Anda di halaman 1dari 99

KONSEP ASEPSIS, ANTISEPTIK &

INFEKSI NOSOKOMIAL
Rosyidah Arafat

ASEPSIS PRINSIP MEMPERTAHANKAN


KEADAAN BEBAS KUMAN. Suasana yang steril
harus terus di lakukan supaya menghindari
infeksi kuman patogen.

ANTISEPSIS CARA DAN TINDAKAN YANG


DIPERLUKAN UNTUK MENCAPAI KEADAAN
BEBAS KUMAN PATOGEN.

TINDAKAN ANTISEPTIK
1. Hand higyene
2. Penggunaan APD
3. Penggunaan Alat yang steril
4. Melakukan tindakan dengan teknik
aseptik

Kebersihan
Tangan

Culture plate showing growth of bacteria 24


hr after a nurse placed her hand on the plate

Sebelum Cuci Tangan

Tangan Petugas di letakkan pada Plat Agar Darah dan


dikultur 72 Jam akan menghasilkan koloni kuman yang
tumbuh subur.Kuman berasal dari flora tetap dan flora
sementara di lipatan kulit, kuku, sela jari tangan

Sesudah Cuci Tangan

Cuci tangan dengan air di


waskom
dengan Sabun antiseptik

CUCI TANGAN DG.


LARUTAN CUCI
TANGAN (Alkohol +
Emolien)

Emolien : gliserin, propilen glikol dan sorbitol , akan melunakkan kulit dan
Membantu mencegah kerusakan kulit(kering, pecah2, iritasi, dermatitis
Karena sering mencuci tangan dengan sabun dan air

Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety

Pengertian APD

Peralatan/pakaian
khusus
yang digunakan oleh petugas
untuk perlindungan diri dari
agen infeksi. (OSHA,CDC)

Jenis-jenis APD

Respirator
Gloves
Face protection :
Masker
Face shield
Face mask
Gowns
Head coverings
Alas kaki /sepatu tertutup

Examples of N95 Particulate


Respirators

Cup style

Fan fold

14

Duckbill

Flat fold

http://www.pandemicflu.gov/plan/healthcare/maskguidancehc.html

Tahapan Penggunaan
APD

Tahapan penggunaan APD

sitirohani_17@yahoo.com

sitirohani_17@yahoo.com

Autoclave tape

INFEKSI NOSOKOMIAL
Health Care Associated
Infections (HAIS)

Hais Adalah Infeksi yang


terjadi atau didapat penderita
ketika mendapatkan pelayanan
dirumah sakit.

HAIs

PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)

KEWASPADAAN
ISOLASI

MASALAH DI YANKES
DI SELURUH DUNIA

LOS , BIAYA ,KERUGIAN RS


& PS , KECACATAN,KEMATIAN
TUNTUTAN HUKUM, CITRA RS

MEMUTUS MATA
RANTAI INFEKSI

KRITERIA HAIS

Lokasi sama tapi


mikroba berbeda
Atau sebaliknya
Awal dirawat tidak ada
tanda klinis infeksi

Awal dirawat tidak dalam


Masa inkubasi

stypandj57@yahoo.com

Tanda infeksi timbul minimal


3 x 24 jam sejak
mulai perawatan

Siklus Penularan Infeksi pada Sarana Kesehatan

AGEN
RESERVOAR

HOST/PEJAMU
RENTAN

TEMPAT
MASUK

TMPT KELUAR

METODE
PENULARAN

Jenis HAIS

Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)


Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi Daerah Operasi (IDO)
HAP & VAP

5/4/1
6

Definisi IADP

28

IADP : ditemukan organisme dari hasil kultur darah semi /


kuantitatif dengan tanda klinis yang jelas serta tidak disertai
infeksi yang lain ( tanpa ada organ atau jaringan lain yang
dicurigai sebagai sumber infeksi) dan / atau dokter yang
merawat menyatakan infeksi

Plebitis ( Superficial & Deep Phlebitis )


pada daerah lokal tusukan infus ditemukan tanda-tanda merah,
seperti terbakar, bengkak, sakit bila ditekan, ulkus sampai
eksudat purulen atau mengeluarkan cairan bila ditekan

Patogenesis

5/4/1
6

29

Faktor resiko potensial terjadinya kontaminasi pada alat intravaskuler


11/15/09

5/4/1
6
30

Kriteria Penentuan
Kolonisasi terlokalisasi kateter
Terdapatnya pertumbuhan mikroorganisme yang
signifikan yaitu 15 cfu (colony forming unit)
dari segmen kateter ( CVC) tanpa disertai gejala infeksi
Infeksi lokal
Terdapat pertumbuhan mikroorganisme > 15 cfu dr
segmen kateter disertai gejala lokal eritema,
pembengkakan,
nyeri tekan dalam batas 2 cm dari tempat insersi
kateter
dan purelensi ( pus)

5/4/1
6
31

Pemilihan Lokasi Vena

5/4/1
6

32

Catheter insertion :
- Jangan menyingkat prosedur
pemasangan kateter yang sudah
ditentukan
- Jangan melakukan prosedur cutdown
sebagai metode insersi

33

FAKTOR-FAKTOR RISIKO

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

FAKTOR HOST
PERAWATAN DI RS LAMA SEBELUM INSERSI
DURASI PEMASANGAN LAMA
BAHAN DAN UKURAN KATETER
LOKASI INSERSI
KOMPOSISI CAIRAN INFUS
PEMBERSIHAN KULIT SAAT INSERSI
PENGALAMAN SDM

5/4/1
6
34

PERAWATAN
Lokasi kateter:

Disinfeksi,
jangan palpasi lokasi insersi

Dressing kateter :

gunakan kasa steril atau transparan dressing,


ganti dressing < 1 minggu atau rusak, kotor, basah, cegah
kontaminasi lokasi insersi,
jangan berikan salep antimikroba secara rutin

Monitoring IV kateter :

Minimal setiap shift dengan cara melihat tanda infeksi dan


palpasi

5/4/1
6
35

Pencegahan IADP
Pemilihan & Pelepasan IV :
Pilih Resiko komplikasi mekanik
Sesuai Indikasi segera lepaskan
Segera pindahkan jika ada tanda Plebitis dan untuk
meminimal plebitis pada pasien dewasa pindahkan lokasi IV
dengan waktu 72 96 jam
Jika pemasangan dengan Emergenci pindakan IV < 48 jam
Pemberian darah, produk darah, Lipid emulsion administrasi
set diganti 24 jam
Gunakanclose system
Setiap manupulasi tubing kateter lakukan dekontaminasi

5/4/1
6
36

Persiapan & pengontrolan pencampuran


cairan

Cek & re cek


Single dose jika memungkinkan
Jika Multi dosis maka:

o Simpan di lemari pendingin atau sesuai rekomendasi pabrik


o Jangan gunakan jika rusak/expired atau terjadi perubahan pada
vial/cairan

Bersihkan karet penutup vial multi dosis dengan alkohol sebelum


menusukkan alat ke vial (Kategori I )
Gunakan alat steril setiap kali akan mengambil cairan dari vial multi
dosis , dan hindari kontaminasi alat sebelum menembus karet vial.
( Kategori I )
Buang vial multi dosis bila sudah kosong, bila dicurigai atau terlihat
adanya kontaminasi, atau bila telah mencapai tanggal kadaluarsa.
( Kategori I )

5/4/1
6
37

5/4/1
6
38

5/4/1
6
39

X
PPI IADP

ISK RS CAUTI
Catheter-Associated
Urinary Tract Infection

CAUTI > 40 % dari seluruh infeksi nosokomial


Dampak
meningkatkan morbiditas dan mortalitas
Penyebab bakteremia ke 2 tersering setelah
CVC
memperpanjang lama perawatan 2-4 hari
meningkatkan pembiayaan
meningkatkan penggunaan AB yg tak perlu

Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) Rx inflamasi urothelium


invasi bakteri,
bakteriuria dan lekosituria
Bakteriuria : bakteri didalam urin,
normalnya bebas bakteri
indikator utama---kolonisasi bakteri atau ISK,
Bakteriuria tanpa ISK : kontaminasi kulit, uretra,
prepuce atau introitus.
Lekosituria : leukosit dalam urin mengindikasikan
adanya infeksi atau reaksi inflamasi urotel terhadap
bakteri,
pada pria normalnya 1-2/LPB
wanita sampai 5/LPB

Patogenesis CAUTI
Awal ,saat pemasangan : inokulasi mekanik atau
tehnik pemasangan yang
buruk
Lanjut : melalui ekstra dan intraluminal route

Presentasi klinis
Paling sering adalah asymptomatic.
CAUTI symptomatic
Rasa tak nyaman suprapubis, demam,
menggigil
atau nyeri pinggang
Terpasang kateter atau dilepas < 3 hari
first positive specimen urin >48 jam
bakteriuria
lekosituria

Penatalaksanaan
Tehnik pemasangan kateter secara aseptic dan
menjaga kateter dalam closed system adalah hal
terpenting untuk menekan resiko ISK.
Kateter-meatal junction harus dibersihkan tiap
hari dengan air bersih, penggunaan antibiotic
topical dihindari karena dapat menyebabkan
koloni pathogen yang resisten seperti
pseudomonas.
Lepas kateter sesegera mungkin sesudah tidak
diperlukan.

ANTIBIOTIK
Antibiotic hanya diberikan pada symptomatic
ISK dan dihentikan 48 jam setelah tanda infeksi
mereda.
Pemberian antibiotic sistemik dapat menekan
insiden bakteriuria pada short term, tapi setelah
3 atau 4 hari insiden bateriurianya sama.

Recommendations
1. Personnel
a. Hanya orang2 yang tahu tehnik pemasangan secara
aseptic dan memelihara kateter yang benar yang boleh
melakukannya.Category I
b. Petugas rumah sakit harus dilakukan training secara
periodic untuk menekankan tehnik yang benar dan
potensi komplikasi pemasangan kateter. Category II

2. Catheter Use
a. Kateter urin dipasang hanya atas indikasi dan
kebutuhan,
bukan untuk kenyamanan yang merawat. Category I
b. Pada kasus2 tertentu, drainage urin dengan kondom
kateter, sistostomi dan intermittent kateterisasi dapat
digunakan untuk menggantikan indwelling kateter.
Category III

3. Handwashing
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah memanipulasi
kateter atau perangkatnya. Category I

4. Catheter Insertion
a. Pemasangan kateter harus secara tehnik aseptic dengan
peralatan steril. Category I
b. Gunakan Gloves, drape, sponges, an appropriate
antiseptic
solution untuk membersihkan periurethral dan lubricant
jelly tunggal untuk insersi kateter. Category II
c. Gunakan kateter ukuran sekecil mungkin tapi drainagenya
cukup baik untuk meminimalisasi trauma urethra.
Category II
d. Kateter menetap harus difiksasi yang benar untuk
mencegah
pergerakan dan traksi urethra. Category I

5. Closed Sterile Drainage


a. harus dijaga aliran urin lancar, steril, closed system. Category I
b. kateter dan tube drainage tidak boleh dilepas kecuali atas
indikasi. Category I
6. Irrigation
a. irigasi harus dihindari kecuali untuk mengantisipasi obstruksi
( mis: post tur prostate), irigasi dengan antibiotic tidak boleh
digunakan apalagi untuk mencegah infeksi. Category II
b. sambungan kateter dan tube drainage harus diberikan
disinfektan sebelum dilepas. Category II
c. irigasi kandung kemih dilakukan dengan tehnik aseptic,
menggunakan syringe volume yang besar dan sterile irrigant
yang langsung dibuang setelah digunakan. Category I
d. bila kateter berkontribusi menyebabkan aliran tak lancar, ganti
segera. Category II

7. Specimen Collection
a. Bila perlu sample urin sedikit ambil dari bagian distal
kateter yang sudah dibersihkan dan dicuci dengan
disinfektan menggunakan syringe dan jarum yang steril.
Category I
b. Bila perlu volume yang lebih banyak untuk pemeriksaan urin
khusus, ambil dari drainage bag secara aseptik. Category I
8. Urinary Flow
a. Jaga aliran urin lancar. Category I
b. Agar aliran urin bebas lancar
1. Jangan ada bagian yang terlipat/kinking,
2. Kantong urin harus dikosongkan secara teratur dengan
penampung yang terpisah,
3. Kateter atau aliran yang tidak lancar harus diirigasi,
4. Urin bag harus dijaga selalu lebih rendah dari kandung
kemih. Category I

9. Meatal Care
Dua kali sehari dicuci dengan povidone-iodine
solution dan dicuci dengan air dan sabun tidak terbukti
menekan angka infeksi, sehingga sekarang tidak
disarankan. Category II
10. Catheter Change Interval
Penggantian pada kateter menetap harus teratur atau sesuai
indikasi. Category II
11. Spatial Separation of Catheterized Patients
Untuk meminimalisasi cross infeksi, pasien dengan
indwelling
kateter terinfeksi dan tidak sebaiknya dipisah. Category III
12. Bacteriologic Monitoring
Penilaian bacteriologic untuk monitor teratur pada pasien
dengan kateter untuk keperluan data tidak
direkomendasikan. Category III

Surgical Site Infection ( SSI )


Infeksi akibat tindakan Pembedahan,
dapatmengenaiberbagai lapisan jaringan
tubuh,superfisial atau dalam. (bukan
hanya infeksi
luka operasi)
Diklasifikasikan menjadi:
Infeksi insisional superfisial
Infeksi insisional dalam
Infeksi organ/ rongga

Kriteria SSI

Figure. Cross-section of abdominal wall depicting


CDC classifications of surgical site infection.22
Guideline for Prevention of Surgical Site Infection,
CDC

Kriteria Infeksi Insisional Superfisial


Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan),
terjadi dalam 30 hari pasca bedah.
kriteria dibawah ini :

Keluar cairan purulen dari luka insisi


Kultur positif dari cairan yang keluar atau jaringan
yang diambil secara aseptik
Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri,
bengkak lokal, kemerahan, kecuali bila hasil kultur
negatif
Dokter yang menangani menyatakan infeksi.
Guideline for Prevention of Surgical Site
Infection, CDC

Kriteria Infeksi Insisional Dalam


Infeksi pada luka insisi, terjadi dalam 30
hari pasca bedah atau sampai 1 tahun bila
ada implant.
Terdapat paling tidak satu keadaan
dibawah ini :
Keluar cairan purulen dari luka insisi, tapi bukan
berasal dari rongga / organ
S ecara spontan mengalami dehisens atau
dengan sengaja dibuka oleh ahli bedah dan paling
sedikit satu dari tanda berikut : demam (>38 C),
nyeri lokal,kultur ( + )
Dokter menyatakan
infeksi of Surgical Site Infection,
Guidelineluka
for Prevention
CDC

Kriteria Infeksi Organ/Rongga


Infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca
bedah apabila tidak ada implant
Infeksi terjadi dalam 1 tahun pasca bedah
apabila terdapat implant
Paling sedikit menunjukkan satu gejala berikut :
Drainase purulen dari drain yang dipasang
melalui luka insisi kedalam organ / rongga
Ditemukan organisme melalui aseptik kultur dari
organ / rongga.
Dokter menyatakan infeksi pada organ tsb
Guideline for Prevention of Surgical Site
Infection, CDC

Faktor Resiko SSI (1)


(Intrinsik)

58

Usia
Status Gizi
Diabetes
Perubahan respon imun
Infeksi di tempat lain
Lama rawat inap preoperatif
Obesitas
Merokok
Kolonisasi Mikro organisme

59

Faktor Resiko SSI (2)


(Ekstrinsik)
Petugas

Teknik pembedahan
Lingkungan
Alat

Surgical Site Infection Prevention


Bundles Components
1. Prophylactik antibiotik
. Di berikan 1 jam sebelum insisi
. Seleksi penggunaan antibiotika sesuai dengan
aturan di RS
. Di berikan hanya untuk 24 jam

Surgical Site Infection Prevention


Bundles Components
2. Kontrol gula darah
Rationale: Hyperglycemia has been associated with
increased in-hospital morbidity and mortality for multiple
medical and surgical conditions.
Risk of infection is significantly higher for patients
undergoing CABG if blood glucoses are elevated.
Deep wound infections in diabetic patients undergoing
cardiac surgery is reduced by controlling blood glucose
levels < 200 mg/dL in the immediate postoperative period.

Surgical Site Infection Prevention


Bundles Components
3.Pencukuran rambut sebelum operasi
Cukur rambut bila menggangu jjalannya
operasi apabila harus dicukur gunakan
elektik clipper

Rationale: Razor shaving has been


associated with increased SSIs attributed
to microscopic cuts in the skin that serve as
foci for bacterial multiplication*

Surgical Site Infection Prevention


Bundles Components
4. Peri operative Temperature normotermia
Surgery patients for whom either active warming
was used intra operatively for the purpose of
maintaining
normo thermia or who had at least one body
temperature 96.8oF/36oC recorded within the 30
minutes prior to or the 15 minutes immediately
after
anesthesia end time.
Rationale: Hypothermia (<36oC) increases the risk
for surgical site infection

Pencegahan SSI yang lain


Berhenti merokok 1 bulan sebelum operasi
Mandi pasien dengan antiseptik malam dan pagi hari
sebelumoperasi
Petugas tidak memakai jam tangan ,gelang,cincin
Tidak berkuku panjang dan memakai kutek

Pencegahan SSI yang lain


Lakukan kebersihan tangan sesuai prosedur standar
Petugas yang sakit di larang untuk bekerja di kamar
bedah dan RS
Gunakan baju khusus kamar bedah

CDC Guideline for Prevention of Surgical Site Infections, 1999

Pencegahan SSI yang lain


Gunakan tehnik aseptik dan surgical selama
prosedur operasi
Gunakan antiseptik untuk preparasi kulit
sebelum operasi

Pencegahan SSI yang lain


Gunakan instrumen steril sesuai standar
Pelihara ventilation di kamar bedah :
- Tekanan udara positif
- Pertukaran udara 15 x /jam
- Suhu antara 19 24 C
- Kelemban udara 40 60 %
Bersihan permukaan area lingkungan kamar
secara adekwat dengan cairan desinfektan

VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )


Pneumonia didapat bila lebih dari 48
jam setelah menggunakan ventilasi
mekanis.
Terutama penderita pasca operasi rongga
thoraks dan abdomen bagian atas
dengan ventilasi mekanis dan resisten
terhadap pelbagai antibiotik
VAP dibedakan ;
1. phase dini ;< 5 hari
2.phase lambat: > 5 hari

Faktor penyebab Patogenesa;


1. sumber penyebab HAP:
alat kesehatan,lingkungan RS,(udara,air
peralatan RS dan serangga) sering terjadi
infeksi silang
2.Faktor Pasien:
Kegawatan pasien dengan penyebab
penyakit,untuk dilakukan operasi ,sudah
mendapat terapi antibiotik sebelumnya dan
menggunakan peralatan invasive

3. Aspirasi bakteri patogen oropharing


atau sekret lendir jalan napas pasien
yang mengandung bakteri disekitar
cuff ETT yang sering masuk kejalan
napas bawah

Kewaspadaan Aspirasi

1.jarak kepala dengan tempat tidur 30


derajat atau lebih
2 Perawatan rongga mulut tiap 4 jam
/kumur tiap 4 jam,sikat gigi tiap 12 jam
3.Tidak boleh menggunakan sedotan
4.Duduk tegak 90 derajat waktu
makan/snack jika mungkin

Aspirasi precaution
5.Observasi pasien ketika selama makan (periksa
suhu tubuh 60 menit setelah makan untuk
mengetahui gembang puncak demam
6. mengukur dengan spirometri incentive
atau terapi dengan PEEP
7.Suksiondipasang di sebelah tempat tidur pasien
8. Petunjuk pengawasanvaspirasi dipasang
didekat
pasien

Prinsip Dasar Pencegahan VAP

.1.Selalu melakukan kebersihan tangan sebelum dan


setelah kontak dengan pasien ,sekret saluran napas
atau objek yang terkontaminasi atau tiadk dengan sekret
pernapasan harus memakai sarung tangan.
2. Memakai sarung tangan baik sekali pakai saat
mengeluarkan sekret pernapasan
3. Memakai selang suksion steril untuk aspiaras cairan
trakhea atau perawatan trakheostomi,dan menggunakan
sarung tangan sekali pakai atau yang disteril ulang
4. Tiap hari mengevaluasi proses penyapihan ventilator bila
mungkin

5.Meminimalkan lama hari rawat dengan ventilator dan


menggunakan noninvasisve ventilation bila mungkin
6.meninggikan jarak kepala dengan tempat tidur bila tidak
kontraindikasi
7Menghindari distensi lambung berlebihan
8. Hindari ekstubasi dan reintubasiyang tidak berencana
9.Gunakan oro trakheal dibandingkan intubasi nasotrakheal
10,Hindari penggunaan H2 blocking dan protonpump
inhibitorpada penderita yang tidak terdapat resiko ulkus
lambung

11.Melakukan perawatan kebersihanrongga mulut dengan


cairan antiseptik
12. Menggunakan air steril untuk membilas alat
pernapasan yang dipakai ulang
13.Mengganti sirkuit yang dipakai pernapasan bila terdapat
cairan embun,pertahankan sirkuit tetap tertutup
waktumengganti selang sirkuit
14.Mengganti sirkuit ventilator bila tampak kotor atau
kurangberfungsi baik
15.Simpan dan desinfeksi peralatan terapi pernapasan
16.Lakukan surveilensVAPbila diketahui suspek resiko tinggi
terjadi VAP

17. Lakukan kepatuhan HH, posisi

kepala,proses penyapihan dan

perawatan rongga mulut


18.Pendidikan dan pelatihan untuk petugas

terkait mengenai VAP,masalah

epidemiologi,faktor resiko dan kondisi pasien,


19.Tentukan regimen antibiotik sesuai pola
kuman

lokal

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadan Standar
Kewaspadaan berdasarkan transmisi

Surveilans
Diklat
Pencegahan Infeksi
Penggunaan Antimikroba rasional

KEWASPADAAN
STANDAR

Kebersihan tangan
Penyuntikan
yang aman
Penggunaan APD

Kebersihan
pernapasan/
Etika batik

Pengelolaan limbah
& benda tajam

Peralatan
perawatan
pasien

Penatalaksanaan
linen

Kesehatan
karyawan
Praktek lumbal
punksi

Pengendalian
lingkungan
stypandj57@yahoo.com

Penempatan pasien

KEWASPADAAN
BERDASARKAN TRANSMISI

Airborne/Udara

Kontak

Droplet/Percikan

TBC

MRSA, VRE

Avian Influensa, H1N1

Chicken pox

Herpes Simplex

Meningococcus

Masker N95/
Respiratorik
stypandj57@yahoo.com

Sarung tangan,
Gaun

Masker bedah,
pelindung mata dan
wajah

Kebersihan pernapasan dan


etika batuk
Untuk mencegah transmisi semua ISPA
(termasuk influenza,pasien dengan
demam /gejala saluran napas ) harus
ditangani sesuai dengan kebersihan
pernapasan dan etika batuk.

Meliputi:
Menutup mulut & hidung saat batuk/ bersin;
Pakai tisu, buang ke tempat sampah (kuning) bila
telah terkena sekret saluran napas dan
Lakukan cuci tangan dg sabun /antiseptik dan&
air mengalir, alkohol handrub setelah kontak
dengan sekret
Jaga jarak terhadap orang dg gejala ISPA dg
demam

Praktek menyuntik yang aman


Mencegah KLB akibat
Pemakaian ulang jarum
steril untuk peralatan suntik
IV beberapa pasien
Jarum pakai ulang
obat/cairan multidose
dapat menimbulkan infeksi
seperti BSI

Pencegahan infeksi prosedur LP


Masker harus dipakai klinisi saat melakukan
lumbal fungsi / anestesi spinal /epidural/pasang
kateter vena sentral
Cegah droplet flora orofaring; dapat
menimbulkan meningitis bakterial

Kewaspadaan Transmisi kontak


Permukaan lingkungan terkontaminasi melalui kontak
tangan pasien atau petugas, gaun/alat /saputangan
/tissue yang telah dipakai atau benda yang
terkontaminasi cairan tubuh

APD
sarung tangan
gaun
Lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan !
Minimalisasi gerak pasien
Kontrol lingkungan:
cleaning & disinfeksi permukaan terkontaminasi

Kewaspadaan transmisi droplet


Penyakit menular lewat droplet, ditularkan melalui
batuk, bersin dan berbicaradroplet kecil /
besar
Droplet:

Percikan >5m melayang jatuh mengenai


mukosa mata, hidung atau mulut orang
tanpa pelindung pada jarak < 1m
Prosedur yang dapat menimbulkan aerosol
mis suction, bronkoskopi, nebulising,
intubasi

APD
masker bedah/medik
sarung tangan
gaun
Batasi gerak pasien keluar R. rawat
Ruang terpisah,TT berjarak > 1m atau
kohorting
Cuci tangan tiap melepas APD

Kewaspadaan transmisi airborne


Tempatkan pasien di ruang dg ventilasi
memadai atau ruang dg 12
Pakai respirator partikulat saat memasuki
ruang dg risiko tinggi, check tiap akan pakai
Batasi gerak pasien, edukasi untuk etika batuk,
pakai masker bila keluar R. Rawat
Bila didapatkan infeksi virus/bakteri BARU,
belum pernah dilaporkanHARUS dijalankan
kewaspadaan transmisi airborne

Partikel kecil < 5m mengandung mikroba


melayang/menetap di udara beberapa jam,
ditransfer sebagai aerosol melalui aliran udara
dalam ruangan /jarak lebih jauh dari 2 m
Mycobacterium TB,Campak,Cacar Air, Aspergillus sp,
tindakan yang menimbulkan aerosol pada suspek
TB,SARS (intubasi,suction, bronkoskopi)

APD
masker bedah (minimal)
respirator partikulat (mis N95)
sarung tangan
gaun
apron
Kebersihan tangan

Penempatan pasien :
Idealnya di R dengan tekanan negatif
Pertukaran udara >12 x/jam,aliran udara
yang terkontrol
Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin
AC + filter HEPA
Terpisah bila memungkinkan atau
kohorting
2-93

Kondisi PPI di RS

Kondisi PPI di RS

Kondisi PPI di RS

1st GLOBAL PATIENT SAFETY CHALLENGE

To reduce
health care-associated infections

Hand hygiene as the cornerstone

99

Anda mungkin juga menyukai