Oleh :
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tugas utama profesi dokter adalah mempertahankan hidup dan mengurangi
penderitaan. Dengan berkembangnya waktu, ilmu kedokteran berkembang menjadi
berbagai spesialisasi yang landasan ilmunya dikembangkan dari ilmu kedokteran
umum. Anestesiologi dan reanimasi adalah salah satu cabang perkembangan ilmu
kedokteran. Berkaca dari dua tugas utama profesi dokter di atas, maka anestesiologi
dan reanimasi menjabarkan bidang kajiannya menjadi pengelolaan bantuan hidup
serta pengelolaan stress dan nyeri. Pada tahun 1900-an tugas pembiusan masih
diserahkan kepada ahli bedah junior atau mahasiswa kedokteran. Pada tahun 1905
baru dibentuklah organisasi ahli anestesi pertama di Amerika Serikat. Dengan
berjalannya waktu terjadi perubahan persepsi dan paradigma bahwa pembedahan
adalah suatu kegawatan yang terencana. Maka dari itu peran seorang dokter anestesi
makin berkembang. Selain mengelola life support (bantuan hidup) dan mengelola
stress dan nyeri, dokter anestesi wajib menciptakan kondisi optimal untuk
pembedahan.
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti
kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif
yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini
disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi
dari CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral,
keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus
akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut
sebagai hidrosefalus internal.Selain itu beberapa lesi intrakranial menyebabkan
peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus. Peninggian volume
CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi serebral.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dan penyusunan makalah ini adalah diajukan sebagai syarat dalam memenuhi
tugas pelatihan perawat mahir anestesi di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Hidrosefalus
infantil;
46%
adalah
akibat
abnormalitas
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
a. Kelainan Bawaan (Kongenital)
1) Stenosis akuaduktus Sylvii
2) Spina bifida dan kranium bifida
3) Sindrom Dandy-Walker
4) Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
b. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat
penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah
lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
c. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum,
penyumbatan
bagian
depan
ventrikel
III
disebabkan
kraniofaringioma.
d. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
4. Patofisiologi dan Patogenesis
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke
dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat
dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa
normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml,
neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam
ventrikel 500-1500 ml Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui
foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke
dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna.Penutupan sisterna basalis
menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler.
Hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu :
a. Produksi likuor yang berlebihan
b. Peningkatan resistensi aliran likuor
c. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat
selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
a. Kompresi sistem serebrovaskuler.
b . Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
c. Perubahan mekanis dari otak.
d. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
e. Hilangnya jaringan otak.
f. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan
aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan
resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor
secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan
tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial
bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan
untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif
tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians
tengkorak.
5. Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan :
a. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan
hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
b. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita
c. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
d. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non mm
komunikans.
khas,
kepastian
diagnosis
hidrosefalus
dapat
ditegakkan
dengan
Terapi
konservatif
medikamentosa
ditujukan
untuk
membatasi
evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
b. Penanganan Alternatif (Selain Shunting)
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi
radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III
adalah dengan teknik bedah endoskopik. Operasi Pemasangan Pintas
(Shunting)
Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga
subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca
operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan
pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada
shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan
bahkan kematian.
10.Prognosis
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan
neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan
meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh
karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus)
sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper,
2005). Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi
sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi
mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut
jangka panjang dengan kelompok multidisipliner.
B. Tinjauan Teoritis Anestesi
1. Pengertian
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani. An-tidak, tanpa dan
aesthesos, persepsi, kemampuan untuk merasa. Secara umum berarti suatu
tidak
terkontrol
atau
reaksi
berlebihan
berbagairangsangan.
c. Stadium III (stadium pembedahan)
Mulai respirasi teratur hingga berhentinya respirasi. Dibagi 4 plana :
1)
Plana 1
terhadap
kurangnya
dokumentasi
sehingga
tidak
didapatkan
keterangan
4)Mulut
k. Abdomen.
Peristaltik (kesan normal/meningkat/menurun), Hati dan limpa (teraba/tidak,
batas, ukuran, permukaan), distensi, massa atau asites (dapat menjadi
predisposisi untuk regurgitasi).
l. Urogenitalia.
Kateter (terpasang/tidak), urin [volume : cukup (0,5-1 cc/jam), anuria (< 20
cc/24 jam), oliguria (25 cc/jam atau 400 cc/24jam), Poliuria (> 2500 cc/24
jam)], kwalitas (BJ, sedimen), tanda tanda sumbatan saluran kemih (seperti
kolik renal).
m. Muskulo
Skletal
Extremitas.
Edema
tungkai,
fraktur,
gangguan
1) Darah : Hb, lekosit, hitung jenis lekosit, golongan darah, masa pembekuan,
masa perdarahan.
2) Foto toraks : terutama untuk bedah mayor, pasien diatas 60 thn, atau sesuai
klinis.
3) EKG : terutama untuk pasien berumur diatas 40 tahun atau sesuai klinis.
b.
5. Perencanaan anestesi.
Rencana anestesi diperlukan untuk menyampaikan strategi penanganan anestesi
secara umum. Secara garis besar komponen dari rencana anestesi adalah :
a. Ringkasan tentang anamnesis pasien, dan dan hasil-hasil pemeriksaan fisik
sehubungan dengan penatalaksanaan anastesi, buat dalam daftar masalah, satukan
bersamaan dengan beberapa daftar masalah yang digunakan oleh dokter yang
merawat.
b. Perencanaan teknik anestesi yang akan digunakan termasuk tehnik-tehnik
khusus (seperti intubasi fiberoptik, monitoring invasif ).
c. Perencanaan penanganan nyeri post operasi bila perlu.
d. Tindakan post operatif khusus jika terdapat indikasi (misalnya perawatan di ICU).
e. Jika ada indikasi buat permintaan evaluasi medik lebih lanjut.
f. Pernyataan tentang resiko-resiko yang ada , informed consent, dan pernyataan
bahwa semua pertanyaan telah dijawab.
g. Klasifikasi status fisik dan penilaian singkat.
6. Menentukan Prognosis
Pada kesimpulan evaluasi pre anestesi setiap pasien ditentukan kalsifikasi status fisik
menurut American Society of Anestesiologist (ASA). Hal ini merupakan ukuran
umum keadaan pasien. Klasifikasi status fisik menurut ASA adalah sebagai berikut :
a. ASA 1 : Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit
selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol
atau hipertensi ringan
c. ASA 3 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan
dioperasi, tetapi belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak
terkontrol, asma bronkial, hipertensi tak terkontrol
d. ASA 4 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain
penyakit yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma
diabetikum
e. ASA 5 : Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi
mungkin saja dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar.
Misalnya operasi pada pasien koma berat
f.
ASA 6 : Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya
akan diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang
membutuhkan.
Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D (darurat),
mis: operasi apendiks diberi kode ASA 1 E
BAB 3
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama
Umur
: 3 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
BB
: 8 kg
Agama
: Islam
Alamat
No. RM
: 01300469
Tanggal masuk
: 20 Mei 2015
Tanggal Operasi
: 25 Mei 2015
B. Riwayat Kesehatan
Untuk memperoleh data tentang riwayat kesehatan pasien dilakukan melalui allo
anamnesis. Anamnesis dilakukan pada tanggal 24 Mei 2015 pukul 19.00 dimana
diperoleh data sebagai berikut
1. Keluhan utama : Kepala anak membesar
2. Keluhan tambahan : batuk
3. Riwayat penyakit sekarang : pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik
bedah Rumah Sakit Moewardi dengan keluhan kepala membesar,
4. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga pasien mengatakan sejak pasien lahir, baru sekarang ini menderita
penyakit hidrocefalus, sebelumnya hanya menderita penyakit batuk, demam,
5. Riwayat Penyakit Keluarga
C. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis ; GCS E4 V5 M6
Vital sign :
Hr 120x/menit
RR 40 x/menit
Suhu 36, 5 derajat celcius
b.
Pemeriksaan kepala
Mata : Ca -/-, Si -/Telinga : NCH ( - ), discharge ( - )
Mulut : sianosis ( - )
c.
Pemeriksaan leher
Tiroid : T.A.K
d.
Pemeriksaan dada
Paru : SD.vesikuler , wheezing ( - ) , rhonki ( - )
Jantung : S1>S2.reguler , murmur ( - ) , gallop ( - )
Dinding dada : simetris , destruksi ( - )
e.
Pemeriksaan abdomen
Dinding perut : intak
Hepar/lien : T.T.B
Usus : B.U ( + ), Normal
f. Pemeriksaan punggung
Columna vertebra : T.A.K
Ginjal : T.A.K
D . Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal : 20 Mei 2015
Darah lengkap
Hb : 9,6 gr/dl
Lekosit : 9,1 /ml
Hematokrit : 29 %
Eritrosit : 3,40 juta/ mm
Trombosit : 360.000/ mm
Elektrolit
Natrium : 136 mmol/l
Kalium : 45,1 mmol/l
Klorida : 106 mmol/l
Ureum darah : 13 mg/dl
Kreatinin darah : 0,2 mg/dl
HBsAg Nonreactive
E. Kesimpulan Anestesi
Bayi perempuan usia 3 bulan dengan hidrosefalus pro vp shunt dengan status fisik
ASA 2
F. Laporan Anestesi Pasien
1. Diagnosis pra-bedah
: Hidrosefalus
: VP Shunt
4. Jenis anestesi
5. Premedikasi anestesi
Midazolam 0,6 mg
6. Induksi
: fentanyl 5 g
Sevofluran 2%
7. Muscle Relaksan
: Atracurium 3 mg
: Novalgin 100 mg
10.Teknik anestesi
: Semi open
Induksi intravena dengan Fentanil 5 g dan induksi inhalasi dengan Sevofluran 2vol
%
Intubasi dengan ET no.3 (tanpa cuff) dengan laringoskop blade lengkung no.1 1/2
didahului oleh pelumpuh otot Atracurium 3 mg
- Maintenance dengan Sevofluran 2 vol % + O2
- Respirasi : Kendali + T-Jackson Rees
- Posisi : Supine
- Tidak terpasang Kateter
-
TD
95/70
100/65
100/70
98/60
94/65
90/60
98/60
98/65
HR
160x/menit
158 x/menit
154 x/menit
150 x/menit
145 x/menit
140 x/menit
148 x/menit
146 x/menit
Saturasi
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
Keterangan
Induksi
Intubasi oral
Mulai operasi
07.55
08.00
08.05
08.10
08.15
08.20
08.25
08.30
100/55
100/65
95/68
95/70
105/70
100/60
97/60
98/65
150 x/menit
152 x/menit
157 x/menit
147 x/menit
155 x/menit
140 x/menit
145 x/menit
143 x/menit
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
Selesai operasi
BALANCE CAIRAN
Nama
: An. K
Kriteria Operasi
Sedang
Puasa
:2x6x8
: 96 (terpenuhi)
Umur
: 3 bulan
Jenis Operasi
Elektif
Stress
:4x8
: 32
Berat Badan
: 8 Kg
Maintenance
:2x8
: 16
EBV
: 80 x 8 = 640
Kebutuhan Jam 1
: 48
Kebutuhan jam 2
: 48
Kebutuhan jam 3
: 48
ABL
Jam
Input
Kristaloid
I
07.30-08.30
D5 ns
200cc
II
Output
Koloid
Perdarahan
II
Darah
20 cc
Urin
Balance
Maintenance
48 cc
+92
H. Asuhan Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami
operasi
Tujuan: Kecemasan Orang tua berkurang atau dapat di atasi
Implementasi :
1) Mendorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam
merawat anaknya
2) Menjelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutanya
menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak
3) Memberikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan
jawaban dengan benar dan sejujurnya
Evaluasi :
S: Orang tua pasien mengatakan cemasnya sudah berkurang
BAB 4
PEMBAHASAN
yaitu
general
anestesi
dengan
intubasi.
jalan
napas
dapat
dikendalikan
dengan
baik.
Pertama dilaksanakan premedikasi anestesi dengan bolus Sulfat Atropin 0,1 mg yang
berfungsi sebagai vagolitik dan anti sekresi. Sulfat Atropin bekerja sebagai anti
sekresi pada reseptor post neuro-muscular junction dengan cara melakukan
hambatan di reseptor muskarinik secara spesifik sehingga transmisi asetilkolin pada
reseptor tersebut dapat digagalkan. Sulfat Atropin bekerja sebagai vagolitik dengan
cara mengganggu sistem kolinergik pada jantung, tujuannya adalah untuk
meningkatkan
frekuensi
denyut
ventrikel
agar
curah
jantung
meningkat.
g/kgBB intravena untuk lama kerja 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk
anestesi pembedahan dan bukan untuk pasca bedah. Sevofluran merupakan
halogenisasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan
isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan nafas, sehingga
digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan. Efek terhadap
kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Sevofluran pada dosis
anestetik atau subanestetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen,
tetapi meninggikan aliran darah otak dan tekanan intracranial. Peninggian aliran
darah otak dan tekanan intracranial ini dapat dikurangi dengan teknik anestesi
hiperventilasi, sehingga sevofluran banyak digunakan untuk bedah otak.g bolus
intravena digunakan sebagai analgesi opioid. Setelah suntikan intravena, ambilan
dan distribusi Fentanyl secara kualitatif hampir sama dengan morfin, tetapi sebagian
besar dirusak paru ketika pertama kali melewatinya. Dosis analgesi 1-3 g/kgbb
spasme
laring
dan
dilanjutkan
dengan
apneu.
Setelah ETT terfiksasi dilaksanakan pembedahan yang diikuti dengan rumatan atau
yang biasa dikenal dengan maintenance menggunakan O2 + Sevofluran Vol %
ditambah dengan pemberian cairan parenteral yakni ringer laktat untuk mensubstitusi
cairan, baik darah maupun cairan tubuh lainnya, yang keluar selama pembedahan.
Selesai pembedahan untuk meringankan rasa nyeri pasca pembedahan diberikan lagi
metamizole 100 mg secara drif pada infus RL. Metamizole merupakan analgetik
non-opioid. Golongan obat non-opioid ini digunakan sebgai tambahan penggunaan
opioid dosis rendah untuk menghindari efek samping opioid yang berupa depresi
pernafasan. Golongan analgetik non-opioid selain bersifat anti inflamasi juga bersifat
analgesik, antipiretik, dan anti pembekuan darah. Setelah selesai anestesia dan
keadaan umum baik, kemudian setelah dilakukan dilakukan pengisapan lendir dan
lain-lain kemudian dilakukan ekstubasi sadar di ruang OK. Lalu di ruang pulih sadar
pasien diberikan injeksi IV ondansentron 2mg. Dan saat kondisi pasien sudah stabil
dan sadar penderita dipindahkan ke ruang pulih sebelum di kirim ke ruang PICU.
BAB IV
KESIMPULAN
Anestesia pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesia pada orang dewasa,
karena mereka bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini. Seperti pada anestesia
untuk orang yang dewasa anestesia anak kecil dan bayi khususnya harus diketahui
betul sebelum dapat melahirkan anestesia karena itu anestesia pediatri seharusnya
ditangani oleh dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang \sudah berpengalaman
DAFTAR PUSTAKA