DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh :
NIRM: 1801001
Kelas: V A Keperawatan
Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa, berkat rahmat dan tuntunan-Nya saya bisa
menyelesaikan makalah saya yang berjudul Hidrocepalus. Saya menyadari banyak
sekali kekurangan di dalam makalah ini, karena itu kritik dan saran sangat saya
harapkan dari pembaca. Tak lupa pula saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas saya. Semoga Tuhan
selalu bersama kita.
sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang
maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi
factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat
rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah
Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per
itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang
ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada oaran
dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih mudah
dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun- ubunnya masih terbuka,
tulang-tulang tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi
melebar.
Hidrosefalus adalah suatu penyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal atau kepala
mengalirnya cairan serebrospinal (CSS) (Ngastiah). Bila masalah ini tidak segera
suatu wilayah atau negara tertentu sehingga pertumbuhan populasi di suatu daerah
menjadi kecil. Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita
Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-9 th :
0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India: anak 2-4 th 4%, di Indonesia berdasarkan
penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia terdapat 3%. Berdasarkan
pencatatan dan pelaporan yang diperoleh dari catatan register dari ruangan perawatan
IKA 1 RSPAD Gatot Soebroto dari bulan oktober-desember tahun 2015 jumlah anak
yang menderita dengan gangguan serebral berjumlah 159 anak dan yang mengalami
2.1 Pengertian
Menurut Suriadi,(2016) Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
Menurut Dwita( 2017) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon
yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara aktif dan
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subarachnoid yang dapat
Suriadi, (2010) Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang
Menurut pendapat lain Suharso D,(2009) Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
Nining,(2008) Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang
tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem
Ventricular. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal
mengakumulasi di dalam sistem Ventricular. Dari beberapa pendapat di atas, Jadi dapat
disimpulkan Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subrachnoid yang dapat menyebakan dilatasi
sistem ventrikel otak dimana keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinal, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intracranial yang meninggi sehingga terjadi
2.2 Etiologi
Proses terjadinya hidrosefalus dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kelainan kongenital.
d. Sindrom Dandy-walker.
2. Infeksi.
a. TORCH.
b. Kista-kista parasit.
c. Lues kongenital.
3. Trauma.
Seperti pada pembedahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan
fibrosis epto meningen pada daerah basal otak, disamping organisasi darah itu sendiri yang
4. Neoplasma.
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap
d. Leukemia, limfoma.
5. Degeneratif.
6. Gangguan vaskuler.
c. Malformasi V. Galeni.
d. Ekstaksi A. Basilaris.
2.3 Patofisiologi
Produksi CSS normal adalah 125 cc/hari, produksi CSS terutama tergantung pada
koroideus ke dalam rongga ventrikel. Air secara pasif mengikuti untuk memudahkan
keseimbangan osmotik. Hasilnya adalah masuknya cairan ke dalam ventrikel otak. Cairan
berselulasi lewat akuaduktus silvi dan ventrikel keempat, masuk ke dalam ruang
sirkulasi vena dari ruang subarakhnoid yang meliputi otak, sejumlah tertentu medula
spinalis dan lapisan ependim yang melapisi ventrikel. Secara umum terdapat tiga penyebab
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran likuor,
hematom.
pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan
pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan.
Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak
dorsumnasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka
bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena- vena di sisi samping kepala
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak- kanak Pembesaran kepala tidak
bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri
kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang
diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-
pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang
progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila
ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal.
Fontanel anterior yang sangat tegang, Sutura kranium tampak atau teraba melebar,
Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena- vena superfisial menonjol,
2.5 Penatalaksanaan
Keperawatan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip
dengan tindakan reseksi ataub pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox)
a. Drainase ventrikule-peritoneal.
b. Drainase Lombo-Peritoneal.
c. Drainase ventrikulo-Pleural.
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi.
2.6 PemeriksaanPenunjang
Menurut Nelhaus (1987) hidrosefalus sering mempunyai gejala-gejala dan tanda-
tanda. Namun ada kasus-kasus samar yang tidak terdiagnosis sampai dewasa, dengan
demikian perlu adanya ketelitian dlam menangani penderita yang diduga menderita
a. Aloamnanesis/ amnanesis.
Bayi yang lahir prematur atau posterm dan merupakan kelahiran anak yang keberapa
adalah penting sebagai faktor resiko. Adanya riwayat cedera kepala sehingga
Demikian juga riwayat peradangan otak sebelumnya. Riwayat keluarga perlu dilacak,
b. Pemeriksaan fisik.
Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi kepala terhadap badan, anggota
gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak biasanya dalam keadaan tidak tenang,
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak menutup, sutura
melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya tanda mac
ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar. Pada pemeriksan
c. Pemeriksaan laboratorium.
hidrosefalus, seperti peningkatan kadar protein yang amat sangat terdapat pada papiloma
pleksus khoroideuis, setelah infeksi susunan saraf pusat, atau perdarahan susunan saraf
pusat atau perdarahan saraf sentral. Penurunan kadar glukosa dalam cairan serebrospinal
terdapat pada invasi meninggal oleh tumor, seperti leukemia, medula blastama dan
dengan pemeriksaan sitologis cairan serebrospinal dapat diketahui adanya sel-sel tumor.
Meningkatnya kadar hidroksi doleaseti kasid pada cairan serebrospinal didapat pada
Penelitian sitologi kualitatif pada cairan serebrospinal neonatus dapat digunakan sebagai
d. Pemeriksaan radiologis.
dapat memberikan gambaran adanya pelebaran sistem ventrikel yang lebih jelas lagi
pada bayi, dan untuk diagnosis kelainan selama masih dalam kandungan.
juga dapat untuk mempelajari sirkulasi cairan serebrospinal yaitu dengan menyuntikkan
kontras radio opak ke dalam sisterna magna kemudian perjalan kontras diikuti dengan
ruang subarakhnoid. Apabila sudut korpus kolosum kurang dari 120 menunjukkan
2.7 Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan
ventrikel dari bahan–bahan khusus (jaringan /eksudat) atau ujung distal dari thrombosis
dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status
neurologis buruk. Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi
umumnya akibat dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi
septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis.
Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan
Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ
abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
penglihatan perifer.
pembesaran kepala.
terjadi.
infeksi.
4. Pengkajian psikososiospritual
Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan orang tua,
5. Pemeriksaan Fisik
head to-toe.
a. Status mental
Obresvasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien. Pada klien
hidrosefalus tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan. Pada bayi dan anak-anak
pemeriksaan statuss mental tidak dilakukan. Fungsi
intelektual. Pada beberapa kedaan klien hidrosefalus
didapatkan. Penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Pengkajin saraf cranial, meliputi
i. Saraf I (Olfaktori)
bilateral.
dengan hidrosefalus.
v. Saraf VII(facialis)
pendengaran.
8. Mobilitas
leher klien.
a. Tonus otot
b. Kekuatan otot
ekstermitas.
dan auditorius.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan kemampuan mencerna
3.3 Intervensi
N Diagnosa Noc Nic
o
1. ketidakefektifan Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor tanda - tada
perfusi jaringan otak keperawatan selama 3 x 24 jam di vital.
(serebral) b.d harapkan tidak terjadi peningkatan 2. Monitor adanya
Gangguan aliran TIK dengan kebingungan,
darah ke otak akibat perubahan pikiran
peningkatan TIK Kriteria hasil pusing, pingsan.
1. Tidak ada tanda tanda 3. Monitor status
peningkatan tekanan neurologis dengan
Intracranial. ketat an bandingkan
2. Tida ada sakit kepala. dengan nilai normal.
3. Tidak ada kelesuan. 4. Monitor status
4. Tidak ada muntah. pernapasan:
5. Tingkat kesadaran frekuensi, irama,
Membaik. kedalaman
pernapaan, PaO2,
PCO2, pH.
5. Kurangi stimulus
dalam lingkungan
pasien.
6. Sering percakapan
dalam pendengaran
pasien.
7. Posisikan tinggi
kepala tempat tidur
30 atau lebih.
8. Batasi cairan
9. Dorong keluarga
untuk bicara pada
pasien.
10. Lakukan latihan rom
pasif.
11. Pertahankan suhu
normal
2. Ketidakseimbangan Setelah di lakukan tindakan
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam di
1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b.d harapkan Ketidak
makanan
kurang asupan seimbangan nutrisidapat teratasi
2. Kolaborahi dengan
makan dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kriteria hasil :
kaloridan nutrisi
1. Adanya peningkatan berat
badan. yang dibutuhkan
2. Tidak ada tanda – tanda oleh pasien.
malnutrisi. 3. Berikan informasi
tentang kebutuhan
3. Menunjukkan peningkatan
nutrisi.
fungsi pengecapan dan menelan.
4. Yakinkan diet ang
4. Tidak terjadi penurunan berat
dimakan mengandung
badan yang berarti. tinggi serat.
5. Anjurkan makan
sedikit tapi sering.
6. Berat badan pasien
dalam batas normal.
7. Monitor adanya
penurunan berat
badan.
8. Monitor kulit kering.
9. Monitor turgor kulit.
10. Monitor mual
muntah.
11. Monitor Hb dan kadar
Ht.
12. Monitor pucat,
konjungtiva
3. Gangguan mobilitas Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi
fisik b.d gangguan keperawatan selama 3 x 24 jam di makanan.
neuromuscular harapkan ganguan mobilitas fisik 2. Kolaborahi dengan
dapat teratasi dengan ahli
untuk
kriteria hasil jumlah kaloridan
Pasien meningkat dalam aktivitas nutrisi yang
fisik . dibutuhkan oleh
Bantu untuk mobilisai pasien.
3. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
4. Yakinkan diet ang
dimakan mengandung
tinggi sera .
5. Anjurkan makan
sedikit tapi sering.
6. Berat badan pasien
dalam batas normal.
7. Monitor adanya
penurunan berat
badan.
8. Monitor kulit kering.
9. Monitor turgor kulit.
10. Monitor mual
muntah.
11. Monitor Hb dan kadar
Ht.
12. Monitor pucat,
konjungtiva.
4. Ansietas (cemas) b.d Setelah di lakukan tindakan 1. Gunakan
Perubahan besar/ keperawatan selama 3 x 24 pendekatan
perubahan status jam di harapkan ansietas yang
kesehatan anak dapat teratasi dengan tenang dan
(hidrosefalus) meyakinkan.
kriteria hasil 2. Nyatakan
1. Keluarga dengan jelas
mampu harapan
mengidentifikasi dan terhadap
mengungkapkan gejala perilaku pasien.
cemas. 3. Dorong keluarga
2. Mengungkapkan dan untuk menemani
menunjukkan teknik anak.
ntuk mengontrol 4. Jelaskan semua
cemas. prosedur dan
Ekspresi wajah Menunjukkan apa yang
berkurangnya kecemasan dirasakan
selama
prosedur.
5. Dengarkan dengan
penuh perhatian.
6. Bantu pasien untuk
mengenal situasi
yang
menimbulkan
kecemasan.
7. Dorong
keluarga untuk
mengungkapka
n perasaan,
ketakutan,
persepsi.
Instruksikan keluarga untuk
menggunakan teknik
Relaksasi.
5. Resiko kerusakan Setelah di lakukan tindakan
integritas kulit keperawatan selama 3 x 24 jam di 1. Anjurkan pasien
harapkan masalah resiko untuk menggunakan
kerusakan integritas kulit dengan pakaian yang
Kriteria Hasil : longgar.
2. Hindari kerutan pada
1. Integritas kulit yang tempat tidur.
baik bisa 3. Jaga kebersihan kulit
dipertahankan agar tetap bersih dan
(sensasi, elastisitas, kering.
temperatur, hidrasi, Mobilisasi pasien (ubah
pigmentasi). posisi pasien) setiap
2. Tidak ada luka/lesi dua jam sekali.
pada kulit. 5. Monitor kulit akan
3. Perfusi jaringan baik. adanya kemerahan.
4. Menunjukkan pemahaman 6. Oleskan lotion atau
dalam proses perbaikan minyak/baby oil
kulit dan mencegah.
pada derah yang
tertekan.
Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien.
6. Resiko infeksi b.d Setelah di lakukan tindakan 1. Batasi pengunjung.
penumpukan cairan keperawatan selama 3 x 24 jam di 2. Gunakan sabun
di otak harapkan msalah resiko infeksi antimikroba untuk
( serebral ) dapat teratasi dengan mencuci tangan.
Criteria hasil 3. Cuci tangan setiap
1. Pasien bebas dari sebelum dan
tanda dan gejala sesudah tindakan
infeksi. keperawatan.
2. Menunjukkan 4. Monitor hitungan
kemampuan untuk WBC.
mencegah 5. Anjurkan masukan
timbulnya infeksi. nutrisi yang cukup.
Jumlah leukosit 6. Ajarkan pada
dalam batas keluarga tanda dan
normal gejala infeksi.
7. Ajarkan cara
menghindari infeksi.
8. Kolaborasi terapi
3.4 Implementasi
dalam suatu tindakan keperawatan dalam bentuk nyata agar hasil yang diharapkan dapat
tercapai, sehingga terjalin interaksi yang baik antara perawat, klien dan keluarga.
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-
tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatan respons pasien terhadap setiap inervensi dan
Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan revisi rencana perawatan
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai efektifitas rencana
yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan serta menentukan
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian
mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan
HIDROSEFALUS
Perfusi
jaringan Ganguan Resiko
mobilitas kerusakan
selebral
tidak integritas kulit
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
No.MR 487104
2018
Nama : An.M
Status : Pelajar
Agama : Islam
Pendidikan : SD
shunting
Penanggung Jawab
2. Alasan Masuk
Klien masuk melalui IGD dengan keluhan tiba-tiba tidak sadarkan diri di rumah,
setelah beberapa hari sebelumnya di rawat di rumah sakit karena infeksi saluran
kemih.
3. Riwayat Kesehatan
siang hari sehingga susah tidur ketika malam hari klien selalu
operasi.
Pengkajian PQRST :
P (Provoking Incident) :
Q (Quality of Pain) :
Klien mengatakan nyeri di kepala dan di bagian
T (Time) :
Keterangan :
= Perempuan
= Laki- laki
=Perempuan meninggal
= Klien perempuan
4. Pemeriksaan
Fisik Kesadaran
Samnolen
BB/TB : 17 kg/122
cm Tanda Vital
1) Kepala
Rambut
tidak rontok.
Lingkar kepala:
1 Rabu 52 cm
6 Juni 2018
2 Kamis 52 cm
7 Juni 2018
3 Jum’at 53 cm
8 Juni2018
Mata
3mm/3mm.
Telinga
pendengaran.
Hidung
dengan baik
palsu.
2) Leher
3) Thorak
Paru-paru
secret di tengorokan.
Jantung
5) Punggung
6) Ekstremitas
7) Genetalia
Terpasang kateter
8) Integumen
1. Makanan dan
minuman Nutrisi
- Pantanga
2. Eliminas selama di
- Frekuensi 1x sehari
- Warna Kuning
- Bau Khas
n BAK kateter
- Warna Kekuningan
- Bau Pesing Cair Tidak ada Pesing Cair Tidak ada
- Kesuli
3. Tidak ada Nyeri pada abdomen
tan Istirahat
dan tidur
- Hal yang
4.
mempermudah tidur
- Kesulitan tidur
Personal hygiene
- Mandi
- Cuci rambut
- Gosok gigi
- Potong kuku
V. Riwayat Alergi
Ibu Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan
VI. Data Psikologis
a. Pemeriksaan labor
a. Pemeriksaan CT – Scan
Ventrikel lateral III dan IV melebar, sinus paranalis dan maksilaris bilateral
1. D5 ¼ Ns 20 Untuk perawatan
Tetes/ Menit penyakit penyimpangan
glikogen, intoleransi
terhadap sukrosa,
gagal ginjal, kadar
natrium yang rendah.
2. Nacl 0,9% 10 Kandungan kaliumnya bermanfaat
Tetes/ Menit untuk konduksi saraf
dan otak, syok
hipovolemik,
mengganti cairan
yang hilang ketika
dehidrasi. Kandungan
natriumnya menentukan tekanan
osmotic pada pasien.
3. Paracetamol 2 x 200 Untuk mengobati rasa sakit ringan
Mg Injeksi hingga
sedang. Obat ini
masuk ke dakam
golongan analgesic
dan anti piretik.
4. Tramadol Bila nyeri
5. Ketorolac 10 Mg 2x1 Amp Untuk mengatasi
nyeri.
6. Ondansentron 5 Mg/ 1x1 amp Obat yang digunakan untuk
Parenteral:
Diit:
- Makanan Cair(susu)
a. Data Subjektif
- Ibu Klien mengatakan klien mual dan muntah bila di beri makan
secara langsung
rumah sakit
post operasi
NGT.
- Ibu klien mengatakan klien selalu muntah saat ada sesuatu yang
kepala.
ibu.
b. Data Objektif
- Klien tampak mual dan muntah setiap kali habis makan ataupun
minum
5-6.
- TTV
S: ,C P: 24 x/i
Data Objektif :
- Ganguan status mental
- klien tampak hanya diam
- kesulitan menelan
- perubahan status motorik
- kelemahan di semua ekstremitas
2 Data subjektif Nyeri akut Proses penyakit
- Ibu Klien mengatakan Klien
mengeluh perutnya terasa nyeri
- Klien mengatakan sulit tidur
karena nyeri
- Klien mengatakan mual ketika
makan melalui mulut langsung
- Klien mengatakan kepalanya
terasa nyeri di semua kepala dan
di bagian luka post operasi
Data Objektif
- Klien tampak meringis menahan
nyeri
- Klien tampak memegang
kepalanya
- Skala nyeri 5-6
- Klien tampak sering terbangun
tiba-tiba karena nyeri
Data Objektif
- Klien tampak lemas dan letih
- Diit klien habis 100 cc/porsi
- Klien tampak terpasang slang
NGT
- Klien tampak tidak nafsu makan
- Turgor kulit klien kurang baik
- Mukosa bibir klien tampak kering.
- Klien terpasang infus
kranial.
O
1. Perubahan perfusi Setelah di lakukan tindakan 1. Observasi ketat tanda-
jaringan serebral b.d keperawatan selama 3 x 24 jam
tanda peningkatan TIK
Peningkatan Tekanan di harapkan tidak terjadi
Intrakranial peningkatan TIK dengan (Nyeri kepala, muntah,
Kriteria Hasil :
lelah, apatis, perubahan
Kesadaran Komposmetis
Tidak terjadi nyeri kepala Skala personalitas, Perubahan
nyeri 0 Lingkar Kepala Normal
pupil
( 50 -53 cm ) tampak rileks,
tidak meringis kesakitan 2. Pantau terus tingkat
kesadaran anak
3. Pantau terus adanya
perubahan TTV
4. Kaji pengalaman nyeri
pada anak, dengan skala
nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri,
5 = nyeri sekali).
4.5 Implementasi
Tanggal
1. Rabu 6 Perubahan 09:00 1. Megobservasi tanda- S:
perfusi tanda peningkatan Ibu klien mengatakan anaknya
juni 2018 jaringan TIK(Nyeri masih sering muntah sehari 5-
serebral b.d kepala,muntah,lelah, 6 kali seiap di berikan
peningkatan apatis,perubahanpersonal makanan bahkan minuman.
tekanan itas, Perubahan pupil Ibu klien mengatakan klien
intrakranial 10:00 2. Memantau tingkat sering tidak fokus.
kesadaran anak( ibu klien mengatakan klien
12:00 samnolen) sering mengeluh nyeri
3. Memantau perubahan O:
12:00 TTV perjam. -klien tampak sering
4. Mengkaji pengalaman muntah dengan
nyeri pada anak, dengan frekuensi 6-7 x sehari
skala nyeri 0-5 (0 = tidak -klien tampak lambat
nyeri, 5nyeri sedang). merespon
5. Membantu anak -klien tampak meringis
mengatasi nyeri dengan dengan skala nyeri 5-6 dengan
memberikan pujian tipe nyeri sedang
kepadanya A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi di
lanjutkan.1 sampai dengan 5.
2. Rabu 6 Kekurangan 09:00 -Mempertahankan intake Pukul : 13:00
volume dan output yang akurat S:
juni 2018 cairan - yaitu hasil dari Orang tua klien mengatakan
berhubungan pemasnagan infus RL 10 panas mulai berkurang.
dengan 13:15 tetes / menit selama 6 Orang tua klien mengatakan
Intake yang jam klien hanya mual saja tidak
kurang dan -Memonitor status mengalami muntah lagi.
kehilangan hidrasi didapatkan : Orang tua klien mengatakan
volume T: 36,9 °C, RR : 24 x frekuensi bab berkurang
cairan aktif menit, O:
09:00 Nadi : 120 x menit , -Suhu tubuh klien 38
memperhatikan °C
- kelembapan mukosa -Klien muntah tidak
bibir sudah tidak tertampung banyak muntah
13:00 mengering lagi. basah 2 waslap.
-Monitor vital sign setiap -Klien terpasang IVFD RL 25
10:45 15 menit – 1 jam. tetes / menit
-Memberikan cairan oral A : Masalah sebagian belum
- yaitu air minum sedikit – tertasi
sedikit dengan sendok P : Intervensi dilanjutkan no:
11:00 -Berkaloborasi 1 sampai dengan 7
pemberian cairan IV
12:00 yaitu RL 25 tetes / menit
-Menimbang BB/ hari di
dapatkan 17 kg
-Injeksi Frosemid 20 mg
yang berfungsi untuk
pengeluaran urine
3. Rabu 6 Nyeri akut -Mengkaji secara S:
b.d komperhensip tentang -Ibu klien mengatakan klien
juni 2018 proses nyeri meliputi : lokasi sering mengeluh nyeri di
penyakit karakteristik dan, durasi, bagian luka bekas operasinya.
frekwensi, kualitas, -Ibu klien mengatakan klien
intensitas / beratnya nyeri sudah mulai berani miring ke
-Mengunakan kanan dan ke kiri sendiri.
komunikasi Terapeutik O:
agar klien dapat -Klien tampak meringis
mengekpresikan nyeri -klien tampak mulai berani
-Mengkaji pengalaman bergerak ke kiri dan ke kanan
individu terhadap nyeri, sendiri
keluarga dengan nyeri - klien sudah bisa mengatasi
kronis. rasa nyeri dengan teknik tarik
-Mengevaluasi tentang nafas dalam.
keefektifan dari tindakan A:
mengontrol nyeri yang -Masalah keperawatan belum
telah digunakan. teratasi
Seperti teknik relaksasi P:
tarik nafas dalam. -Intervensi nyeri di
-Memberikan informasi lanjutkan.
tentang nyeri, seperti
penyebab berapa lama
terjadi dan tindakan
pencegahan
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
Dari kasus yang saya angkat pada bab empat tentang asuhan keperawatan, diagnosa yang muncul
hanya tiga dari lima diagnosa yang terdapat di bab tiga tentang asuhan keperawatan teori hal ini
bisa di lihat dari analisa data yang terdapat pada asuhan keperawatan pasien An.M di Ruang
Rawat Inap Anak di RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKIT TINGGI
Data Objektif :
- Ganguan status mental
- klien tampak hanya diam
- kesulitan menelan
- perubahan status motorik
- kelemahan di semua ekstremitas
2 Data subjektif Nyeri akut Proses penyakit
- Ibu Klien mengatakan Klien
mengeluh perutnya terasa nyeri
- Klien mengatakan sulit tidur
karena nyeri
- Klien mengatakan mual ketika
makan melalui mulut langsung
- Klien mengatakan kepalanya
terasa nyeri di semua kepala dan
di bagian luka post operasi
Data Objektif
- Klien tampak meringis menahan
nyeri
- Klien tampak memegang
kepalanya
- Skala nyeri 5-6
- Klien tampak sering terbangun
tiba-tiba karena nyeri
6.1 Kesimpulan
Menurut Suriadi,(2016) Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
6.2 Saran
1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakn asuhan keperawatan kepada klien
hidrocepalus sesuai dengan indikasi penyakit
2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien
hidrocepalus dengan baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Djojoningrat, D., 2009. Dispepsia Fungsional dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I, Edisi 5. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba
Medika: Jakarta
Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya:
Yogyakarta
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi, Jilid 1,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hidayat A, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Imu Keperawatan Anak II. Jakarta: Salemba
Medika.