Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK I
HIDROSEFALUS
Dosen : Etri Taviane, S.Kep,. Ns.

Disusun Oleh :
Kelompok VI
Apriliano

:20

14.B.15.0362
Marti

:2014.B.15.0385

Riswan Saputra

:2014.B.15.0396

Wahhwani

:2014.B.15.0400

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
ASUHAN KEPERWATAN PADA ANAK HIDROSEFALUS

Makalah

ini

nasofaring,penyebab

berisikan
carcinoma

tentang

informasi

Pengertian

nasofaring,penanganannya,serta

carsinoma
manifestasi

klinisnya,dan asuhan keperawatannya.


Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Palangka raya, 28 Oktober 2015

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1

LATAR BELAKANG.....................................................................................1

1.2

TUJUAN PENULISAN..................................................................................1

1.3

RUMUSAN MASALAH................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2
2.1

DEFINISI HIDROSEFALUS.........................................................................2

2.2

ETIOLOGI HIDROSEFALUS.......................................................................3

2.3

FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS...............................................4

2.4

PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS.............................................................5

2.5

MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS..................................................7

2.6

PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS.....................................8

2.7

PENTALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS.......................................9

2.8

KOMPLIKASI HIDROSEFALUS...............................................................11

2.9

MANAJEMEN KEPERAWATAN................................................................12

2.9.1

PENGKAJIAN......................................................................................12

2.9.2

DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS..............................13

2.9.3

RENCANA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS...............................13

2.9.4

Implementasi.........................................................................................16

2.9.5

Evaluasi.................................................................................................16

BAB III PENUTUP..................................................................................................17


3.1

KESIMPULAN.............................................................................................17

3.2

SARAN.........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah


cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial
sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa
pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui
sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000
bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering
menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan
tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus memerlukan
perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada
kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran
sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

1.2
1.

TUJUAN PENULISAN

Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan


pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.

2.

Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya


tentang HIDROSEFALUS.

1.3

RUMUSAN MASALAH

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa definisi dari HIDROSEFALUS?


Bagaimana etiologi pada HIDROSEFALUS?
Apa manifestasi klinis nya?
Apa saja pemeriksaan penunjang pada HIDROSEFALUS?
Apa saja penatalaksanaan HIDROSEFALUS?
Apa komplikasi dari HIDROSEFALUS?
Bagaiaman Manajemen Keperawatan dari HIDROSEFALUS?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI HIDROSEFALUS


Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral,
ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan

keadaan

patologis

otak

yang

mengakibatkan

bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngastiyah,2007).

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang


progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang ruang
tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a.

Hidrosefalus

Congenital, yaitu

Hidrosefalus

yang

dialami

sejak

dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan


b.

Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan


atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).

2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus


a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar
dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS
yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan
ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai
otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak
atauathrophy (Anonim, 2003).
2.2 ETIOLOGI HIDROSEFALUS

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS
diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1.

Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau


infeksi intrauterine meliputi :
Stenosis aquaductus sylvi
Spina bifida dan kranium bifida
Syndrom Dandy-Walker
Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

2.

Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan


Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah
lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV /
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
cerebelum,

penyumbatan

bagian

depan

ventrikel

III

disebabkan

kraniofaringioma.
Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan
yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
2.3 FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS
a.

Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan

demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus,


produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
1.

Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar

2.

Parenchym otak

3.
b.

Arachnoid

Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat

pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II


ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III,
dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang
foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis.
Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini
mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial
menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua
hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi
absorbsi melalui villi arachnoid.

2.4 PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan


subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami
atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan
yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray
matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang
tiba tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan.
Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura
kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara
dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan
type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim
ventrikel tiap 6 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal
yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral
cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi.

Pathway HIDROSEFALUS

2.5 MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS


Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2
tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun

Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.


Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan

pelebaran vena-vena kulit kepala.


Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign

yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.


Perubahan pada mata.

10

bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang
supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti

matahari yang akan terbenam


strabismus divergens
nystagmus
refleks pupil lambat
atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.

2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.


Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra
kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS
A. Pemeriksaan fisik:
Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk

B.

C.

melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal


Transiluminasi
Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan

ada infeksi sisa


D. Pemeriksaan radiologi:
X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
2.7 PENTALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan
genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar
keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik

11

untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat
lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada
umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan
dosis 25 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan
kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian
diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan pada kasus
didapat dapat sembuh spontan 40 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat
mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada
keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter
shunt obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari
ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan
ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi
radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk
selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau
dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi

12

c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.


Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1.

Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi

hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
2.

Penanganan alternatif ( selain shunting )


Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi

radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi.
saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III
adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3.

Operasi pemasangan pintas ( shunting )


Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan

kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang
ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2
hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit
terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang
dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual,
lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

13

2.8 KOMPLIKASI HIDROSEFALUS


a. Peningkatan tekanan intrakranial
b. Kerusakan otak
c. Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abse
s otak.
d. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
e. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
f. Kematian

2.9 MANAJEMEN KEPERAWATAN

2.9.1

PENGKAJIAN

a)

Biodata : Terjadi pada bayi dan anak

b)

Riwayat Kesehatan

14

Prenatal: Adanya infeksi intra Uterin/ Kongenital


Post Natal : Perdarahan, Neoplasma.
c)

Pemeriksaan Fsik

Masa bayi :
kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada kulit kepala
dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi CrackedPot ( tanda macewe),Mata melihat kebawah (tanda setting sun ) , mudah
terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran,
opistotonus dan spatik pada ekstremitas bawah.pada bayi dengan malformasi
Arnold- Chiari, bayi mengalami kesulitan menelan, bunyi nafas stridor,
kesulitan bernafas, Apnea, Aspirasi dan tidak reflek muntah.

Masa Kanak-Kanak
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah terstimulasi ,
Letargy Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.

d)

Pemeriksaan Diagnostik

Lingkar Kepala pada masa bayi


Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis
yang abnormal

Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"


Opthalmoscopi menunjukan papil edema
CT Scan
Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta erosi
tulang intra cranial

Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat terlihat di


dalam system ventrikular atau sub arakhnoid.

e)

Perkembangan Mental/ Psikososial


Tingkat perkembangan

15

f)

2.9.2
1.
2.
3.
4.
5.
2.9.3

Mekanisme koping
Pengalaman di rawat di Rumah Sakit
Pengetahuan Klien dan Keluarga
Hidrosephalus dan rencana pengobatan

Tingtkat pengetahuan
DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS
Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan gangguan
status nutrisi
Resiko cedera berhubungan dengan kejang
Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang
hidrosefalus dan terapi
Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
RENCANA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS

1. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan


tekanan intracranial
Tujuan: Anak akan mempertahankan fungsi otak dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda lebih lanjut peningkatan TIK
Intervensi:
a.

Lakukan pengkajian neurologis setiap 2-4 jam meliputi respon pupil,


cengkraman, menggenggam, respon nyeri.
R/ pengkajian yang dilakukan sesering mungkin, memberi data untuk
menentukan perubahan data dasar tentang keadaan neurologis anak yang
mengindikasikan TIK
b. Kaji tanda vital setiap 2-4 jam, catat ketidakteraturan frekuensi pernapasan,
frekuensi dan irama jantung, serta pelebaran tekanan nadi.
R/ pengkajian yang dilakukan sesering mungkin, akan membantu mendeteksi
tanda dini peningkatan TIK (seperti takikardia, flutuasi tekanan darah, dan
pernapasan Ceyne-stokes)
c. Lakukan pengkajian saraf kranial setiap 2-4 jam
R/ perubahan saraf kranial menunjukkan refleksi langsung dari TIK.
Kebanyakan saraf C3 dan C6 dipengaruhi oleh perubahan pupil dan gerakan

16

eksraokuler. Terjadi pula perubahan pada C7, C9 dan C10 yang ditandai
dengan ketidakmampuan berbicara dan menelan, dan stridor atau bunyi
berkokok saat inspirasi
d. Tinggikan kepala tempat tidur 30
R/ peninggian kepala tempat tidur memungkinkan terjadinya gravitasi untuk
meningkatkan drainase aliran vena serebrum sehingga membantu penurunan
TIK.
e. Kaji ubun-ubun terhadap kemungkinan terjadi penonjolan setiap 4 jam.
Yakinkan untuk melakukan pengkajian selama periode yang tenang, sebab
ubun-ubun biasanya menonjol selama anak menangis.
R/ penonjolan ubun-ubun yang tampak penuh, secara langsung merefleksikan
peningkatan TIK.
2.

a.
b.
c.

d.

e.

3.

Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan gangguan status


nutrisi
Tujuan: Anak akan mendemonstrasikan tidak ada tanda dehidrasi yang
ditandai dengan berat badan stabil, turgor kulit baik, kadar elektrolit stabil,
membrane mukosa lembab, haluaran urine 1-2 ml/kg/jam.
Intervensi:
Pantau asupan dan haluaran cairan secara teliti.
R/ pemantauan kehilangan cairan secara teliti mendeteksi kehilangan cairan.
Timbang berat badan pada waktu yang sama setiap hari.
R/ peningkatan atau berkurangnya berat badan merefleksikan status hidrasi.
Catat frekuensi dan jumlah muntah.
R/ Muntah merupakan tanda umum peningkatan TIK, dapat berpengaruh
terhadap status hidrasi anak.
Pantau kadar elektrolit serum pada anak, setiap hari jika muntah terjadi.
Berikan perhatian saksama pada kadar natrium dan kalium.
R/ kehilangan natrium, kalium dan elektrolit lainnya dalam jumlah besar dapat
terjadi sebagai akibat muntah.
Berikan nutrisi parenteral sesuai saran, dan pantau pemberiannya setiap jam.
R/ pemberian cairan parenteral akan membantu mengembalikan jumlah cairan
secara normal serta keseimbangan elektrolit.

Resiko cedera berhubungan dengan kejang.


Tujuan: Anak tidak akan mengalami cedera sebagai akibat kejang
Intervansi:
a. Lakukan pencegahan kejang pada anak dengan peningkatan TIK.

17

b.

c.

d.

e.

R/ kejang merupakan lanjut peningkatan TIK. Kewaspadaan kejang


diperlukan untuk mencegah cedera pada anak.
Bantu anak berbaring ke arah sisi, salah satunya di atas tempat tidur atau
dilantai, dan jauhkan dari benda yang mengganggu.
R/ tahap ini membantu mencegah cedera akibat jatuh, dan dari kejang
konvulsif atau aktivitas kejang yang menyentak.
Usahakan untuk tidak restrein anak, tetapi pertahankan pada posisinya.
R/ pengikatan atau pemaksaan untuk memindahkan anak, dapat
menyebabkan truma.
Usahakan untuk tidak meletakkan sesuatu dalam mulut anak.
R/ mencoba memasukkan suatu objek ke dalam mulut anak, dapat merusak
gigi dan gusi.
Kaji status pernapasan anak.
R/ anak mungkin memerlukan resusitasi pernapasan, jika ia mengalami
apnea selama atau setelah kejang.

4. Ansietas (orang tua dan anak) yang berhubungan dengan kurangnya pemahaman
tentang hidrosefalus dan terapi.
Tujuan: Orang tua dan anak akan mengekspresikan pemahamannya tentang
hidrosefalus,
Intervensi:
a. Jelaskan tentang definisi hidrosefalus, anatomi ventrikel, tujuan dasar dari
parau. Gunakan sample parau jika tersedia untuk membantu mengklarifikasi
penjelasan yang diberikan. Juga jelaskan tujuan berbagai tindakan uji
diagnostic yang disarankan dan prosedur yang akan dijalani anak.
R/ memberikan penjelasan semacam ini akan membantu mengurangi
ketakutan dan kecemasan serta meningkatkan penerimaan terhadap kondisi
anak.
b. Beri waktu kepada orang tua untuk mengajukan pertanyaan dan
mengekspresikan ketakutan dan kekhawatiran.
R/ orang tua membutuhkan waktu untuk dapat memahami semua informasi
yang diberikan sehingga mereka mendapatkan ide untuk bertanya serta
mengekspresikan ketakutan dan kekhawatiran.
c. Bantu anak untuk mempersiapkan rawat inap di rumah sakit dan
pembedahan dengan simulasi menggunakan boneka, alat-alat rumah sakit
yang tersedia

18

R/ mendemonstrasikan dengan meggunakan boneka sangatlah berguna untuk


membantu anak agar dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat rawat
inap.
d. Beri penguatan terhadap penjelasan ahli bedah.
R/ orang tua dan anak sering menerima terlalu banyak informasi dalam
waktu yang singkat. Ulangi penjelasan untuk membantu memahami kondisi
anak.
5.

Nyeri b/d peningkatan TIK


Tujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK
Intervensi :
a. Lakukan observasi terhadap klien
b. Atur posisi Klien
c. Kaji tingkat nyeri klien
d. Ajarkan tekhnik relaksasi kepada klien
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik
2.9.4

Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan
menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
2.9.5 Evaluasi
1. Anak akan mempertahankan fungsi otak dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
lebih lanjut peningkatan TIK.
2. Anak akan mendemonstrasikan tidak ada tanda dehidrasi yang ditandai dengan
berat badan stabil, turgor kulit baik, kadar elektrolit stabil, membrane mukosa
lembab, haluaran urine 1-2 ml/kg/jam.
3. Anak tidak akan mengalami cedera sebagai akibat kejang.
4. Orang tua dan anak akan mengekspresikan pemahamannya tentang
hidrosefalus.

BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN

19

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral,


ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan

keadaan

patologis

otak

yang

mengakibatkan

bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang ruang
tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
3.2SARAN

Diharapkan kepada orang tua yang mendapatkan anak dengan kasus


hidrosefalus untuk tidak berkecil hati karena ada masih ada cara pengobatan yang
dapat dilakukan. Pengobatan tersebut dapat membantu anak tersebut untuk proses
tumbuh kembangnya dikemudian hari.
Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan dan
asuhan yang adekuat dan hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi sehingga dapat
menurunkan angka kematian pada bayi.

20

DAFTAR PUSTAKA

.Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America:Mosby.
Meidian, JM. (2002). Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of
America:Mosby.
Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC.
Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Salemba
Medika.
Price,Sylvia

Anderson.

2005. Patofisiologi;Konsep

klinis

proses-proses

penyakit,Jakarta;EGC.
Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J.
Neurol, 2000 ; 247 : 5-14.
Wong, Donna L., 2003, Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai