HIDROSEFALUS
DOSEN PENGAMPUH :
Ns. Vellyza Collin, S.Kep, MAN
DISUSUN OLEH :
1. Dela Saputri (2026010073)
2. Mutiara (2026010071)
3. Nasyita Amalia (2026010061)
4. Rheka Wahyuni Khorisma.P (2026010046)
5. Sinta Maisa Putri (2026010078)
6. Ratna Dwi Puspita (2026010066)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta berkatnya sehingga penyusunan makalah ini dapat di
selesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini di susun untuk diajukan sebagai mata
kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “Penyakit Hidrosefalus Pada Bayi Baru
Lahir ” di sekolah tinggi ilmu kesehatan Tri Mandiri Sakti bidan S1 keperawatan.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Ns. Vellyza Collin, S.Kep, MAN
selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak I yang telah membimbing
dan memberikan materi kuliah demi lancarnya penyelesaian makalah ini.kami
menyadari dalam menyusun materi yang telah kami sajikan ini masih jauh dari
sempurna, dimana banyak kekurangan dan perlu di perbaiki. Untuk itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Demikian makalah ini di susun semoga dapat di gunakan sebagaimana
mestinya dan memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENDAHULUAN............................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan Masalah...........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. Definisi........................................................................................3
B. Etiologi........................................................................................3
C. Manifestasi Klinis.......................................................................4
D. Patofisiologi................................................................................5
KASUS........................................................................................12
BAB IV PENUTUP...............................................................................25
A. Kesimpulan..................................................................................25
B. Saran............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
hidrosefalus akan bervariasi tergantung dari usia saat munculnya onset dan
keadaan yang menyertai serta yang menjadi penyebabnya. Sangat penting
untuk mempertimbangkan banyak hal yang mempengaruhi kondisi ini
sehingga penatalaksanaan yang paling tepat dapat direncanakan dan dilakukan
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja definisi hidrosefalus?
2. Bagaimana etiologi hidrosefalus?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis hidrosefalus?
4. Bagaimana patofisiologi hidrosefalus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hidrosefalus
2. Untuk mengetahui etiologi hidrosefalus
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis hidrosefalus
4. Untuk mengetahui patofisiologi hidrosefalus
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan Hidrosefalus pada bayi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti
air, dan cephalus yang berarti kepala.5 Secara umum hidrosefalus dapat
didefiniskan sebagai suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun
penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga terjadi kelebihan cairan
serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini juga dapat diartikan
sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal.
B. Etiologi
2. Infeksi
3
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis
terlihat penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
1. Neoplasma
1. Perdarahan
C. Manifestasi Klinis
4
Pada anak, sutura cranialis sebagian tertutup sehingga tanda
hidrosefalus menjadi lebih tidak kentara. Nyeri kepala merupakan gejala yang
menonjol. Perubahan secara bertahap dalam kepribadian dan kemunduran
dalam produktivitas akademik menunjukkan adanya bentuk hidrosefalus
progresif lambat. Perkusi tengkorak dapat menimbulkan tanda “cracked-pot
sign” atau tanda Macewen, yang menunjukkan adanya pelebaran sutura.
D. Patofisiologi
5
malformasi Arnold Chiari. b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi
intrnsik maupun ekstrinsik saluran likuor, misalnya tumor intraventrikel,
tumor para ventrikel, kista arakhnoid, dan hematom. c. Proses inflamasi
dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk reaksi
ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
Suatu kondisi seperti sindrom vena cava dan trombosis sinus dapat
mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini
termasuk hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri.
1. Terapi sementara
6
Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari
pleksus khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg
BB/hari) dan hanya bisa diberikan sementara saja atau tidak dalam jangka
waktu yang lama karena berisiko menyebabkan gangguan metabolik. Terapi
ini direkomendasikan bagi pasien hidrosefalus ringan bayi dan anak dan tidak
dianjurkan untuk dilatasi ventrikular posthemoragik pada anak. Pada pasien
yang berpotensi mengalami hidrosefalus transisi dapat dilakukan pemasangan
kateter ventrikular atau yang lebih dikenal dengan drainase likuor eksternal.
Namun operasi shunt yang dilakukan pasca drainase ventrikel eksternal
memiliki risiko tertinggi untuk terjadinya infeksi. Cara lain yang mirip dengan
metode ini adalah dengan pungsi ventrikel yang dapat dilakukan berulang
kali.
2. Operasi shunting
7
kraniosinostosis. ETV juga diindikasikan pada kasus block shunt atau slit
ventricle syndrome. Kesuksesan ETV menurun pada kondisi hidrosefalus
pasca perdarahan dan pasca infeksi. Perencanaan operasi yang baik,
pemeriksaan radiologis yang tepat, serta keterampilan dokter bedah dan
perawatan pasca operasi yang baik dapat meningkatkan kesuksesan tindakan
ini.
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu:
Transimulasi
Lingkaran kepala
8
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua
garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar
lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus
telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak
akan terjadi secara menyeluruh.
Ventrikulografi
Ultrasonografi
CT Scan kepala
9
besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering
ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran
CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk
ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan meningitis (peradangan pada selaput otak),
peritonitis (peradangan pada selaput rongga perut), dan peradangan
sepanjang selang Penggunaan antibiotik dapat meminimalkan risiko
terjadinya infeksi dan terkadang diperlukan tindakan pencabutan
selang shunt.
2. Perdarahan subdural (lokasi yang berada di bawah lapisan pelindung
otak duramater) Perdarahan subdural terjadi karena robekan pada
pembuluh darah balik (vena). Risiko komplikasi ini dapat diturunkan
dengan penggunaan shunt yang baik.
3. Obstruksi atau penyumbatan selang shunt
yang terjadi pada selang shunt mengakibatkan gejala yang terus menerus
ada atau timbulnya kembali gejala yang sudah mereda. Sekitar sepertiga
kasus hidrosefalus dengan pemasangan shunt memerlukan penggantian
dalam waktu 1 tahun. Sebagian besar kasus (80%) memerlukan revisi
dalam 10 tahun.
10
4. Keadaan tekanan rendah (low pressure)
Bila cairan yang dialirkan terlalu berlebihan, maka dapat menjadi keadaan
dengan tekanan rendah. Gejaala yang timbul berupa sakit kepala dan
muntah saat duduk atau berdiri. Gejala ini dapat membaik dengan asupan
cairan yang tinggi dan perubahan posisi tubuh secara perlahan
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Klien L, usia 2 bulan, masuk melalui IGD dan dirawat di ruang bedah anak lantai
III RS Grand Medistra sejak tanggal 20 februari 2020. Klien dibawa ke rumah sakit
dengan alasan mengalami pembesaran kepala sejak lahir. Orangtua klien mengatakan,
klien lahir di bidan secara normal. Pada saat lahir memang kepala klien terlihat agak
besar, namun bidan mengatakan klien normal. Tidak ada kejang. Saat masuk RS,
berat badan klien 6,7 kg. Panjang badan 58 cm. Lingkar kepala klien 49,8 cm. Klien
telah dilakukan operasi pemasangan VP shunt. Pada saat pengkajian awal, kesadaran
klien compos mentis dan keadaan umumnya sedang. Di kepalanya tampak balutan
luka operasi. Selain itu di abdomen juga terdapat luka balutan. Tanda-tanda vital
klien cukup stabil yaitu N: 110 x/menit, pernafasan 28 x/menit, dan suhu 36,8OC.
Klien terlihat berbaring di tempat tidur. Klien terlihat sering menangis, terutama pada
saat dilakukan prosedur invasif seperti pemasangan infus dan pengambilan sampel
darah. Hasil dari pemeriksaan cairan otak secara makroskopi didapatkan hasil Tes
Nonne (+) dan Tes Pandy (+), protein total 53 mg/d, glukosa 45 mg/dl, dan klorida
667 mg/dl. Sedangkan hasil pemeriksaan hematologi semuanya dalam batas normal.
1) Pengkajian
a. Identitas Data
Nama : An.L
Tempat/tgl lahir : Galang, 20 desember 2019
Usia : 2 bln
Nama Ayah/Ibu : Ibu S
Alamat : Jln. Galang ,Desa pulau tagor, Kec serbajadi
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
12
b. Keluhan Utama
An. L (2 bulan), perempuan, dengan hidrosefalus. Klien masuk pada tanggal
20 februari 2020 dengan alasan mengalami pembesaran kepala sejak lahir.
Klien direncanakan untuk operasi pemasangan VP shunt. Orangtua anak
mengatakan anak lahir di bidan secara normal. Pada saat lahir kepala klien
terlihat agak besar, namun bidan mengatakan anak normal. Saat masuk RS,
lingkar kepala anak 49,8 cm.
d. Riwayat Sosial
Yang mengasuh : orang tua
Hubungan dengan anggota keluarga : baik
Hubungan dengan teman sebaya : baik
Pembawaan secara umum : sedikit rewel
Lingkungan rumah : pemukiman padat penduduk
e. Kebutuhan Dasar
Makanan yang disukai/tidak disukai : ASI
Selera : baik
Alat makan yang dipakai : botol susu
Pola makan/jam : minum ASI 3 jam sekali
13
Pola tidur : tidur malam hari 9-10 jam
Kebiasaan sebelum tidur : benda yang dibawa saat tidur yaitu
boneka, diberi dot
Tidur siang : 2 jam
Mandi : 2 X sehari, pagi dan sore
Aktifitas bermain : terbatas karena kepala membesar
Eliminasi : – BAB 1X sehari konsistensi lunak
BAK 5-6 kali sehari kuning jernih
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik, compos mentis
TB/BB : PB= 58cm, BB= 6,7 kg
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, “sunset
eyes”
Hidung : jalan nafas tidak ada sumbatan, tidak terdapat sekresi
sputum
Mulut : mukosa lembab berwarna merah muda
14
Telinga : tidak ada sekresi dan tidak ada gangguan pendengaran
Tengkuk : tidak ada sakit tengkuk
Dada : simetris
Jantung : BJ 1 dan BJ2 (+),
Paru-paru : bunyi nafas vesikuler, ronchi (-)
Perut : datar, bising usus (+), tidak ada distensi dan tidak ada
nyeri
Punggung : normal, lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-)
Genitalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : akral hangat CRT<3
Kulit : turgor baik
Tanda vital : HR 110 x/mnt , RR 28 x/mnt, S= 36,8 OC
2) Analisa Data
15
Do:
- Anak tampak
meringis dan sering
menangis.
- Pengkajian nyeri
neonatus 6 dari 7
- Terpasang balutan
luka op di kepala dan
abdomen
2 Ds: luka post Resiko infeksi (D.0142)
- Terpasang balutan operasi
luka op di kepala dan
abdomen
Do:
- Leukosit 10.000 uL
- Suhu 36,8 oC
3 Ds: Tumor Otak Resiko perfusi serebral
- Ibu klien tidak efektif (D.0017)
mengatakan, kepala
klien membesar sejak
lahir
Do:
- Kepala tampak
membesar, lingkar
kepala 49,8 cm
terlihat “sunset eyes”
pada anak
- Hasil CT Scan
tampak dilatasi
16
ventrikel
- Hasil pemeriksaan
makroskopi cairan
otak: tes Nonne (+),
tes Pandy (-).
3) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Gejala penyakit (D. 0074)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi (D.0142)
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan Tumor Otak
(D.0017)
4) Intrrvensi
17
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, romaterapi,
teknik imajenasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
18
infeksi menurun kesehatan dan riwayat
alergi
- Identifikasi kontraindikasi
pemberiaaan imunisasi
(mis. Reaksi anafilaksis,
terhadap vaksin sebelumnya
dan atau sakit para dengan
atau tanpa demam)
- Identifikasi status imunisasi
setiap kunjungan
kepelayanan kesehatan
Terapeutik:
- Berikan suntikan pada bayi
dibagian paha anterolateral
- Dokumentasikan informasi
vaksinasi (mis. Nama
produsen, tanggal
kadaluarsa)
- Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi:
- Jelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal,
dan efek samping
- Informasikan imunisasi
yang diwajibkan pemerintah
(mis. Hepatitis B, BCG,
defteri, tetanus, pertusis, H
influenza B, polio, campak,
19
measles, rubella)
- Informasikan imunisasi
yang melindungi terhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah ( mis. Influenza,
pneu mukokus)
20
- Berikan posisi semipowler
- Hindari manuver valsavah
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu
5) Implemtasi
21
romaterapi, teknik imajenasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
- Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredahkan
nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi:
- Mengkoolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
22
setiap kunjungan kepelayanan
kesehatan
Terapeutik:
- Memberikan suntikan pada bayi
dibagian paha anterolateral
- Mendokumentasikan informasi
vaksinasi (mis. Nama produsen,
tanggal kadaluarsa)
- Menjadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan, manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
- Menginformasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah (mis.
Hepatitis B, BCG, defteri, tetanus,
pertusis, H influenza B, polio,
campak, measles, rubella)
- Menginformasikan imunisasi yang
melindungi terhadap penyakit namun
saat ini tidak diwajibkan pemerintah (
mis. Influenza, pneu mukokus)
23
ganggungan metabolism, edema
serebral)
- Memonitor tanda gejala peningkatan
TIK ( mis. Tekanan darah meningkat,
tekanan nadi melebar, bradikardia,
pola nafas iriguler, kesadaran
menurun)
- Memonitor IAP ( mean arterial
pressure)
Terapeutik:
- Meminimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
- Memberikan posisi semipowler
- Menghindari manuver valsavah
Kolaborasi:
- Mengkolaborasi pemberian sedasi
dan anti konvulsan, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
BAB IV
PENUTUP
24
A. Kesimpulan
Hidrosefalus adalah salah satu kelainan kongenital, kebanyakan kasus
hidrosefalus dialami oleh neonatus. Anak dengan hidrosefalus memerlukan
perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus
mengalami kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi
dekubitus.
Berbagai masalah fisik maupun mental dapat dialami oleh anak
dengan hidrosefalus. Masalah fisik yang muncul dapat berupa gangguan rasa
nyaman yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intrakranial ditandai
dengan membesarnya kepala anak. Penatalaksanaan medis yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hidrosefalus pun beragam, salah satunya dengan
pemasangan VP shunt. Masalah keperawatan yang dapat muncul pada anak
post operasi pemasangan VP shunt adalah risiko infeksi. Risiko infeksi dapat
dicegah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat seperti
perawatan luka dengan prinsip steril.
Perawatan kepada anak terutama neonatus diberikan secara
komprehensif di rumah sakit. Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada
anak mencakup tindakan pemasangan infus, perawatan luka dan prosedur
invasif lain. Bayi baru lahir cukup bulan yang dirawat di rumah sakit secara
kontinu akan dilakukan pemberian terapi, oleh karena itu diperlukan
pemasangan infus. Tindakan ini merupakan prosedur invasif yang
menyakitkan bagi neonatus. Pemberian Non-nutritive sucking (NNS) dapat
membantu untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh neonatus.
B. Saran
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-
kasus yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini
maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara
maksimal, sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat
25
mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan
lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-
Askep%20Hidrosefalus.html
26
Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America:Mosby.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta: Salemba Medika.
27