Anda di halaman 1dari 44

KEPERWATAN ANAK I

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN HYDROSEFALUS

Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu : Trimawati,Skep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :

YULIANA SANTI (010115A002)

DANA DEWINTASARI (010115A026)

GIYASTUTI DEWI APRIYANTI (010115A047)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I Program Studi
Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo.
Makalah berisikan tentang laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
pada anak dengan hidrosefalus ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas
tugas yang diberikan Dosen dalam mata kuliah Keperawatan Anak I, sekaligus
salah satu syarat untuk memenuhi nilai kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak I serta rekan rekan yang telah banyak membantu dalam
membuat makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, kami menyadari
bahwa dalam menyusun makalah ini masih mempunyai kekurangan,oleh sebab itu
dengan dada lapang serta tangan dan hati terbuka kami mengharapkan saran dan
kritiknya yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Ungaran, 13 Maret 2017

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................ii

Daftar isi.............................................................................................................iii

Pendahuluan......................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................5
C. Tujuan................................................................................................6
Pembahasan.......................................................................................................7
A. Anatomi Fisiologi Serebrospinal.......................................................7
B. Pengertian Hidrosefalus....................................................................11
C. Klasifikasi Hidrosefalus....................................................................12
D. Etiologi Hidrosefalus........................................................................15
E. Manifestasi Klinis Hidrosefalus........................................................18
F. Patofisologi dan Phatway..................................................................24
G. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................26
H. Penatalaksanaan................................................................................28
Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................30
A. Anamnesa..........................................................................................30
B. Pengkajian psiko-sosio-spiritual.......................................................31
C. Pemeriksaan fisik..............................................................................32
D. Aplikasi nanda, nic dan noc..............................................................37
Penutup..............................................................................................................45
Daftar Pustaka...................................................................................................46

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan
otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter,
sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai
sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka
kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50%
pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan
kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering
menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah
lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar
karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang
menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai
pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.
Kelainan kongenital pada sistem saraf pusat menempati urutan
kedua kelainan kongenital terbanyak setelah kelainan jantung .Kelainan ini
dapat menyebabkan terjadinya kegagalan untuk memiliki kemampuan
fungsi neurologis yang seharusnya dimiliki, yang disebabkan oleh adanya
lesi dari otak yang terjadi pada periode awal pertumbuhan otak.Secara
keseluruhan, insiden dari hidrosefalus kongenital bervariasi untuk tiap-
tiappopulasi yang berbeda.Hershey BL mengatakan kebanyakan
hidrosepalus pada anak-anak adalah kongenital yang biasanya sudah
tampak pada masa bayi.Jika hidrosepalus tampak setelah umur 6 bulan
biasanya bukan oleh karena kongenital. Mujahid Anwar dkkmendapatkan
40 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4
mengalami hidrosepalus (Hershey,2003).
Penyebab hidrosefalus salah satunya adalah bakteri. Pada daerah
perkotaan yang padat penduduk, memungkinkan terjadi penyebaran

4
bakteri de ngan cepat salah satunya bakteri yang menyebabkan
hidrosefalus. Selain itu, pada daerah perkotaan yang padat penduduk
masih banyak penduduk yang tingkat kesejahteraannya rendah.Tingkat
kesejahteraan yang rendah dapat mempengaruhi nutrisi pada ibu
hamil.Nutrisi pada ibu hamil juga mempengaruhi perkembangan janin.
Pada ibu dengan nutrisi yang kurang, maka perkembangan janin pun akan
terganggu sehingga dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti
hidrosefalus.
Kebanyakan kasus hidrosepalus dialami oleh neonatus. Anak
dengan hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada
anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan
kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan
pusat vital dan resiko terjadi dekubitus. Di ruang perawatan bedahanak,
pasien diberikan perawatan termasuk tindakan pemasangan infus,
perawatan luka dan prose durinvasif lain. Dalam kasus hidrosepalus ini,
pemberian Non-nutritivesucking (NNS) dapat membantu
untukmengurangi nyeri yang dirasakan oleh neonatus.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Hidrosefalus ?
2. Bagaimana etiologi Hidrosefalus pada anak ?
3. Bagaimana manifestasi klinik Hidrosefalus pada anak ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari Hidrosefalus ?
5. Bagaimana tatalaksana pada Hidrosefalus ?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
Hidrosefalus ?

5
TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Hidrosefalus


2. Mengetauhi tentang etiologi atau penyebab Hidrosefalus pada anak
3. Mengetauhi manifestasi klinik atau tanda gejala anak dengan
Hidrosefalus
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Hidrosefalus
5. Mengetauhi penatalaksanaan kasus Hidrosefalus
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep asuhan keperawatan
pada anak dengan Hidrosefalus

BAB II

PEMBAHASAN

6
A. ANATOMI FISIOLOGI SEREBROSPINAL
1. Anatomi Serebrospinal
Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang hidrosefalus perlu
kiranya diuraikan terlebih dahulu struktur anatomi yang berkaitan
dengan hidrosefalus yaitu bangunan-bangunan di mana CSS berada,
yaitu:
Sistem ventrikel dalam otak dan kanalis sentralis dalam medula
oblongata dan medula spinalis.
Ruang subarakhnoid serebral dan medular yang merupakan
tempat penampungan sementara dari CSS sebelum diabsorpsi
oleh vili arakhnoid
a. Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis
Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis terdiri atas sejumlah
ruang dan saluran di dalam otak yang melanjut ke medula spinalis
berupa kanalis sentralis. Sistem tersebut adalah:
Ventrikel lateralis
Ventrikel lateralis terdapat sepasang pada hemisfer
kanan dan kiri yang letaknya di medial bawah, merupakan
ventrikel terbesar. Antara ventrikel kanan dan kiri tidak
berhubungan secara langsung, akan tetapi masing-masing
berhubungan dahulu dengan ventrikel III melalui foramen
interventrikularis Monro.
Ventrikel III
Berupa suatu celah di bidang median yang terletak
di antara talamus kanan dan kiri, muara foramen
interventrikularis Monro pada ventrikel III berbentuk bulan
sabit dan terletak antara kolumna formis anterior (di depan)
dan tuberkulum talamikus (di belakang).
Akuaduktus serebri (Sylvius)
Merupakan saluran kecil yang terdapat di dalam
mesensefalon, panjangnya kira-kira 15 cm dan
menghubungkan ventrikel III dan ventrikel IV.
Ventrikel IV

7
Merupakan suatu ruang yang dasarnya berbentuk
romboid, terletak di depan serebelum di belakang pons dan
medula oblongata. Pada atap dari ventrikel ini terdapat 3
lubang yang menghubungkan ruang ventrikel IV dengan
ruang subarakhnoid yang terdiri dari:
1 buah lubang di sebelah median yang disebut
foramenMagendie.
2 buah lubang di sebelah lateral yang disebut
ForamenLuschka. Foramen Magendie terletak di
dekat puncak bawah dari atap ventrikel IV,
sedangkan Foramen Luschka masing-masing
terletak di bawah ujung dari resesus lateralis
(merupakan perluasan ruang ventrikel IV bagian
tengah yang berbentuk seperti kantung).
Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Merupakan saluran kecil memanjang yang berjalan
di dalam substansi mielum mulai dari pertengahan medula
oblongata ke arah bawah sampai ujung bawah medulla
spinalis 5-6 cm dari filum terminale. Kanalis sentralis ini
mengalami dilatasi berbentuk fusiformis yang disebut
ventrikel terminalis.
b. Ruang subarakhnoid
Merupakan ruang yang terletak di antara lapisan arakhnoid
dengan piamater yang membungkus permukaan otak maupun
medula spinalis. Selain berisi CSS ruang subarakhnoid ini juga
berisi pembuluh-pembuluh darah otak dan medula spinalis serta
anyaman jaringan trabekular yang menghubungkan arakhnoid
dengan piamater. Pada tempattempat tertentu di mana terdapat
lekukan yang dalam antara satu bangunan dengan bangunan yang
lain nampak ruang subarakhnoid menjadi lebih lebar dan disebut
sisterna subarakhnoid.
Beberapa sisterna yang kita ketahui adalah:
Sisterna serebro-medularis (sisterna magna).

8
Sisterna pontis.
Sisterna interpedunkularis.
Sisterna khiasmatik.
Sisterna vena serebri magna (sisterna superior).
Sisterna sulkus lateralis.
Sisterna spinalis.

2. Fisiologi Cairan Serebrospinal


Pada umur kehamilan 35 hari terlihat pleksus khoroidalis sebagai
invaginasi mesenkhimal dari atap ventrikel IV, lateralis dan ventrikel
III. Pada saat kehamilan 50 hari sudah mulai terjadi sirkulasi CSS
secara normal, bersamaan dengan tiga peristiwa penting, yakni:
perforasi atap ventrikel IV oleh proses aktif diferensiasi,
berkembangnya fungsi sekresi pleksus khoroidalis dan terbentuknya
ruang subarakhnoid. Sebagian besar (80-90%) CSS dihasilkan oleh
pleksus khoroidalis pada ventrikel lateralis sedangkan sisanya (10-
20%) di ventrikel III, ventrikel IV, juga melalui difusi pembuluh-
pembuluh ependim dan piamater. Proses pembentukan CSS melalui
dua tahap, yaitu:
a. Tahap ke I; pembentukan ultrafiltrat plasma oleh tekanan
hidrostatika, melalui celah endotel kapiler khoroid di dalam stroma
jaringan ikat di bawah epitel vili.
b. Tahap ke II; perubahan ultrafiltrat plasma ke dalam bentuk sekresi
oleh proses metabolisme aktif di dalam epitel khoroid.

Mekanisme dari proses ini belum diketahui secara pasti, tetapi


diduga merupakan aktivasi pompa Na-K-ATPase dengan bantuan
enzim karbonik anhidrase.2 Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4
cc/menit atau antara 0,2-0,5% volume total per menit dan ada yang
menyebut antara 14-38 cc/jam. Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah
sekitar 500- 600 cc, sedangkan jumlah total CSS adalah 150 cc, berarti
dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak
4-5 kali/hari.2,8,10 Pada neonatus jumlah total CSS berkisar 20-50 cc

9
dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang
dewasa.

Pada hakekatnya susunan CSS sama seperti cairan interselular


otak, ventrikel dan ruang subarakhnoid. CSS setelah diproduksi oleh
pleksus khoroideus pada ventrikel lateralis akan mengalir ke ventrikel
III melalui foramen Monro. Selanjutnya melalui akuaduktus serebri
(Sylvius) menuju ventrikel IV. Dari ventrikel IV sebagian besar CSS
dialirkan melalui foramen Luschka dan Magendie menuju ruang
subarakhnoid, setinggi medula oblongata dan hanya sebagian kecil
CSS yang menuju kenalis sentralis.

Dalam ruang subarakhnoid CSS selanjutnya menyebarke segala


arah untuk mengisi ruang subarakhnoid, serebralmaupun spinal.
Kecepatan aliran CSS ini dipengaruhi olehbeberapa faktor, antara lain:

Tekanan CSS
Tekanan dalam sinus durameter dalam sistem venakortical
Tekanan pada vili arakhnoid

Absorpsi CSS dilakukan oleh vili-vili arakhnoid yang jumlahnya


sangat banyak pada permukaan hemisferium serebri, basis serebri dan
sekeliling radiks nervi spinalis. Vili arakhnoid yang besar dikenal
sebagai granulasi arakhnoid pacchioni yang merupakan jonjot
piaarakhnoid yang luas bersama lapisan dura yang menipis dan
menonjol ke dalam ruang-ruang sinus sagitalis superior. Vili arakhnoid
terdiri dari anyaman-anyaman yang berupa saluran. Anyaman ini
bekerja sebagai katup yang memungkinkan adanya aliran CSS yaitu
dari ruang subarakhnoid menuju ke dalam aliran darah vena pada
sinus sagitalis superior. Apabila tekanan CSS melebihi tekanan vena
maka katup akan membuka dan mengalirkan CSS ke sinus. Akan
tetapi apabila tekanan vena yang meningkat maka vili arakhnoid akan
mengalami kompresi dan katup akan menutup. Perlu diketahui bahwa

10
kemampuan vili-vili arakhnoid mengabsorpsi CSS adalah 2-4 kali
lebih besar dari produksi CSS normal.

B. PENGERTIAN HIDROSEFALUS
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa
Yunani:"hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala.
Kondisi sering dikenal dengan "kepala air" adalah penyakit yang terjadi
akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau
CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-
pusat saraf yang vital, (Suharso,2009).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh
produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah
disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran
ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto
Suharso,2009).
Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel.Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara
produksi dan absorbsi cairan serebrospinal (Darsono,2005)
Hidrosepalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau
kerusakan otak.Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala
menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito
EE et al, 2007).
Sedangkan menurut Ngastiyah (2003)hidrosepalus adalah keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis
(CCS) dengantekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebrospinalis (CCS).
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh
produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal
(CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari

11
penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem
Ventricular (nining,2008).
Dapat disimpulkan bahwa Hidrosefalus adalah adalah
bertambahnya cairan serebrospinalis (CCS) dalam otaksehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebrospinalis (CCS)
yangmengakibatkan ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal.

C. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
Hidrosepalus dapat dialami oleh orang-orang pada segala usia,
namun umumnya penyakit ini diderita oleh bayi dan manula. Berdasarkan
gejalanya, penyakit hidrosepalus dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis.
(Sylvia, 2005)
1. Hidrosepalus kongenital
Kondisi ini terjadi sejak bayi baru dilahirkan. Bayi yang
mengalami hidrosepalus bawaan, kepalanya akan terlihat sangat besar.
Ubun-ubun atau fontanel mereka akan tampak menggelembung dan
menegang. Dikarenakan kulit kepala bayi masih tipis, maka
penggelembungan tersebut membuat urat-urat kepala menjadi terlihat
dengan jelas.Bayi-bayi dengan hidrosepalus, memiliki mata yang
terlihat seperti memandang ke bawah dan otot-otot kaki terlihat kaku,
serta rentan mengalami kejang. Gejala-gejala hidrosefalus bawaan
lainnya adalah mudah mengantuk, mual, rewel, dan susah makan.
2. Hidrosepalus yang didapat atau acquired.
Kondisi ini diderita oleh anak-anak dan orang dewasa. Selain
penderita akan mengalami mual dan nyeri leher, nyeri kepala juga akan
muncul. Nyeri kepala ini biasanya sangat terasa di pagi hari, setelah
bangun tidur. Gejala lain dari hidrosepalus tipe ini adalah mengantuk,
penglihatan buram, bingung, sulit menahan kemih atau menahan buang
air besar, dan sulit berjalan. Jika tidak segera diobati, kondisi ini dapat
menyebabkan koma, bahkan kematian.

3. Hidrosepalus dengan tekanan normal

12
Kondisi ini umumnya dialami oleh manula. Penderita akan
kesulitan menggerakkan kaki, sehingga beberapa dari mereka terpaksa
menyeret kaki agar dapat berjalan. Gejala lainnya adalah kacaunya
kendali kemih yang ditandai dengan sulit menahan kencing atau sering
merasa ingin kencing.Selain fisik, hidrosepalus tekanan normal juga
berdampak kepada kemampuan berpikir penderita. Mereka akan sulit
mencerna informasi dan lambat dalam menanggapi situasi atau
pertanyaan.
Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal )
hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam :
1. Hidrosefalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid,
sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai
ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran
CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat
dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya
terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi
villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah
yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada
orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus
arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage
subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala gejala
peningkatan ICP)
2. Hidrosefalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem
ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya
gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada

13
sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non
komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler
yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering
dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari
lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa
dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem
ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam
system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura
yang berfungsi atau pada anakanak dibawah usia 1218 bulan
dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda
tanda dan gejalagejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-
anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan /
separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

D. ETIOLOGI HIDROSEFALUS

Hidrosefalus terjadi bilaterdapa tpenyumbatan aliran cairan


serebrospinalis (CCS) pada salah satutempat antara tempat pembentukan
cairan serebrospinalis (CCS) dalam sistem ventrikel dan tempatabsorpsi
dalam ruang sub arachnoid. Akibat penyumbatan terjadidilatasi ruangan
cairan serebrospinalis (CCS) diatasnya. Penyebabnya :

1. Kelainan bawaan
a. Stenosis aqua duktus sylvii
Adalah penyumbatan aliran cairan serebrospinalis (CCS)
padatingkat saluran air dari sylvii (antara ventrikel ketiga dan
keempat diotak). Merupakan penyebab yang terbanyak pada
hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Akuaduktus dapat
merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit
dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau
progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah
lahir.Stenosis aquaduktus juga merupakan penyebab yang sangat

14
umum dari hidrosefalus kongenital.Dengan kejadian hidrosefalus 5
sampai 10per10.000 kelahiran hidup,stenosisaquaduktus
menyumbang sekitar20% dari kasus hidrosefalus. (Darsono, 2005)
b. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainanini biasanya berhubungan
dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis
dengan medula oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian atau total. Kasus hidrosefalus karena spinabifida terjadi
pada2050 per 10.000 kelahiran hidup.
c. Sindrom Dandy-Walker
Dandy-Walker jugamerupakan penyebab penting
Hidrosefalus Kongenital, meskipun terjadi lebih jarang. Merupakan
atresia kongenital foramenLuschka dan Magendie dengan akibat
Hidrosefalus Obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel
terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior. Sindrom
tersebut terjadi pada sekitar1 per 30.000 kelahiran hidup. Meskipun
cacat yang hadir pada saat lahir, hidrosefalus tidak selalu hadir
dalam periode neonatal.Sekitar 80% dari semua Dandy-Walker
akan di diagnosispada usia satu tahun, meskipun beberapa diagnosa
mungkin tertunda hingga remaja atau dewasa.
d. Kistaaraknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat
trauma sekunder suatu hematoma.
e. Anomali Pembuluh Darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus
akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis
posterior dengan vena Galeni atau sinus transversus dengan akibat
obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga
dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada
fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh

15
obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system
basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis.
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa
bulan sesudah sembuh dari meningitis.
Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan
arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa
tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal
sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada
meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
Selain itu, ibu hamil sering menderita beberapa infeksi,
infeksi ini dapat berpengaruh pada perkembangan normal otak bayi.
Seperti :
a. CMV (Cytomegalovirus)
Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang
dewasa Amerika pada saat mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal
sebagai virus yang paling sering ditularkan ke anak sebelum
kelahiran. Virus ini bertanggung jawab untuk demam kelenjar.
b. Campak Jerman(rubella)
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus rubella. Virus ditularkan dari orang keorang melalui udara
yang ditularkan ketika orang terinfeksi batuk atau bersin,virus juga
dapat ditemukan dalam air seni, kotoran dan pada kulit. Ciri gejala
dari beberapa rubella merupakan suhu tubuh tinggi dan ruam
merah muda.
c. Mumps
Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut
dimana kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis (yang terbesar dari
tiga kelenjar ludah utama) membengkak.
d. Sifilis
Merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) yang
disebabkan oleh bakteri Treponemapallidum.
e. Tokso plasmosis
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel
tunggal yaitu Toxoplasmagondii. (Ropper,2005)
3. Neoplasma

16
Hidrosefalus olehobstruksi mekanis yang dapat terjadi
disetiap tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat
dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan cairan serebrospinalis
(CCS) melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii bagian
terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan
penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma.(Ropper, 2005)
4. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan
sesudah lahir dalam otak,dapat menyebabkan fibrosis lepto meningen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi
akibat organisasi dari darah itu sendiri.(Darsono, 2005)
Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak,
sebenarnya hidrosefalus juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja,
pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas, sehingga lebih mudah
dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-
ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak
dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak.
Terlihat pembesaran diameter kepala yang makin lama makin
membesar seiring bertambahnya tumpukan
CSS.Sedangkanpadaorangdewasa ,tulangtengkoraktidak lagi mampu
melebar. Akibatnya berapapun banyaknya CSS yang tertumpuk, tidak
akanmampu menambah besar diameter kepala.

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).
Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi
intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus

17
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap
hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala
neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar
kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium
terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal.
Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan
tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi
sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan
berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai
manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas.
Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti
penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada
pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania
mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuranlingkar kepala lebih
besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania
biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
Fontanel anterior yang sangat tegang.
Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial
menonjol.
Fenomena matahari tenggelam (sunset phenomenon).

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang


lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri
kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada
kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat
herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213)

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior


menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi
bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral

18
dan anterior posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan
keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak
adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta
rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan
sutura yang terpisah pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram
menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan
adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan
diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat
tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi
optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika
anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

Tanda dan gejala pada bayi :

Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3


tahun.
Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga
fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
Tanda tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
Muntah
Gelisah
Menangis dengan suara ringgi
Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi,
peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil,
lethargi stupor.
Peningkatan tonus otot ekstrimitas
Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-
pembuluh darah terlihat jelas.
Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-
olah di atas Iris
Bayi tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes
Strabismus, nystagmus, atropi optic

19
Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

Tanda dan gejala pada anak yang telah menutup suturanya


Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
Nyeri kepala
Muntah
Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak
berumur 10 tahun
Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
Strabismus
Perubahan pupil

Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes,1998)

1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba
tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-
hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang
suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang
gangguan pusat vital.

F. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan akumulasi cairan
serebrospinal (CSF) dalam ventrikel otak karena ketidakseimbangan antara
produksi dan absopsi cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal
melindungi otak dari pergerakan normal kepala, membantu
mempertahankan sawar darah-otak, dan membantu mempertahankan
keseimbangan kimia normal. Cairan serebrospinal, terutama yang

20
diproduksi dalam pleksus koroid, secara normal bersirkulasi melalui
rongga ventrikel dan ruang subaraknoid. Vili subaraknois, yang terletak
pada sinus dural, mereabsorbsi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus kongenital terjadi pada 3-4 kasus dari setiap 1000
kelahiran hidup dan biasanya akibat kegagalan perkembangan atau infeksi
intrauterin. Stenosis akueduktal, malformasi chiari I dan II, dan
malformasi dandy-Walker merrupakan beberapa anomali kongenital yang
dapat menyebabkan hidrosefalus. Hidrosefalus juga merupakan keadaan
yang didapat. Penyebab hidrosefalus didapat meliputi hematoma sekunder
akibat trauma, tumor, infeksi, dan malformasi vaskular atau kista.
Hidrosefalus terjadi saat reabsorpsi cairan serebrospinal diruang
subaraknoid terganggu (disebut juga hidrosefalus kominikans) atau saat
aliran cairan serebrospinal dari ventrikel otak ke ruang subaraknoid
tersumbat (disebut juga hidrosefalus non komunikans atau obstrukti).
Penyebab yang jarang terjadi adalah peningkatan produksi cairan
serebrospinal yang disebabkan oleh tumor pleksus koroid. Saat jumlah
cairan serebrospinal meningkat, cairan terakumulasi dalam ventrikel , yang
kemudian mulai berdilatasi dan menekan otak terhadap tulang kranium.
Jika hal ini terjadi sebelum fusi sutura kranial, pembesaran tengkorak
terjadi. Jika cairan serebrospinal terus terakumulasi, tekanan intrakranial
meningkat. Pada hidrosefalus komunikans, jalur cairan serebrospinal
terbuka, namun reabsorpsi terganggu karena oklusi sistema subaraknoid,
obliterasi ruang subaraknoid, atau fibrosis vili araknoid (sering disebabkan
oleh hemoragi atau infeksi). Hidrosefalus non komunikans paling sering
terjadi akibat malformasi perkembangan seperti stenosis akueduktus
(penyempitan atau obstruksi akueduktus sylvius antara ventrikel ketiga
dan ke empat), malformasi chiari (defek pada batang otak bagian bawah,
sereblum, atau ventrikel ke empat ), dan sindrom Dandy-Walker. Penyebab
lain hidrosefalus non komunikas adalah neoplasma, infeksi, dan trauma.
Usia anak saat awitan hidrosefalus dan derajat peningkatan cairan
serebrospinal menentuka tanda dan gejala. Karakteristik yang tampak pada
anak dari masa bayi hingga usia 2 tahun adalah ukuran kepala membesar,

21
fontanel menonjol, dahi menonjol dan tabda matahari terbenam (rotasi
mata kebawah dan slkera tampak diatas iris). Anak dapat menunjukkan
iritabilitas dan menangis dengan nada yang tinggi. Anak yang lebih tua
biasanya menunjukkan tanda dan gejala peningkatan tekanan intrakranial,
seperti sakit kepala, letargi, atau iritasibilitas, mual dan muntah, gangguan
gaya berjalan dan diplopia.
Terapi definitif hidrosefalus biasanya adalah intervensi
pembedahan untuk memperbaiki obstruksi pada cairan serebrospinal
dan/atau implantasi shunting untuk mengalihkan aliran cairan
serebrospinal . saat pirau (shunt) diimplantasikan cairan serebrospinal
mengalir dari vetrikel ke kompartemen tubuh ekstrakranial seperti rongga
peritoneal (pirau ventrikuloperitonial ) atau atrium kanan
(ventrikuloatrial). Saat cairan mencapai kompartemen tubuh ekstrakranial
cairan tersebut direabsorpsi atau diekskresikan dengan cara yang normal.
Jika piau awal dilakukan pada bayi, revisi pirau dapat direncanakan pada
waktu tertentu selama perkembangan. Revisi yang direncanakan ini
bertujuan mengakomodai pertumbuhan normal anak. Infeksi dan
malfungsi merupakan komplikasi utama yang berhubungan dengan pirau
dan alasan umum penggantian pirau.
Sekelompok kecil anak yang mengalami hidrosefalus obstruktif
dapat menjadi kandidat untuk prosedur yang disebut ventrikulostomi
ketiga endoskopi (endoscopic third ventriculostomy, ETV). Pada
prosedure ini, endoscope digunakan untuk menggambarkan dasar ventrikel
dan fenestrasi dibuat sehingga memungkinkan cairan serebrospinal
mengalir disekitar obstruksi. Beberapa komplikasi ETV adalah hemoragi,
kebocoran cairan serebrospinal, cedera pada struktur periventrikular.
Anak yang mendapatkan terapi hidrosefalus di dorong untuk menjalani
kehidupan se normal mungkin. Olahraga kontak yang dapat menyebabkan
trauma kepala dihindari dan helm harus dipakai untuk olahraga lain jika
cedera kepala mungkin terjadi. Anak ini membutuhkan tindak lanjut
pembedahan sistem saraf sepanjang kehidupan. (Sharon Axton dan Terry
Fugate, 2014; 236).

22
23
24
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan pemeriksaan ini dapat diketauhi :
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala,
adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus
klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran
kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah
pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter
yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo
dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika
penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis
kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun
waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat
normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah
penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah
ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura
tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior
langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung
difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium

25
bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan
mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki
fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipitalhorns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas
oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada
hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di
proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk
membuat bayangan struktur tubuh.

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Brunner & Sudarth (2002) Penanganan hydrocephalus
telah semakin baik dalam tahun-tahun terakhir ini, tetapi terus menghadapi
banyak persoalan. Idealnya bertujuan memulihkan keseimbangan antara
produksi dan resorpsi CSF. Beberapa cara dalam pengobatan
hydrocephalus yaitu:
1. Terapi Medikamentosa

26
Hydrocephalus denganprogresivitas rendah dan tanpa obstruksi
pada umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi
assetazolamid dengan dosis 25-50 mg/kg BB. Asetazolamid dalam
dosis 40-75mg/kg 24 jam mengurangi sekitar sepertiga produksi CSF,
dan terkadang efektif pada hydrocephalusringan yangberkembang
lambat. Pada keadaan akut dapat diberikan manitol. Diuretika dan
kortikosteroid dapat diberikan, meskipun hasilnya kurang memuaskan.

2. Endoscopic third ventriculostomy


Metode Endoscopic third ventriculostomy (ETV) semakin sering
digunakan di masa sekarang dan merupakan terapi pilihan bagi
hidrosefalus obstruktif serta diindikasikan untuk kasus seperti stenosis
akuaduktus, tumor ventrikel 3 posterior, infark serebral, malformasi
Dandy Walker, syringomyelia dengan atau tanpa malformasi Arnold
Chiari tipe 1, hematoma intraventrikel, myelomeningokel, ensefalokel,
tumor fossa posterior dan kraniosinostosis. ETV juga diindikasikan
pada kasus block shunt atau slit ventricle syndrome.
Kesuksesan ETV menurun pada kondisi hidrosefalus pasca
perdarahan dan pasca infeksi. Perencanaan operasi yang baik,
pemeriksaan radiologis yang tepat, serta keterampilan dokter bedah
dan perawatan pasca operasi yang baik dapat meningkatkan
kesuksesan tindakan ini.

3. Operasi shunting
Sebagian besar pasien memerlukan tindakan ini untuk membuat
saluran baru antara aliran likuor (ventrikel atau lumbar) dengan kavitas
drainase (seperti peritoneum, atrium kanan, dan pleura). Komplikasi
operasi ini dibagi menjadi tiga yaitu infeksi, kegagalan mekanis, dan
kegagalan fungsional. Tindakan ini menyebabkan infeksi sebanyak

27
>11% pada anak setelahnya dalam waktu 24 bulan yang dapat merusak
intelektual bahkan menyebabkan kematian.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Anamnesa

28
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada bayi dan
neonatus), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, asuransi
kesehatan, dan diagnosa medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan tergantung dari dampak hidrosefalus pada
peningkatan tekanan intrakranial muntah, gelisah, nyeri kepala, letargi,
lelah, apatis, pengelihatan ganda, perubahan pupil, dan konstriksi
pengelihatan perifer.
1. Riwayat Penyakit Saat Ini
Adanya riwayat infeksi (biasanya infeksi pada selaput otak dan
meningen) sebelumnya. Pengkajian yang didapat meliputi keluhan
anaknya mengalami pembesaran kepala, penuruna tingkat kesadaran
(GCS <15), kejang, muntah, sakit kepala, wajah tampak kecil secara
disproporsional, anak menjadi lemah, kelemahan fisik umum,
akumulasi sekret pada saluran pernapasan, serta adanya liquor pada
hidung. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
yang dihubungkan dengan perubahan di dalam tekanan intrakranial.
Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hidrosefalus sebelumnya, adanya neoplasma otak, kelainan bawaan
pada otak, dan riwayat infeksi.

3. Riwayat Perkembangan
Kelahiran: premature. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak. Riwayat penyakit keluarga, kaji adanya
anggota generasi terdahulu yang menderita stenosis aquaduktus yang
sangat berhubungan dengan penyakit keluarga/keturunan yang terpaut
seks.
B. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang
tua) untuk menilai respons terhadap penyakit yang diderita dan perubahan
peran dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya

29
dalamke kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul
ketakutan akan kecacatan, cemas, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal.

Karena klien harus menjalani rawat inap, maka apakah ada


keadaan memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya
perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.
Hidrosefalus memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, dan
perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya
ini dapat mempengaruhi kestabilitasan emosi dan fikiran klien dan
keluarganya.

Perawat (dokter) juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi


neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada
gaya hidup individual. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas
2 masalah, keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam
hubunganya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan
mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan
individu.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian Tingkat Kesadaran tingkat
Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk disfungsi tingkat persarafan. Beberapa
sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam
kewaspadaan keterjagaan. Gejala khas pada pada hidrosefalus tahap
lanjut adalah adanya dimensia.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien hidrosefalus biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, semikomatosa sampai koma.
2. Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian fungsi serebral pada klien hidrosefalus meliputi status
mental, fungsi intelektual, dan lobus frontal.

30
Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Pada klien hidrosefalus tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan. Pada bayi dan
anak-anak pemeriksaan status mental dilakukan.
Fungsi Intelektual
Pada beberapa klien hidrosefalus didapatkan penurunan dalam ingatan
dan memori, baik dalam jangka panjang maupun pendek. Pada
pengkajian anak, pemeriksaan fungsi intelektual disesuaikan antara
usia dan tumbuh kembang anak, yaitu sering didapatkan penurunan
dalam perkembangan intelektual anak dibandingkan dengan tingkat
perkembangan anak normal sesuai tingkat usianya.
Fungsi Lobus Frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik didapatkan jika jumlah
jika jumlah CSS yang tinggi mengakibatkan adanya kerusakan pada
lobus frontal kapasitas, memori, dan kerusakan fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang
perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah frustasi
dalam program rahabilitas mereka. Pada klien bayi dan anak-anak
penilaian disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan


klien,pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajiananamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem
(B1-B6)dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain)
yang terarahdan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
1. B1 (Breathing)
Tidak ada penyakit lain yang menyertai pemeriksaan. Inspeksi
didapatkan klien tidak batuk, tidak sesak napas, tidak ada penggunaan
otot bantu napas,dan frekuensi pernapasan dalam batas normal. Palpasi
taktil premitusseimbang kanan dan kiri. Perkusi didapatkan resonan

31
pada seluruh lapangan paru. Auskultasi tidak terdengar bunyi napas
tambahan.
2. B2 (Blood)
Tidak ada penyakit lain yang menyertai. Pemeriksaan nadi dengan
frekuensi dan irama yang normal. TD dalam batas normal dan tidak
terdengan bunyi jantung tambahan.
3. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.

a. Tingkat Kesadaran
Kesadaran klien compos mentis. Pemeriksaan dengan
menggunakan GCS.

Respons motorik Respons Membuka


yang terbaik Verbal yang Mata
terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisir 5 Bingung 4 Terhadap 3
panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap nyeri 2
dimengerti
Fleksi abnormal 3 Hanya suara 2
Ekstensi 2 Tidak ada 1 Tidak dapat 1
Tidak ada 1

Sumber: J. M. Black et al, Luckman and Sorensens Medical Nursing: A Nursing


Process
Approach. 4th ed, Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1995 dalam
Muttaqin (2008)

b. Fungsi Serebri
Status mental: klien tampak berpenampilan rapih dan
tingkah laku terarah. Mampu berbicara dengan baik, ekspresi
wajah ceria dan aktivitas motorik klien optimal seperti mampu

32
menggerakkan seluruh badan termasuk tangan dan kaki. Tidak
mengalami perubahan status mental.
c. Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan dalam kondisi normal.
Saraf III, IV, dan VI. tidak terjadi penurunan gerakan kelopak
mata, tidak ada kelainan.
Saraf V. tidak ada kelainan. Seluruh otot wajah berfungsi baik.
Saraf VII. Pengecapan tidak ada kelainan.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
Saraf IX dan X. tidak ada kelainan otot orofaring, tidak
mengalami
kesukaran berbicara, mampu mengunyah, dan menelan.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Kemampuan mobilisasi leher baik.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan berfungsi baik.
d. Sistem motorik
Kekuatan otot normal, control keseimbangan dan koordinasi tidak
ada kelainan.
e. Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan tendon, ligamentum atau
periosteum derajat reflex pada respons normal.
f. Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, dan distonia.
g. Sistem sensorik
Kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan suhu tidak ada
kelainan.

33
4. B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urin
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan
retensi urine dapat terjadi akibat menurunnya perfusi ginjal. Pada
hidrosefalus tahap lanjut klien mungkin mengalami inkontinensia urin
karena konfusi dan ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan,
dan ketidakmampuan untuk menggunakan sistem perkemihan karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Terkadang control Sfingter
urinarius eksternal hilang atau berkurang.
5. B5 ((Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun
serta mual dan muntah pada fase akut. Mual muntah sebagai akibat
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan
permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya


lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Dilakukan pemeriksaan
bising usus sebelum dilakukan palpasi abdomen.

6. B6 (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan fisik umum, pada
bayi disebabkan pembesaran pada kepala sehingga menggangu pada
mobilitas fisik secara umum. Kaji warna kulit, kelembapan, dan turgor
kulit.

34
D. Aplikasi NANDA, NIC, dan NOC

DIAGNOSA NANDA NOC NIC


(00201) Risiko Setelah dilakukan tindakan (2550)
ketidakefektifan perfusi keperawatan selama 3x24 Peningkatan
jaringan otak jam, diharapkan pasien perfusi jaringan
Definisi : mampu mengatasi (0406) Definisi;
Rentan mengalami perfusi jaringan : serebral. Peningkatan
penurunan sirkulasi jaringan Definisi kecukupan aliran perfusi jaringan
otak yang dapat darah melalui pembuluh adekuat dan
mengganggu kesehatan. darah otak untuk pembatasan
Faktor resiko : mempertahankan fungsi otak. terjadinya
Neoplasma otak Dengan kriteria hasil : komplikasi pada
(040602) tekanan pasien yang
intrakranial ditingkatkan mengalami atau
dari skala 2 (deviasi yang berisiko
cukup besar dari kisaran mengalami perfusi
normal) ke skala 4 serebral yang
(deviasi ringan dari inadekuat.
kisaran normal) Aktivitas-aktivitas:
(040602) tekanan darah Konsultasikan
sistolik ditingkatkan dari dengan dokter
skala 2 (deviasi yang untuk
cukup besar dari kisaran menentukan
normal ke skala 4 parameter
(deviasi ringan dari hemodinamik
kisaran normal) dan pertahankan
(010614) tekanan darah
parameter
diastolik ditingkat dari
hemodinamik
skala 2
sesuai yang
telah
ditentukan.

35
Konsultasikan
dengan dokter
untuk
menentukan
tinggi kepala
tempat tidur
yang optimal
(missal 15 atau
30 derajat) dan
monitor respon
pasien terhadap
pengaturan
posisi kepala.
Berikan dan
monitor efek
diuretik osmotic
dan loop-active
dan
kortikosteroid.
Monitor status
neurologi
Monitor TIK
pasien dan
respon
neurologi
terhadap
aktivitas
perawatan.
(00002) ketidak Setelah dilakukan tindakan (1100)
seimbangan nutrisi : keperawatan selama 3x24 Manajemen
kurang dari kebutuhan jam, diharapkan pasien Nutrisi
tubuh mampu mengatasi(1020) Definisi:

36
Definisi : Status Nutrisi Bayi Menyediakan dan
Asupan nutrisi tidak cukup Definisi: menigkatkan
untuk memenuhi kebutuhan Jumlah nutrisi dicerna dan intake nutrisi
metabolik. diserap untuk memenuhi seimbang.
Batasan karakteristik : kebutuhan metabolism serta Aktivitas-aktivitas:
Kurang minat pada meningkatkan pertumbuhan Tentukan status
makanan bayi. gizi pasien dan
Faktor yang berhubungan Dengan kriteria hasil : kemampuan
: Intake nutrisi (pasien) untuk
Faktor biologis ditingkatkan dari skala 1 memenuhi
Ketidakmampuan (tidak adekut) ke skala 3 kebutuhan gizi.
mengabsorpsi Identifikasi
(cukup Adekuat)
nutrien Intake makanan lewat (adanya) alergi
mulutditingkatkan dari atau intolerasi
skala 1 (tidak adekut) ke makanan yang
skala 3 (cukup Adekuat) dimiliki pasien.
Intake cairan lewat Tentukan
mulutditingkatkan dari preferensi
skala 1 (tidak adekut) ke makanan bagi
skala 3 (cukup Adekuat) pasien.
Toleransi Bantu pasien
makananditingkatkan untuk
dari skala 1 (tidak menetukan
adekut) ke skala 3 (cukup piramida
Adekuat) makanan yang
Perbandingan berat- paling cocok
tinggiditingkatkan dari untuk
skala 1 (tidak adekut) ke memenuhi
skala 3 (cukup Adekuat) kebutuhan
Hidrasiditingkatkan dari
nutrisi dan
skala 1 (tidak adekut) ke
preferensi.
skala 3 (cukup Adekuat) Tentukan

37
Pertumbuhanditingkatka jumlah kalori
n dari skala 1 (tidak dan jenis nutrisi
adekut) ke skala 3 (cukup yang
Adekuat) dibutuhkan
Intake kaloriditingkatkan untuk
dari skala 1 (tidak memenuhi
adekut) ke skala 3 (cukup persyaratan gizi.
Adekuat) Atur diet yang
Intake diperlukan
proteinditingkatkan dari Berikan obat-
skala 1 (tidak adekut) ke obatan sebelum
skala 3 (cukup Adekuat) makan missal
Intake lemakditingkatkan antiemetikum.
dari skala 1 (tidak Anjurkan pasien
adekut) ke skala 3 (cukup terkait dengan
Adekuat) kebutuan
Intake makanan
karbohidratditingkatkan tertentu
dari skala 1 (tidak berdasarkan
adekut) ke skala 3 (cukup perkembangan
Adekuat) atau usia
Intake vitamin Monitor kalori
ditingkatkan dari skala 1 dan asupan
(tidak adekut) ke skala 3 makanan.
(cukup Adekuat) Monitor
Intake mineral kecenderungan
ditingkatkan dari skala 1 terjadinya
(tidak adekut) ke skala 3 penurunan dan
(cukup Adekuat) kenaikan berat
Intake kalsium
badan.
ditingkatkan dari skala 1 Beri arahan bila
(tidak adekut) ke skala 3 diperlukan.

38
(cukup Adekuat)

(00132) nyeri akut Setelah dilakukan tindakan (2380) Manajemen


Definisi : keperawatan selama 3x24 Nyeri
Pengalaman sensori dan jam, diharapkan pasien Definisi :
emosional tidak mampu mengatasi(1605) Pengurangana atau
menyenangkan yang Kontrol Nyeri reduksi nyeri
muncul akibat kerusakan Definisi: sampai pada
jaringan aktual atau potensi Tindakan pribadi untuk tingkat
atau yang digambarkan mengontrol nyeri kenyamanan yang
sebagai kerusakan Dengan kriteria hasil : dapat diterima oleh
(International Assosiation Mengenali kapan nyeri pasien.
for the Study of pain); terjadi ditingkatkan dari Aktivitas-aktivitas:
awitan yang tiba-tiba atau skala 3 (kadang-kadang Lakukan
lambat dari intensitas ringan menunjukkan) ke skala 5 pengkajian
hingga berat dengan akhir (secara konsisten nyeri
yang dapat diantsipasi atau menunjukkan) komprehensif
diprediksi. Melaporkan gejala yang yang meliputi
Batasan karakteristik : tidak terkontrol pada lokasi,
Mengekspresikan professional karakteristik,
perilaku (mis, kesehatanskala 3 durasi,
gelisah, merengek, (kadang-kadang frekuensi,
menangis, waspada) menunjukkan) ke skala 5 kualitas,
Perubahan selera (secara konsisten intesitas atau
makan menunjukkan) beratnya nyeri
Menggunakan analgesik
dan factor
yang
pencetus nyeri.
direkomendasikanskala 3 Pastikan
(kadang-kadang perawatan
menunjukkan) ke skala 5 analgesic bagi
(secara konsisten pasien
menunjukkan)

39
Melaporkan nyeri yang dilakukan
terkontrolskala 3 dengan
(kadang-kadang pemantauan
menunjukkan) ke skala 5 ketat.
Tentukan akibat
(secara konsisten
dari pengalaman
menunjukkan)
nyeri terhadap
kualitas hidup
pasien (missal
tidur, nafsu
makan,
pengertian,
perasaan)
Pertimbangkan
tipe dan sumber
nyer ketika
memilih
stratergi
penurunan nyeri
(00047) resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan (3590)
integritas kulit keperawatan selama 3x24 pengecekan kulit
Definisi : jam, diharapkan pasien Definisi :
Rentan mengalami mampu meningkatkan (1101) Pengumpulan dan
kerusakan epidermis integritas jaringan : kulit analisis data pasien
dan/atau dermis, yang dapat dan membran mukosa. untuk menjaga
mengganggu kesehatan. Definisi : keutuhan struktur kulit dan integritas
Faktor resiko : dan fungsi fisiologis kulit dan membran mukosa.
Faktor mekanik selaput lendir secara normal . Aktivitas-
(mis., daya tekanan, Kriteria hasil : aktivitas :
imobilitas fisik) (110101) suhu kulit Periksa
Nutrisi tidak adekuat ditingkatkan dari kulit dan
skala 2 (banyak selaput

40
terganggu) ke skala 5 lendir
(tidak terganggu) terkait
(110103) elastisitas dengan
ditingkatkan dari adanya
skala 2 (banyak kemerahan,
terganggu) ke skala 5 kehangatan,
(tidak terganggu) edema, atau
(110104) hidrasi
drainase.
ditingkatkan dari Monitor
skala 2 (banyak warna dan
terganggu) ke skala 5 suhu kulit.
(tidak terganggu) Monitor
(110113) integritas kulit dan
kulit ditingkatkan dari selaput
skala 2 (banyak lendir
terganggu) ke skala 5 terhadap
(tidak terganggu). area
perubahan
warna,
memar, dan
pecah.
Monitor
infeksi
terutama
daerah
edema.
Lakukan
langkah-
langkah
untuk
mencegah
kerusakan

41
lebih lanjut
(misalnya,
melapisi
kasur,
menjadwal
kan
reposisi).

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel.Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara
produksi dan absorbsi cairan serebrospinal (Darsono,2005)
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel
dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi
dilatasi ruangan CSS diatasnya.

42
Berdasarkan gejalanya,penyakit hidrosepalus dapat dikelompokkan
menjadi tiga jenis: Hidrosepalus kongenital, Hidrosepalus yang didapat
atau acquired, dan Hidrosepalus dengan tekanan normal. Berdasarkan
letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan
anak ini juga terbagi dalam :Hidrosefalus komunikan dan Hidrosefalus
nonkomunikan.
B. SARAN
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksima,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu diperlukan lebih banyak
referensi untuk menunjang proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Andriati,Riris.2014.Jurnal Studi Literatur Mengenai Hidrosepalus


Congenital.http://pdf2doc.com/download/bprq2hrxx8ryo5wh/o_1bb192i6kb
3t1esi9ebh3f16qjp/jurnal%20hidrosefalus%20kongenital.doc?
rnd=0.651965145021677. Diakses tanggal 12 Maret 2017

Junizaf.2006. DexaMedia Jurnal kedokteran dan


Farmasi.http://www.google.com/url?q=http//www.dexa-
medica.com/sites/defaiul/files/publication_uploadDexaMedia Jan-Mar
2006.pdf. Diakses tanggal 10 Maret 2017

Apriyanto dkk.2013.Hidrosefalus pada


Anak.http://download.portalgaruda.org/article.Hidrosefalus-Anak.pdf.
Diakses tanggal 10 Maret 2017

43
Syaifuddin.2016.Anatomi Fisiologi Ed.4.Editor:Monica Ester.Ed.4.Jakarta:EGC

Axton,Sharon.2014.Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik.Terry Fugate:Alih


Bahasa.Editor edisi bahasa Indonesia.Pamilh Eko
Karyuni.Ed.3.Jakarta:EGC

Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan


sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-


2017/editor, T.Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi
Anna Keliat ... [et al].; editor penyelaras, Monica Ester.Ed.
10.Jakarta:EGC,2015.

Elsevier.2013.Nursing Interventions Classification (NIC) edisi


keenam.Yogyakarta: Mocomedia.

Elsevier.2013.Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi kelima.Yogyakarta:


Mocomedia.

44

Anda mungkin juga menyukai