HIDROSEPALUS
Disusun Oleh :
KEPERAWATAN ANAK
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
karunia yang diberikan-Nya. Sholawat serta salam kita curahkan kepada junjunan
kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,sahabat dan kita selaku umatnya.
Saya berharap pembuatan makalah ini dapat diterima dan juga bermanfaat.
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi kami selaku penyusun.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Tujuan...............................................................................................................5
C. Manfaat.............................................................................................................5
4. Sistematika penulisan.......................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
A. Pengertian.........................................................................................................6
b. Etiologi..............................................................................................................7
c. Klasifikasi.........................................................................................................9
d. Patofisiologi....................................................................................................10
e. Komplikasi......................................................................................................11
f. Manifestasi klinis............................................................................................12
g. Pemeriksaan penunjang..................................................................................14
h. Penatalaksanaan medis...................................................................................15
i. Pencegahan.....................................................................................................18
BAB III..................................................................................................................22
1. Pengkajian..........................................................................................................22
ii
4
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................28
3. Intervensi............................................................................................................29
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus telah dikenal sejak zaman hiporates, saat itu hidrosefalus dikenal
sebagai penyebab penyakit ayan. Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya CSS dengan atau pernah dengan tetekanan
intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruang tempat mengalirnya
CSS. Harus dibedakan dengan pengumpulan cairan lokal tanpa tekanan TIK yang
meninggi seperti kista porensefali atau pelebaran ruang CSS akibat timbulnya
CSS yang menepati ruangan sesudah terjadinya atrofi otak (Ngastiyah, 2014).
Kasus ini merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di bidang bedah
saraf, yaitu sekitar 40%- 50%. Penyebab hidrosefalus pada anak secara umum
dapat dibagi menjadi dua, prenatal dan postnatal, secara teoritis patologis
hidrosefalus terjadi karena tiga hal, yaitu produksi liquor yang berlebih,
peningkatan resistensi liquor yang berlebih dan peningkatan tekanan sinus venosa
(Apriyanto et al, 2013).
4
6
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Sistematika penulisan
BAB I Pendahuluan: Berisi tentang latar belakang penyakit, tujuan dibuatnya
makalah, sistematika penulisan makalah dan manfaatnya.
BAB II Tinjauan Pustaka: Berisi tentang pengertian, etiologi atau penyebab,
klasifikasi, tanda gejala, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan medis dan konsep asuhan keperawatan.
BAB III Pembahasan: Berisi tentang pembahasan kasus hidrosepalus.
BAB IV Penutup : Berisi tentang kesimpulan dari makalah ini serta saran.
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Menurut ( Dwita, 2017 ) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air
dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS
yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang
subarachnoid yang dapat menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak. Sedangkan
menurut ( Suriadi, 2012 )Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal
dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Hidrosefalus
adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga
terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.
Menurut pendapat lain (Suharso D,2013)Hidrosefalus adalah kelainan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan
atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel.
Jadi dapat disimpulkan Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara
aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subrachnoid
yang dapat menyebakan dilatasi sistem ventrikel otak dimana keadaan patologis
otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal, disebabkan baik
oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah
disertai tekanan intracranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran di ruangan
– ruangan tempat aliran cairan serebrospinal.
B. Etiologi
Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono (2013 )
1. Sebab-sebab Prenatal, merupakan faktor yang bertanggung jawab atas
terjadinya hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir.
Sebab-sebab ini mencakup malformasi ( anomali perkembangan sporadis ),
22
8
infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi
tidak dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik.
2. Sebab-sebab Postnatal
a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal
dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang
menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista
arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn kelompok lesi masa yang
menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi di daerah supraselar atau
sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera
kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat dari
fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi,
hal ini disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan
fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena
pada basis krani, trombosis jugularis.
Penyebab sumbatan aliran CSF, Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering
terdapat pada bayi dan anak – anak. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sering terdapat pada bayi adalah.
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylv,Merupakan penyebab yang paling sering pada
bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama
sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.
b. Spina bifida dan cranium bifida, Biasanya berhubungan dengan sindrom
Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata
dan cerebellum
c. Sindrom Dandy-Walker, Merupakan atresia congenital foramen luscha dan
mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem
9
C. Klasifikasi
a. Kongenital, Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan
sehingga pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh
banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu
b. Non Kongenital, Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan
penyebabnya yaitu penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang
menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus
didapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh
sebab adanya peninggian tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara
10
D. Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi
(meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis
aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system
ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar,
menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal.
White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan
dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup
dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran
pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal
blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina
di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP
sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi
dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas
11
normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan
menyebabkan kematian.
E. Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2012)
a. Peningkatan TIK
b. Pembesaran Kepala
c. Kerusakan Ota
d. Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
e. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
f. Kerusakan jaringan saraf
13
i. Muntah
j. Lekas marah
k. Lesu
l. Apatis
m. Kebingungan
n. Sering kali inkoheren
o. Kebutaan
G. Penatalaksanaan medis
a. Eksternal, CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal
b. Internal
1. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
a. Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
b. Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
c. Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
d. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
e. Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
2. Lumbo Peritoneal Shunt”. CSS dialirkan dari Resessus Spinalis
Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan
jarum Touhy secara perkutan.
H. Pencegahan
1) Pencegahan Primer, Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi
faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum
dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan
induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya
kasus baru penyakit. Pada kasus hidrosefaluspencegahan dapat
dilakukan dengan:
16
1. Pengkajian
a. Anamnesis
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya riwayat infeksi (biasanya riwayat infeksi pada
selaput otak dan meningens) sebelumnya. Pengkajian yang didapat
meliputi seorang anak mengalami pembesaran kepala, tingkat
kesadaran menurun (GCS 5), kejang, muntah, sakit kepala,
wajahnya tanpak kecil cecara disproposional, anak menjadi lemah,
18
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: Pada keadaan hidrosefalus umumnya mengalami
penurunan kesadaran ((GCS <15) dan terjadi perubahan pada tanda-
tanda vital.
19
g. B6 (Bone)
21
a. Status mental
1. Saraf I (Olfaktori) P
2. Saraf II (Optikus), Ada anak yang agak besar mungkin terdapat edema
pupil saraf otak II pada pemeriksaan funduskopi.
9) Pengkajian Refleks.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serbral Gangguan aliran
darah ke otak akibat peningkatan TIK
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan
kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolism.
c. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular
d. Ansietas keluarga b.d keadaan yang kritis pada keluarga
e. Resiko kerusakan integritas kulit b.d imobilisas, tidak
adekuatnya
f. Resiko infeksi b.d penumpukan cairan di otak ( serebral )
29
3. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC Aktifitas
1. Resiko ketidak efektifan Circulasi status Manajement a. Monitor adanya daerah tertentu yang
perfusi jaringan otak (serebral) Tissue preffusion : cerebral sensasi perifer hanya peka terhadap
b.d Gangguan aliran darah ke Kriteria hasil panas/dingin/tajam/tumpul
otak akibat peningkatan TIK - Tidak ada tanda tanda b. Monitor adanya paretese
peningkatan tekanan c. Instruksikan kepada keluarga untuk
intracranial mengobservasi kulit jika ada lesi atau
- Tida ada sakit kepala laserasi
- Tidak ada kelesuan d. Monitor kemampuan BAB
- Tidak ada muntah e. Monitor adanya tromboplebitis
- Tingkat kesadaran f. Kolaborasi pemberian analgetik
membaik Manajement udem a. Monitor tanda - tada vital
serebral b. Monitor adanya kebingungan,
perubahan pikiran, pusing, pingsan
c. Monitor status neurologis dengan
ketat an bandingkan dengan nilai normal
d. Monitor status pernapasan: frekuensi,
25
2. Ketidakseimbangan nutrisi Status nutrisi :asupan nutrisi Manajemen nutrisi a. Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional status : food b. Kolaborahi dengan ahli gizi untuk
b.d kurang asupan makan and fluid menentukan jumlah kaloridan nutrisi
Intake yang dibutuhkan oleh pasien
Weight control Criteria c. Berikan informasi tentang kebutuhan
hasil nutrisi
- Adanya peningkatan berat d. Yakinkan diet ang dimakan
badan mengandung tinggi serat
- Tidak ada tanda e. Anjurkan makan sedikit tapi sering
– tanda malnutrisi Monitor nutrisi a. Berat badan pasien dalam batas
- Menunjukkan normal
3. Gangguan mobilitas fisik b.d Joint movement : Active Terapi latihan : a. Berikan pasien pakaian yang tidak
gangguan neuromuscular Mobilitylevel ambulasi mengekang
Self care :ADLs Criteria b. Kaji kemampuan pasien dalam
hasil mobilisasi
- Pasien meningkat dalam c. Anjurkan pada keluarga untuk
aktivitas fisik - Bantu untuk melalukan rom pasifpada pasien d.
mobilisai Bantu ADLs pasien
29
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
No.MR : 487104
Nama : An.M
Status : Pelajar
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Penanggung Jawab
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Supir
29
2. Alasan Masuk Klien masuk melalui IGD dengan keluhan tiba-tiba tidak
sadarkan diri di rumah, setelah beberapa hari sebelumnya di rawat di rumah sakit
karena infeksi saluran kemih.
3. Riwayat Kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik
30
Kesadaran : Somnolen
GCS : E3 V3 M5
BB/TB : 17 kg/122 cm
Tanda Vital: Suhu :36,9 °C Pernapasan : 24 x/i Nadi : 120 x/I Tekanan
Darah :108/86 mmhg
1) Kepala
Hidung Tampak simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada polip,
tidak ada perdarahan, tidak terpasang slang O2 dan terpasang NGT.
Kondisi slang NGT bersih dan terpasang dengan baik
bauan
Optikus Sensorik Ketajaman visual Tergaggu klien
dan lapang tidak dapat
pandang mengikuti
pergerakan benda
di depan nya
Okulomotor Motorik Pergerakan mata Pergerakan ola
ekstraokular, mata terganggu
elevasi kelompak klien tidak bisa
mata, konstriksi mengerakan bola
pupil, bentuk mata
lensa
Troklearis Motorik Pergerakan mata Tergangu
kebawah dan
kedalam
Abdusens Motorik Pergrakan mata Terganggu
lateral
Hipoglosus Motorik Pergerakan lidah Terganggu klien
saat bicara, berbicara agak
artikulasi suara pelo dan
dan menelan pergerakan lidah
lambat.
10) RIWAYAT ALERGI
Ibu Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan
maupun obatobatan
11) Data Psikologis
Klien tampak tenang, dan kooperatif selama tindakan
asuhan keperawatan. Klien tampak tidak banyak bicara.
Hubungan klien dengan keluarganya baik.Ibu Klien mengatakan
ingin anaknya cepat sembuh,segera pulang kerumahnya dan
segera berakifitas seperti biasa lagi tidak ada sakit lagi.
12) Data Sosial Ekonomi
33
1. 1 Data subjektif: - Ibu klien mengatakan Perubahan perfusi jaringan Peningkatan Tekanan
anaknya tidak seceria dlu lagi - Ibu klien selebral Intra cranial
mengatakan kliien tampak sangat lemah - Ibu
klien mengatakan klien sangat sulit untuk
makanatau minum lewat mulut langsung -
Ibu klien mengatakan klien sangat sulit untuk
dapat menangkap pelajaran ketika sekolah
Data Objektif :
- Ganguan status mental
- klien tampak hanya diam
- kesulitan menelan - perubahan status
motoric
- kelemahan di semua ekstremitas
2. Data subjektif Nyeri akut Proses penyakit
- Ibu Klien mengatakan Klien mengeluh
perutnya terasa nyeri
- Klien mengatakan sulit tidur karena nyeri
- Klien mengatakan mual ketika makan
melalui mulut langsung
34
2 Diagnosa Keperawatan
mengatakan frekuensi
bab berkurang
O:
Suhu tubuh klien 38
°C
Klien muntah tidak
tertampung banyak
muntah basah 2 waslap.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada
sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi
oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus
pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
a. Hidrochepalus komunikan
b. Hidrochepalus non-komunikan
41
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-
masing rumah sakit.
B.Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga
dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan
kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk
menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba
Medika: Jakarta Muslihatun, Wati Nur, 2010.
Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta Muttaqin, Arif. 2011.
Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. S
alemba Medika: Jakarta Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Dewi.Lia.2010.