Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillaahirabbil’alaamiin, puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat


Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya-lah kami
dapat menyelesaikan makalah mengenai evidence based dalam ilmu kebidanan yang
berjudul “OBAT-OBAT ANESTESI” ini.
Selain bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Farmakologi, makalah ini juga
disusun dengan maksud agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan
tentang obat-obat anestesi..

Makalah ini memuat tentang definisi dari anastesi, jenis-jenis obat anestesi, khasiat
obat, indikasi dan kontra indikasi dari obat anestesi, efek samping obat dan cara
mengatasi . Kritik dan saran selalu kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca
dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 24 November 2012

Kelompok IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu kedokteran dewasa ini khususnya dibidang pembedahan tidak


terlepas dari peran dan dukungan kemajuan bidang Anestesiologi. Dokter
spesialis bedah, sekarang sehari-hari dapat melakukan pembedahan yang luas
dan rumit pada bayi baru lahir sampai orang tua dengan kelainan yang berat.
Melakukan pembedahan yang lama dan ber jam-jam tanpa rasa sakit sedikitpun
adalah akibat dukungan tindakan anestesi yang canggih.

Pada prinsipnya pada pelaksanaan anastesi pada suatu operasi ada


beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang
terdiri dari persiapan fisik dan mental pasien, perencan aan anestesi,
menentukan prognosis dan persiapan pada hari operasi. Tahap
penatalaksanaan anestesi yang terdiri dari premedikasi, masa anestesi dan
pemeliharaan. Serta tahap pemulihan dan perawatan pasca anestesi. Anestesi
spinal merupakan salah satu macam anestesi regional. Efek anestesi
tercapaisetelah 20 menit, mungkin akibat difusi pada ruang epidural. Indikasi
penggunaananestesi spinal salah satunya adalah tindakan pada bedah obstetri
dan ginekologi.

B. Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui jenis-jenis obat anestesi baik local, umum,
maupun regional;
2. Untuk memenuhi tugas kelompok;
3. Agar kita mengetahui indikasi , kontra indikasi, serta efek samping dari obat
anestesi yang dipakai; dan
4. Agar kita dapat mengetahui cara mengatasi efek samping dari penggunaan
obat anestesi yang berlebihan.

C. Rumusan Masalah
1. Jelaskan defenisi dari anestesi !
2. Sebut dan jelaskan jenis-jenis obat anestesi, indikasi dan kontra indikasi, efek
samping, dan cara mengatasinya !
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Anestesi

Anestesi berartu pembiusan yang berasal dari bahasa Yunani an yang


berarti tidak/tanpa dan aesthētos yang berarti persepsi, kemampuan untuk
merasa, secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver
Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu


analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai
hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik
tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan
seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.

Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis


yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan
pemakainya tetap sadar.

Beberapa tipe anestesi, yaitu :

1. Pembiusan total ( hilangnya kesadaran total);


2. Pembiusan lokal (hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan)
pada sebagian kecil daerah tubuh; dan
3. Pembiusan regional (hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari
tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang
berhubungan dengannya).

B. Jenis-Jenis Obat Anestesi, Indikasi, Kontra Indikasi, Efek Samping, dan Cara
Mengatasinya

1. Obat Induksi intravena


a. Ketamin/ketalar
ketamin tersedia sebagai obat resep dalam bentuk cairan serta
bubuk.
Obat ini sebagian besar diberikan secara intravena untuk meredakan
rasa sakit dan ketidaknyamanan dengan segera, terutama pada kasus
kanker dan gangguan sistem saraf.
Ketamin juga bisa digunakan untuk depresi karena memberikan efek
menenangkan.

Berbagai kondisi yang efektif diobati dengan bantuan ketamine


adalah bronkitis, asma, bronchospasms (dimana otot-otot saluran
pernapasan enyempit secara abnormal, menyebabkan kesulitan
bernapas), dan anafilaksis.

Efek analgesia kuat sekali, terutama untuk nyeri somatik, tapi tidak
untuk nyeri visceral.
Efek hipnotik kurang.
Efek relaksasi tidak ada.
Refleks pharynx dan larynx masih cukup baik batuk ssaat anestesi
refleks vagal disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan
waktu, halusinasi, gaduh, gelisah, tidak terkendali. Dan saat penderita
mulai sadar dapat timbul eksitasi.
Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (efek
dapat diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya).
Tekanan Darah sistolik dan diastolik naik 20-25%,denyut jantung akan
meningkat (akibatnya peningkatan aktifitas saraf simpatis dan depresi
baroreseptor). Dapat dicegah dengan premedikasi opiat dan hiosin.
Dosis berlebih secara intravena depresi napas
Pada anak dapat timbul kejang, nistagmus
Meningkatkan kadar glukosa darah ± 15%
Pemulihan kesadaran kira-kira mencapai 10-15 menit
Metabolisme di liver (hidrolisa dan alkilasi), diekskresi metabolitnya
utuh melalui urine
Ketamin bekerja pada daerah asosiasi korteks otak, sedangkan obat
lain bekerja pada pusat retikular otak

Indikasi :
a) Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missalnya
pada koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk
melakukan intubasi kadang sukar.
b) Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi
(arteriograf).
c) Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy).
d) Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi
vital.
e) Dapat dipakai untuk induksi pada pasien syok.
f) Untuk tindakan operasi kecil.
g) Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
h) Pasien asma

Kontra Indikasi :
a) Hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
b) Riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
c) Dekompensasi kordis

Harus hati-hati pada :


a) Riwayat kelainan jiwa
b) Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik

Cara mengatasinya:
Biasanya, menenangkan diri dan berdiam, lingkungan yang tidak
mengancam biasanya membantu seseorang untuk sembuh. Efek obat
tersebut umumnya mereda tidak lebih dari 2 jam.

b. Propofol (diprifan, rekofol)


bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih seperti susundengan bahan
pelarut terhadap minyak kedelai dan postasida telur yang dimurnikan.
Kadang terasa nyeri pada penyuntikan dicampur lidokain 2% ± 0,5cc dalam
10cc propano jarang pada anak karena sakit dan iritasi pada saat
pemberian.

Analgetik tidak kuat


Dapat dipakai sebagai obat induksi dan obat maintenance
Obat setelah diberikan didistribusikan dengan cepat ke seluruh tubuh.
Metabolisme di liver dan metabolik tidak aktif dikeluarkan lewat ginjal.
Saat dipakai untuk induksi juga dapat terjadi hipotensi karena vasodilatasi
dan apnea sejenak.

Efek Samping :
a) Bradikardi.
b) Nausea, sakit kepala pada penderita yang mulai sadar.
c) Ekstasi, nyeri lokal pada daerah suntikan.
d) Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung dan pernapasan
e) Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita dengan gangguan
jalan napas, ginjal, liver, syok hipovolemik.
f) Induksi cepat, analgesia smooth
g) Anticonvulsan
h) Dapat terjadi eksitasi, batuk dan hiccup (cegukan)
i) Melemahkan reflek laryng, baik untuk laryngeal mask insertion

Keuntungan :
a. Baik untuk sedasi dan induksi
b. Pemulihan cepat
c. Menurunkan insiden PONV
d. Efek anti oksidan

Kontra indikasi:
a. Hipersensitifitas propofol
b. Cardiac disease dengan ventricular dysfunction

c. Thiopental
Ultra short acting barbiturat
Dipakai sejak tahun 1934
Tidak larut dalam air, tetapi dalam bentuk natrium (sodium thiopental)
mudah larut dlm air.
Kerja cepat, induksi nyaman (30-40 menit)
Dapat mencapai semua stage anestesi
Tapi dapat mengakibatkan depresi cardiovaskular yang serius

Keuntungan:

o Kerja cepat
o No secretion
o Non explosive
Kerugian:

o Respiratory and CV depression


o Little analgesia
o Poor muscle relaxation
o Increase laryngospasm
o Dapat menggigil (shiverring)

Kontra indikasi:

o Status asmaticus
o Latent/ manifest porphyria

d. Pentotal
Zat dari sodium thiopental. Bentuk bubuk kuning dalam ampul 0,5 gr (biru), 1
gr (merah), dan 5 gr.
Larutan pentotal bersifat alkalis dengan ph 10,8.
Larutan tidak begitu stabil, hanya dapat disimpan1- 2 hari ( dalam kulkas
lebih lama, efek menurun ) sifat alkalis.
Pemakaian dibuat larutan 2,5 – 5 %, tetapi di pakai 2,5% untuk
menghindarioverdosis, komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih mudah.
Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak) efek sedasi dan hipnosis
cepat terjadi, tetapi sifat analgesik sangat kurang.
Mendepresi pusat pernapasan.
Membuat saluran napas lebih sensitif terhadap rangsangan.
Depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah hipotensi.
Dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal.
Tidak berefek pada pembuluh darah ginjal.
Tidak berefek pada kontraksi uterus, dapat melewati barier plasenta.
Dapat melewati ASI.
Menyebabkan relaksasi otot ringan.
Reaksi anafilaktik syok.
Gula darah sedikit meningkat.
Metabolisme di hepar.
Cepat tidur dan waktu tidur relatif pendek.
Dosis IV : 3-5 mg/kg dari BB.
Kontra indikasi :
a. Syok berat
b. Anemia berat
c. Asma bronkiale menyebabkan konstriksi bronkus
d. Obstruksi sal napas atas
e. Penyakit jantung & liver
f. Kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)

2. Obat Anestetik inhalasi

Sebagai anastesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing –
masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat
melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk
mendapatkan reaksi yang secepat – cepatnya, obat ini pada permulaan
harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudia diturunkan sampai
hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan
pengeluaran (ekshalasi). Keuntungan anastetika-inhalasi dibandingkan
dengan anastesi-intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat
mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi konsentrasi dari
gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesi umum tidak di
metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan
zat-zat faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa
anastetika umum di bawah pengaruh protein SSP dapat membentuk
hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas ini mungkin dapat
merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian
mengakibatkan anastesia.

Efek samping
Hampir semua anastetika inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping
dan yang terpenting adalah :
1. Menekan pernapasan, yang ada pada anastesi dalam terutama
ditimbulkan oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling
ringan pada N2O dan eter.
2. Sistem kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran.
Efek ini juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga
merangsang SS simpatis, maka efek keseluruhannya menjadi ringan.
3. Merusak hati (dan ginjal), terutama senyawa klor, misalnya
kloroform.
4. Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal,
sehingga pasien perlu dihidratasi secukupnya.
5. Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan
(menggigil) pasca-bedah.

Teknik pemberian obat inhalasi

Di antara banyak cara pemberian anstetika inhalasi, ada beberapa cara


yang paling sering digunakan, yakni :

a. Sistem Terbuka : Cairan terbang (eter, kloroform, trikloretilen)


diteteskan tetes demi tetes ke atas sehelai kain kasa di bawah suatu
kap dari kawat yang menutupi mulut dan hidung pasien.
b. Sistem Tertutup : Suatu mesin khusus menyalurkan campuran gas
dengan oksigen ke dalam suatu kap, di mana sejumlah CO2 dari
ekshalasi dimasukkan kembali.
c. Insuflasi : Gas atau uap ditiupkan ke dalam mulut atau tenggorok
dengan perantaraan suatu mesin. Cara ini berguna pada pembedahan
yang tidak menggunakan kap, misalnya pada pembedahan
pengeluaran amandel (tonsil lectomia).

a. Halothan/fluothan
Tidak berwarna, mudah menguap
Tidak mudah terbakar/meledak
Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya

Efeknya , yaitu :
a. Tidak merangsang traktus respiratorius
b. Depresi nafas stadium analgetik
c. Menghambat salivasi
d. Nadi cepat, ekskresi airmata
e. Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
f. Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
g. Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
h. Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi
i. Vasodilatasi pembuluh darah otak
j. Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
k. Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks
l. Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immune-
mediated hepatitis)
m. Menghambat kontraksi otot rahim
n. Absorbsi dan ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil
dimetabolisme tubuh
o. Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance

Keuntungan yaitu :
a. Cepat tidur
b. Tidak merangsang saluran napas
c. Salivasi tidak banyak
d. Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale
e. Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
f. Kadang tidak mual dan tidak muntah, penderita sadar dalam
kondisi yang enak.

Kerugian, yaitu :
a. Overdosis
b. Perlu obat tambahan selama anestesi
c. Hipotensi karena depresi miokard dan vasodilatasi
d. Aritmia jantung
e. Sifat analgetik ringan
f. Cukup mahal
g. Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan

b. Nitrogen Oksida (N2O)


Gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah
terbakar dan relatif tidak larut dalam darah.

Efek, yaitu :
a. Analgesik sangat kuat setara morfin
b. Hipnotik sangat lemah
c. Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
d. Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal
25%. Bila murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta
merusak SSP
e. Jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah
satu cairan anestetik lain seperti halotan dan sebagainya.

c. Eter
Tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau
sangat merangsang
Iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
Margin safety sangat luas
Murah
Analgesi sangat kuat
Sedatif dan relaksasi baik
Memenuhi trias anestesi
Teknik sederhana

d. Enfluran
Isomer isofluran
Tidak mudah terbakar, namun berbau.
Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang
otak seperti kejang pada EEG.
Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding
halotan dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan.

e. Isofluran
Cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam
suhu kamar
Menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan
terhadap penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan
sinar matahari.
Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai
isofluran.
f. Sevofluran
Tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga
banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak
dan orang dewasa.
Tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis .

3. Obat Muscle Relaxant


Bekerja pada otot bergaris terjadi kelumpuhan otot napas dan otot-otot
mandibula, otot intercostalis, otot-otot abdominalis dan relaksasi otot-otot
ekstremitas.
Bekerja pertama : kelumpuhan otot mata ekstremitas mandibula intercostalis
abdominal diafragma.
Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.
Obat ini membantu pd operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal
tdk keluar dan terjadi relaksasi
Terbagi dua : Non depolarisasi, dan depolarisasi.

4. Obat Anestesi Lokal


a. Prokain (novokain)
Prokain adalah ester aminobenzoat untuk infiltrasi, blok, spinal, epidural,
merupakan obat standart untuk perbandingan potensi dan toksisitas
terhadap jenis obat-obat anestetik local lain.

Indikasi Prokain, yaitu :


Diberikan intarvena untuk pengobatan aritmia selama anestesi umum,
bedah jantung, atau induced hypothermia.

Kontraindikasi Prokain, yaitu :


Pemberian intarvena merupakan kontraindikasi untuk penderita
miastemia gravis karena prokain menghasilkan derajat blok
neuromuskuler. Dan prokain juga tidak boleh diberikan bersama-sama
dengan sulfonamide.
Efek therapy Prokain, yaitu :
Pada penyuntikan prokain dengan dosis 100-800 mg, terjadi analgesia
umum ringan yang derajatnya berbanding lurus dengan dosis. Efek
maksimal berlangsung 10-20 menit, dan menghilang sesudah 60 menit.
Efek ini mungkin merupakan efek sentral, atau mungkin efek dari
dietilaminoetanol yaitu hasil hidrolisis prokain.

Efek samping Prokain, yaitu :


Efek samping yang serius adalah hipersensitasi,yang kadang-kadang pada
dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian. Efek
samping yang harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap
kombinasi prokain penisilin. Berlainan dengan kokain, zat ini tidak
mengakibatkan adiksi.

b. Lidokain (lignocaine, xylocain, lidonest).

Lidokain adalah golongan amida. Sering dipakai untuk surface analgesi,


blok infiltrasi, spinal, epidural dan caudal analgesia dan nerve blok
lainnya. Juga dipakai secara intravena untuk mengobati aritmia selama
anesthesia umum, bedah jantung dan ‘induced hypothermia’.
Dibandingkan prokain, onset lebih cepat, lebih kuat (intensea), lebih
mahal dan durasi lebih lama. Potensi dan toksisitas 10 kali prokain.
Tertrakain tidak boleh digunakan bersama-sama sulfonamide. Onset 5-10
menit, duration sekitar 2 jam.
Efek Samping Lidokain, yaitu :

Lidokain terutama bersifat toksik pada susunan saraf pusat. Efek yang
terjadi akibat toksisitas dapat berupa kejang, agitasi, disorientasi, euforia,
pandangan kabur, dan mengantuk. Kejang berlangsung singkat dan
berespon baik dengan pemberian diazepam. Secara umum bila kadar
dalam plasma tidak mencapai 9 mg/ml, maka lidokain dapat ditoleransi
dengan baik.

Konsentrasi efektif minimal 0,25%. Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi


otot cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan, 1-
1,5% untuk blok perifer 0,25-0,5% + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi
0,5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik 1,0% untuk blok motorik dan
sensorik 2,0% untuk blok motorik pasien berotot (muskular) 4,0% atau
10% untuk topikal semprot di faring-laring (pump spray) 5,0% bentuk jeli
untuk dioleskan di pipa trakea 5,0% lidokain dicampur 5,0% prilokain
untuk topical kulit 5,0% hiperbarik untuk analgesia intratekal
(subaraknoid, subdural,) Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat
yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan.
Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih ekstensif daripada yang
ditunjukkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain
merupakan aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetik lokal
golongan amida. Larutan Lidokain 0,5% digunakan untuk anestesi infiltrasi,
sedangkan larutan 1-2% untuk anestesia blok dan topikal. Anestetik ini
lebih efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan
absorbsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek.
Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap
anestetik lokal golongan ester. Sediaan berupa larutan 0,5-5% dengan
atau tanpa epinefrin (1:50000 sampai 1:200000). Efek samping lidokain
biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk,
pusing, parastesia, kedutan otot, gangguan mental, koma, dan bangkitan.
Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi
ventrikel, atau oleh henti jantung. Lidokain sering digunakan secara
suntikan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf, anestesia spinal,
anestesia epidural ataupun anestesia kaudal, dan secara setempat untuk
anestesia selaput lendir.

Indikasi:

Lidokain sering di gunnakan secara suntikan untuk anastesia infiltrasi,


blokade saraf, anestesia epidural, ataupun anestesia kaudal, dan secara
setempat untuk anestesiaselaput lendir.

Aritmia jantung. Lidokain jug dapat menurunkan iritabilitas jantung,


karena itu juga digunakan sebagai antiaritmia.

Jenis obat Lidokain: EMLA

Lidokain 25 mg, prilokain 25 mg per gram.

Indikasi: anestesi topical pasa kulit yang berhubungan dengan


penggunaan jarum suntik, prosedur pembedahan superficial.

Kontra indikasi: methemoglobinemia kongenital atau idiopatik.

Perhatian: pada gangguan sekitar mata dapat menyebabkan iritasi mata,


iritasi kornea dan abrasi kornea.

c. Bupivakain (marcain).
Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf dengan
tetrakain. Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0,25-
0,75%. Dosis maksimal 200mg. Duration 3-8 jam. Konsentrasi efektif
minimal 0,125%. Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain. Setelah
suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai
dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8 jam.
Untuk anesthesia spinal 0,5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.
Untuk blok sensorik epidural 0,375% dan pembedahan 0,75%.

Konsentrasi efektif minimal 0,125%. Mula kerja lebih lambat dibanding


lidokain tetapi lama kerja sampai 8 jam. Prosedur Konsentrasi % Volume
Infiltrasi 0,25-0,50 5-60 ml Blok minor perifer 0,25-0,50 5-60 ml Blok
mayor perifer 0,25-0,50 20-40 ml Blok interkostal 0,25-0,50 3-8 ml
Lumbal 0,50 15 20 ml Kaudal 0,25-0,50 5-60 ml Analgesi postop 0,50 4-8
ml/4-8 jam (intermitten) 0,125 15 ml/jam (kontinyu) Spinal intratekal
0,50 2-4 ml. Struktur bupivakain mirip dengan lidokain, kecuali gugus
yang mengandung amin adalah butil piperidin. Merupakan anestetik lokal
yang mempunyai masa kerja yang panjang, dengan efek blokade
terhadap sensorik lebih besar daripada motorik. Karena efek ini
bupivakain lebih populer digunakan untuk memperpanjang analgesia
selama persalinan dan masa pasca pembedahan. Pada dosis efektif yang
sebanding, bupivakain lebih kardiotoksik daripada lidokain. Larutan
bupivakain hidroklorida tersedia dalam konsentrasi 0,25% untuk
anestesia infiltrasi dan 0,5% untuk suntikan paravertebra. Tanpa
epinefrin, dosis maksimum untuk anestesia infiltrasi adalah 2mg/kgBB.

d. Kokain.
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4% untuk mukosa jalan
napas atas. Lama kerja 2-30 menit.
Contohnya Fentanil
Farmakodinamik :
Kokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari daun erythroxylon coca.

Efek kokain, yaitu :


Menghambat hantaran saraf, bila digunakan secara lokal. Efek sistemik
yang paling mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat.

Efek anestetik lokal :


Efek lokal kokain yang terpenting yaitu kemampuannya unntuk
memblokade konduksi saraf. Atas dasar efek ini, pada suatu masa
kokkain pernah digunakan secara luas untuk tindakan dibidang
oftalmologi, tetapi kokain ini dapat mmenyebabkann terkelupasnya
epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk
pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas atas. Kokain
sering menyebabkan keracunan akut. Diperkirakan besarnya dosis fatal
adalah 1,2 gram. Sekarang ini kokain dalam bentuk larutan kokain
hidroklorida digunakan terutama sebagai anestetik topikal, dapat
diabsorbsi dari segala tempat, termasuk selaput lendir. Pada pemberian
oral kokain tidak efektif karena di dalamm usus sebagian mengalami
hidrolisis.

e. EMLA (Eutectic Mixture of Local Anesthetic)


Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain
masing-masing 2,5% atau masing-masing 5%. EMLA dioleskan dikulit
intak 1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi
pada vena atau arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu
halus atau buang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.
Lidokain 25 mg, prilokain 25 mg per gram.

Indikasi: anestesi topical pasa kulit yang berhubungan dengan


penggunaan jarum suntik, prosedur pembedahan superficial.

Kontra indikasi: methemoglobinemia kongenital atau idiopatik.

Perhatian: pada gangguan sekitar mata dapat menyebabkan iritasi mata,


iritasi kornea dan abrasi kornea.

Efek samping: reaksi lokal ringan seperti kepucatan, eritema, edema.


Jarang reaksi alergi (syok anafilaktik).

Dosis: krim oleskan pada lapisan yang tebal dan gunakan secara tipis,
dewasa kira-kira 1,5 gr/10 cm².

f. Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)


Mirip dengan bupivakain dan mempunyai indikasi yang sama dalam
kegunaanya,yaitu ketika anastesi dengan durasi panjang dibutuhkan.
Seperti bupivakain, ropivakain disimpan dalam sediaan botol kecil. Kedua
obat tersebut merupakan isomer bagian kiri dari bupivakain.
Keuntungannya dibandingkan dengan bupivakain adalah zat ini lebih
rendah kardiotoksisitas. Zat ini tersedia dalam beberapa formulasi.
Konsentrasi 0,5% (dengan atau tanpa epineprin), 0,75% , dan 1% telah
digunakan pada bidang kedokteran gigi. Ketika digunakan pada praktek
medis khasiat dari ropivakain sama-sama efektif, baik menggunakan
epineprin maupun tidak. Pada dunia kedokteran gigi penambahan
epineprin meningkatkan efek anestesia dari ropivakain. Konsentrasi
efektif minimal 0.25%.
g. Amethokain
Ametokain tidak diadministrasikan melalui injeksi karena memiliki efek
toksik. Zat ini diedarkan dengan sediaan topikal berkadar 4% untuk kulit,
dan dapat digunakan sebagai sedasi intravena (premedikasi) atau pada
anestesi general.

h. Felipresin
Felipresin adalah oktapeptid sintetik, yang sangat mirip dengan hormon
pituitari vasopresin. Zat ini ditambahkan pada anestesi lokal pada
kedokteran gigi dalam konsentrasi 0,03 IU/mL (0,54µg/mL). Felipresin
penggunaanya tidak sebagus vasokonstriktor epineprin, karena tidak bisa
mengontrol hemoragi secara efektif.
.
i. Dibukain
Derivat kuinolin merupakan anestetik lokal yang paling kuat, paling toksik
dan mempunyai masa kerja panjang. Dibandingkan dengan prokain,
dibukain kira-kira 15x lebih kuat dan toksik dengan masa kerja 3x lebih
panjang. Sebagai preparat suntik, dibukain sudah tidak ditemukan lagi,
kecuali untuk anestesia spinal. Umumnya tersedia dalam bentuk krim
0,5% atau salep 1% .

j. Mepivakain HCL
Anestetik lokal golongan amida ini sifat farmakologiknya mirip lidokain.
Mepivakain ini digunakan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf
regional dan anestesia spinal. Mepivakain lebih toksik terhadap neonatus
dan karenanya tidak digunakan untuk anestesia obstetrik. Pada orang
dewasa indeks terapinya lebih tinggi daripada lidokain. Mula kerjanya
hampir sama dengan lidokain, tetapi lama kerjanya lebih panjang sekitar
20%. Mepivakain tidak efektif sebagai anestetik topikal.

k. Tetrakain
Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Pada pemberian
intravena, zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik daripada prokain.
Obat ini digunakan untuk segala macam anestesia, untuk pemakaian
topilak pada mata digunakan larutan tetrakain 0.5%, untuk hidung dan
tenggorok larutan 2%. Pada anestesia spinal, dosis total 10-20mg.
Tetrakain memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat,
dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik. Namun bila diperlukan
masa kerja yang panjang anestesia spinal, digunakan tetrakain.

l. Prilokain HCl
Anestetik lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain,
tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya
lebih kecil daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor.
Toksisitas terhadap SSP lebih ringan, penggunaan intravena blokade
regional lebih aman. Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti lidokain.
Sifat toksik yang unik dari prilokain HCl yaitu dapat menimbulkan
methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh kedua metabolit prilokain
yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin. Methemoglobinemia ini umum
terjadi pada pemberian dosis total melebihi 8 mg/kgBB. Efek ini
membatasi penggunaannya pada neonatus dan anestesia obstetrik.
Anestetik ini digunakan untuk berbagai macam anestesia suntikan
dengan sediaan berkadar 1,0; 2,0; dan 3,0% .
Dengan jenis obat : esthesia, prilokain 25 mg.
Indikasi: anestesi topikal pada kulit utuh
Kontra indikasi: kerusakan pada membran timpani tidak
direkomendasikan pada bayi˂6 bulan.
Efek samping: gatal, edema, kepucatan, reaksi alergi, syok anafilaksis.
Perhatian: luka terbuka dan membran mukosa, dermatitis atopik, tidak
digunakan pada mata dan daerah sekitarnya, hamil, laktasi,
methemoglobinemia.
Dosis: oleskan dengan lapisan tebal 1,5 g/10 cm², lalu tutup dengan kasa
pembalut.
Anastetik local yang diberikan secara topikal
Beberapa anestitik lokal sangat toksik bila secara suntikan, sehingga
penggunaannya terbatas pada pemakaian topical di mata, selaput lendir,
atau kulit. Beberapa anestetik lokal yang lebih tepat untuk anestesia
infiltrasi atau untuk blockade saraf, digunakan secara topikal.
Benzokain, absorbsinya lambat karena sukar larut dalamm air, sehingga
relatif tidak toksik, benzokain dapat di gunakan langsung pada luka
dengan ulserasi dan menimbulkan anestesia yang cukup lama. Selain
sebagai salep dan supositoria, obat ini dapat juga sebagai bedak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Anastesi Lokal
Anestetik lokal merupakan obat yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup.
Efek samping anestesi local adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan
efek kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung) dengan gejala
penghambatan pernafasan dan sirkulasi darah.
Reaksi hipersensitivitas tersebut diakibatkan oleh PABA (para-amino-benzoic
acid), yang terbentuk melalui hidrolisa. PABA ini dapat meniadakan efek
antibaktriil dari sulfoamida, yang berdasarkan antagonism persaingan
dengan PABA.
2. Anastesi Umum
Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel). Keadaaan
anestesi biasanya disebut anestesi umum, ditandai oleh tahap tidak sadar
diinduksi, yang selama itu rangsang operasi hanya menimbulkan respon
reflek autonom. Jadipasien tidak boleh memberikan gerak volunteer, tetap
perubahan kecepatan pernapasan dan kardiovaskuler dapat dilihat
Propofol merupakan anastetik intra vena jenis induksi anastetik dan
pemulihan pada anastetik propofol sangat cepat bila di kombinasikan denga
anastetik induksi lain.
Efek terbesar dari propofol terhadap kardiovaskuler adalah adanya
penurunan tekanan darah akibat penurunan pada tahanan vaskuler sistemik,
kontraktilitas myokardial, dan preload. Antara lain sesak nafas (apnoe) dan
depresi system kardiovaskular (hipotensi, bradikardi), eksistensi ringan dan
tromboflebitis. Setelah siuman timbul mual, muntah, dan nyeri kepala.

B. Saran
Dengan mempelajari tentang obat-obat anestesi, kami berharap agar kita semua
bisa leih memahaminya dan dapat mengaplikasikannya dengan baik, agar tidak
terjadi penyalahgunaan obat-obat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, S.A. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tan HT , Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting Edisi. V. Jakarta : Kelompok Gramedia.

Tim farmakologi FKUI. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru

www.gogle//prokain jenisanastesilokaldanumum//blog.com
Makalah Farmakologi

OBAT-OBAT ANESTESI

OLEH

Kelompok IV
RIDHA AHRIANI P. (14220110148)

INTAN MUTIANI (14220110147)

TRIA WULANDARI (14220110144)

SRI MULIAWAN (14220110143)

INTAN SILFINA (14220110142)

MA’SYARI ARFAH TIHURUA (14220110141)

SARTIKA SAIMIMA (14220110140)

SRI SUMARSI BUAMONA (14220110138)

SURYATI (14220110134)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


MAKASSAR

2012
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFENISI ANESTESI

B. JENIS-JENIS OBAT ANESTESI, INDIKASI, KONTRA INDIKASI, EFEK


SAMPING, DAN CARA MENGATASINYA
1. Obat Induksi intravena
2. Obat Anestetik inhalasi
3. Obat Muscle Relaxant
4. Obat Anestesi Lokal

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai