BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
volume cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat.Kondisi ini juga dapat
kejadian hidrosefalus dijumpai sekitar 0,5-4 per 1000 kelahiran hidup (Piatt,
anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India: anak 2-4 th 4%, di
dari catatan register dari ruangan perawatan IKA 1 RSPAD Gatot Soebroto
dari bulan oktober-desember tahun 2007 jumlah anak yang menderita dengan
1
2
Laporan tugas Akhir dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. K dengan
Ruang lingkup bahasan pada Laporan Tugas Akhir ini adalah Asuhan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Samarinda.
3
Sjahranie Samarinda.
Sjahranie Samarinda.
D. Metode Penulisan
1. Studi Kepustakaan
2. Studi Kasus
1. Wawancara
perawat ruangan.
2. Observasi
kondisi pasien.
E. Sistematika Penulisan
belakang, tujuan penulisan, secara spesifik tujuan penulisan karya tulis ilmiah
5
penulisan secara garis besar dan BAB I sampai BAB V yang dikemukakan
berbagai topik yaitu konsep dasar medik yang terdiri dari pengertian.anatomi
mamfestasi klinik atau tanda-tanda dan gejala dan kasus, tes diagnostik,
keperawatan yang ditulis secara teori yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
III (pengamatan kasus), yang diawali dengan ilustrasi kasus, setelah itu
kasus), berisi analisa kasus yang dikaitkan antara teoritis, medis, dan
tentang uraian kesimpulan dan hal-hal yang telah dibahas dan saran bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
“hydro” yang berarti air dan “cephalus” yang berarti kepala; sehingga kondisi
ini sering dikenal dengan “kepala air”) adalah penyakit yang terjadi akibat
gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
6
7
yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam
2. Epidemiologi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43%
ras.Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur.Pada remaja dan dewasa lebih
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Harsono,
2014:211).
8
3. Etiologi
ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali
ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada
orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140
ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan
monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS
klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari
atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker
b. Infeksi
lebih tersebar.
c. Neoplasma
d. Perdarahan
selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri
(Ropper, 2005:360).
4. Klasifikasi
dengannya, berdasarkan :
akuisita.
komunikans.
ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
a. Kongenital
sehingga :
2). Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan
b. Didapat
prognosanya.
13
pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
a. Hydrocephalus komunikan
sumbatan.Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus
ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid
system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)
ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari
obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau
dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia
15
vena yang relatif tinggi.Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung
6. Manifestasi Klinis
35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama
visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien
tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas
menonjol.
telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler
posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital
18
tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi
terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
1. Bayi
a. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
d. Muntah
e. Gelisah
j. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di
atas Iris
a. Nyeri kepala
b. Muntah
tahun
f. Strabismus
g. Perubahan pupil
20
7. Pemeriksaan diagnostik
tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi
3. Lingkaran kepala
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak
antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak
yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
21
4. Ventrikulografi
difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar.
Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan
kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini
telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan
Scan.
6. CT Scan kepala
22
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.Ventrikel
8. Penatalaksanaan
serebrospinal.
23
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
24
1. Eksternal
2. Internal
Kjeldsen)
perkutan.Teknik Shunting:
Monroe.
dilakukan analisis.
25
3). Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang
9. Komplikasi
didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus ( jaringan /eksudat ) atau ujung
hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial
abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat
10. Prognosis
ada atau tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik
namun tidak dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-
penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki kecerdasan hampir normal.
Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70%
diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan
sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi
gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-
70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang,
atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested
hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan
H. Ropper, 2005).
operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16%
(Harsono, 2014)
28
1. Pengkajian
a. Wawancara
disorientasi, lethargi
darah
b. Riwayat Kesehatan
c. Pemerikasaan fisik
disorientasi, lethargi
d. Pemeriksaan penunjang
saraf otak II
struktur tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
konsep diri
sumber informasi
kepmampuan
Memproses informasi
Intervensi NIC
Sakit kepala
Pemantauan TIK
aktivitas perawatan
dianjurkan
sesuai permintaan
permintaan
NOC :
Laporan nyeri
Frekwensi nyeri
Lamanya nyeri
Kegelisahan
Perubahan TTV
NIC :
aktivitas, dll).
pendukung.
shutrl
NOC :
faktor resiko
indikasi resiko.
resiko potensial.
NIC :
Batasi pengunjung
berkelanjutan
resiko.
NOC:
2). Coping
NIC
kecemasan
36
(menguurangi cemas)
sumber informasi.
NOC :
Proses penyakit
Pengendalian infeksi
37
Pengobatan
Prosedur pengobatan
NIC :
perawatan dilakukan
dilakukan
4. PELAKSANAAN
Martin, 2007).
5. EVALUASI
BAB III
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil dari asuhan keperawatan
Sjahranei Samarinda mulai dari tanggal 22 Juni 2018 sampai dengan tanggal 28
Juni 2018.
A. PENGKAJIAN
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny. K dengan diagnosa medis
Sjahranie Samarinda mulai dari tanggal 22 Juni 2018 sampai dengan tanggal
28 Juni 2018.
1. Biodata
masuk Rumah Sakit tanggal 22 Juni 2018 dan pengkajian pada pasien
a. Keluhan utama
rumah sakit pada tanggal 22 Juni 2018, dan pada pemeriksaan fisik
a. Pola Tidur/Istirahat
41
22.00 WITA hingga pukul 05.00 WITA dan jarang tidur siang.Dan
b. Pola Eliminasi
lebih satu kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari. Dan juga BAK empat
hingga lima kali dalam sehari. Selama di Rumah Sakit, klien terpasang
pola makan tiga kali sehari dengan menu nasi, sayur, dan lauk
d. Personal Higiene
shampo.Oral hygiene 2 kali sehari, pagi dan menjelang tidur serta ganti
baju 2 kali sehari, pagi dan sore hari. Sedangkan di RS, Keluarga klien
Data Psikososial
42
orang lain. Dampak dirawat di rumah sakit adalah pasien tidak dapat
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital :
c. Kepala
43
cukup bersih, dan terdapat luka jahitan pada bagian parietal kanan
sklera berwarna putih, tidak ada udema pada daerah palpebrae, pupil
telinga kiri dan kanan, daun telinga simetris, pada telinga kanan terlihat
sariawan, tidak ada carries. Gigi kotor dan berbau, mukosa bibir
pemeriksaan hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, dan tidak ada
d. Leher.
e. Dada
vesuler dengan irama teratur, tidak ada retraksi rongga dada, tidak
Linea Sternalis kiri dan kanan, BJ II terdengar pada ICS 4 dan 5 daerah
44
Linea Medio Klavikularis kanan, pekak pada daerah jantung dan hepar,
f. Abdomen.
pada perkusi.
g. Genetalia
h. Tungkai
tempat tidur.
i. Punggung
j. Lengan
k. Kulit
Turgor kulit elastis, tidak ada lesi, tidak ada tanda sianosis, agak
5. Pemeriksaan Penunjang
45
6. Penatalaksaan
7. Data Fokus
a. Data Subyektif
tidur.
b. Data Objektif
GCS E2V1M3
B. ANALISA DATA
a. Data Subyektif
tidur.
b. Data Objektif
GCS E2V1M3
a. Data Subyektif
tidur.
b. Data Objektif
GCS E2V1M3
a. Data Subyektif
47
tidur.
b. Data Objektif
GCS E2V1M3
C. Diagnosa Keperawatan
(D.0054 SDKI)
(D.0109 SDKI).
D. Perencanaan
2.
DO : melakukannya.
sehari-hari sesuai
kemampuan
3.
Setelah dilakukan
pasien
hangat
menonjol.
tenun
E. Implementasi
self care.
(meyeka pasien)
self care.
self care.
F. Evaluasi
O : GCS E2V1M3.
ambulasi
ambulasi
pasien !
klien.
kering
tertekan.
hangat
menonjol.
aktivitas
O : GCS E2V1M3.
ambulasi
ambulasi
pasien !
klien.
kering
tertekan.
hangat
aktivitas
O : GCS E2V1M3.
II ambulasi
ambulasi
III
S : Keluarga mengatakan klien segar dan wangi.
pasien !
klien.
kering
tertekan.
hangat
menonjol.
BAB IV
PEMBAHASAN
65
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan dari asuhan keperawatan
pada Ny. K dengan Hidrosefalus yang rawat inap di ruang Angsoka RSU A.W.
Syahrani Samarinda dan akan dijelaskan sejauh mana kesesuaiannya dengan teori
yang ada. Pada Bab ini juga akan dibahas mengenai penyelesaian dari
A. Pengkajian
bentuk data fokus dan dianalisa sehingga kemudian dapat ditentukan prioritas
B. Diagnosa Keperawatan
Penulis tidak menemukan satupun dari lima diagnose yang ada pada
antara lain :
karena tidak ada data verbal dari klien yang mendukung untuk dapat
juga belum dapat diangkat dikarenakan pada klien baru saja dilakukan
luka operasi.
diri.
67
konsep diritidak dapat diangkat karena tidak ada data verbal ataupun tanda-
tersebut.
informasi.
C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan yang disusun oleh Penulis sesuai dengan teori yang
pada diagnosa yang muncul serta sarana dan prasarana yang ada.
D. Implementasi
68
sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang banyak dilakukan
pada Ny. K adalah berupa tindakan mandiri perawat dan kolaborasi dengan tim
kesehatan lain yang bersangkutan (ahli gizi, dokter, ahli fisioterapi, dll).
komunikasi yang baik dengan keluarga klien, perawat maupun tim kesehatan
tanggapan yang baik dari dokter dan perawat ruangan kepada penulis atas
keperawatan antara lain adalah kurangnya fasilitas (sarana dan prasarana) yang
dimiliki oleh rumah sakit, sehingga tindakan yang dilakukan tidak dapat
E. Evaluasi
yang muncul, satu diagnosa yang diatasi yaitu diagnose Defisit Perawatan Diri
berhasil dicegah agar tidak terjadi yaitu Resiko Gangguan integritas kulit
69
pemberian asuhan keperawatan yang terbatas dan juga dengan melihat kondisi
klien yang memerlukan asuhan keperawatan dalam jangka waktu yang cukup
lama untuk mencapai hasil yang optimal dengan berkolaboraasi dengan tim
kesehatan lain sehingga semua permasalahan yang ada dapat diatasi dengan
waktu yang dimiliki oleh perawat serta kurangnya sarana dan prasarana yang
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
berikut :
faktor penunjang yang antara lain sikap keluarga yang terbuka dan
kooperatif, serta dukungan dari perawat dan dokter ruangan dimana klien
faktor kondisi klien serta kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia
efek/dampak yang sangat berbahaya bagi klien jika tidak segera diatasi.
B. Saran – saran
keperawatan.
lapangan dapat segera diatasi dengan metode yang tepat dan ilmiah.
72
Oleh :
Maswansyah
NIM. P07220117095
HALAMAN PERSETUJUAN
NAMA : Maswansyah
NIM : P07220117095
JURUSAN : KEPERAWATAN
Laporan Tugas Akhir ini telah diterima dan disetujui untuk diujikan
Samarinda, .............................
Menyetujui,
Pembimbing,
Ns.Wiyadi,S.Kep.,M.Sc
NIP. 196803151991021002
74
J. Tindakan Keperawatan
batuk efektif
Ds:-
Do:-
10:30
Ds:-
Do:-luka klien tampak kering
dan tidak ada tanda-tanda
infeksi
11:20
Ds:
P-klien mengatakan nyeri
timbul saat bergerak
Q-klien mengatakan nyeri
seperti ditekan
R-klien mengatakan nyeri
di daerah luka WSD
S-klien mengatakan skala
2.6Memberikan obat nyeri “4”
13:00 analgetik(santagesik) T-klien mengatakan nyeri
timbul±5 menit dan timbul
5 s/d 7 x/hari
2.7Mengobservasi tingkat
nyeri setelah pemberian Ds: -
obat Do:-TD 110/70 mmhg
-RR 25 x/menit
-Nadi 83 x/menit
16:00 -Temp 36,3ºc
16:30 Ds: -
Do:-Santagesik 1 tablet