Makalah ini memuat tentang definisi dari anastesi, jenis-jenis obat anestesi, khasiat
obat, indikasi dan kontra indikasi dari obat anestesi, efek samping obat dan cara
mengatasi . Kritik dan saran selalu kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca
dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui jenis-jenis obat anestesi baik local, umum,
maupun regional;
2. Untuk memenuhi tugas kelompok;
3. Agar kita mengetahui indikasi , kontra indikasi, serta efek samping dari obat
anestesi yang dipakai; dan
4. Agar kita dapat mengetahui cara mengatasi efek samping dari penggunaan
obat anestesi yang berlebihan.
C. Rumusan Masalah
1. Jelaskan defenisi dari anestesi !
2. Sebut dan jelaskan jenis-jenis obat anestesi, indikasi dan kontra indikasi, efek
samping, dan cara mengatasinya !
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Anestesi
B. Jenis-Jenis Obat Anestesi, Indikasi, Kontra Indikasi, Efek Samping, dan Cara
Mengatasinya
Efek analgesia kuat sekali, terutama untuk nyeri somatik, tapi tidak
untuk nyeri visceral.
Efek hipnotik kurang.
Efek relaksasi tidak ada.
Refleks pharynx dan larynx masih cukup baik batuk ssaat anestesi
refleks vagal disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan
waktu, halusinasi, gaduh, gelisah, tidak terkendali. Dan saat penderita
mulai sadar dapat timbul eksitasi.
Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (efek
dapat diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya).
Tekanan Darah sistolik dan diastolik naik 20-25%,denyut jantung akan
meningkat (akibatnya peningkatan aktifitas saraf simpatis dan depresi
baroreseptor). Dapat dicegah dengan premedikasi opiat dan hiosin.
Dosis berlebih secara intravena depresi napas
Pada anak dapat timbul kejang, nistagmus
Meningkatkan kadar glukosa darah ± 15%
Pemulihan kesadaran kira-kira mencapai 10-15 menit
Metabolisme di liver (hidrolisa dan alkilasi), diekskresi metabolitnya
utuh melalui urine
Ketamin bekerja pada daerah asosiasi korteks otak, sedangkan obat
lain bekerja pada pusat retikular otak
Indikasi :
a) Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missalnya
pada koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk
melakukan intubasi kadang sukar.
b) Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi
(arteriograf).
c) Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy).
d) Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi
vital.
e) Dapat dipakai untuk induksi pada pasien syok.
f) Untuk tindakan operasi kecil.
g) Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
h) Pasien asma
Kontra Indikasi :
a) Hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
b) Riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
c) Dekompensasi kordis
Cara mengatasinya:
Biasanya, menenangkan diri dan berdiam, lingkungan yang tidak
mengancam biasanya membantu seseorang untuk sembuh. Efek obat
tersebut umumnya mereda tidak lebih dari 2 jam.
Efek Samping :
a) Bradikardi.
b) Nausea, sakit kepala pada penderita yang mulai sadar.
c) Ekstasi, nyeri lokal pada daerah suntikan.
d) Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung dan pernapasan
e) Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita dengan gangguan
jalan napas, ginjal, liver, syok hipovolemik.
f) Induksi cepat, analgesia smooth
g) Anticonvulsan
h) Dapat terjadi eksitasi, batuk dan hiccup (cegukan)
i) Melemahkan reflek laryng, baik untuk laryngeal mask insertion
Keuntungan :
a. Baik untuk sedasi dan induksi
b. Pemulihan cepat
c. Menurunkan insiden PONV
d. Efek anti oksidan
Kontra indikasi:
a. Hipersensitifitas propofol
b. Cardiac disease dengan ventricular dysfunction
c. Thiopental
Ultra short acting barbiturat
Dipakai sejak tahun 1934
Tidak larut dalam air, tetapi dalam bentuk natrium (sodium thiopental)
mudah larut dlm air.
Kerja cepat, induksi nyaman (30-40 menit)
Dapat mencapai semua stage anestesi
Tapi dapat mengakibatkan depresi cardiovaskular yang serius
Keuntungan:
o Kerja cepat
o No secretion
o Non explosive
Kerugian:
Kontra indikasi:
o Status asmaticus
o Latent/ manifest porphyria
d. Pentotal
Zat dari sodium thiopental. Bentuk bubuk kuning dalam ampul 0,5 gr (biru), 1
gr (merah), dan 5 gr.
Larutan pentotal bersifat alkalis dengan ph 10,8.
Larutan tidak begitu stabil, hanya dapat disimpan1- 2 hari ( dalam kulkas
lebih lama, efek menurun ) sifat alkalis.
Pemakaian dibuat larutan 2,5 – 5 %, tetapi di pakai 2,5% untuk
menghindarioverdosis, komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih mudah.
Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak) efek sedasi dan hipnosis
cepat terjadi, tetapi sifat analgesik sangat kurang.
Mendepresi pusat pernapasan.
Membuat saluran napas lebih sensitif terhadap rangsangan.
Depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah hipotensi.
Dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal.
Tidak berefek pada pembuluh darah ginjal.
Tidak berefek pada kontraksi uterus, dapat melewati barier plasenta.
Dapat melewati ASI.
Menyebabkan relaksasi otot ringan.
Reaksi anafilaktik syok.
Gula darah sedikit meningkat.
Metabolisme di hepar.
Cepat tidur dan waktu tidur relatif pendek.
Dosis IV : 3-5 mg/kg dari BB.
Kontra indikasi :
a. Syok berat
b. Anemia berat
c. Asma bronkiale menyebabkan konstriksi bronkus
d. Obstruksi sal napas atas
e. Penyakit jantung & liver
f. Kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
Sebagai anastesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing –
masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat
melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk
mendapatkan reaksi yang secepat – cepatnya, obat ini pada permulaan
harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudia diturunkan sampai
hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan
pengeluaran (ekshalasi). Keuntungan anastetika-inhalasi dibandingkan
dengan anastesi-intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat
mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi konsentrasi dari
gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesi umum tidak di
metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan
zat-zat faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa
anastetika umum di bawah pengaruh protein SSP dapat membentuk
hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas ini mungkin dapat
merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian
mengakibatkan anastesia.
Efek samping
Hampir semua anastetika inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping
dan yang terpenting adalah :
1. Menekan pernapasan, yang ada pada anastesi dalam terutama
ditimbulkan oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling
ringan pada N2O dan eter.
2. Sistem kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran.
Efek ini juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga
merangsang SS simpatis, maka efek keseluruhannya menjadi ringan.
3. Merusak hati (dan ginjal), terutama senyawa klor, misalnya
kloroform.
4. Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal,
sehingga pasien perlu dihidratasi secukupnya.
5. Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan
(menggigil) pasca-bedah.
a. Halothan/fluothan
Tidak berwarna, mudah menguap
Tidak mudah terbakar/meledak
Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Efeknya , yaitu :
a. Tidak merangsang traktus respiratorius
b. Depresi nafas stadium analgetik
c. Menghambat salivasi
d. Nadi cepat, ekskresi airmata
e. Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
f. Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
g. Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
h. Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi
i. Vasodilatasi pembuluh darah otak
j. Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
k. Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks
l. Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immune-
mediated hepatitis)
m. Menghambat kontraksi otot rahim
n. Absorbsi dan ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil
dimetabolisme tubuh
o. Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan yaitu :
a. Cepat tidur
b. Tidak merangsang saluran napas
c. Salivasi tidak banyak
d. Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale
e. Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
f. Kadang tidak mual dan tidak muntah, penderita sadar dalam
kondisi yang enak.
Kerugian, yaitu :
a. Overdosis
b. Perlu obat tambahan selama anestesi
c. Hipotensi karena depresi miokard dan vasodilatasi
d. Aritmia jantung
e. Sifat analgetik ringan
f. Cukup mahal
g. Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
Efek, yaitu :
a. Analgesik sangat kuat setara morfin
b. Hipnotik sangat lemah
c. Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
d. Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal
25%. Bila murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta
merusak SSP
e. Jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah
satu cairan anestetik lain seperti halotan dan sebagainya.
c. Eter
Tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau
sangat merangsang
Iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
Margin safety sangat luas
Murah
Analgesi sangat kuat
Sedatif dan relaksasi baik
Memenuhi trias anestesi
Teknik sederhana
d. Enfluran
Isomer isofluran
Tidak mudah terbakar, namun berbau.
Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang
otak seperti kejang pada EEG.
Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding
halotan dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan.
e. Isofluran
Cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam
suhu kamar
Menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan
terhadap penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan
sinar matahari.
Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai
isofluran.
f. Sevofluran
Tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga
banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak
dan orang dewasa.
Tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis .
Lidokain terutama bersifat toksik pada susunan saraf pusat. Efek yang
terjadi akibat toksisitas dapat berupa kejang, agitasi, disorientasi, euforia,
pandangan kabur, dan mengantuk. Kejang berlangsung singkat dan
berespon baik dengan pemberian diazepam. Secara umum bila kadar
dalam plasma tidak mencapai 9 mg/ml, maka lidokain dapat ditoleransi
dengan baik.
Indikasi:
c. Bupivakain (marcain).
Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf dengan
tetrakain. Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0,25-
0,75%. Dosis maksimal 200mg. Duration 3-8 jam. Konsentrasi efektif
minimal 0,125%. Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain. Setelah
suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai
dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8 jam.
Untuk anesthesia spinal 0,5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.
Untuk blok sensorik epidural 0,375% dan pembedahan 0,75%.
d. Kokain.
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4% untuk mukosa jalan
napas atas. Lama kerja 2-30 menit.
Contohnya Fentanil
Farmakodinamik :
Kokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari daun erythroxylon coca.
Dosis: krim oleskan pada lapisan yang tebal dan gunakan secara tipis,
dewasa kira-kira 1,5 gr/10 cm².
h. Felipresin
Felipresin adalah oktapeptid sintetik, yang sangat mirip dengan hormon
pituitari vasopresin. Zat ini ditambahkan pada anestesi lokal pada
kedokteran gigi dalam konsentrasi 0,03 IU/mL (0,54µg/mL). Felipresin
penggunaanya tidak sebagus vasokonstriktor epineprin, karena tidak bisa
mengontrol hemoragi secara efektif.
.
i. Dibukain
Derivat kuinolin merupakan anestetik lokal yang paling kuat, paling toksik
dan mempunyai masa kerja panjang. Dibandingkan dengan prokain,
dibukain kira-kira 15x lebih kuat dan toksik dengan masa kerja 3x lebih
panjang. Sebagai preparat suntik, dibukain sudah tidak ditemukan lagi,
kecuali untuk anestesia spinal. Umumnya tersedia dalam bentuk krim
0,5% atau salep 1% .
j. Mepivakain HCL
Anestetik lokal golongan amida ini sifat farmakologiknya mirip lidokain.
Mepivakain ini digunakan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf
regional dan anestesia spinal. Mepivakain lebih toksik terhadap neonatus
dan karenanya tidak digunakan untuk anestesia obstetrik. Pada orang
dewasa indeks terapinya lebih tinggi daripada lidokain. Mula kerjanya
hampir sama dengan lidokain, tetapi lama kerjanya lebih panjang sekitar
20%. Mepivakain tidak efektif sebagai anestetik topikal.
k. Tetrakain
Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Pada pemberian
intravena, zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik daripada prokain.
Obat ini digunakan untuk segala macam anestesia, untuk pemakaian
topilak pada mata digunakan larutan tetrakain 0.5%, untuk hidung dan
tenggorok larutan 2%. Pada anestesia spinal, dosis total 10-20mg.
Tetrakain memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat,
dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik. Namun bila diperlukan
masa kerja yang panjang anestesia spinal, digunakan tetrakain.
l. Prilokain HCl
Anestetik lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain,
tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya
lebih kecil daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor.
Toksisitas terhadap SSP lebih ringan, penggunaan intravena blokade
regional lebih aman. Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti lidokain.
Sifat toksik yang unik dari prilokain HCl yaitu dapat menimbulkan
methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh kedua metabolit prilokain
yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin. Methemoglobinemia ini umum
terjadi pada pemberian dosis total melebihi 8 mg/kgBB. Efek ini
membatasi penggunaannya pada neonatus dan anestesia obstetrik.
Anestetik ini digunakan untuk berbagai macam anestesia suntikan
dengan sediaan berkadar 1,0; 2,0; dan 3,0% .
Dengan jenis obat : esthesia, prilokain 25 mg.
Indikasi: anestesi topikal pada kulit utuh
Kontra indikasi: kerusakan pada membran timpani tidak
direkomendasikan pada bayi˂6 bulan.
Efek samping: gatal, edema, kepucatan, reaksi alergi, syok anafilaksis.
Perhatian: luka terbuka dan membran mukosa, dermatitis atopik, tidak
digunakan pada mata dan daerah sekitarnya, hamil, laktasi,
methemoglobinemia.
Dosis: oleskan dengan lapisan tebal 1,5 g/10 cm², lalu tutup dengan kasa
pembalut.
Anastetik local yang diberikan secara topikal
Beberapa anestitik lokal sangat toksik bila secara suntikan, sehingga
penggunaannya terbatas pada pemakaian topical di mata, selaput lendir,
atau kulit. Beberapa anestetik lokal yang lebih tepat untuk anestesia
infiltrasi atau untuk blockade saraf, digunakan secara topikal.
Benzokain, absorbsinya lambat karena sukar larut dalamm air, sehingga
relatif tidak toksik, benzokain dapat di gunakan langsung pada luka
dengan ulserasi dan menimbulkan anestesia yang cukup lama. Selain
sebagai salep dan supositoria, obat ini dapat juga sebagai bedak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Anastesi Lokal
Anestetik lokal merupakan obat yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup.
Efek samping anestesi local adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan
efek kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung) dengan gejala
penghambatan pernafasan dan sirkulasi darah.
Reaksi hipersensitivitas tersebut diakibatkan oleh PABA (para-amino-benzoic
acid), yang terbentuk melalui hidrolisa. PABA ini dapat meniadakan efek
antibaktriil dari sulfoamida, yang berdasarkan antagonism persaingan
dengan PABA.
2. Anastesi Umum
Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel). Keadaaan
anestesi biasanya disebut anestesi umum, ditandai oleh tahap tidak sadar
diinduksi, yang selama itu rangsang operasi hanya menimbulkan respon
reflek autonom. Jadipasien tidak boleh memberikan gerak volunteer, tetap
perubahan kecepatan pernapasan dan kardiovaskuler dapat dilihat
Propofol merupakan anastetik intra vena jenis induksi anastetik dan
pemulihan pada anastetik propofol sangat cepat bila di kombinasikan denga
anastetik induksi lain.
Efek terbesar dari propofol terhadap kardiovaskuler adalah adanya
penurunan tekanan darah akibat penurunan pada tahanan vaskuler sistemik,
kontraktilitas myokardial, dan preload. Antara lain sesak nafas (apnoe) dan
depresi system kardiovaskular (hipotensi, bradikardi), eksistensi ringan dan
tromboflebitis. Setelah siuman timbul mual, muntah, dan nyeri kepala.
B. Saran
Dengan mempelajari tentang obat-obat anestesi, kami berharap agar kita semua
bisa leih memahaminya dan dapat mengaplikasikannya dengan baik, agar tidak
terjadi penyalahgunaan obat-obat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, S.A. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tim farmakologi FKUI. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru
www.gogle//prokain jenisanastesilokaldanumum//blog.com
Makalah Farmakologi
OBAT-OBAT ANESTESI
OLEH
Kelompok IV
RIDHA AHRIANI P. (14220110148)
SURYATI (14220110134)
2012
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFENISI ANESTESI
A. SIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA