Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

ANAK REMAJA

Oleh :
Kelas VI A Keperawatan
1. Riyandi Hamundu (1801024)
2. Kartini Abd. Malik (1801018)

Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga


Dosen Pengampun : Ns. Bayu Dwisetyo S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas
rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah, dan juga teman kelompok yang sudah berpartisipasi
membantu dalam pembuatan tugas ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga Program Studi S1
Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

Manado, 04 April 2021.

Kelompok IV
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................5
A. PENDAHULUAN.............................................................................................................5
B. Latar Belakang...................................................................................................................5
C. Rumusan Masalah.............................................................................................................6
D. Tujuan Penulisan Makalah...............................................................................................6
E. Manfaat Penulisan Makalah.............................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................7
A. Definisi Remaja.............................................................................................................7
B. Tahap Perkembangan Remaja......................................................................................8
C. Karakteristik Perkembangan Remaja..........................................................................9
D. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja................................................................14
E. Keluarga.......................................................................................................................16
F. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan
Anak Usia Remaja......................................................................................................17
G. MASALAH-MASALAH KESEHATAN................................................................19
BAB III..........................................................................................................................................21
A. ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................21
B. Konsep Proses Keperawatan Keluarga.........................................................................21
1. Pengkajian................................................................................................................21
2. Diagnosa keperawatan............................................................................................26
3. Perencanaan.............................................................................................................28
4. Implementasi............................................................................................................29
5. Evaluasi....................................................................................................................30
BAB IV.........................................................................................................................................32
PENUTUP.....................................................................................................................................32
A. Kesimpulan......................................................................................................................32
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………………………..33

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan
lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-
anak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas
atau pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang
berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan banyak masalah
pada diri remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain mneingkatnya
kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif,
sosial maupun emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami
perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung
bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut,
ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang
tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai penyebab
timbulnya masalah-masalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).

Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,


disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7
miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di
dunia berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di
negara berkembang. Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun
2010 menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum muda
berusia 10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja
terbilang besar, mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7 % dari total penduduk
(BKKBN, 2012)

Peran perawatn dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi remaja?
2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?\
4. Bagiamana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan
masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak remaja.
Mahasiswa mampu :
a) Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
b) Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
c) Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.

D. Manfaat Penulisan Makalah


1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan sebagai acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada remaja dengan tingkat kenakalan
yang tinggi.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Menambah wawasan dan dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa dalam melakukan praktek keperawatan yang berhubungan
dengan tingkat kenakalan remaja.
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi informasi dan referensi
yang berguna bagi mahasiswa yang ingin meneliti penerapan asuhan
keperawatan terhadap remaja dengan masalah kebiasaan sarapan pagi
dengan cara melakukan promosi kesehatan dengan pemberian pin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum,
yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-
tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar,
2006).
Menurut WHO (2012) remaja adalah suatu masa dimana Individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Melalui perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri (Sarwono, 2011)Menurut WHO (2012) Remaja merupakan
periode transisi antara masa anak-anak dengan dewasa, dimana pada masa itu
terjadi perubahan biologis, intelektual, psikososial dan ekonomi. Selama periode
ini, individu mengalami kematangan fisik dan seksual, peningkatan kemampuan
dan mampu membuat keputusan edukasi dan okupasi.

B. Tahap Perkembangan Remaja


Menurut WHO, remaja adalah periode usia 10 sampai dengan 19
tahun,sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth)
untuk usia 15 sampai dengan 24 tahun. Sementara itu menurut BkkbN (Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun
(BkkbN,2014). Menurut The Health Resource and Service Administration
Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi
tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), dan
remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi
kaummuda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011).
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang
secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah
berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal
sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai
teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain
itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih
yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau
pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya.
Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan
cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan
dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the pu
C. Karakteristik Perkembangan Remaja
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan
menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas
dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau
ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis
identitas kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari
keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi
peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan
pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu
memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum
mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam
kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.

1) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal
yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan
kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai
mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera
berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya
dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka
pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri
mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya.
Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan
diasingkan dari kelompok.
2) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan
yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di
masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu
dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas
pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan
periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan
bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang
menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap
digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif
pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika
individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai
aspirasi, peran dan identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang
matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan
seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan
diantara kelompok sosioekonomis.
4) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional,
dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih
kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja
akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir
dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk
mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk
mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap
mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku
mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan
kebimbangan.

b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode
berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang
akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan
perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian
peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja;
memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan,
seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka,
misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu
memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan.
Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan,
jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat
mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan
dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang
lebih dapat dianalisis.

c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa
remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral
dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka
memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang
lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan
hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah
dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka
mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering
sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal
berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga
mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai
ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka
berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin
menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara
individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin
memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan
mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya
menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
e. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang
mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan
ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan
ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka
mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan
kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun
remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting
untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak
mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali
menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali
orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau
masalah.

2) Hubungan dengan teman sebaya


Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian
besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap
lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-
kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan
dan kekuasaan.
 Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total
dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera
musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan
tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman
sebayanya.
 Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini
lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada
masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian
identitas.
Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja
mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan,
mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.
D. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001) antara
lain :
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita.
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak
perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut
selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat.
Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda
akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa
jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan
itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan
dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan
yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang
menganggu para remaja.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila
sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang
penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk
memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki
penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal
masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-
anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat,
sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat
dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang
memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya
pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa
kanak-kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan
jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan
bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan
baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri
secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas
perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan
kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang
tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya
dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki
hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.
6. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih
pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan
untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi
dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama
beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun remaja.
Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur
mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual,
tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya
persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak
terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang
sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan
ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa
remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman
yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima
oleh teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang
oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.

E. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga
pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan
bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis (Duval, 1972
dalam Setiadi 2008), yaitu :
a) Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
b) Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
c) Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.

F. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah
anak dan adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. \
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

G. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan


Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik
atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku
anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat
ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia,
terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan
sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk
memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan
atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja.

Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-


perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan
untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang
hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang
buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam
masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang
ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak
matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang
baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku
aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang
tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai
sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.

Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap
penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu
pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi
anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental.
Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan
bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-
tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani
melakukannya secara individual.
Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang
berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai
kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk
pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan
kebutuhan seksual diluar pernikahan.
Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya
kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi,
kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin
belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan
dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun
tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka
melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa.
H. MASALAH-MASALAH KESEHATAN
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi
dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang
sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat
dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa
lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan.
Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya
yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi.
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang
tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian
yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat
terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda, remaja
biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunakan
obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan
penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk
menerima perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua diikutsertakan
maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan.
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan
untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang
tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-
sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat
rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi
kesehatan umum juga diindikasikan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Proses Keperawatan Keluarga


Menurut Friedman (2014:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi
semua tindakan keperawatan, yang dapat di aplikasikan dalam situasi apa saja,
dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah.
Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima
tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga,
identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana
perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi
perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi
(2014) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga
yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan
tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan–
kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah
dengan keluarga.
Friedman (2015: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga
terdiri dari lima langkah dasar meliputi :

1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu
(bahasa yang digunakan sehari-hari), tugas dan sederhana (Suprajitno: 2012).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian
keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 2013: 56)

Pengkajian keluarga memberikan batasan 6 kategori dan memberikan


pertanyaan saat melakukan pengkajian :
 Data
 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
 Data lingkungan
 Struktur keluarga
 Fungsi keluarga
 Koping keluarga
Pengkajian model Calgary mengembangkan konsep dan teori system,
komunikasi, dan konsep berubah. Komunikasi merupakan teori bagaimana
individu melakukan interaksi secara berkelanjutan. Untuk Mempermudah
perawatan keluarga saat melakukan pengkajian
a) Penjajakan I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain:
- Meliputi nama keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala
keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis kelamin,
hubungan dengan KK, umur, pendidikan dan status masing-masing
anggota keluarga serta genogram.
- Tipe keluarga
- Suku keluarga
- Agama
- Status sosial ekonomi
- Aktivitas rekreasi keluarga
b) Riwayat dan tahap perkembangan
- Tahap dan perkembangan keluarga saat ini yang di tentukan oleh kepala
keluarga yaitu Tn. S kepala keluarga
- Tahap keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan bagaimana tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga ini.
- Riwayat kesehatan
c) Riwayat lingkungan
- Karakteristik Rumah
Dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaatan ruagan, peletakan perabotan rumah serta denah rumah
- Karakteristik tetangga
Menjelaskan mengenal karakteristik tetangga dan komunitas setempat
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan penduduk setempat, budaya
yang mempengaruhi kesehatan
- Mobilitas geografis keluarga
Pada tahap ini yg dikaji adalah letak daerah rumah keluarga
- Perkumpulan keluarga dengan masyarakat,
Pada tahap ini yg dikaji adalah tentang interaksi dengan tetangga,
misalnya apakah keluarga mengikuti pengajian atau perkumpulan ibu-ibu
rumah tangga lainnya ataupun kegiatan lainya(susanto, 2012: 116)
- Sistem pendukung keluarga,
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang di miliki keluarga
untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis atau
pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas sosialatau dukungan
masyarakat setempat

d) Struktur Keluarga (Mubarok, 2010: 98)


-Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan komunikasi antar anggota keluarga, termasuk pesan yang
disampaikan, bhsa yang digunakan, komunikasi secara langsung atau
tidak, pesan emosional(positif/negatif), frekuensi kualitas komunikasi
yg berlangsung.adakah hal – hal yang tertutup dalam keluarga dan
untuk didiskusikan.
-Struktur kekuatan keluarga
-Keputusan dalam keluarga
Siapa yang membuat yang memutuskan dalam penggunaan keuangan,
pengambilan keputusan dalam pekerjaan tempat tinggal, serta siapa
yang memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak – anak. Model
kekuatan atau kekuasaan yang digunakan adalah membuat keputusan.
-Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga dengan
kelompok atau komunitas(Mubarok, 2010: 98)
e) Fungsi keluarga menurut Friedmen (2010) sebagai berikut :
-Fungsi afektif
Mengkaji diri keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan
kepada keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
-Fungsi sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
-Fungsi reproduksi
Mengkaji tentang beberapa jumlah anak , merencanakan jumlah
anggota keluarga serta metode yang digunakan keluarga dalam
mengendalikan jumlah anggota keluarga (Mubarok, 2010: 101)
-Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan
keluarga.
-Fungsi pemeliharaan kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
f) Stres dan koping keluarga
-Stesor jangka pendek
-Stresor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaikan dalam
waktu lebih dari 6 bulan Strategi koping yang digunakan.
-Mengkaji tentang strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan
-Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stresor,
-Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor.
-Strategi adaptasi disfungsional menjelaskan adaptasi disfungsional
yangdigunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
g) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga metode ini
sama dengan pemerikasaan fisik di klinik.
h) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadappetugas kesehatan yang ada.
i) Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan
data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan keluarga.
Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
diantaranya:
- Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
- Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
- Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
- Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
- Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
j) Genogram keluarga
Genogram adalah peta atau riwayat keluarga yang menggunakan simbol
simbol khusus untuk menjelaskan hubungan, peristiwa penting, dan
dinamika keluarga dalam beberapa generasi. Bayangkan genogram sebagai
"pohon keluarga" yang sangat terperinci, yang terdiri dari 3 generasi.

Ada pun simbol-simbol genogram dengan genogram, antara lain :

Laki-laki Perempuan Menikah Cerai

Menikah Pisah Meninggal

Anak kandung Anak angkat


Aborsi Anak kembar
2. Diagnosa keperawatan
 Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon individu,
keluarga dan masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial.
 Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan yang digunakan sebagai dasar pemilihan intervensi untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung jawab perawat.
 Diagnosa keperawatan menggambarkan bagaimana keadaan pasien saat ini dan
mencerminkan perubahan-perubahan pada kondisi pasien.

Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:

a. Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya


kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
b. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak
yang mendukung masalah dan penyebab.Dalam penyusunan masalah
kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada tipologi diagnosis
keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
Tipe diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok
yaitu:
a) Diagnosa actual
Dari hasil pengkajian di dapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang di alami oleh
keluarga memerlukan bantuan segeranuntuk ditangani dengan cepat.
Faktor tersebut di kategorikan ke dalam empat kategori yaitu:
- Patofisiologi
- Tindakan yang berhubungan
- Situasional
- Maturasional
-
b) Diagnosa resiko tinggi
Sesuai dengan defenisi, diagnosis keperawatan resiko adalah penilaian
klinis bahwa suatu individu, keluarga, atau komunitas lebih rentan
mengalami masalah tersebut dari pada yang lainnya dalam situasi yang
sama atau hampir sama. Diagnosis risiko tinggi harus tetap ada dalam
daftar masalah atau catatan perkembangan.
c) Diagnosa sehat/Wellness/potensial Yaitu keadaan sejahtera dari
keluarga ketika telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari
komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).
a) Prioritas masalah
Hal yang perlu di perhatikan dalam menentukan prioritas masalah
sebagai berikut:
- Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.
- Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat
mengancam kehidupan keluarga, seperti masalah penyakit
- Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga
terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan.
- Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang
mereka hadapi
- Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan
masalah kesehatan/keperawatan keluarga
- Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b) Kriteria prioritas masalah
Sifat masalah di kelompokan menjadi:
- Keadaan sakit (aktual)
- Ancaman kesehatan (resiko)
- Situasi krisis (potensial)
c) Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi baru
menunjukan tanda dan gejala bahkan dalam komdisi sehat.
- Kemungkinan masalah bisa dapat di ubah adalah kemungkinan
berhasil untuk mengurangi masalah bila di lakukan intervensi
keperawatan dan kesehatan.
- Pembenaran mengacu berat ringan nya masalah, jangka waktu
terjadi masalah ,tindakan, kelompok resiko tinggi yang bisa di
cegah
- Masalah yang menonjol adalah masalah keluarga melihat dan
menilai masalah dalam beratnya dan mendesak nya untuk di
atasi melalui intervensi keperawatan.

d) Penilaian diagnosa

No Kriteria Score Bobot

1 Sifat masalah 3 1
Tidak atau kurang sehat 2
Krisis/keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan 2 2
Mudah 1
Hanya Sebagaian 0
Tidak dapat

3 Potensial di cegah Tinggi 3 1


Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjol nya masalah berat, 2 1


harus segera di tangani
ada masalah tetapi tidak perlu 1
segera di tangani di tangani
Masalah tidak di rasakan 0

Cara Perhitungan :

Score

X bobot =

Score tertinggi

Proses scoring di lakukan untuk setiap diagnose keperawatan :

 Tentukan skornya sesuai dengan criteria yang di buat perawat.


 Skor di bagi dengan angka tertinggi dan di kaitkan dengan bobot.
 Jumlahkan skor untuk semua criteria.
 Skor teritinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
3. Perencanaan

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk


dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Efendy,2014). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2
tahap yaitu : pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2012).

Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah
sebagai berikut :

 Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah

 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui


dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.

 Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-


faktor penyebab, tanda dan gejala, caramenangani, cara perawatan, cara
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara
teratur.

 Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.

 Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah
diketahui dan apa yang telah dilaksanakan

4. Implementasi

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga yaitu:

 Tahap I

Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan:

- Kontrak dengan keluarga


- Mempersiapkan peralatan yang di perlukan
- Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
- Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik
 Tahap II
Intervensi independen suatu kegiatan yang di laksanakan oleh perawat sesuai
dengan kompetensitanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lainny.
Lingkup tindakan independen adalah:
- Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik
- Merumuskan diagnosa
- Mengidentifikasi tindakan keperawatan
- Melaksanakan rencana pengukuran
- Merujuk kepada tenaga kesehatan lain
- Mengevaluasi respon klien
- Partisipasi dengan custumer atau tenaga kesehatan lainnya

Tipe Tindakan independen keperawatan yaitu:


a. Tindakan diagnostik
- Wawancara
- Observasi dan pemeriksaan fisik
- Melakukan pemeriksaan lab sederhana: hb dan
membaca hasil lab
b. Tindakan terapeutik Tindakan untuk mencegah, mengurangi,
dan mengatasi masalah klien
c. Tindakan edukatif Tindakan untuk mengubah perilaku klien
melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada
klien
d. Tindakan merujuk
- Interdependen
- Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainya
- Dependen Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis.
e. Tahap III: dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti dengan
pencatatn yang akurat dan lengkap dalam proses keperawatan

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi


dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara
jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,2011).

Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :


S: ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara
subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O: keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang obyektif.
A: merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subyektif dan obyektif.
P: perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
(Suprajitno,2014)
a. Evaluasi sumatif
Dalam bentuk pengisian format, catatan perkembangan dengan
berorientasi kepada masalah yang di alami oleh keluarga.
Format yang di pakai adalah format soap.
b. Evaluasi akhir
Evaluasi yang di kerjakan dengan cara membandingkan antara
tujuan yang akan dicapai.
Metode yang di pakai dalam evaluasi antara lain:
- Observasi langsung
- Wawancara
- Memeriksa laporan
- Latihan stimulus
Faktor yang di evaluasi ada beberapa komponen, yaitu:
1) Kognitif Lingkup evaluasi kognitif adalah:
- Pengetahuan keluarga mengenai penyakit
- Menontrol gejala-gejala
- Pengobatan
- Diet, aktivitas, dan persedian alat-alat
- Resiko komplikasi
- Gejala yang harus di laporkan
- Pencegahan
c. Afektif
Dengan cara observasi langsung yaitu dengan observasi ekspresi
wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal pada
saat melakukan wawancara
d. Psikomotor
Yaitu dengan cara melihat apa yang harus di lakukan keluarga
sesuai dengan yang di harapkan Ada 3 kemungkinan keputusan
pada tahap evaluasi ini:
- Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan,
sehingga rencana mungkin dihentikan
- Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang
ditentukan, sehingga perlu penambahan waktu, resources,
dan intervensi sebelum tujuan berhasil
- Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan,
sehingga perlu:
1) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih
akurat
2) Membuat outcome yang baru, mungkin outcome
pertama tidak realistis atau mungkin keluarga tidak
menghendaki terhadap tujuan yang disusun oleh
perawat.
3) Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal
ketepatan untuk mencapai tujuan sebelumnya
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi
agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat

B. Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga melalui
penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan keluarga sesuai
jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan kesehatan
keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu
perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta

Santrock, J. W. 2007. Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga

Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Slameto. 2006. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Mubarak, dkk. 2009. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia

Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

ners.unair.ac.id/materikuliah/askep%20remaja%20new.pdf

Anda mungkin juga menyukai