Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS

HIDROSEPALUS

Disusun Oleh :

1. Divia Oktavian (10521045)


2. Agil Nastiar Al Majid (10521055)
3. Shinta Dwi Permata (10521070)

KEPERAWATAN ANAK

TAHUN AJARAN 2022/2023

POLTEKES TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
karunia yang diberikan-Nya. Sholawat serta salam kita curahkan kepada junjunan
kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,sahabat dan kita selaku umatnya.

Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Anak yang diampu oleh Ns. Sussanty Cahyaning., S.Kep., M.Kep.
Makalah ini dibuat untuk meningkatkan pengetahuan para mahasiswa mengenai
Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas
dengan Hidrosepalus.

Saya berharap pembuatan makalah ini dapat diterima dan juga bermanfaat.
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi kami selaku penyusun.

Bandung, 13 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN....................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................4

B. Tujuan...............................................................................................................5

C. Manfaat.............................................................................................................5

4. Sistematika penulisan.......................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6

A. Pengertian.........................................................................................................6

b. Etiologi..............................................................................................................7

c. Klasifikasi.........................................................................................................9

d. Patofisiologi....................................................................................................10

e. Komplikasi......................................................................................................11

f. Manifestasi klinis............................................................................................12

g. Pemeriksaan penunjang..................................................................................14

h. Penatalaksanaan medis...................................................................................15

i. Pencegahan.....................................................................................................18

BAB III..................................................................................................................22

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIDROSEFALUS...........................22

1. Pengkajian..........................................................................................................22

ii
4

2. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................28

3. Intervensi............................................................................................................29

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan persyarafan dapat menyerang anak, tetapi masing-masing gangguan


tersebut adalah disfungsi muscular. Banyak gangguan persyarafan bersifat kronik,
berlangsung seumur hidup anak dan mengakibatkan cacat atau ketunadayaan
(Kyle & Carman, 2014).

Hidrosefalus telah dikenal sejak zaman hiporates, saat itu hidrosefalus dikenal
sebagai penyebab penyakit ayan. Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya CSS dengan atau pernah dengan tetekanan
intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruang tempat mengalirnya
CSS. Harus dibedakan dengan pengumpulan cairan lokal tanpa tekanan TIK yang
meninggi seperti kista porensefali atau pelebaran ruang CSS akibat timbulnya
CSS yang menepati ruangan sesudah terjadinya atrofi otak (Ngastiyah, 2014).
Kasus ini merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di bidang bedah
saraf, yaitu sekitar 40%- 50%. Penyebab hidrosefalus pada anak secara umum
dapat dibagi menjadi dua, prenatal dan postnatal, secara teoritis patologis
hidrosefalus terjadi karena tiga hal, yaitu produksi liquor yang berlebih,
peningkatan resistensi liquor yang berlebih dan peningkatan tekanan sinus venosa
(Apriyanto et al, 2013).

Dampak dari penyakit hidrosefalus berpengaruh terhadap sensorik dan motoric


serta mengalami perawatan khusus seumur hidup. Hidrosefalus dapat
diklasifikasikan berdasarkan tipe obstruksi dan usia. Berdasarkan tipe obstruksi
dibagi menjadi hidrosefalus non komuniskans, yaitu adanya obstruksi aliran CSS
dan hidrosefalus komunikans yaitu gangguan penyerapan CSS. Berdasarkan usia
dibagi menjadi hidrosefalus infantile (Kongenital) pada bayi dan hidrosefalus
juventil pada orang dewasa (Ayu, 2016).

4
6

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018 melaporkan


bahwa setiap hari lebih dari 7200 bayi lahir mati, sebagian besar diantaranya
(98%) terjadi di negara berpendapatan rendah hingga sedang. WHO juga mencatat
(40%) kasus angka lahir mati disebabkan karena kelainan kongenital (labioskizis
dan palatoskiziz, atresia esofagus, esofagus, atresia ani, atresia doudenum,
hirschprung, omfakokel, hidrosefalus).

B. Tujuan

Mengenal dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa/i mengenai penyakit


gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas yaitu hidrosepalus, untuk mengetahui
berbagai hal yang berhubungan dengan hidrocepalus dan dapat merancang
berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan
keperawatan pada kasus hidrocepalus.

C. Manfaat

Menjadi salah satu acuan dalam menerapkan, menjalankan, dan membuat


laporan asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas
pada penyakit hidrosepalus

D. Sistematika penulisan
BAB I Pendahuluan: Berisi tentang latar belakang penyakit, tujuan dibuatnya
makalah, sistematika penulisan makalah dan manfaatnya.
BAB II Tinjauan Pustaka: Berisi tentang pengertian, etiologi atau penyebab,
klasifikasi, tanda gejala, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan medis dan konsep asuhan keperawatan.
BAB III Pembahasan: Berisi tentang pembahasan kasus hidrosepalus.
BAB IV Penutup : Berisi tentang kesimpulan dari makalah ini serta saran.
BAB II
KONSEP PENYAKIT

2.1 Konsep Penyakit

A. Pengertian
Menurut ( Dwita, 2017 ) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air
dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS
yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang
subarachnoid yang dapat menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak. Sedangkan
menurut ( Suriadi, 2012 )Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal
dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Hidrosefalus
adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga
terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.
Menurut pendapat lain (Suharso D,2013)Hidrosefalus adalah kelainan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan
atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel.
Jadi dapat disimpulkan Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara
aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subrachnoid
yang dapat menyebakan dilatasi sistem ventrikel otak dimana keadaan patologis
otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal, disebabkan baik
oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah
disertai tekanan intracranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran di ruangan
– ruangan tempat aliran cairan serebrospinal.
B. Etiologi
Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono (2013 )
1. Sebab-sebab Prenatal, merupakan faktor yang bertanggung jawab atas
terjadinya hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir.
Sebab-sebab ini mencakup malformasi ( anomali perkembangan sporadis ),

22
8

infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi
tidak dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik.

2. Sebab-sebab Postnatal
a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal
dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang
menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista
arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn kelompok lesi masa yang
menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi di daerah supraselar atau
sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera
kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat dari
fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi,
hal ini disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan
fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena
pada basis krani, trombosis jugularis.

Penyebab sumbatan aliran CSF, Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering
terdapat pada bayi dan anak – anak. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sering terdapat pada bayi adalah.

1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylv,Merupakan penyebab yang paling sering pada
bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama
sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.
b. Spina bifida dan cranium bifida, Biasanya berhubungan dengan sindrom
Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata
dan cerebellum
c. Sindrom Dandy-Walker, Merupakan atresia congenital foramen luscha dan
mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem
9

ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di


daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
e. Anomali Pembuluh Darah, akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai
arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus tranversus dengan
akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi, Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga
terjadi obliterasi ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.
3. Perdarahan
4. Neoplasma, Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang
dapat terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
a. Tumor Ventrikel kiri
b. Tumorfosa posterior
c. Pailoma pleksus khoroideus
d. Leukemia, limfoma
5. Degeneratif. Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6. Gangguan Vaskuler
a. Dilatasi sinus dural
b. Thrombosis sinus venosus
c. Malformasi V. Galeni
d. Ekstaksi A. Basilaris

C. Klasifikasi
a. Kongenital, Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan
sehingga pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh
banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu
b. Non Kongenital, Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan
penyebabnya yaitu penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang
menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus
didapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh
sebab adanya peninggian tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara
10

hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus non kongenital terletak pada


pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.

D. Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi
(meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis
aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system
ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar,
menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal.
White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan
dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup
dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran
pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal
blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina
di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP
sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi
dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas
11

normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan
menyebabkan kematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal


yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral
cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi.
12

E. Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2012)
a. Peningkatan TIK
b. Pembesaran Kepala
c. Kerusakan Ota
d. Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
e. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
f. Kerusakan jaringan saraf
13

g. Proses aliran darah terganggu


h. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
i. Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis,
ventrikulitis, abses otak.
F. Manifestasi klinis
Menurut pendapat (Darsono,2015) Tanda awal dan gejala
hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas
produksi dan resorbsi CSS.
1) Tanda – tanda awal
a. Mata juling
b. Sakit kepala
c. Lekas marah
d. Lesu
e. Menagis jika digendong dan diam bila berbaring
f. Mual muntah yang proyektil
g. Melihat kembar
h. Ataksia
i. Perkembangan yang berlansung lambat
j. Pupil edema
k. Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama
l. Biasanya diikuti dengan perubahan tingkat kesadaran,
opistotunus, dan spatik pada ekstremitas bawah
m. Kesulitan dalam pemberian dan penelanan makanan
2) Tanda – Tanda Selanjutnya
a. Nyeri kepala dan di ikuti muntah – muntah
b. Pupil edema
c. Strabismus
d. Peningkatan tekanan darah
e. Denyut nadi lambat
f. Gangguan respirasi
g. Kejang
h. Letargi
14

i. Muntah
j. Lekas marah
k. Lesu
l. Apatis
m. Kebingungan
n. Sering kali inkoheren
o. Kebutaan
G. Penatalaksanaan medis

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live


sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus


koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
15

pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan


selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.

Ada 2 macam terapi pintas “ shunting “:

a. Eksternal, CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal
b. Internal
1. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
a. Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
b. Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
c. Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
d. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
e. Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
2. Lumbo Peritoneal Shunt”. CSS dialirkan dari Resessus Spinalis
Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan
jarum Touhy secara perkutan.

H. Pencegahan
1) Pencegahan Primer, Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi
faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum
dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan
induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya
kasus baru penyakit. Pada kasus hidrosefaluspencegahan dapat
dilakukan dengan:
16

a. Pada kehamilan perawatan prenatal yang teratur secara signifikan


dapat mengurangi risiko memiliki bayi prematur, yang
mengurangi risiko bayi mengalami hidrosefalus
b. Untuk penyakit infeksi, setiap individu hendaknya memiliki
semua vaksinasi dan melakukan pengulangan vaksinasi yang
direkomendasikan.
c. Meningitis merupakan salah satu penyebab terjadinya
hidrosefalus. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan tentang
pentingnya vaksin meningitis bagi orang – orang yang berisiko
menderita meningitis. Vaksinasi dianjurkan untuk individu yang
berpergian ke luar negeri, orang dengan gangguan sistem imun
dan pasien yang menderita gangguan limpa.
d. Mencegah cedera kepala.
e. Pengobatan, Penanganan hidrosefalus telah semakin baik dalam
tahun-tahun terakhir ini, tetapi terus menghadapi banyak
persoalan. Idealnya bertujuan memulihkan keseimbangan antara
produksi dan resorpsi CSF. Beberapa cara dalam pengobatan
hidrosefalus yaitu:
1. Terapi Medikamentosa Hidrosefalus dengan progresivitas
rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid
dengan dosis 25-50 mg/kg BB.

Asetazolamid dalam dosis 40-75 mg/kg 24 jam


mengurangi sekitar sepertiga produksi CSF, dan terkadang
efektif pada hidrosefalus ringan yang berkembang lambat.
Pada keadaan akut dapat diberikan manitol. Diuretika dan
kortikosteroid dapat diberikan, meskipun hasilnya kurang
memuaskan
2. Operasi Operasi berupa upaya menghubungkan
ventrikulus otak dengan rongga peritoneal, yang disebut
ventriculo-peritoneal shunt. Tindakan ini pada umumnya
17

ditujukan untuk hidrosefalus nonkomunikans dan


hidrosefalus yang progresif. Setiap tindakan pemirauan
(shunting) memerlukan pemantauan yang
berkesinambungan oleh dokter spesialis bedah saraf. Pada
Hydrocephalus Obstruktif, tempat obstruksi terkadang
dapat dipintas (bypass). Pada operasi Torkildsen dibuat
pintas stenosis akuaduktus menggunakan tabung plastik
yang menghubungkan tabung plastik yang
menghubungkan ventrikel lateralis dengan sistem magna
dan ruang subaraknoid medula spinalis.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Anamnesis

1) Identitas Pasien Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, umur,jenis


kelamin,anakke, BB/TB, alamat.
2) Keluhan Utama: Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan bergantung seberapa jauh dampak dari
hidrosefalus pada peningkatan tekanan intracranial, meliputi muntah,
gelisah nyeri kepala, letargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, dan kontriksi penglihatan perifer.

3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya riwayat infeksi (biasanya riwayat infeksi pada
selaput otak dan meningens) sebelumnya. Pengkajian yang didapat
meliputi seorang anak mengalami pembesaran kepala, tingkat
kesadaran menurun (GCS 5), kejang, muntah, sakit kepala,
wajahnya tanpak kecil cecara disproposional, anak menjadi lemah,
18

kelemahan fisik umum, akumulasi secret pada saluran nafas, dan


adanya liquor dari hidung. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran akibat adanya perubahan di dalam intracranial.
Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hidrosefalus sebelumnya, riwayat adanyanya neoplasma otak,
kelaian bawaan pada otak dan riwayat infeksi.
4) Riwayat perkembangan
Kelahiran premature, lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak. Riwayat penyakit keluarga, mengkaji adanya
anggota generasi terdahulu yang menderita stenosis akuaduktal yang
sangat berhubungan dengan penyakit keluarga/keturunan yang terpaut
seks.
5) Pengkajian psikososiospritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga
(orang tua) untuk menilai respon terhadap penyakit yang diderita 52 dan
perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam keluarga maupun
masyarakata. Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan orang
tua, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecatatan, rasa cemas, rasa
ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal. Perawat
juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup
individu.

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: Pada keadaan hidrosefalus umumnya mengalami
penurunan kesadaran ((GCS <15) dan terjadi perubahan pada tanda-
tanda vital.
19

b. B1(breathing). Perubahan pada system pernafasan berhubungan dengan


inaktivitas. Pada beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari
system ini akan didapatka hal-hal sebagai berikut:
Ispeksi umum:
apakah didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak nafas, penggunaan otot.batu nafas, dan peningkatan frekuensi
pernafasan. Terdapat retraksi klavikula/dada, mengembangan paru tidak
simetris.Ekspansi dada: dinilai penuh/tidak penuh, dan kesimetrisannya.
Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai retraksi dada dari otot-
otot interkostal, substernal pernafasan abdomen dan respirasi
paraddoks(retraksi abdomen saat inspirasi). Pola nafas ini terjadi jika
otot-otot interkostal tidak mampu menggerakkan dinding dada.Palpasi:
taktil primitus biasanya seimbang kananan kiriPerkusi: resonan pada
seluruh lapang paru.Auskultasi: bunyi nafas tambahan, seperti nafas
berbunyi stridor, ronkhi pada klien dengan adanya peningkatan
produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien hidrosefalus dengan penurunan tingkat
kesadaran.
c. B2 (Blood)
Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan homeostasis
tubuh dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi
brakikardia merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak. Kulit
kelihatan pucat merupakan tanda penurunan hemoglobin dalam darah.
Hipotensi menunjukan adanya perubaha perfusi jaringan dan tanda-
tanda awal dari suatu syok.
d. B3 (Brain)
Kepela terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh. Hal ini
diidentifikasi dengan mengukur lingkar kepala suboksipito bregmatikus
dibanding dengan lingkar dada dan angka normal pada usia yang sama.
Selain itu pengukuuran berkala lingkar kepala, yaitu untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal.
20

Ubun ubun besar melebar atau tidak menutup pada


waktunya,teraba tegang atau menonjol, dahi tampak melebar atau kulit
kepala tampak menipis, tegang dan mengkilat dengan pelebaran vena
kulit kepala. Satura tengkorak belum menutup dan teraba melebar.
Didapatkan pula cracked pot sign yaitu bunyi seperti pot kembang yang
retak pada perkusi kepala. Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan
dan penipisan tulang subraorbita.Sclera tanpak diatas iris sehingga iris
seakan-akan matahari yang akan terbenam atau sunset sign.
e. B4 (Bledder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Peningkatan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunya perfungsi pada ginjal.
Pada hidrosefalus tahap lanjut klien mungkin mengalami inkontensia
urin karena konfusi, ketidak mampuan mengomunikasikan
kebutuhan,ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan,
danketidakmampuan untuk menggunakan system perkemihan karena
kerusakan control motorik dan postural. Kadangkadang control sfingter
urinarius eksternal hilang atau steril. Inkontensia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
f. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun serta mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
akibat peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan
masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltic usus Adanya kontensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakann neurologis luas.

g. B6 (Bone)
21

Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan fisik umum,


pada bayi disebabkan pembesaran kepala sehingga menggangu
mobilitas fisik secara umum. Kaji warna kulit,suhu, kelembapan, dan
turgon kulit.Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruaan
menunjukkan adanya sianosis (ujung kuku, ekstermitas,telingga,
hidung, bibir dan membrane mukosa). Pucat pada wajah dan membrane
mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya kadar hemoglobinatau
syok. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya damam
atau infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi dan dekubitus.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralisis/hemiplegia, mudah lelah menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan istirahat.
6) Pengkajian tingkat kesadaran Gejala khas pada hidrosefalus tahap lanjut
adalah adanya dimensia. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien
hidrosefalus biasanya berkisar pada tingkat latergi, stupor,
semikomatosa sampai koma.
7) Pengkajian fungi serebral, meliputi:

a. Status mental

Obresvasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi


wajah dan aktivitas motorik klien. Pada klien hidrosefalus tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan. Pada bayi dan anak-
anak pemeriksaan statuss mental tidak dilakukan. Fungsi intelektual.
Pada beberapa kedaan klien hidrosefalus didapatkan. Penurunan dalam
ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

b. Pengkajin saraf cranial, meliputi

1. Saraf I (Olfaktori) P

Ada beberapa keaaan hidrosefalus menekan anatomi dan fissiologis


ssaraf ini klien akan mengalami kelainan pada fungsi penciuman/
anosmia lateral atau bilateral.
22

2. Saraf II (Optikus), Ada anak yang agak besar mungkin terdapat edema
pupil saraf otak II pada pemeriksaan funduskopi.

3. Saraf III, IV dan VI (Okulomotoris, Troklearis, Abducens)

Tanda dini herniasi tertonium adalah midriasis yang tidak bereaksi


pada penyinaran . paralisis otot-otot ocular akan menyusul pada tahap
berikutnya. Konvergensi sedangkan alis mata atau bulu mata keatas,
tidak bisa melihat keatas,. Strabismus, nistagmus, atrofi optic sering di
dapatkan pada anak dengan hidrosefalus.

4. Saraf V (Trigeminius), Karena terjadinya paralisis saraf trigeminus,


didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah atau
menetek.

5. Saraf VII(facialis), Persepsi pengecapan mengalami perubahan .

6. Saraf VIII (Akustikus), Biasanya tidak didapatkan gangguan fungsi


pendengaran.

7. Saraf IX dan X( Glosofaringeus dan Vagus), Kemampuan menelan


kurang baik, kesulitan membuka mulut

8. Saraf XI (Aksesorius), Mobilitas kurang baik karena besarnya kepala


menghambat mobilitas leher klien

9. Saraf XII (Hipoglosus), Indra pengecapan mengalami perubahan.

8) Pengkajian system motoric, Pada infeksi umum, didapatkan kelemahan


umum karena kerusakan pusat pengatur motorik.

a. Tonus otot Didapatkan menurun sampai hilang

b. Kekuatan otot Pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot


didapatkan penurunan kekuatan otot-otot ekstermitas.

c. Keseimbangan dan koordinasi Didapatkan mengalami gangguan karena


kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam berjalan.
23

9) Pengkajian Refleks.

Pemeriksaan reflex profunda, pengetukan pada tendon, ligamentum


atau periosteum derajat reflex pada rrespon normal. Pada tahap lanjut,
hidrosefalus yang mengganggu pusat refleks, maka akan didapatkan
perubahan dari derajat refleks. Pemeriksaan refleks patologis.

Pada fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan


menghilang. Setelah beberapa hari reflex. Pemeriksaan reflex profunda,
pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum derajat reflex
pada rrespon normal. Pada tahap lanjut, hidrosefalus yang mengganggu
pusat refleks, maka akan didapatkan perubahan dari derajat refleks.
Pemeriksaan refleks patologis, pada fase akut refleks fisiologis sisi yang
lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari reflex fisiologis akan
muncul kembali didahului dengan refleks patologis.

10) Pengkajian system sensorik. Kehilangan sensori karena hidrosefalus


dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat,
dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi
dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan
stimuli visual, taktil, dan auditorius.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serbral Gangguan aliran
darah ke otak akibat peningkatan TIK
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan
kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolism.
c. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular
d. Ansietas keluarga b.d keadaan yang kritis pada keluarga
e. Resiko kerusakan integritas kulit b.d imobilisas, tidak
adekuatnya
f. Resiko infeksi b.d penumpukan cairan di otak ( serebral )
29

3. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC Aktifitas
1. Resiko ketidak efektifan  Circulasi status Manajement a. Monitor adanya daerah tertentu yang
perfusi jaringan otak (serebral)  Tissue preffusion : cerebral sensasi perifer hanya peka terhadap
b.d Gangguan aliran darah ke Kriteria hasil panas/dingin/tajam/tumpul
otak akibat peningkatan TIK - Tidak ada tanda tanda b. Monitor adanya paretese
peningkatan tekanan c. Instruksikan kepada keluarga untuk
intracranial mengobservasi kulit jika ada lesi atau
- Tida ada sakit kepala laserasi
- Tidak ada kelesuan d. Monitor kemampuan BAB
- Tidak ada muntah e. Monitor adanya tromboplebitis
- Tingkat kesadaran f. Kolaborasi pemberian analgetik
membaik Manajement udem a. Monitor tanda - tada vital
serebral b. Monitor adanya kebingungan,
perubahan pikiran, pusing, pingsan
c. Monitor status neurologis dengan
ketat an bandingkan dengan nilai normal
d. Monitor status pernapasan: frekuensi,
25

irama, kedalaman pernapaan, PaO2,


PCO2, pH.
e. Kurangi stimulus dalam lingkungan
pasien
f. Sering percakapan dalam pendengaran
pasien
g. Posisikan tinggi kepala tempat tidur
300 atau lebih
h. Batasi cairan i. Dorong keluarga untuk
bicara pada pasien
j. Lakukan latihan rom pasif
k. Pertahankan suhu normal
l. Lakukan tindakan pencegahan
terjadinya kejang
m. Berikan anti kejang sesuai kebutuhan
26

2. Ketidakseimbangan nutrisi Status nutrisi :asupan nutrisi Manajemen nutrisi a. Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional status : food b. Kolaborahi dengan ahli gizi untuk
b.d kurang asupan makan and fluid menentukan jumlah kaloridan nutrisi
 Intake yang dibutuhkan oleh pasien
 Weight control Criteria c. Berikan informasi tentang kebutuhan
hasil nutrisi
- Adanya peningkatan berat d. Yakinkan diet ang dimakan
badan mengandung tinggi serat
- Tidak ada tanda e. Anjurkan makan sedikit tapi sering
– tanda malnutrisi Monitor nutrisi a. Berat badan pasien dalam batas

- Menunjukkan normal

peningkatan fungsi b. Monitor adanya penurunan berat

pengecapan dan menelan badan

- Tidak terjadi c. Monitor kulit kering

penurunan berat badan d. Monitor turgor kulit

yang berarti. e. Monitor mual muntah


f. Monitor Hb dan kadar Ht
g. Monitor pucat, konjungtiva
27

3. Gangguan mobilitas fisik b.d Joint movement : Active Terapi latihan : a. Berikan pasien pakaian yang tidak
gangguan neuromuscular  Mobilitylevel ambulasi mengekang
 Self care :ADLs Criteria b. Kaji kemampuan pasien dalam
hasil mobilisasi
- Pasien meningkat dalam c. Anjurkan pada keluarga untuk
aktivitas fisik - Bantu untuk melalukan rom pasifpada pasien d.
mobilisai Bantu ADLs pasien
29

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien

No.MR : 487104

Ruang Rawat : Anak

Tanggal Masuk : 02 Juni 2018

Tanggal pengkajian : 06 Juni 2018

Nama : An.M

Umur : 10 tahun 8 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Pelajar

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Alamat : Panorama Baru, Bukittinggi

Diagnosa medis : Hidrosefalus post pasang shunting

Penanggung Jawab

Nama : Tn. Roni

Umur : 43 Tahun

Hub. Keluarga : Ayah kandung

Pekerjaan : Supir
29

2. Alasan Masuk Klien masuk melalui IGD dengan keluhan tiba-tiba tidak
sadarkan diri di rumah, setelah beberapa hari sebelumnya di rawat di rumah sakit
karena infeksi saluran kemih.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu klien mengatakan klien selalu merasa


mengantuk di waktu siang hari sehingga susah tidur ketika malam hari klien selalu
merasa mual hingga muntah apabila mencoba makan atau minum secara langsung
(tidak mengunakan NGT). Ibu klien mengatakan klien sering mengeluh kepalanya
terasa sakit,rasa nyeri terasa di semua bagian kepala terutama bagian luka Post
operasi.

Pengkajian PQRST : P (Provoking Incident) : Keluhan nyeri klien


dicetuskan akibat peningkatan tekanan intra kranial, informasi yang di dapatkan
dari ibu klien, klien sering mengatakan nyeri yang di rasakan di bagian kepala
datang secara tiba-tiba bahkan terkadang sedang tidak beraktifitas skala rentang
nyeri 5-6. Q (Quality of Pain) : Klien mengatakan nyeri di kepala dan di bagian
luka post operasi seperti berdenyut dan nyeri. Klien mengatakan nyeri terasa pada
abdomen kuadran atas sinistra. Dangan skala rentang nyeri 5-6 intens. T (Time) :
Ibu Klien mengatakan nyerinya terasa hilang timbul. Kadang nyeri terasa juga
pada malam hari sehingga klien tidak bisa tidur. Ibu Klien mengatakan mual,
lemas dan letih. Klien mengatakan nafsu makan berkurang. Klien tampak lemas
dan letih, Klien tampak meringis menahan nyeri.. Aktivitas klien tampak dibantu
oleh keluarga sepenuhnya.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu Klien mengatakan Klien pernah di rawat di


rumah di bangsal anak pada bulan mei 2018 dengan diagnosa infeksi saluran
kemih + tumor otak. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien mengatakan
tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit Sol ataupun Hidrocepalus.
Keluarga klien mengatakan dalam keluarga juga tida ada terdapat penyakit
keturunan seperti Hipertensi dan diabetes militus

4. Pemeriksaan Fisik
30

Kesadaran : Somnolen

Keadaan umum : kulit tampak kering, Kurang bagus

GCS : E3 V3 M5

BB/TB : 17 kg/122 cm

Tanda Vital: Suhu :36,9 °C Pernapasan : 24 x/i Nadi : 120 x/I Tekanan
Darah :108/86 mmhg

1) Kepala

Rambut Rambut pendek ± 1 cm, tidak ada ketombe, tidak berbau,


tidak rontok. Lingkar kepala: 53 cm,

Mata Tampak simetris kiri-kanan, mata klien tampak cekung,


sklera ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada pembengkakan,
tidak ada nyeri tekan, mata bersih, penglihatan klien tergangu mata kiri
tidak bisa melihat sama sekali sedangkan mata kanan dapat
melihathanya dengan jarak dekat ±0,5-1 meter dan ukuran pupil
3mm/3mm.

Telinga Tampak simetris kiri-kanan, bersih, tidak ada gangguan


pendengaran.

Hidung Tampak simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada polip,
tidak ada perdarahan, tidak terpasang slang O2 dan terpasang NGT.
Kondisi slang NGT bersih dan terpasang dengan baik

Mulut dan gigi Tampak simetris, mukosa bibir tampak kering,


tidak ada gangguan menelan, gigi masih lengkap tidak memakai gigi
palsu.

2) Leher Tampak simetris, tidak tampak pembengkakan kelenjar


tiroid dan kelenjar getah bening, tidak ada perlukaan, vena
jugularis tidak terlihat tapi teraba.
3) Thorak
31

Paru-paru I : Simetris kiri-kanan,


pengembangan/pergerakan dinding dada simetris, tidak tampak
adanya pembengkakan, tidak tampak adanya perlukaan. P : Tidak
teraba adanya pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, pergerakan
dinding dada teraba. P : Sonor di kedua lapang paru. A : Suara
nafas vesikuler dan ada suara nafas tambahan ngorok saat tidur
terdengar seperti ada penumpukan secret di tengorokan.
Jantung I : Iktus kordis tidak terlihat P : Iktus kordis tidak
kuat angkat pada ICS IV linea Medio Clavicularis sinistra, tidak
ada nyeri tekan P : Batas jantung kanan atas : ICS II Linea Para
Sternalis Dextra. Batas jantung kanan bawah : ICS IV Linea Para
Sternalis Dextra. Batas jantung kiri atas : ICS II Linea Para
Sternalis Sinistra. Batas jantung kiri bawah : ICS IV Linea Medio
Clavicularis Sinistra. A : Terdengar pada ICS IV linea Medio
Clavicularis sinistra Bunyi jantung I : Lup, bunyi jantung II : Dup
Tidak ada bunyi jantung tambahan.
4) Abdomen I :Tampak simetris, tidak tampak pembesaran yang
abnormal, tampak adan bekas luka post operasi sebelah kanan
bagian bawah. P : Tidak teraba adanya pembengkakan, . A :
Bising usus 10 x/menit.
5) Punggung Tidak tampak adanya kelainan pada tulang punggung,
tidak teraba adanya pembengkakan, dan tidak ada perlukaan.
6) Ekstremitas Atas: tampak simetris, tangan kiri tampak terpasang
infus dengan cairan RL 20 tetes/menit. Bawah : kaki kiri kanan
tampak normal, tidak ada keluhan.
7) Genetalia Terpasang kateter
8) Integumen Keadaan umum kulit tampak kering, turgor kulit
kurang baik.
9) Nervus

Olfaktorius Sensorik Respons dan Tidak terganggu


interpretasi bau karena klien dapat
mencium bau
32

bauan
Optikus Sensorik Ketajaman visual Tergaggu klien
dan lapang tidak dapat
pandang mengikuti
pergerakan benda
di depan nya
Okulomotor Motorik Pergerakan mata Pergerakan ola
ekstraokular, mata terganggu
elevasi kelompak klien tidak bisa
mata, konstriksi mengerakan bola
pupil, bentuk mata
lensa
Troklearis Motorik Pergerakan mata Tergangu
kebawah dan
kedalam
Abdusens Motorik Pergrakan mata Terganggu
lateral
Hipoglosus Motorik Pergerakan lidah Terganggu klien
saat bicara, berbicara agak
artikulasi suara pelo dan
dan menelan pergerakan lidah
lambat.
10) RIWAYAT ALERGI
Ibu Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan
maupun obatobatan
11) Data Psikologis
Klien tampak tenang, dan kooperatif selama tindakan
asuhan keperawatan. Klien tampak tidak banyak bicara.
Hubungan klien dengan keluarganya baik.Ibu Klien mengatakan
ingin anaknya cepat sembuh,segera pulang kerumahnya dan
segera berakifitas seperti biasa lagi tidak ada sakit lagi.
12) Data Sosial Ekonomi
33

Klien menggunakan BPJS sebagai alat pembayaran biaya


rumah sakit. IX. Data Spiritual Klien beragama islam dan percaya
dengan agamanya.

13) Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan CT – Scan Ventrikel lateral III dan IV
melebar, sinus paranalis dan maksilaris bilateral dan sinus
ethmoidalis. Kesan : hidrosefalus komunikan dengan edema
veriventrikel terutama kiri. Gambaran sinusitis maksilari dan
ehmoidalis bilateral.

No Data focus Masalah Etiologi

1. 1 Data subjektif: - Ibu klien mengatakan Perubahan perfusi jaringan Peningkatan Tekanan
anaknya tidak seceria dlu lagi - Ibu klien selebral Intra cranial
mengatakan kliien tampak sangat lemah - Ibu
klien mengatakan klien sangat sulit untuk
makanatau minum lewat mulut langsung -
Ibu klien mengatakan klien sangat sulit untuk
dapat menangkap pelajaran ketika sekolah

Data Objektif :
- Ganguan status mental
- klien tampak hanya diam
- kesulitan menelan - perubahan status
motoric
- kelemahan di semua ekstremitas
2. Data subjektif Nyeri akut Proses penyakit
- Ibu Klien mengatakan Klien mengeluh
perutnya terasa nyeri
- Klien mengatakan sulit tidur karena nyeri
- Klien mengatakan mual ketika makan
melalui mulut langsung
34

- Klien mengatakan kepalanya terasa nyeri


di semua kepala dan di bagian luka post
operasi Data Objekti
f - Klien tampak meringis menahan nyeri
- Klien tampak memegang kepalanya
- Skala nyeri 5-6
- Klien tampak sering terbangun tiba-tiba
karena nyeri
Data Subjektif Kekurangan volume cairan Intake yang kurang dan
- Ibu klien mengatakan klien sering muntah kehilangan volume
- Ibu klien mengatakan klien tidak setiap cairan aktif
klien minum klien pasti langsung muntah.
- Ibu klien mengatakan pipis klien yang di
tampung dengan selang pipis keluarnya
banyak . - Ibu klien mengatakan selama klien
di rawat klien belum pernah bab. Data
objektif
- klien tampak mual muntah dengan
frekuensi 6
-7 kali sehari.

2 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d Peningkatan tekanan intra kranial.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Intake yang kurang dan


kehilangan volume cairan aktif

3. Nyeri akut b.d proses penyakit.

NO DIAGNOSA NOC NIC

1. Perubahan perfusi jaringan Setelah di lakukan tindakan 1. Observasi ketat tanda-tanda


35

serebral b.d Peningkatan keperawatan selama 3 x 24 jam di peningkatan TIK (Nyeri


Tekanan Intrakranial harapkan tidak terjadi peningkatan kepala, muntah, lelah, apatis,
TIK dengan Kriteria Hasil : perubahan personalitas,
Kesadaran Komposmetis Perubahan pupil
· Tidak terjadi nyeri kepala Skala 2. Pantau terus tingkat
nyeri 0 kesadaran anak
· Lingkar Kepala Normal ( 50 -53 3. Pantau terus adanya
cm ) · tampak rileks, tidak meringis perubahan TTV
kesakitan 4. Kaji pengalaman nyeri pada
anak, dengan skala nyeri 0-5 (0
= tidak nyeri, 5 = nyeri sekali).
5. Bantu anak mengatasi nyeri
dengan memberikan pujian
kepada.
2. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake
berhubungan dengan Intake keperawatan selama 3 x 24 jam dan output yang akurat
yang kurang dan kehilangan diharapkan,masalah keperawatan 2. Monitor status hidrasi
volume cairan aktif Kekurangan volume cairan (kelembaban membaran
berhubungan dengan Intake yang mukosa , nadi adekuat, tekanan
kurang darah ortostatik ), jika
diperlukan
3. Monitor vital sign setiap 15
menit – 1 jam.
4. Monitor intake dan output
setiap hari
5. Berikan cairan oral
6. Kaloborasi pemberian cairan
IV 7. Timbangan BB/ hari
3. Nyeri akut b.d proses Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji secara komperhensip
penyakit. keperawatan 3x24 jam klien tentang nyeri meliputi : lokasi
mengatakan bahwa nyeri dapat karakteristik dan onset, durasi,
Klien mengenali gejala – gejala frekwensi, kualitas, intensitas /
36

nyeri beratnya nyeri dan faktor


a.Klien menggunakan metode prespitasi
pencegahan non analgetik untuk 2. Gunakan komunikasi
mengurangi nyeri. terapeutik agar klien dapat
b. Klien melaporkan nyeri yang mengekpresikan nyeri
sudah terkontro 3. Kaji pengalaman individu
c.Tanda-tanda vital dalam batas terhadap nyeri, keluarga
normal terkontrol/hilang dengan dengan nyeri kronis
kriteria hasil : 4. Evaluasi tentang keefektifan
d. Klien mengenali faktor penyebab dari tindakan mengontrol nyeri
nyeri yang telah digunakan
5. Berikan informasi tentang
nyeri, seperti penyebab berapa
lama terjadi dan tindakan
pencegahan
6. Ajarkan penggunaan tehnik
non formakologi ( ex :
relaksasi, distraksi, aplikasi,
panas dingin, massase, terapi
bermain, terapi aktivitas,
akupressure )
7. Berikan analgetik sesuai
dengan anjuran
8. Tingkatkan tidur atau
istirahat yang cukup
3.Implementasi

NO Hari/ Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf


tanggal
1. Jum’at / Perubahan perfusi 09.00 1. Megobservasi tanda- S:
6 Juni jaringan serebral tanda peningkatan TIK - Ibu klien
2018 b.d peningkatan (Nyeri kepala, muntah, mengatakan
tekanan lelah, anaknya masih
37

intracranial apatis,perubahanperson sering muntah


alitas, Perubahan pupil sehari 5-6 kali
2. Memantau tingkat seiap di berikan
kesadaran makanan bahkan
anak( samnolen) minuman.
3. Memantau - Ibu klien
perubahan TTV perjam. mengatakan
4. Mengkaji klien sering tidak
pengalaman nyeri pada fokus.
anak, dengan skala - ibu klien
nyeri 0-5 (0 = tidak mengatakan
nyeri, 5nyeri sedang) klien sering
5. Membantu anak mengeluh nyeri
mengatasi nyeri O:
dengan memberikan - klien tampak
pujian kepadanya. sering muntah
Sehari dengan frekuensi
- klien tampak lambat 6-7 x
merespon - klien tampak
meringis dengan
skala nyeri 5-6
dengan tipe nyeri
sedang A:
- Masalah belum
teratasi P:
- Intervensi di
lanjutkan.1
sampai dengan 5.
2. Jum’at / Kekurangan 09:00 – 13:15 1.Mempertahankan S:
6 juni volume cairan intake dan output yang  Orang tua
2018 berhubungan akurat yaitu hasil dari klien
dengan Intake pemasnagan infus RL mengatakan
38

yang kurang dan 10 tetes / menit selama panas mulai


kehilangan 6 jam berkurang.
volume cairan 2. Memonitor status  Orang tua
aktif hidrasi didapatkan : T: klien
36,9 °C, RR : 24 x mengatakan
menit, klien hanya mual
Nadi : 120 x menit , saja tidak
memperhatikan mengalami

09:00 – 13:00 kelembapan mukosa muntah lagi.

Selama bibir sudah tidak  Orang tua


dibutuhkan mengering lagi. 3. klien
tubuh Monitor vital sign mengatakan
setiap 15 menit frekuensi bab
– 1 jam. 4. berkurang
Memberikan cairan oral O:
yaitu air minum sedikit  Suhu tubuh
– sedikit dengan sendok klien 38 °C
5. Berkaloborasi  Klien muntah
pemberian cairan IV tidak tertampung
yaitu RL 25 tetes / banyak muntah
menit basah 2 waslap.
6.Menimbang BB/ hari  Klien
di terpasang IVFD
7. S: RL 25 tetes /
 Orang tua klien menit
mengatakan panas A : Masalah
mulai berkurang. sebagian belum
 Orang tua klien tertasi
mengatakan klien hanya P : Intervensi
mual saja tidak dilanjutkan no: 1
mengalami muntah lagi. sampai dengan 7
 Orang tua klien
39

mengatakan frekuensi
bab berkurang
O:
 Suhu tubuh klien 38
°C
 Klien muntah tidak
tertampung banyak
muntah basah 2 waslap.

3. Jum’at/ 6 Nyeri akut b.d 08.20 1. Mengkaji secara S:


juni 2018 proses penyakit komperhensip tentang - Ibu klien
nyeri meliputi : lokasi mengatakan
karakteristik dan, klien sering
durasi, frekwensi, mengeluh nyeri
kualitas, intensitas / di bagian luka
beratnya nyeri bekas
09.00
2. Mengunakan operasinya.
komunikasi Terapeutik - Ibu klien
agar klien dapat mengatakan

10.00 mengekpresikan nyeri klien sudah


3. Mengkaji mulai berani
pengalaman individu miring ke kanan
terhadap nyeri, keluarga dan ke kiri
11.00 dengan nyeri kronis sendiri.
4. mengevaluasi tentang O:
keefektifan dari - Klien tampak
tindakan mengontrol meringis
nyeri - klien tampak
yang telah digunakan. mulai
Seperti teknik relaksasi - klien sudah
11.40
tarik nafas dalam. bisa mengatasi
5. Memberikan rasa nyeri
40

informasi tentang nyeri, dengan teknik


seperti penyebab berapa tarik nafas
lama terjadi dan dalam.
tindakan pencegahan A: Masalah
berani bergerak ke kiri keperawatan
dan ke kanan sendiri belum teratasi
P: Intervensi
nyeri di
lanjutkan.

BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Hidrocephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS.

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada
sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi
oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus
pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

a. Hidrochepalus komunikan
b. Hidrochepalus non-komunikan
41

c. Hidrochepalus bertekan Kekurangan volume cairan an normal

Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-
masing rumah sakit.

B.Saran

Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus


yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka
tindakan terapeutik semacan ini perlu.

Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga
dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan
kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk
menunjang proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M, et al, 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi


keenam. Indonesia : CV. Mocomedia
42

Herdman, T.H & Kamitsuru, S. 2015, Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC

Moorhead, S, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan. Edisi kelima. Indonesia : CV. Mocomedia

Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba
Medika: Jakarta Muslihatun, Wati Nur, 2010.

Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta Muttaqin, Arif. 2011.
Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. S

alemba Medika: Jakarta Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Dewi.Lia.2010.

Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: SAlemba Medika


43

Anda mungkin juga menyukai