dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan dahak mikrokopis, terutama bagi anak yang mampu
mengeluarkan dahak.Kemungkinan mendapatkan hasil positif lebih tinggi
pada anak >5 tahun.
b. Bilas lambung
Bilas lambung dengan NGT (Naso Gastric Tube) dapat dilakukan pada
anak yang tidak dapat mengeluarkan dahak.Dianjurkan spesimen
dikumpulkan selama 3 hari berturut-turut pada pagi hari.
c. Induksi Sputum
Induksi sputum relatif aman dan efektif untuk dikerjakan pada anak
semua umur, dengan hasil yang lebih baik dari aspirasi lambung, terutama
apabila menggunakan lebih dari 1 sampel.Metode ini bisa dikerjakan secara
rawat jalan, tetapi diperlukan pelatihan dan peralatan yang memadai untuk
melaksanakan metode ini.
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup penting adalah pemeriksaan foto
toraks. Namun gambaran foto toraks pada TB tidak khas karena juga dapat
dijumpai pada penyakit lain. Dengan demikian pemeriksaan foto toraks saja
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB, kecuali gambaran TB milier.
Secara umum, gambaran radiologis yang menunjang TB adalah sebagai berikut:
a. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat
(visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto toraks
lateral)
b. Konsolidasi segmental atau lobar
c. Efusi pleura
d. Milier
e. Atelektasis
f. Kavitas
g. Kalsifikasi dengan infiltrate
h. Tuberkuloma
c. Pengobatan
macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman
pemberian obat jangka panjang ini bertujuan untuk membunuh kuman serta
1) Tahap Intensif
Selama 2 bulan pertama, diberikan minimal tiga regimen obat tergantung hasil
2) Tahap Lanjutan
3) Selama 4-10 bulan selanjutnya Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya,
Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari untuk
mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak
a. Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun
ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan lainlain dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
b. Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan kortikosteroid
(prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Dosis maksimal
prednisone adalah 60mg/hari. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu
dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama.
Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah
terjadi perlekatan jaringan.
c. Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional
Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah:
1) Kategori Anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR
2) Kategori Anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10HR
d. Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 3 jenis
obat dalam satu tablet.Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
e. OAT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk OAT kombipak untuk di
gunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Tabel Menurut KEMENKES (2013) Obat antituberkulosis (OAT) yang biasa
dipakai dan dosisnya
Dosis harian Dosis
Nama Obat (mg/KgBB/ maksimal Efek Samping
Hari) (mg/hari)
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitifitas
Rimfampisin (R) 15 (10-20) 600 Gangguan gastrointestinal,
reaksi kulit, hepatitis,
trombositopenia,
peningkatan enzim hati,
cairan tubuh berwarna
orange kemerahan.
Pirazinamid (Z) 35 (30-40) - Toksositas hepar,
artaralgia, gangguan
gastrointestinal.
Etambutol (E) 20 (15-25) - Neuritis optik, ketajaman
mata berkurang, buta
warna merah hijau,
hipersensitivitas,
gastrointestinal.
Streptomisin (S) 15-40 1000 Ototoksik, nefrotoksik.
Andra F.S & Yessie M.P 2013, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha
Medika, Yogyakarta
Aru Sudoyono W, Dkk 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 5, Penerbit
Buku Kedokteran, Internal Publishing, Jakarta.
Betz, C. L. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing
Interventions Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier