Anda di halaman 1dari 38

PENELITIAN OBSERVASIONAL ANALITIK

Di susun oleh Kelompok II :

1. Naris Safitri Pattinasarani (1801091)


2. Rahmawaty Sasaerilah (1801094)
3. Febriyanti Basri Nopo (1801063)
4. Sumarwan soleman (1801036)
5. Kartini abd. Malik (1801021)
6. Winda lia tamarol (1801118)
7. Riyandi hamundu (1801024)
8. Anjalia masbait (1801011)
9. Lavenia tano (1801015)
10. Sarita adam (1801054)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO 2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul [PENELITIAN OBSERVASIONAL ANALITIK] ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen pengampuh Ns. Norman Alviat Talibo,S.Kep,M.Kep, pada Mata
Kuliah Metodologi Penelitian, Program Studi S1 Keperawatan, STIKES
MUHAMMADIYAH MANADO.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentangVariabel Penelitian] bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ns. Norman Alviat Talibo,S.Kep,M.Kep,
selakuDosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian,] yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

STIKES MUHAMMADIYAH
MANADO

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
. .............................................................................................Error! Bookmark not
defined.
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
A. Latar Belakang ......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
A. Jenis & Bentuk Penelitian ........................................................................ 5
B. Desain Penelitian ...................................................................................... 6
C. Jenis Penelitian Observasional Deskriptif ............................................... 7
D. Macam penelitian deskriptif .................................................................... 9
BAB III CONTOH KASUS...................................................................................24
A. Desain Penelitian.....................................................................................23
B. Populasi Dan Sampel...............................................................................23
C. Defenisi Operasional................................................................................26
D. Tempat Penelitian....................................................................................27
E. Waktu Penelitian......................................................................................27
F Etika Penelitian........................................................................................27
G. Alat Pengumpulan Data...........................................................................28
H. Prosedur Pengumpulan Data...................................................................30
I. Analisa Data...........................................................................................31
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...........................................................................................33
B. Tempat Penelitian.......................................................................................33
C. Subjek Studi Kasus....................................................................................33
D. Fokus Studi Kasus.....................................................................................33
E. Jenis dan teknik pengumpulan data............................................................34
F. Metode Analisa Data..................................................................................35
G. Etika Studi Kasus.......................................................................................36

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia ini tidak ada kebenaran yang mutlak kecuali hanya kebenaran
Alloh swt. Namun setiap indifidu juga mempunyai pilihan untuk menentukan
sesuatu yang di anggapnya paling benar. Begitu juga dengan permasalahan
hukum, setiap orang pasti manginginkan kebenaran yang di anggap paling benar
menurut siapapun. Maka dari itu ada sebuah penelitian untuk mencari dan
meneliti seberapa bener kebenaran tersebut. Jadi pada dasarnya tujuan penelitian
adalah untuk mendapatkan sebuah kebenaran. Mendapatkan kebenaran ternyata
merupakan suatu proses yang rumit. Karena kebenaran adalah hal yang rumit,
sulit didapat dan mahal, maka langkah penelitian didesain untuk mendapatkan
kebenaran dengan cara yang lebih murah dan cepat, namun terarah.
Akan tetapi bagi paradigma alamiah, desain dapat disusun sebelumnya
secara tidak lengkap. Apabila sudah mulai digunakan, maka desain itu baru mulai
dilengkapi dan disempurnakan. Desain itu dapat senantiasa diubah dan
disesuaikan dengan apa yang diperoleh dan disesuaikan pula dengan pengetahuan
baru yang ditemukan. Dalam makalah ini akan kita bahas untuk mengetahuinya
lebih dalam.

B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui Jenis & Bentuk Penelitian
2. Untuk mengetahui Desain Penelitian
3. Untuk mengetahui Jenis Penelitian Observasional
4. Untuk mengetahui Penelitian Observasional Deskriptif
5. Untuk mengetahui Penelitian Observasional Analitik

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis & Bentuk Penelitian

Pengelompokan jenis penelitian sangat bermacam-macam menurut aspek


mana penelitian itu ditinjau. Jenis-jenis penelitian dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Menurut bidangnya, meliputi penelitian pendidikan, penelitian hukum,
pertanian, ekonomi dan penelitian agama, kesehatan, kedokteran,
keperawatan.
2. Menurut tempatnya, meliputi penelitian laboratorium, perpustakaan,
penelitian kancah.
3. Menurut pemakaiannya, meliputi penelitian dasar (murni) dan penelitian
terapan (terpakai)
4. Menurut tujuannya, meliputi penelitian eksploratife, developmental,
verivikati, eksplanative, dll.
5. Menurut Pendekatannya, meliputi penelitian longitudinal dan penelitian cross
sectional

Juga terdapat beberapa macam bentuk penelitian yang perlu dikenal yaitu :
1. Bentuk penelitian menurut tujuannya, terbagi atas :
a. Penelitian eksploratif, yaitu penelitian untuk menemukan hal baru.
b. Penelitian pengembangan, yaitu penelitian untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan
c. Penelitian Verivikatif, yaitu peneltian untuk menguji kebenaran suatu
fenomena

2. Bentuk penelitian menurut penerapannya, terbagi atas :


a. Penelitian dasar (basic research), yaitu penelitian tentang ilmu dasar
sehingga dengan demikian belum dapat diterapkan diklinik. Misalnya
Daun mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus

5
b. Penelitian terapan (applied reseach), yaitu penelitian yang hasilnya
langsung dapat digunakan dalam klinik.
3. Bentuk penelitian menurut taraf penelitian, terbagi atas :
a. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya menggambarkan keadaan
suatu penyakit tanpa kesimpulan umum.
b. Penelitian inferensial, yaitu penelitian yang mempunyai taraf
menggambarkan suatu obyek atau peristiwa yang lebih mendalam dan
kesimpulannya diupayakan berlaku umum.
4. Bentuk penelitian menurut sifatnya, terbagi atas :
a. Penelitian korelasional, (penelitian untuk tujuan mencari hubungan)
b. Penelitian komparatif, (penelitian untuk tujuan mencari perbandingan)

5. Bentuk penelitian menurut desain, terbagi atas :


a. Penelitian observasional (penelitian non eksperimental), penelitian yang
bertujuan untuk pengamatan.
b. Penelitian Eksperimental, yaitu penelitian yang penelitiannya memberikan
suatu perlakuan, treatment, atau eksperimen
Semua macam riset tersebut diatas, tidak dapat terpisah jenisnya secara jelas,
melainkan sering ada tumpang tindih antara bentuk satu dengan yang lain.

B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk
mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk
mencapai tujuan tersebut.
Desain harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan agar
dapat menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan pertanyaan
penelitian.
Beberapa hal hal penting yang perlu dinilai sebelum kita menentukan jenis
penelitian yaitu :

6
1. Sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan dilakukan intervensi
dalam penelitian tersebut, yaitu dengan melakukan penelitian intervensional
(eksperimental) atau apakah hanya melakukan pengamatan saja tanpa
intervensi yaitu dengan melakukan observasional.
2. Bila peneliti memilih studi observasional, perlu ditentukan apakah akan
mengadakan pengamatan sewaktu (cross sectional) atau melakukan follow
up dalam jangka waktu tertentu (longitudinal).
3. Apakah akan dilakukan studi retrospektif yaitu meneliti peristiwa yang
sudah berlangsung atau prospektif yaitu dengan mengikuti subjek untuk
meneliti peristiwa yang belum terjadi.

Bagan Pembagian desain penelitian

DESAIN
PENELITIAN

Eksperimental Obsevasional

MACAM : Deskriptif : Analitik :


1. Pra eksperimental Macam : Macam :
2. Eksperimental semu/ Quasi 1. Sensus 1. Cross sectional
eksperimental 2. Survey 2. Case control
3. Eksperimental sungguhan (True 3. Studi kasus 3. Cohort
eksperimental) -Prospektive
-Retrospektif

C. Jenis Penelitian Observasional


Berbagai bentuk penelitian observasional antara lain adalah deskriptif
(survey, studi kasus) dan analitik (cross seksional, sub control dan cohort).
1. Penelitian observasional Deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu

7
keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan
laporan.
Metode penelitian deskriptif juga diharapkan seorang peneliti berusaha
untuk memaparkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data,
jadi peneliti juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikan
data. Penelitian ini juga bisa bersifat komparatif, korelatif ataupun analitik.
Masalah yang layak diteliti dalam penelitian ini adalah masalah yang
sedang banyak dihadapi saat ini, khususnya dibidang pelayanan kesehatan.
Masalah ini baik yang berkaitan dengan aspek yang cukup banyak, menelaah
satu kasus tunggal, mengadakan perbandingan antara satu hal dengan hal lain,
melihat pengaruh sesuatu terhadap faktor yang lain atau melihat hubungan
suatu gejala dengan faktor yang lain.
Contoh :
Peneltian mengenai sikap para petugas kesehatan di poli pada pasien
yang berkunjung, atau studi tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di
ruang rawat IRNA Bedah G RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Hasil dari
penelitian tersebut adalah pemaparan bagaimana sikap seorang petugas jaga
dipoli rawat jalan, dan juga bagaimana tingkat kepuasan seorang pasien yang
sedang dirawat di IRNA Bedah G Dr. Ramelan Surabaya.
Contoh :
a. Survai mengenai sikap para petugas kesehatan (perawat) terhadap pasien
yang dirawat di bangsal bedah.
b. Persepsi pasien yang datang ke pengobatan alternatif sangkal putung.
c. Penelitian tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang A1
RSAL Surabaya.
d. Gambaran klinis dan laboratorium penderita nefrotik sindrome
2. Ciri-ciri dari penelitian deskriptif adalah :
a. Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan
hipotesis atau tidak

8
b. Merancang cara pendekatan, hal yang meliputi macam datanya, penentuan
sampelnya, penentuan metode pengumpulan datanya dan penyajian
hasilnya.
c. Tidak perlu kelompok pembanding
d. Tidak mencari penyebab suatu masalah
e. Mengumpulkan data.
f. Penyusunan laporan.
3. Langkah-langkah Penelitian Deskriptif
Secara umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian
deskriptif ini tidak berbeda dengan metode penelitian yang lain, yaitu :
a. Memilih masalah yang akan diteliti
b. Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian
berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk
menghimpun informasi dan teori sebagai dasar penyusunan kerangka
konsep penelitian.
c. Membuat asumsi atau anggapan yang menjadi dasar perumusan hipotesis.
d. Dalam penelitian deskriptif tidak diharuskan memakai hipotesis.
e. Menentukan desain penelitian, metode pengumpulan data, kriteria atau
kategori untuk membedakan data yang akan diteliti dan yang tidak diteliti.
f. Menentukan teknik dan alat pengumpul data (instrumen/kuesioner)
g. Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data.
h. Melakukan pengolahan atau analisis data (untuk menguji hipotesis)
i. Melakukan pembahasan serta menarik kesimpulan hasil penelitian.

D. Macam penelitian deskriptif antara lain adalah : survey dan studi kasus
1. Survey
Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu
tertentu. Informasi yang disediakan biasanya berhubungan dengan
prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi dan
tidak ada intervensi. Keuntungan dari survei adalah dapat menjaring
responden secara luas dan dapat mendapatkan informasi yang bermacam-

9
macam serta hasil informasi dapat dipergunakan untuk tujuan lainya.
Misalnya untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Jadi
survey bukan semata dilakukan untuk membuat deskripsi tentang suatu
keadaan, melainkan untuk juga untuk menjelaskan tentang hubungan antara
berbagai variable yang diteliti, dari obyek yang mempunyai unit atau
individu cukup banyak. Oleh sebab itu dalam melaksanakan survey
biasanya hasilnya dibuat suatu analisis secara kuantitatif terhadap data yang
telah dikumpulkan.

2. Case studi / studi kasus


Studi kasus dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat
bertrti satu orang, kelompok penduduk yang terkena suatu masalah misalnya
keracunan atau kelompok masyarakat disuatu daerah. Unit yang menjadi
masakah tersebut secara mendalam dianalisa baik dari segi yang
berhubungan dengan ksusnya sendiri , faktor resiko, yang mempengaruhi,
kejadian yang berhubungan dengan kasus maupun tindakandan reaksi dari
kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun yang
diteliti dalam kasus tersebuit hanya berbentu unit tunggal, namun dianalisis
secara mendalam.
Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk memepelajari secara
intensif tentang latar belakang keaadaan sekarang dan interaksi lingkungan
sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.
Contoh
a. Studi lapangan mengenai kebudayaan kelompok-kelompok masyarakat
terpencil
b. Studi mengenai seorang anak yang mengalami ketidak mampuan
belajar

a. Ciri-ciri studi kasus


1) Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kasus
tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganim

10
mengenai kasus itu. Penelitian ini antara lain mencakupkeseluruhan
siklus kehidupan, kadang-kadang hanya meliputi segmen tertentu
pada faktor kasus.
2) Studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil, tetapi
mengenai variabel dan kondisi yang besar jumlahnya.
3) Penelitian kasus sangat berguna untuk informasi latar belakang guna
merencanakan yang lkebih besar dalam ilmu kesehatan dan sosial.
4) Penelitian ini merupakan perintis bagi penelitian lanjutan, juga
merupakan sumber hipotesis.
5) Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna berdasarkan data
yang diperoleh untuk memberi gambaran mengenai penemuan yang
disimpulkan dengan statistik.
c. Kelemahan studi kasus
1) Tidak memungkinkan generalisasai yang objektif pada populasi
sebab perincian kasus memang sangat terbatas representatnya.
2) Hasilnya kurang obyektif.

3. Penelitian Observasional Analitik


Pada peneltian analitik, peneliti mencoba mencari hubungan antar
variabel. Penelitian ini perlu dilakukan analisis terhadap data yang
dikumpulkan, seberapa besar hubungan antar variabel yang ada, perlu juga
diketahui apa ada variabel kontrolnya. Oleh karena itu pada penelitian ini
perlu adanya hipotesis. Penelitian analitik pada umumnya berusaha menjawab
pertanyaan mengapa (why) serta disebut juga penelitian eksplanatory.
Penelitian yang bersifat analitik dibedakan lagi menjadi 3 macam, yaitu
studi cross sectional, sub control dan cohort.
a. Cross sectional
Dalam penelitian cross sectional, variabel sebab atau resiko dan akibat
atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan
secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam
waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow up. Cross sectional bisa

11
digunakan dalam penelitian deskriptif maupun analitik. Adapun langkah-
langkah pada studi Cross Sectional adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan pertanyaan penelitian beserta hipotesis yang sesuai
2) Mengidentifikasi variable penelitian (bebas dan tergantung)
3) Menetapkan subyek penelitian
4) Melakukan pengukuran faktor resiko dan efek
5) Melakukan analisis.

Contoh :
1) Menetapkan pertanyaan penelitian : Apakah ada hubungan antara
kebiasaan memakai obat nyamuk semprot dengan kejadian BKB
(batuk kronik berulang) pada anak balita.
Hipotesisnya yang sesuai tentunya terdapat hubungan antara
pemakaian obat nyamuk semprot dan angka kejadian BKB pada anak
balita.
2) Identifikasi Variabel
a) Faktor resiko yang diteliti ; penggunaan obat nyamuk semprot
b) Efek : BKB pada balita
c) Faktor resiko yang tidak diteliti : riwayat asma dalam keluarga,
tingkat sosial ekonomi, jumlah anak, kebiasaan orang tua
merokok.
Semua istilah tersebut harus dibuat definisi yang jelas sehingga tidak
bermakna ganda
1) Penetapan subyek penelitian
a) Populasi terjangkau : Balita pengunjung poliklinik yang tidak
mempunyai riwayat asma dalam keluarga, kebiasaan orang tua
merokok, tingkat sosial ekonomi keluarga tertentu, tingkat
pedidikan orang tua, jumlah anak dalam keluarga dll.
b) Sampel : dipilih sejumlah anak balita sesuai dengan estimasi
besar sampel, bisa menggunakan random sampling.
2) Pengukuran

12
1) Faktor resiko : ditanyakan apakah dirumah biasa digunakan obat
nyamuk semprot dll.
2) Efek dengan kriteria tertentu ditetapkan apakah subyek menderita
BKB.
3) Analisis
Analisis yang digunakan bisa menggunakan tabel 2 x 2, regresi
multiple atau regresi logistik.

BKB
Obat Ya Tidak Jumlah
nyamuk Ya 20 30 50
Tidak 5 30 35

b. Kelebihan penelitian Cross Sectional :


Kelebihan :
1) Keuntungan utama desain ini adalah memungkinkan penggunaan
populasi dari masyarakat umum.
2) Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh
3) Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel
4) Tidak terancam Loss to follow up (droup out)
5) Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohort
(prospektif) atau eksperimental.
6) Dapat dipakai dasar penelitian selanjutnya yang konklusif

c. Kekurangan penelitian cross sectional


1) Sulit menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko
dan efek dilakukan pada saat bersamaan. Akibatnya sering tidak
mungkin ditentukan mana yang sebab dan mana akibat.
2) Memungkinkan kesalahan interpretasi hasil karena hasil yang
didapatkan adalah ditentukan secara bersamaan
3) Dibutuhkan subyek yang cukup besar, terutama jika variabelnya
banyak.

13
4) Tidak bisa menggambarkan perjalanan suatu penyakit, insiden atau
prognosa.
5) Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang terjadi
6) memungkinkan terjadinya bias dalam penelitian.

4. Kasus kontrol (case control).


Penelitian case control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut
bagaimana variabel bebas/faktor resiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan retropektif. Dengan kata lain efek/variabel tergantungnya
diidentifikasi saat ini, kemudian faktor resiko diidentifukasi adanya atau
terjadinya pada waktu lalu. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

E+
disease
Retrospektif

E-

E+

Non disease
Retrospektif
E-

Tahap –tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :


a. Menetukan pertanyaan penelitian dan hipotesis
b. Identifikasi variabel-variabel penelitian (bebas, tergantung)
c. Identifikasi obyek penelitian (populasi, sampel)
d. Identifikasi kasus
e. Pemilihan subyek sebagai kontrol
f. Melakukan pengukuran retrospektif (kebelakang) untuk melihat faktor
resiko
g. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel
objek dengan variabel kontrol.

14
Contoh sederhana : penelitian tentang hubungan antara malnutrisi pada anak
balita dan perilaku pemberian makanan oleh ibu.

Dari judul ini bisa diambil langkah sebagai berikut :


Tahap pertama, yang dilakukan yaitu mengidentifikasi variabel dependent
(efek) dan variabel independent (faktor resiko)
a. Vaiabel dependent : Malnutrisi
b. Variabel independent : perilaku ibu dalam memberikan maknan
c. Variabel independent yang lain : Pendidikan ibu, pedapatan keluarga,
jumlah anak, dan sebagainya.

Tahap kedua, yaitu dengan menetapkan objek penelitian yatiu populasi dan
sampel penelitian. Obyek penelitaian disini adalah pasangan ibu dan anak
balitanya. Namun demikian perlu dibatasi pasangan ibu dan balita daerah
mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini.
Jumlah subyek yang diteliti untuk dapat membuktikan hubungan tersebut
perlu ditentukan sebelum penelitian dimulai.
Pada dasarnya untuk penelitian kasus kontrol jumlah subyek yang akan diteliti
bergantung kepada :
a. Berapa besar densitas faktor resiko pada populasi. Hal ini penting
terutama bila kontrol diambil dari populasi. Kalau jumlah sampel yang
diambil sebagai resiko terlalu kecil atau terlalu besar, maka
kemungkinan pejanan resiko kasus dan kontrol hampir sama dan
diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya.
b. Derajat kemaknaan yang diinginkan, biasanya dipilih  = 5%
c. Perbadingan antara kasus dan kontrol, yaitu dengam mengambil kontrol
lebih banyak jumlah kasus bisa dikurangi.
d. Apakah pemilihan kontrol dimatching atau tidak.

Tahap ketiga, dengan melakukan identifikasi kasus, yaitu anak balita yang
menderita malnutrisi. Yang dimaksud kasus disini adalah anak balita yang
memenuhi kriteria malnutrisi yang ditetapkan, misalnya berat per umurnya

15
kurang dari 75 % standart harvard. Kasus diambil dari populasi yang telah
ditetapkan.

Tahap keempat, adalah pemilihan subyek sebagai kontrol, yaitu pasanmgan


ibu-ibu dengan anak balita mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan
pada kesamaan karakteristik subyek kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya,
sosila ekonominya, letak geografinya dan sebagainya. Pada kenyataannya
memang sulit untuk memilih kelompok kontrol yang mempunyai karakteristik
yang sama dengan kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar ciri-ciri
tersebut kiranya dapat dianggap mewakili.
Pemilihan konrol memberi masalah yang lebih besar daripada pemilihan
kasus, karena kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat
terancam oleh bias. Yang perlu ditekankan adalah bahwa kontrol harus berasal
dari populasi yang sama dengan kasus sehingga baik kasus maupun maupun
kontrol mempunyai propbability yang sama untuk terpajan oleh faktor resiko

Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :


a. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama. Misalnya kasus
adalah semua pasien dalam populasi tertentu sedangkan kontrolnya
diambil secara acak dari populasi sisanya. Bisa juga dari yang sudah
ditentukan sebelumnya yang lebih kecil.
b. Matching. Cara kedua untuk mendapatkan kontrol yang baik adalah
dengan melakukan matching yaitu memilih kontrol yang mempunyai
karakter yang sama dengan kasus dalam semua variabel yang mungkin
berperan sebagai faktor resiko tetapi yang tidak diteliti. Apabila matching
dilakukan dengan baik, maka pelbagai jenis variabel yang mungkin
berperan terhadap kejadian penyakit (kecuali yang sedang diteliti) dapat
disamakan, sehingga didapatkan assosiasi yang lebih kuat antara variabel
yang sedang diteliti dengan penyakit. Tekhnik ini mempunyai keuntuingan
lain yaitu subyek penelitian yang diteliti menjadi lebih sedikit. Akan tetapi
jangan sampai terjadi overmatching yaitu melakukan matching terhadap
variabel yang mempengaruhi pejanan faktor resiko, sehingga akan

16
didapatkan resiko relatif yang terlalu rendah. Terlalu banyak faktor yang
disamakan juga menyebabkan kesulitan untu mencari kontrol.
c. Cara lain ialah dengan memilih lebih dari satu kelompo kontrol. Karena
sukar mencari kelompok kontrol yang benar-benar sebanding maka dapat
dipilih lebih dari satu kelompok kontrol yang berbeda lokasi dan
demogfrafinya yang tidak terlalu berbeda jauh. Tetapi bila didapatkan
perbedaan yang cukup besar antara kedua kelompok tersebut, maka berarti
salah satu atau kedua hasil tersebut tidak sahih( terdapat bias) dan perlu
diteliti dimana letak biasnya.

Tahap kelima, adalah melakukan pengukuran secara retrospektif yaitu dari


kasus (anak balita malnutrisi) itu diukur atau ditanyakan kepada ibu dengan
menggunakan metode recall mengenai perilaku atau kebiasaan memberikan
makanan kepada anakanya. Recall disini maksudnya adalah menanyakan pada
ibu anak balita kasus tentang jenis-jenis makana serta jumlahnya yang
diberikan kepada anak balita selama periode tertentu. Biasanya menggunakan
metode 24 jam.
Pengukuran variabel yang diteliti merupakan hal sentral pada studi ini.
Penentuan efek harus sudah didefinisikan dalam usulan atau definisi
operasional secar jelas. Pada kenyataannya memang sukar untuk
mengingatkan kembali bila seseorang telah lupa apa yang telah dilakukannya
saat dulu, pada keadaan tertentu bisa menggunakan rekam medik yang
lengkap, gambaran keadaan pasien dan data demografi dari pasien tersebut.

Tahap keenam, adalah dengan melakukan pengolahan dan analisis data.


Analisis data dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang
baik dan kurang baik dalam hal memberikan makanan keopada anaknya pada
kelompok kasus dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok
kontrol. Dari sinilah akan diperoleh bukti ada atau tidaknya hubungan antara
perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.

17
a. Kelebihan penelitian case control
1) Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan
kelompok kontrol.
2) Memerlukan subyek penelitian yang relatif sedikit
3) Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai faktor resiko
sekaligus.
4) Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil
penelitian lebih tajam dibanding dengan hasil penelitian cross
sectional
5) Tidak menghadapi kendala etik seperti penilitian ekspreimen atau
cohort
6) Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis).

b. Kekurangan penelitian Case Control


1) Pengukuran variabel yang retrospektif, objektivitas, dan reliabilitasnya
kurang karena subjek penelitian harus mengingat kembali faktor-
faktor resikonya.
2) Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak
dapat dikendalikan
3) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh
4) Karena kasus dan kontrol sukar dipilih oleh peneliti maka sukar untuk
meyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam faktor
eksternal dan sumber bias yang lainnya
5) Tidak dapat memberikan incidens rate
6) Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel
dependent, habya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
7) Kadang-kadang sulit meilih kontrol yang benar-benar sesuai dengan
kelompok kasus karena banyaknya faktor resiko yang harus
dikendalikan.

18
c. Bias dalam Penelitian Kasus Kontrol
Kesahihan suatu penelitian kasus kontrol sebagian besar tergantung pada
cara menentukan subyek yang 1) terkena efek, 2) tidak terkena efek, 3)
terpajan, 4) tidak terpajan faktor resiko yang diteliti. Kesalahan
pengelompokan subyek kedalam kategori masing-masing menyebabkan
perhitungan asosiasi antara pejanan dan efek menjadi tidak benar.
Kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai
dengan kenytaan disebut bias.
Pada penelitian kasus kontrol ada 3 kelompok bias yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian ; 1) bias seleksi, 2) bias informasi, 3) bias
perancu (confounding bias.)

Beberapa hal yang dapat menyebabkan bias :


a) Informasi tentang faktor resiko atau faktor perancu mungkin terlupa
oleh respondent atau tidak tercatat dalam rekam medik atau yang lain.
b) Subyek yang terena efek (kasus) oleh karena ingin mengetahui
penyebab penyakitnya akan lebih sering melaporkan faktor resiko
dibanding dengan subyek yang tidak terkena efek (kontrol)
c) Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah faktor resiko
memepengaruhi efek atau karena efek terlalu sering sehingga mudah
atau beresiko terpajan.
d) Identifikasi subyek penelitian.

5. Kohort
Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah
penelitian non eksperimen yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara
faktor resiko dengan efek. Seperti telah diuraikan sebelumnya penelitian
cohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor resiko dan efek melalui pendekatan longitudinal
kedepan. Artinya, faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu,
kemudian diikuti kedepan secara prospektif timbulnya efek.

19
Dalam penelitian ini akan dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok resiko dan
kelompok tanpa resiko, kemudian kedua kelompok diikuti sampai batas
waktu tertentu untuk menentukan ada tidaknya efek yang diteliti.subyek yang
dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian.
Pemantauan sederhana ini sifatnaya deskriptif akan tetapi pada umunya
penelitaian bersifat analitik, yakni mempelajari hubungan antara variabel
bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek).
Kesimpulan hasil penelitian ini akan membandingkan proporsi subyek yang
menjadi efek positif antara kelompok subyek yang diteliti dengan faktor resiko
positif dengan kelompok subyek dengan faktor resiko negatif (kontrol).
E+

Exposure +
prospektif

E-

E+
Exposure -
prospektif

E–
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian kohort
a) Merumuskan petrtanyaan penelitian dan hipotesis
b) Identifikasi faktor resiko dan efek
c) Menetapkan subyek penelitian (populasi dan sampel )
d) Pemeilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek
negatif
e) Memilih subjek yang akan dijadikan anggota kelompok kontrol
f) Mengobservasi perkembangan subyek sampai batas waktu yang
ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua
kelompok.
g) Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat
efek posistif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik kelompok
resiko positif maupun kelompok kontrol.

20
Contoh sederhana tentang penelitian yang ingin membuktikan adanya
hubungan antara kanker paru (efek) dengan perokok (resiko) dengan
menggunakan pendekatan prospektif.

Tahap pertama, adalah mengidentifikasi faktor efek (variabel dependent) dan


resiko (variabel independent) serta variabel pengendali (variabel kontrol)
a) Variabel dependent : kanker paru
b) Variabel independent : merokok
c) Variabel pengendali : umur, pekerjaan, lama meroko.
Pada penelitian ini faktor resiko dapat bersifat interbnal, yang menyebabkan
predisposisi atau sebagai predileksi timbulnya penyakit, juga bisa bersifat
eksternal yaitu faktor lingkungan dal sebagainya. Variabel perancu sedapat
mungkin dihilangkan dari penelittian ini.

Tahap kedua, dengan menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan


sampel penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria disuatu
wilayah atau tempat tertentu, dengan umur antara 40-50 tahun, baik perokok
maupun tidak.

Tahap ketiga, adalah mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif)


dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok
(resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama dengan kelompok perokok.
Usaha untuk mengidentifikasi subyek yang belum menderita memerlukan
kecermatan. Peneliti harus yakin bahwa subyek yang dipilih benar bebas dari
dari efek yang diselidiki sehingga pada akhir pengamatansubyek tersebut
terpajan efek atau menjadi sakit maka hal ini dianggap sebagai akibat terpajan
dengan faktor resiko yang dipelajari.
Perangkat diagnostik yang kurang akurat mengakibatkan efek negatif yang
palsu pada awal penelitian.. kadang tidak mudah menentukan terdapatnya
efek. Berbagai cara dilakukan untuk menyingkirkan adanya efek, termasuk
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.. pada umumnya prosedur untuk

21
menetapkan apakah seseorang dapat dimasukkan kedalam kohort disatu sisi
harus bersifat mudah, aman dan murah disisi lain juga harus mempunyai
keandalan dan kesahihan yang baik.

Tahap keempat, mulai melakukan observasi perkembangan efek pada


kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan orang yang tidak
merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu, misalnya selama 10 tahun
kedepan untk mengetahui perkembangan atau terjadinya kanker paru.

Tahap kelima, dengan melakukan pengolahan dan menganilisis data. Analisis


data dilakukan dengan membandingkan proporsi orang yang menderita kanker
paru dengan proporsi orang yang tidak menderita kanker paru, diantara
kelompok perokok dan kelompok tidak perokok.

Keunggulan Penelitian Kohort


a. Merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insiden perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti.
b. Paling baik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko
dengan efek secara temporal
c. Merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progesif.
d. Karena dilakukan secara kontinyu dan longitudinal, studi ini memiliki
kakuatan yang andal untu meneliti masalah kesehatan yang masih
meningkat.
e. Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal penelitian
(subjek dan kontrol)
f. Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu
waktu ke waktu yang lain.
g. Ada keseragaman observasi baik terhadap faktor resiko maupun dari efek.

Keterbatasan Penelitian Kohort


a. Memerlukan waktu yang cukup lama
b. Memerlukan biaya yang mahal dan rumit

22
c. =]Kurang efektif bila kasus jarang terjadi
d. Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
e. Kemungkinan adanya subjek penelitian yang droup out dan akan
mengganggu analisis hasil
f. Karena faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya
efek maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.

23
BAB III
CONTOH KASUS

A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu untuk mengetahui
peranan antara variabel independent dengan variabel dependent yaitu peranan
antara pelatihan keperawatan terhadap produktivitas kerja perawat. Desain atau
rancangan yang digunakan adalah cross sectional yaitu rancangan penelitian
dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada waktu yang bersamaan
atau sekali waktu (Aziz Alimul, 2003).

B. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi
Populasi adalah “keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti tersebut
(Notoatmojo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang kecuali ruang VK dan Poliklinik,
oleh karena ruang ini memiliki karakteristik pemberian pelayanan yang
berbeda dengan ruang lainya. Total populasi sebanyak 206 perawat.

Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang akan diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik Proporsional
Random Sampling. Pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi. Penelitian ini yang digunakan adalah perawat
yang mendapatkan pelatihan yang memenuhi kriteria inklusi.

24
Besar sampel ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random atau


acak, yaitu Proporsional Random Sampling sebagai berikut:

25
Kriteria sampel dibedakan menjadi:
a) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).
Pada penelitian ini yang termasuk kriteria inklusi terdiri dari:
1. Perawat pelaksana
Perawat yang bekerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
kecuali perawat ruang VK, dan Poliklinik.
2. Pendidikan
Pendidikan terakhir perawat minimal D – III keperawatan.
3. Motivasi
Perawat minimal bekerja satu tahun.

26
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi sampel penelitian (Nursalam, 2003).
Pada penelitian ini yang termasuk kriteria eksklusi terdiri dari:
1. Kepala ruang
Kepala ruang yang bekerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
2. Mahasiswa praktek
Mahasiswa keperawatan yang praktek di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.

C. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 1.3 Definisi Operasional

27
D. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang
berlokasi di Jl.raya kaligawe km4 Semarang.

E. WAKTU PENELITIAN
Penelitian permasalahan tentang peranan pelatihan keperawatan terhadap
produktivitas perawat pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai April 2011.

F. ETIKA PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari
Institusi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Semarang atas pihak lain untuk mengajukan permohonan ijin kepada Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Setelah mendapatkan ijin baru
melaksanakan penelitian dengan mempertimbangkan masalah etika yang
meliputi : (Alimul,2003).

28
1. Informed Consent
Sebelum melakukan penelitian diedarkan lembar persetujuan untuk menjadi
responden dengan tujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, jika subyek bersedia maka harus menandatangani lembar
persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan nama pada
lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3. Confidentiality
Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam
penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.

G. ALAT PENGUMPULAN DATA


1. Cara pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mendapatkan data penelitian (Arikunto : 2006). instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner A, kuesioner B, dan lembar
kuesioner C. Kuesioner A digunakan untuk mengetahui karakteristik
responden yang mengikuti pelatihan. Kuesioner B digunakan untuk
mengetahui aspek produktivitas kerja. Variabel pelatihan diukur dengan
kuesioner sebanyak 10 item pernyataan dan menggunakan skala Likert
yang pada setiap pertanyaan memiliki empat jawaban yang mungkin, yaitu
sering diberi skor 4, sedang diberi skor 3, kurang diberi skor 2, dan tidak
pernah diberi skor 1.
Kuesioner C digunakan untuk mengetahui aspek pelatihan.
Variabel pelatihan diukur dengan kuesioner sebanyak 10 item pernyataan
dan menggunakan skala Guttman yang pada setiap pernyataan akan

29
mendapat jawaban yang tegas, yaitu “ya dan tidak”. Setiap jawaban ya
memenuhi syarat (produktif) akan diberi skor 1 dan jika jawaban tidak
memenuhi syarat (tidak produktif) dibrikan skor 0. Bentuk pernyataan
adalah menggunakan pernyataan tertutup dengan hanya memberikan dua
alternatif jawaban untuk dipilih dengan memberi tanda chek (√) pada salah
satu pilihan yang sudah disediakan.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2006). Dalam
kuesioner perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas sebelum
digunakan untuk pengumpulan data penelitian.
2. Uji instrument penelitian
Instrument ini dapat dipertanggung jawabkan atau tidak maka terlebih
dahulu Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.
a. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002). Instrument penelitian
diuji terhadap 30 perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Semarang Jl. Fatmawati no 1 Semarang. Pada pengujian validitas
kuesioner dilakukan dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item
pernyataan terhadap skor total seluruh pernyataan dengan menggunakan
Uji Pearson Product Moment. Berdasarkan uji statistik ini maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian dikatakan valid jika diperoleh
nilai r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 0,05.
Adapun hasil uji validitas yaitu:
1) Tingkat produktivitas kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Semarang dalam rentang 0,526 – 0,872 artinya kuesioner tersebut
valid karena nilai tersebut lebih besar dari nilai 0,361.
2) Tingkat pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Semarang dalam rentang 0,538 – 0,921 artinya kuesioner tersebut valid
karena nilai tersebut lebih besar dari nilai 0,361.

30
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan telah reliabel. Menurut Notoatmojo (2005),
suatu alat yang dikatakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu
gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang
sama
Menurut Sugiyono ( 2005 ), pengujian reliabilitas digunakan
dengan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan bantuan
komputer untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah dengan
membandingkan nilai r tabel dengan Alpha Cronbach. Ketentuan bila
alpha >0,60 maka instrumen peneliti reliabel. Kuesioner dapat
dikatakan reliabilitas tinggi jika nilai alpha cronbach melebihi angka
kritik.
1) Tingkat produktivitas kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Semarang dengan nilai α = 0,920 artinya kuesioner tingkat
pengetahuan reliabilitas tinggi karena nilai Alpha Cronbach melebihi
angka kritik dan mendekati nilai 1 (0,60).
2) Tingkat pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Semarang dengan nilai α = 0,927 artinya kuesioner tingkat pengetahuan
reliabilitas tinggi karena nilai Alpha Cronbach melebihi angka kritik
dan mendekati nilai 1 (0,60).

H. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


1. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak
rumah sakit dan jawaban atas pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang
diberikan kepada responden sekaligus sebagai perawat rumah sakit tersebut.
Menurut Kuncoro (2003), data primer adalah: “data yang dikumpulkan
dari sumber-sumber asli untuk tujuan tertentu”.
2. Teknik pengumpulan data

31
Prosedur pengumpulan data guna penyusunan serta penulisan skripsi ini
penulis melaksanakan pengumpulan data dengan metode kuesioner.
Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan pernyataan-pernyataan secara tertulis kepada responden.
Pengisian kuesioner dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan
numerator sebanyak 5 orang perawat untuk menyingkat waktu penelitian.

I. ANALISIS DATA
Analisis data terlebih dahulu diolah dengan tujuan mengubah data menjadi
informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk
proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat,
2007). Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang
ditempuh, diantaranya:
1. Editing
Editing dalam penelitian ini untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Jika ada kesalahan, maka dapat diperbaiki
secara langsung.
2. Coding
Coding dalam penelitian ini kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori untuk mempermudah
pengolahan data.
3. Entry data
Entry data dalam penelitian ini kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau data bes komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau membuat tabel kontigensi
dengan menggunakan program computer SPSS.
4. Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini kegiatan yang bertujuan untuk
menegetahui antara variabel bebas dan terikat. Analisis data pada penelitian
ini meliputi analisis kuantitatif, yang bertujuan untuk mengolah dan
mengorganisasikan data serta menemukan hasil yang dapat dibaca dan dapat
di interpretasikan. Teknik analisis yang digunakan adalah:

32
a. Analisis univariat
Penelitian melakukan analisis univariat dengan tujuan uji kenormalan
data. Analisis univariat digunakan untuk mengestimasi parameter
populasi untuk data numeric terutama ukuran – ukuran tedensi sentral
(modus, mean, median) dan ukuran variabelitas (frekuensi minimum
maksimum standar deviasi dan varian)., dengan hasil mean 33,99
median 38, standart deviasi 7,205, minimal 10 maksimal 40.
b. Analisis bivariat
Sebelum dilakukan analisa data, maka perlu diketahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan Uji Kolmograf
Smirnov jika dari uji kenormalan didapatkan data berdistribusi normal
maka uji yang digunakan adalah Korelasi Pearson Product Moment, bila
tidak normal maka digunakan Uji Rank Spearman. Berdasarkan hasil uji
Kolmogorov Smirnov didapatkan bahwa data pelatihan perawat tidak
berdistribusi normal yaitu ditunjukkan dengan nilai pvalue = 0,000 < α =
0,05, dan data produktivitas kerja perawat juga tidak berdistribusi normal
yaitu ditunjukkan dengan nilai p-value = 0,000 < α = 0,05, sehingga
untuk mengetahui ada tidaknya peranan antara pelatihan perawat
terhadap produktivitas kerja digunakan uji statistik non parametrik Rank
Spearman dan hasil analisis uji Rank Spearman didapatkan p value
sebesar 0,000 dan hasil nilai korelasi 0,474 lebih besar dari r table (0,474
> 0,304).

33
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian keperawatan dibedakan menjadi empat, yaitu penelitian
deskriptif, faktor yang berhubungan (relationship), faktor yang berhubungan
(asosiasi), dan pengaruh (causal) (Nursalam, 2017). Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif dengan desain studi kasus dan pendekatan prosfektif.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan
secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan.
Pendekatan prosfektif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk menggambarkan suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini
menggunakan rancangan studi kasus yaitu salah satu jenis rancangan penelitian
yang mencakup satu unit penelitian secara insentif. Studi kasus dibatasi oleh
tempat dan waktu, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas, atau
individu dan menggambarkan atau mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien post ORIF dengan defisit perawatan diri.

B. Tempat Penelitian
Tempat penelitian untuk studi kasus ini adalah di Ruang Bima RSUD Sanjiwani
Gianyar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2019.

C. Subjek Studi Kasus


Penelitian pada kasus ini tidak mengenal populasi dan sampel, namun lebih
mengarah kepada istilah subjek studi kasus oleh karena yang menjadi subjek studi
kasus sejumlah dua dokumen pasien (individu) yang diamati secara mendalam
dengan masalah keperawatan yang sama yaitu post ORIF dengan defisit
perawatan diri. Subjek kasus perlu dirumuskan kriteris inklusi dan eksklusi seperti
di bawah ini :
1. Kriteria inklusi

34
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu popilasi
target yang terjangkau dan telah diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini yaitu :
a. Dokumen pasien post ORIF dengan defisit perawatan diri
b. Pasien post ORIF pada ekstremitas atas atau bawah
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak
memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :
a. Pasien post ORIF yang mengalami komplikasi
b. Pasien yang mengalami multiple fraktur

D. Fokus Studi Kasus


Fokus studi kasus merupakan kajian utama dari masalah yang telah
dijadikan acuan studi kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah
pemberian asuhan keperawatan pada pasien post ORIF dalam mengatasi defisit
perawatan diri.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dari subjek studi kasus adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan/instansi yang
secara rutin mengumpulkan data diperoleh dari rekam medik pasien (Setiadi,
2013). Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah asuhan
keperawatanpada pasien post ORIF dengan defisit perawatan diri yang bersumber
dari catatan keperawatan pasien di Ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2017). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan

35
studi dokumentasi yang merupakan suatu cara pengumpulan data dengan
dokumen pasien untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan
melalui catatan asuhan keperawatan pasien post ORIF dengan defisit perawatan
diri. Pengumpulan data dilakukan mulai dari catatan hasil pengkajian sampai
evaluasi keperawatan pasien post ORIF dengan defisit perawatan diri.
3. Instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan lembar
pengumpulan data. Lembar pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan
data subjektif, data objektif, masalah keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada pasien post ORIF
dengan defisit perawatan diri. Lembar pengumpulan data tersebut meliputi :
a. Pengkajian keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan keperawatan
d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi keperawatan
Lembar pengumpulan data ini terdiri dari lima pernyataan pengkajian, tujuh
pernyataan pada diagnosa keperawatan, 14 pernyataan pada perencanaan
keperawatan, 14 pernyataan pada implementasi keperawatan dan lima pernyataan
pada evaluasi keperawatan. Pada lembar pengumpulan data, apabila data yang
didokumentasikan dalam rekam medis sesuai dengan pernyataan maka diberi
tanda “√” pada kolom “Ya” dan diberi tanda “√” pada kolom “Tidak” apabila
tidak ditemukan pernyataan tersebut.

F. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu usaha mengumpulkan dan menyusun
data, setelah data tersusun langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan
menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah (Nursalam, 2017). Analisis

36
data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai
dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, kemudian membandingkan dengan teori yang ada
selanjutnya data akan disajikan dengan uraian tentang temuan dalam bentuk
tulisan.

G. Etika Studi Kasus


Pada penelitian ini dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi
kasus, yang terdiri dari :
1. Informed consent (persetujuan menjadi klien)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data
yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu. Tujuan
informed consent adalah subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus menandatangani
hak responden.

2. Anonymity (tanpa nama)


Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (kerahasian)
Merupakan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian.

37
38

Anda mungkin juga menyukai