Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Anatomi dan fisiologi system pernapasan

a. Anatomi system pernafasan

Sistem pernapasan terdiri dari saluran nafas bagian atas : rongga hidung, faring,

dan laring, saluran nafas bagian bawah : trachea, bronkus, bronkuolus,

alveolus, dan paru-paru. (Evelyn C. Pearce, 2011)

Gambar 1 : anatomi system pernafasan

1) System pernafasan atas

Gambar 2 : system pernapasan atas


(a) Rongga hidung

Rongga hidung bagian ekternal berbentuk pyramid disertai dengan

satu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang,

kartilago hialin dan jaringan fibrioareolar. Bagian internal hidung

adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung

kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut

septum.Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya

akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan

selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke

dalam rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi epithelium

silinder dan sel epitel  berambut yang mengandung sel cangkir atau

sel lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan

berlendir. (Evelyn C. Pearce, 2011)

(b) Faring

Faring (tekak) adalah pipa berotot berukuran 12,5 cm  yang berjalan

dari dasar tengkorak sampai persambungan dengan esophagus pada

ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung

(nasofaring), dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring

(faring laryngeal). (Evelyn C. Pearce, 2011)

(c) Laring

Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring yang

memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai

ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakhe

bawahnya. Laring ditopang oleh Sembilan kartilago; tiga berpasang

dan tiga tidak berpasang. (Evelyn C. Pearce, 2011)


2)      System pernafasan bawah

Gambar 3 : system pernapasan bawah

(a) Trachea

Trakea adalah tuba dengan panjang 10 cm samapai 12 cm

diameter 2,5 cm serta terletak diatas permukaan anterior

esophagus. Tuba ini berjalan dari laring sampai kira-kira

ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabang

menjadi dua bronkus. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri

dari epithelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju

atas ke arah laring. (Evelyn C. Pearce, 2011)

(b) Bronkus

Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-

kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan

trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu

berjalan kebawah dan kesamping ke arah tampak paru-

paru. (Evelyn C. Pearce, 2011)

(c) Bronkiolus

Bronkiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang

terdapat dalam rongga tenggorokan dan akan memanjang sampai


ke paru-paru. Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru

kanan dan kiri tidak sama. Bronkiolus yang menuju paru-paru

kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang menuju

paru-paru sebelah kiri hanya  2 cabang. Ciri khas bronkiolus

adalah tidak adanya tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya,

pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya memiliki sebaran

sel globet dan epitel.(Evelyn C. Pearce, 2011)

(d) Alveolus

Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk

berongga. Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan

ujung dari saluran pernapasan. Ukurannya bervariasi, tergantung

lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks,

ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel

alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa,

bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II,

yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara.

Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi

alveolus dan memcegah kolapsnya alveolus. (Evelyn C. Pearce,

2011)

(e) Paru-paru

Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi

rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah

dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan

struktur lainnya yang terletak didalam mediastrum. Paru-paru

adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) di


atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar

leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landai rongga toraks, diatas

diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang

menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tumpuk paru-

paru, sisi belakang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan

menutupi sebagian sisi depan jantung. (Evelyn C. Pearce, 2011)

b.      Fisiologi system pernafasan

1)      System pernafasan bawah

(a)    Rongga hidung

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung

(cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di

dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan

kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi

menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.

Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi

menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga

terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang

berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di dalam rongga

hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga

udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun

terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen

saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida

(CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Selain sebagai organ

pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat

sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar


dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang

mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari

rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.

(Syaifuddin, 2011)

(b)   Faring

Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring

(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya

udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan

terdengar sebagai suara. Faring juga berfungsi untuk

menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan

digestif. (Syaifuddin, 2011)

(c)   Laring

Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju

ke trakea Fungsi utama laring adalah untuk melindungi saluran

pernapasan dibawahnya dengan cara menutup secara cepat pada

stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya benda asing ke

dalam saluran napas. Laring mengandung pita suara (vocal cord).

(Syaifuddin, 2011)

2)      System pernafasan bawah

(a)    Trakea

Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia

dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju atas ke arah laring.

maka dengan gerakan ini debu-debu dan butir-butirhalus lainnya

yang turu masuk bersama dengan pernapasan dapat

dikeluarkan. (Evelyn C. Pearce, 2011)


(b)     Bronkus

Bronkus adalah kaliber jalan udara pada sistem pernapasan yang

membawa udara ke paru-paru. Tidak terdapat pertukaran

udara yang terjadi pada bagian paru-paru ini. (Syaifuddin, 2011)

(c)     Bronkiolus

Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi

lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi

bagian dalam jalan napas. (Evelyn C. Pearce, 2011)

(d)     Alveolus

kedua sisi dari alveolus merupakan tempat pertukaran udara

dengan darah. Membran alveolaris adalah permukaan tempat

terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya karbondioksida

dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah alveolaris,

dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon dioksida dan

menyerap oksigen. (Syaifuddin, 2011)

(e)     Paru-paru

Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon

dioksida. Pada pernapasan melaluai paru-paru atau pernapasan

eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu

bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke

alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam

kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran

alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah.  Oksigen

menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah

merah dan dibawah kejantung. Dari sini dipompa ke dalam arteri


ke semua bagian tubuh. Di dalam paru-paru, salah satu hasil

buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari

kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan

trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. (Evelyn C.

Pearce, 2011)

2. Pengertian Tuberculosis Paru

Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

oleh M. tuberculosis. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui

terhirupnya nucleus droplet yang berisikan organisme basil tuberkel dari seorang

yang terinfeksi.(Sylfia A. price &Lorraine M. Willson,2012).

 Tuberculosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi

kumanMycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru termasuk suatu pneumonia,

yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosis. (Dr. R.Darmanto D, 2009)

Tuberkulosis paru atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama

menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru

melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai

focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2012)

3. Etiologi

a. Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri aerobic

tahan asam yang tumbuh  dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar

ultraviolet. (Andra S.F & Yessie M.P, 2012)

b. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab terjadinya penyakit

tuberculosis. (Sholeh S.Naga,2014)

4. Patofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai

unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar

cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak

menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, biasanya dibagian

bawah lobus atas paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini

membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfunuklear tampak pada

tempat tersebut. Sesudah sehari-hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag.

Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbul peneumonia akut.

Pneumonia selulur ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa

yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau

berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju

ke getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih

panjang dan sebagaian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang

dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu sampai 10-12

hari.

Lesi primer paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah

bening regional dan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang

mengalami perkapuran  ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan

menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Namun, kebanyakan infeksi TB paru tidak

terlihat secara klinis atau dengan radiografi.

Respons lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu

bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas.

Bahan tubercular yang dilepaskan dari didinding kavitas akan masuk kedalam

percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali di bagian lain dari

paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan

meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila, peradangan mereda, lumen bronkus

dapat menyempit dan menutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan taut

bronkus dan rongga. Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat mengalir

melalaui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan

lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini tidak dapat

menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan

bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.

 Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam

jumlah kecil, yang kadang-kandang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ

lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfahematogen, yang

biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut

yang biasanya meyebabkan TB milier, ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak

pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler  dan

tersebar ke organ-organ tubuh. (Sylfia & Lorraine,2012)

5. Tanda dan Gejala

Terdapat beberapa pendapat tentang manifestasi klinik dari Tuberculosis paru

yaitu:

a. Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar, 2009 keluhan yang dirasakan pasien

tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien ditemukan TB

paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang

terbanyak adalah :

1)      Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang

panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat

sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah

seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa

tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi

tuberculosis yang masuk.

2)      Batuk/batuk berdarah

Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan

untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya

bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada

setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah

berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk

ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul

peradangan menjadi produktif (menghsilkan sputum). Keadaan yang

lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang

pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis pada kavitas, tetapi

dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

3)      Sesak napas

Pada penyakit yang ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak napas.

Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang

infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

4)      Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang

sudah samapi ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan

kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.

5)      Malaise

Penyakit tuberculosis bersifat radang yang radang menahun. Gejala

malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan

makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,

keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan

terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

b.     Menurut Andra S.F & Yessie M.P, 2012 gambran klinik Tb paru dapat

digolongkan menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistematik

Gejala respiratorik :

1)      Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling

sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non-produktif kemudian

berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

2)      Batuk berdarah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak

berupa garis bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar

dalam jumlah yang sangat banyak. Batuk darah terjadi karena

pecahhya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung

dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

3)      Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau

ada karena hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumotorax,

anemia dan lain-lain.

4)      Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri preulitik yang ringan. Gejala

ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.

Gejala sistematik :

1) Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada soreh

dan malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin

lama semakin panjang serangannya sedang masa bebas serangan

makin pendek.

2) Gejala sistematik lain : Keringat malam, anorexia, penurunan berat

badan serta malaise.

3)      Timbul gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan

tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun

jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

c.     Menurut Sholeh S. Naga, 2014 ada beberapa tanda seseorang terjangkit

tuberculosis paru diantaranya:

1)      Batuk berdahak lebih dari 2 minggu,

2)      Batuk dengan mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah,

3)      Dada terasa sakit atau nyeri, dan

4)      Dada terasa sesak waktu bernapas

5.    Penatalaksanaan Medic


Menurut Dr. Taufan Nugroho, 2011 ada beberapa pentalaksanaan medic

TBC yaitu:

Kriteria diagnosa :

a.       Batuk > 4 minggu, batuk berdahak, nyeri dada

b.      Demam, malaise, kadang terdapat gejala flu

c.       Keringat malam, nafsu makan kurang, BB kurang, sesak nafas

Klasifikasi :

a.       TB tersangka : gejala klinis adalah ronsens sesuai TB, BTA-

b.      TB paru         : gejala klinis dan ronsens sesuai TB, BTA 2 kali

berturut-turut +/biakan positif

c.       Bekas TB     : BTA -, ronsens lesi sisa (fibrosis, klasifikasi, penebalan

pleura)

6.    Komplikasi

Penyakit tuberkulosis apabila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan

komplikasi lanjut.

a.       Komplikasi dini : Pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus,

poncet’s arthopathy

b.      Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan nafas,kerusakan parenkim berat -

>fibrosis paru, kuch pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sidrom

gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan kavitas

TB. (Zulkifli Amin & Asril Bahar, 2009)

7. Pemeriksaan Penunjang

a.       Ronsens torak

b.      BTA 3 kali biakan


c.       LED meningkat, hitung jenis limfosit meningkat

Terapi

a.       Perbaiki gizi

b.      Pankes

c.       OAT

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas diri pada klien

1) Nama

2) Jenis kelamin

3) Umur

4) Tempat / tanggal lahir

5) Alamat

6) Pekerjaan

b. Riwayat Kesehatan

1) Kesehatan sekarang

a) Keadaan pernafasan (nafas pendek)

b) Nyeri dada

c) Batuk dan

d) Sputum

2) Kesehatan dahulu

Jenis gangguan kesehatan yang baru saja di alami, cedera dan

pembedahan.

3) Kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB


c. Gejala yang berkaitan dengan masalah utama, misalnya:

1) Demam

2) Menggigil

3) Lemah

4) Keringat dingin malam merupakan gejala yang berkaitan dengan TB

d. Status perkembangan, misalnya:

1) Ibu yang melahirkan anak prematur perlu ditanyakan apakah sewaktu

hamil mempunyai masalah-masalah risiko dan apakah usia kehamilan

cukup

2) Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola pernapasan,

cepat lelah sewaktu naik tangga, sulit bernafas, sewaktu berbaring atau

apakah bila flu sembuhnya lama.

e. Data pola pemeliharaan kesehatan, misalnya:

1) Tentang pekerjaan

2) Obat yang tersedia di rumah

3) Pola tidur-istirahat dan strees

f. Pola keterlambatan atau pola peran-kekerabatan, misalnya:

1) Adakah pengaruh dari gangguan / penyakitnya terhadap dirinya dan

keluarganya, serta

2) Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap peran

sebagai istri / suami dan dalam melakukan hubungan seksual

g. Pola aktifitas / istirahat

1) Gejala :

a) Kelelahan umum dan kelemahan

b) Napas pendek karena kerja


c) Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan

atau berkeringat

2) Tanda :

a) Takikardi, takipnea / dispnea pada kerja

b) Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)

h. Pola intergritas ego

1) Gejala :

a) Adanya / faktor stres lama

b) Masalah keuangan, rumah

c) Perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan

d) Populasi budaya / etnik

2) Tanda :

a) Menyangkal (khususnya tahap dini)

b) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang

i. Makanan / cairan

1) Gejala :

a) Kehilangan nafsu makan

b) Tidak dapat mencerna

c) Penurunan BB

3) Tanda :

a) Turgor kulit, buruk, kering / kulit bersisik

b) Kehilangan otot / hilang lemak subkutan

j. Nyeri / kenyamanan

1) Gejala :

a) Nyeri dada meningkat karena batuk berulang


2) Tanda :

a) Perilaku distraksi, gelisah

k. Pernapasan

1) Gejala :

a) Batuk produktif atau tidak produktif

b) Napas pendek

c) Riwaya TB / terpanjang pada individu terinfeksi

2) Tanda :

a) Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis

parenkim paru dan pleura).

b) Perkusi pekak dan penurunan premitus. Bunyi napas menurun / tidak

ada secara bilateral / unilateral. Bunyi napas tubuler dan / atau bisikan

pektoral di atas lesi luas. Krekels tercatat di atas apek paru selama

inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels pusttussic).

c) Karakteristik sputum adalah hijau / purulen, mukoid kuning atau

bercak darah .

d) Deviasi trakeas (penyebaran bronkogenik).

e) Tidak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental

(tahap lanjut).

l. Keamanan

1) Gejala :

a) Adanya kondisi penekanan imun, contoh: AIDS, kanker.

2) Tanda :

a) Demam rendah atau sakit panas akut.

m. Interaksi sosial
1) Gejala :

a) Perasaan isolasai / penolakan karena penyakit menular

b) Perubahan pola biasa dalam tannggung jawab/ perubahan kapasitas

fisik untuk melaksanakan peran

n. Penyuluhan dan pembelajaran

1) Gejala :

a) Riwayat keluarga TB

b) Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk

c) Gagal untuk membaik / kambuhnya TB

d) Tidak berpartisipasi dalam terapi

o. Pertimbangan

1) DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat adalah 6,6 hari

p. Rencana pemulangan :

1) Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat dan bantuan

perawatan diri dan pemeliharaan / perawatan rumah.

q. Pemeriksaan penunjang

1) Rontgen dada

2) Usap basil tahan asam BTA

3) Kultur sputum

4) Tes kulit tuuberkulin (Wijaya & Yessie MP.2013.h.143).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak

adekuat ditandai dengan kelemahan/malnutrisi.

b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret kental,

upaya batuk buruk ditandai dengan bunyi napas tidak normal.


c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelemahan, anoreksia ditandai dengan berat badan dibawah 10% - 20% ideal

untuk bentuk tubuh dan berat.

d.  Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan keletihan, perubahan status

nutrisi, dan demam.

e.  Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan dan tindakan kesehatan

preventif.

3. Perencanaan:

a. DX I:

Tujuan :

1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan    resiko

penyebaran infeksi.

Intervensi :

Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara

selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa

Rasional :

Membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan untuk

mencegah pengatipan berulang, dan memahami proses penularan penyakit.

2) Menunjukkan teknik melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan

lingkungan yang aman

Intervensi:

Identifikasi orang lain yang beresiko

Rasional:

Orang yang terpajang perlu program terapi obat untuk mencegah terjadinya

penularan infeksi.
b. DX II:

Tujuan : Mempertahankan jalan napas pasien

Intervensi:

Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman)

Rasional :

Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis, ronki mengi

menunjukkan akumulasi sekret yang dapat menimbulkan peningkatan kerja

penapasan.

Intervensi:

Berikan pasien posisi semi fowler. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas

dalam

Rasional: 

Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya

pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan

gerakan sekret kedalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.

1) Mengeluarkan sekret tanpa bantuan

Intervensi: 

Bersihkan sekret dari mulut dan trakea

Rasional:

 Mencegah obstruksi atau aspirasi

Intervensi :

 Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi

Rasional: 

Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret.

Intervensi: 
Berikan obat-obat sesuai indikasi

Rasional:

Pemberian obat dapat mempercepat proses penyembuhan

c. DX III

Tujuan:

 Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai

laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi

Intervensi: 

Catat status gizi pasien, turgor kulit, berat badan, intergritas mukosa oral,

kemapuan menelan, adanya tunos usus, riawayat diare.

Rasional:

Berguna dalam mengidentifikasi derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi

yang tepat.

Intervensi: 

Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat

Rasional: 

Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu energi dari

makan makanan banyak menurunkan iritasi gaster

d. DX IV:

Tujuan: 

Meningkatkan toleransi aktivitas

Intervensi:

 Jadwal aktivitas progresif direncanakan


Rasional :

Untuk memberikan peningkatan toleransi aktivitas dan kekuatan otot

e. DX V:

Tujuan : 

Untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit dan regimen

pengobatan.

Intervensi:

Penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.

Rasional:

Perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam merawat pasien dengan

TB dan keluarganya

Intervensi: 

Kaji pasien terhadap reaksi obat yang merugikan dan ikut serta dalam

mensurvei rumah dan lingkungan kerja pasien

Rasional: 

Untuk mengidentifikasi individu lain yang mungkin telah kontak dengan pasien

selama tahap infeksius.

4. Pelaksanaan dan Evaluasi

No DX Implementasi Evaluasi
1 a. Mengkaji patologi penyakit Pasien melakukan
dan potensial penyebaran perubahan pola hidup
infeksi melalui droplet udara untuk meningkatkan
selama batuk, bersin, lingkungan yang aman.
meludah, bicara, tertawa.
b. Mengidentifikasi orang lain
yang beresiko.
c. Menganjurkan pasien untuk
batuk dan mengeluarkan
pada tisu dan membuang
pada tempat yang
semestinya.
2 a. Mengkaji fungsi pernapasan Mengeluarkan sekret
(bunyi napas, kecepatan, tanpa bantuan dan
irama dan kedalaman). menunjukkan perilaku
b. Memberikan pasien posisi untuk mempertahankan
semi fowler. Bantu pasien bersihan jalan nafas.
untuk batuk dan latihan
napas dalam.
c. Membersihkan sekret dari
mulut dan trakea.
d. Mempertahankan masukan
cairan sedikitnya 2500
ml/hari kecuali
kontraindikasi.
e. Memberikan obat-obat
sesuai indikasi.

3 a. Mencatat status gizi pasien, Berat badan meningkat


turgor kulit, berat badan, mencapain tujuan
intergritas mukosa oral, normal.
kemapuan menelan, adanya
tunos usus, riawayat diare.
b. Mendorong makan sedikit
dan sering dengan makanan
tinggi protein dan
karbohidrat.
4 Menjadwal aktivitas progresif Mempertahankan jadwal
direncanakan. aktivitas.

5 a. Penyuluhan pasien dan Melakukan langkah-


pertimbangan perawatan langkah untuk
dirumah. meminimalkan efek
b. Kaji pasien terhadap reaksi samping.
obat yang merugikan dan
ikut serta dalam mensurvei
rumah dan lingkungan kerja
pasien.

Anda mungkin juga menyukai