Disusun oleh:
Nama NIM
Wa Ode Alna PBd21.246
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh:
Pembimbing CI Dosen Pembimbing
Mahasiswa
Wa Ode Alna
Nim PBd21.246
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT Karena atas limpahan rahmatnyalah sehingga
Asuhan Kebidanan Kehamilan yang berjudul “hidrosefalus” dapat terselesaikan dengan tepat
waktu, sebagai penyusu juga mengirim salam dan shalawat atas junjungan Nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini tentunya masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan, baik dari
pembahasan maupun isi di dalamnya untuk itu kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca. Penulis juga berharap agar pembaca dapat mempelajari dan
memahami dengan mudah laporan yang telah dibuat ini.
sebagai penulis juga berharap melalui saran dan kritik para pembaca untuk
kedepannya agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN
PENGESAHAN.............................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................... iii
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian hidrosefalus 3
B. Etiologi hidrosefalus 4
C. Manifestasi klinis 5
D. Patofisiologis 6
E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 7
F. Pemeriksaan penunjang 8
G. komplikasi 9
BAB III PEMBAHASAN
A. Kasus 10
B. Pengkajian 11
C. Diagnosa Keperawatan 12
D Analisis data 13
E. Diagnosa keperawatan 14
F. Intervensi keperawatan 15
G. Evaluasi 16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan cairan
serebrospinal pada sistem saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu masalah yang sering
ditemui di bidang bedah saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50%. Penyebab hidrosefalus pada
anak secara umum dapat dibagi menjadi dua, prenatal dan postnatal. Baik saat prenatal
maupun postnatal, secara teoritis patofisiologi hidrosefalus terjadi karena tiga hal yaitu
produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi liquor yang berlebihan, dan
peningkatan tekanan sinus venosa.
Hidrosefalus pada anak dapat didiagnosis dan diterapi sejak dini. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan melihat adanya empat tanda hipertensi intrakranial. Pemeriksaan
penunjang seperti USG dapat membantu penegakan diagnosis di masa prenatal maupun
postnatal, sedangkan CT Scan dan MRI pada masa postnatal. Terapi pada kasus ini
sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Pada kebanyakan kasus, pasien memerlukan
tindakan operasi shunting namun terdapat pula pilihan atau terapi alternatif non-shunting
seperti terapi etiologik dan penetrasi membran. Prognosis ditentukan oleh berbagai macam
faktor, di antaranya adalah kondisi yang menyertai, durasi dan tingkat keparahan, serta
respon pasien terhadap terapi. Tingkat kematian pada pasien hidrosefalus dengan terapi
shunting masih tinggi karena berbagai komplikasi yang terjadi, salah satunya adalah
infeksi pasca operasi.5,6 Hidrosefalus bukanlah suatu penyakit tunggal melainkan hasil
akhir dari proses patologis yang luas baik secara kongenital maupun akibat dari kondisi
yang didapat. Gejala klinis, perubahan dan prognosis jangka panjang dari hidrosefalus
akan bervariasi tergantung dari usia saat munculnya onset dan keadaan yang menyertai
serta yang menjadi penyebabnya. Sangat penting untuk mempertimbangkan banyak hal
yang mempengaruhi kondisi ini sehingga penatalaksanaan yang paling tepat dapat
direncanakan dan dilaku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti air, dan
cephalus yang berarti kepala.5 Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai
suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan serebrospinal
sehingga terjadi kelebihan cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini
juga dapat diartikan sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal.
✓ Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebro-spinal
(CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel
dan tempat absorbsi dalam ruang subarakhnoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang
terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan
terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak
(Allan H. Ropper, 2005:360)
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glikoma
yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,
selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
✓ Manifestasi Klinis
Tanda klinis hydrocephalus bervariasi dan tergantung pada banyak faktor,
termasuk usia munculnya, sifat lesi yang menyebabkan obstruksi, dan lama serta
kecepatan munculnya tekanan intrakranium. Iritabilitas, lesu, nafsu makan buruk,
dan muntah adalah lazim pada bayi dan anak yang menderita hidrosefalus.
Pada bayi, angka percepatan pembesaran kepala merupakan tanda yang
paling menonjol. Fontanela anterior terbuka lebar dan menonjol, dan vena kulit
kepala dilatasi. Dahi lebar dan mata dapat berdeviasi ke bawah karena pergeseran
pelebaran ceruk suprapineal pada tektum menimbulkan tanda mata “sunset
phenomenom” atau matahari terbenam.
Pada anak, sutura cranialis sebagian tertutup sehingga tanda
hidrosefalus menjadi lebih tidak kentara. Nyeri kepala merupakan gejala yang
menonjol. Perubahan secara bertahap dalam kepribadian dan kemunduran
dalam produktivitas akademik menunjukkan adanya bentuk hidrosefalus
progresif lambat. Perkusi tengkorak dapat menimbulkan tanda “cracked-pot
sign” atau tanda Macewen, yang menunjukkan adanya pelebaran sutura.
✓ Patofisiologi
Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem
ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di
ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak 80% dari total cairan
serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan serebrospinalis lebih kurang 0,35-
0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut sama
pada orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari
ventrikel lateral menuju ke foramen monro kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya
mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska
dan magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis. Secara
teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang yaitu:
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
b) Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit.
Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada
hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
c) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis
kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala
dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis
maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
d) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi
ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal
atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di
rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
e) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai
nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena
USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya
pada pemeriksaan CT Scan.
f) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya
penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada
hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua
sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
1. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan meningitis (peradangan pada selaput otak), peritonitis
(peradangan pada selaput rongga perut), dan peradangan sepanjang
selang Penggunaan antibiotik dapat meminimalkan risiko terjadinya infeksi dan
terkadang diperlukan tindakan pencabutan selang shunt.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
KASUS
Klien R, usia 2 bulan, masuk melalui IGD dan dirawat di ruang Lambu barakati anak
lantai II di RS Bhateramas Sulawesi Tenggara sejak tanggal 23 februari 2023. Klien dibawa
ke rumah sakit dengan keluhan mengalami pembesaran kepala sejak lahir. Orangtua klien
mengatakan, klien lahir di bidan secara normal. Pada saat lahir memang kepala klien terlihat
agak besar, namun bidan mengatakan klien normal. Tidak ada kejang. Saat masuk RS, berat
badan klien 6,7 kg. Panjang badan 58 cm. Lingkar kepala klien 49,8 cm. Klien telah
dilakukan operasi pemasangan VP shunt. Pada saat pengkajian awal, kesadaran klien compos
mentis dan keadaan umumnya sedang. Di kepalanya tampak balutan luka operasi. Selain itu
di abdomen juga terdapat luka balutan. Tanda-tanda vital klien cukup stabil yaitu N: 110
O
x/menit, pernafasan 28 x/menit, dan suhu 36,8 C. Klien terlihat berbaring di tempat tidur.
Klien terlihat sering menangis, terutama pada saat dilakukan prosedur invasif seperti
pemasangan infus dan pengambilan sampel darah. Hasil dari pemeriksaan cairan otak secara
makroskopi didapatkan hasil Tes Nonne (+) dan Tes Pandy (+), protein total 53 mg/d,
glukosa 45 mg/dl, dan klorida 667 mg/dl. Sedangkan hasil pemeriksaan hematologi
semuanya dalam batas normal.
A. PENGKAJIAN
1.Biodata Pasien
Usia : 2 bulan
Pendididkan :-
Pekerjaan :-
Nama : FADLI
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : Petani
3.Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
An. R (2 bulan), laki-laki, dengan hidrosefalus. Klien masuk pada
tanggal 23 februari 2023 dengan alasan mengalami pembesaran kepala sejak
lahir. Klien direncanakan untuk operasi pemasangan VP shunt. Orangtua anak
mengatakan anak lahir di bidan secara normal. Pada saat lahir kepala klien
terlihat agak besar, namun bidan mengatakan anak normal. Saat masuk RS,
lingkar kepala anak 49,8 cm.
C. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : orang tua
D. Kebutuhan Dasar
1. Makanan yang disukai/tidak disukai : ASI
2. Selera : baik
6. Kebiasaan sebelum tidur: benda yang dibawa saat tidur yaitu boneka,
diberi dot
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik, compos mentis
2. TB/BB : PB= 58cm, BB= 6,7 kg
8. Dada : simetris
11. Perut : datar, bising usus (+), tidak ada distensi dan tidak
ada nyeri
Diagnosa Keperawatan
• Resiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK
(tekanan intrakranial).
• Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan luka post operasi
• Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
Intervensi Keperawatan
1. Tidak terjadi peningkatan TIK (ditandai dengan nyeri kepala hebat, kejang, muntah,
dan penurunan kesadaran)
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi: 60-120x/menit , suhu: 36,5- 37,5 o
C, RR:
20-40x/menit)
3. Klien akan mempertahankan atau meningkatkan kesadaran
Implementasi:
1. Mempertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital
2. Memantau status neurologis
3. Memantau frekuensi/irama jantung dan denyut jantung
4. Memantau pernapasan, catat pola, irama pernapasan dan frekuensi pernapsan.
5. Meninggikan kepala tempat tidur sekitar 30 derajat sesuai indikasi.
6. Menjaga kepala pasien tetap berada pada posisi netral.
7. Mengukur lingkar kepala setiap 1 minggu sekali, observasi fontanel dari cembung dan
palpasi sutura kranial
8. Diagnosa: Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan luka post operasi
Kriteria hasil:
1. Suhu dan tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi: 60-120x/menit , suhu: 36,5-
o
37,5 C, RR: 20-40x/menit)
Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidrosefalus adalah salah satu kelainan kongenital, kebanyakan kasus
hidrosefalus dialami oleh neonatus. Anak dengan hidrosefalus memerlukan
perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus
mengalami kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi
dekubitus.
Berbagai masalah fisik maupun mental dapat dialami oleh anak dengan
hidrosefalus. Masalah fisik yang muncul dapat berupa gangguan rasa nyaman
yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan
membesarnya kepala anak. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan
untuk mengatasi hidrosefalus pun beragam, salah satunya dengan pemasangan
VP shunt. Masalah keperawatan yang dapat muncul pada anak post operasi
pemasangan VP shunt adalah risiko infeksi. Risiko infeksi dapat dicegah
dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat seperti perawatan luka
dengan prinsip steril.
Perawatan kepada anak terutama neonatus diberikan secara
komprehensif di rumah sakit. Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada
anak mencakup tindakan pemasangan infus, perawatan luka dan prosedur
invasif lain. Bayi baru lahir cukup bulan yang dirawat di rumah sakit secara
kontinu akan dilakukan pemberian terapi, oleh karena itu diperlukan
pemasangan infus. Tindakan ini merupakan prosedur invasif yang
menyakitkan bagi neonatus. Pemberian Non-nutritive sucking (NNS) dapat
membantu untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh neonatus.
B. Saran
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-
kasus yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini
maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara
maksimal, sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat
mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan
lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA