Anda di halaman 1dari 74

T U M O R / O N K O L O G I • 3 1 3

B A B

7
TUMOR/ONKOLOGI

ONKOLOGI U M U M
D. Tjindarbumi

Onkologi adalah cabang ilmu kedokteran yang Organisme yang dewasa tidak lagi mengada-
mempelajari berbagai aspek pertumbuhan jaring- kan pertumbuhan oleh karena di sini pertum-
an sel abnormal yang disebut neoplasma yang buhan sehsel baru sudah ada dalam kondisi seim-
dalam bahasa sehari-hari disebut tumor. bang dengan matinya sel-sel lama.
Tumor atau neoplasma dibagi dalam dua Dalam keadaan tertentu seperti terjadinya
golongan, yaitu: luka pada jaringan tubuh dimungkinkan lagi
- tumor jinak dan terjadinya pertumbuhan sel lokal yang akan ber-
- tumor ganas = kanker. henti dengan sendirinya bila keseimbangan dan

Untuk dapat melakukan pengobatan yang produksi sel-sel sudah kembali lagi pada tingkat

baik terhadap penyakit neoplasma seorang dok- yang normal.

ter harus menguasai dan mempunyai dasar penge- Pada pertumbuhan tumor terjadi keadaan yang
tahuan yang baik mengenai onkologi. disebabkan oleh karena adanya "disregulasi" per-
tumbuhan. Pertumbuhan tumor sedikit banyak
Dasar-dasar neoplasma bersifat otonom, tidak terpengaruh oleh mekanis-
Pertumbuhan merupakan sifat pokok dari organ me yang mengatur pertumbuhan sel tubuh kita.
yang hidup dan untuk ini ada aturannya (regu- Disregulasi pertumbuhan tumor dapat ditemu-
lasi). kan baik pada tumor jinak (meskipun dalam gra-
3 1 4 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

dasi yang lebih rendah) maupun pada tumor- Bekerja tergantung dari sitoplasma sedang-
tumor ganas. kan reproduksi bergantung pada inti.

]^ada stadium dini (awal) kadang-kadang sukar Pada sel neoplasma terjadi perubahan sifat, di
membedakan antara proses pertumbuhan tumor sini tenaga lebih banyak digunakan untuk per-
yang jinak dan yang ganas. H a l ini biasanya baru tumbuhan sedangkan sedikit untuk fungsi.
diketahui bila proses tersebut berlangsung agak
Jadi di sini terjadi perubahan struktural, bio-
lanjut.
kimiawi dan fungsional.
Tumor ganas dibedakan dari tumor jinak
Telah dikatakan di atas bahwa neoplasma itu
antara lain oleh karena kemampuannya meng-
ada yang ganas dan jinak.
adakan penyebaran (metastasis), juga hubungan-
nya dengan jaringan sekitarnya berbeda dengan Untuk mengetahui apakah tumor itu jinak
tumor jinak. atau ganas selain dari ciri-ciri klinisnya yang
paling penting adalah mengetahui keadaan:
Tumor jinak pada umumnya tumbuh secara
eksjjansif (mendesak) pada jaringan sekeliling- - sitologik
nya sedang tumor ganas menginfiltrasi (menem-
- histologik
bus) jaringan sekitarnya.
- imunohistokimia.
j adi tumor jinak mempunyai simpai (kapsul)
dan tumor ganas (kanker) tidak bersimpai. - Sitologik:

Melihat keadaan sel tumor itu sendiri, yaitu

Struktur dan sifat serta perangai keadaan inti nukleolus, kromatin, bentuk dan
besarnya sel-sel tumor.
tumor ganas = kanker
- Histologik:
Deiinisi
Neoplasma adalah penyakit pertumbuhan sel- Melihat hubungan jaringan tumor dengan
jaringan sehat sekitarnya, misalnya apakah
sel baru yang tidak terbatas, tidak ada koor-
tumor tumbuh secara infihratif.
dinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak ber-
fungsi fisiologis. - Imunohistokimia:

Regenerasi epitel dan pembentukan jaringan Merupakan penggabungan konsep ikatan kimia
graimlasi juga suatu pertumbuhan sel baru, dan prinsip imunologik yang dapat menilai
tetapi ini bukan neoplasma karena proses di sini sifat sel. Bagaimana kaitan analisis morfolo-
sesuai dengan pertumbuhan normal. gik sel dengan perubahan fungsional sel yang
Sel mempunyai dua fungsi utama: bekerja diperiksa secara imunokimia untuk mempre-
dan reproduksi. diksi sifat keganasan sel tumor.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 1 5

Ciri-ciri t u m o r ganas = Icanlter hiperkromasi, kromatin inti berkelompok dan


tampak kasar, nukleolus menjadi lebih besar
Dari segi patohistologik (perubahan struktural).
dan bertambah jumlahnya.
Anaplasia Keadaan ini dapat dikembalikan pada distri-
Komponen tumor terdiri atas: busi D N A yang tidak teratur ke dalam sel-sel

a. Sel neoplasma yang berproliferasi yang mem- anak sewaktu mitosis.

bentuk parenkim tumor. Pola khromosomnya pun sering berubah


b. Stroma yang terdiri atas jaringan ikat dan sehingga kerap berakibat adanya tetraploidi dan
pembuluh darah. Stroma mendukung paren- poliploidi (jumlah khromosom beberapa kali
khim dan memberi makanan melalui pem- jumlah haploid) atau aneuploidi (tambahan jum-
buluh darah. lah khromosom yang tidak teratur).

Parenkim Polaritas
Sel-sel neoplasma yang berproliferasi akan meng- Tumor ganas pun akan kehilangan polaritas yaitu
alami perubahan sehingga mungkin tidak menye- kehilangan susunan atau struktur yang normal.
rupai sel asalnya lagi. Misalnya pada "carcinoma in situ" dari serviks,

Derajat morfologi menyerupai sel normal pada epitel gepeng berlapis stratifikasinya tidak

atau asal disebut "differensiasi" dari parenkhim. jelas lagi, sel-selnya menunjukkan tanda ganas

Bila derajat morfologi sel tumor lebih menye- walaupun belum melewati membran sel, jadi ter-
jadi kekacauan dalam susunan lapisan-lapisan.sel.
rupai sifat-sifat sel normal atau asal disebut dif-
ferensiasi baik, bila banyak berbeda dari sifat-
sifat sel normal atau asal disebut differensiasi Dari segi fungsi sel
buruk. Kehilangan differensiasi disebut dediffe- Dewasa ini diagnosis kanker lebih banyak chtegak-
rensiasi. kan melalui evaluasi struktural morfologik (baik

Banyak ahli patologi menggunakan istilah histologik maupun sitologik) kemantapan diag-

anaplasia untuk dedifferensiasi. nosis sitomorfologik kadang masih banyak ken-

D i samping anaplasia, sel tumor masih me- dalanya karena faktor subyektivitas yang tinggi
dan kesulitan dalam menilai invasi sel ke stroma.
nunjukkan beberapa sifat morfologik yang agak
spesifik. Intinya biasanya besar dan menunjuk- Penyelidikan ke arah proses metabolik sel
kan perbedaan yang nyata dalam bentuk dan memungkinkan untuk melakukan analisis ter-
ukuran (poll atau pleomorfi). hadap fungsi sel.

Kadar asam nukleat dalam inti seringkali Evaluasi kandungan kimia dalam sel telah
tinggi, sehingga lebih mudah diwarnai dengan dapat dilakukan dengan bantuan teknik imuno-
zat warna dasar seperti hematoksilin terlihat kimia.
3 1 6 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Eieberapa pemeriksaan khusus, yaitu onko- Penyelidikan Collins dan Breur menunjuk-
gen dan petanda prohferatif telah dapat ditemu- kan bahwa diperlukan 30 kali pelipatan untuk
kan yang dapat mengetahui nilai prognostik suatu mencapai volume 1 c m \ Waktu untuk satu kali
kanker. pelipatan, adalah 100 hari dan ini tetap konstan.
F'emeriksaan imunohistokimia merupakan Maka untuk 30 kali pelipatan diperlukan
tambahan informasi berharga untuk menegak- waktu 6 tahun, dalam waktu 10 kali pelipatan
kan diagnosis terutama bila terdapat antigen yang selanjutnya (10 x 100) volume akan naik dari 1 cc
lebih sensitif sebagai indikator perubahan kega- menjadi 1000 cc. Jadi jelas di sini bahwa tumor
nasan (transfdrmasi malignansi). sesungguhnya sudah ada jauh sebelum kita men-
deteksinya, dengan alat-alat diagnostik yang

Proses pertumbuhan sangat akurat sekalipun.


Dan seluruh proses diagnostik dan terapi biasa-
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan
nya baru berlangsung bila sel sudah melakukan
antara pembentukan dan hancurnya sel.
multiplikasi yang ke 30 dan ke 40.
Pertumbuhan tumor pada umumnya bersifat
balans positif, artinya lebih banyak sel yang ter-
jadi daripada yang hilang.
K e m a m p u a n pertumbuhan infiltratif

Waktu siklus sel yaitu fase mitotik ditambah Salah satu sifat karakteristik dari sel kanker ada-
fase intermitotik memegang peranan penting lah kemampuannya untuk menembus jaringan
dalam kecepatan pertumbuhan. normal dan penetrasi ke dalam pembuluh darah
Setelah sel membagi diri, sel-sel anak datang dan saluran limfe.
dalam fase G i , yaitu periode waktu sel menja- Selain daripada itu sel kanker pun sering me-
lankan fungsi spesifik misalnya sintesa protein. manfaatkan struktur-struktur yang sudah ada
Dari fase G i sel datang ke fase S, saat sel mulai untuk mempermudah infiltrasi, misalnya rongga
mensintesa D N A , melipatkan material genetik perineural.
sebagai persiapan diri. Sebelum sel membagi diri Di lain pihak infiltrasi dapat dipersulit oleh
( fase M ) masih ada fase G2. Pada waktu ini struktur-struktur seperti fasia, simpai suatu organ,
nukleus mengandung D N A dua kali lipat banyak- atau periosteum.
nya. Faktor penambahan volume tumor akan
Waktu minimum suatu siklus sel diukur pada mengakibatkan kenaikan tekanan dalam tumor
sel-S(;l dalam kultur jaringan, ± 16 jam. dan ini akan mempermudah menembusnya sel
\ / a k t u fase S dan fase G 2 kira-kira selalu tumor ke dalam jaringan normal.
sama. Variabilitas yang besar hanya terletak dalam Pada ttmior jinak, keadaannya berbeda, tumor
fase G i . Ada sel-sel yang bertahun-tahun berada jinak tumbuh secara ekspansif, yaitu mende-
dalam fase G i . sak jaringan sehat sekitarnya, hingga jaringan
T U M O R / O N K O L O G I • 3 1 7

sehat yang terdesak merupakan simpai (kapsul) ke dalam kelenjar getah bening regional
tumor. dan melekat pada simpainya.
- Hematogen:
Residif (kekambufian) Yaitu lewat pembuluh darah. Masuknya
sel-sel kanker ke dalam pembuluh darah
Setelah pengangkatan tumor ganas dengan ope-
dapat dengan cara:
rasi atau radiasi sering tumor tumbuh kembali.
Hal itu disebabkan oleh karena: a. langsung menembus pembuluh darah

a. Adanya sel-sel kanker yang tertinggal kemu- b. menembus pembuluh hmfe dulu, ikut

dian menjadi besar kembali pada tempat dengan aliran limfe kemudian sampai
di duktus torasikus dan baru masuk ke
yang sama.
dalam aliran darah.
b. Adanya pertumbuhan baru dari tumor yang
- Melalui saluran-saluran yang sudah ada,
sama pada tempat yang sama karena adanya
misalnya: bronkus, traktus digestivus, ure-
sel-sel yang mempunyai potensi menjadi sel
ter dan lain-lain, sel kanker tertanam pada
kanker yang sama dengan tumor yang diang-
saluran-saluran tersebut.
kat.
- Perkontinuitatum, yaitu kontak langsung,
Tumor ganas umumnya tumbuh cepat se- misalnya tumor gaster menjalar ke ova-
dangkan tumor jinak umumnya tumbuh lambat. rium.
- Inokulasi (transplantasi) dibuktikan pada
K e m a m p u a n bermetastasis binatang percobaan.
(menyebar) - latrogen, metastasis yang disebabkan oleh
Dengan kemampuan sel kanker untuk menem- karena tindakan manipulasi yang berle-

bus jaringan normal, maka tumor ganas primer bihan di lapangan operasi dimana tumor

dapat menyebarkan sel-sel kankernya ke seluruh itu akan diangkat, sehingga sel-sel kanker

tubuh (metastasis). tercecer ke mana-mana.

Cara penyebaran ini dapat bermacam-macam:


- Infiltrasi: Faktor-faktor yang dapat m e m -

Yaitu sel-sel kanker tumbuh menyebuk ke


pengaruhi pertumbuhan kanker.

dalam jaringan sehat sekitarnya atau di 1. Intrinsik (dari tubuh sendiri)


dalam ruangan antara sel. - Hormon:
- Limfogen: Sebagian tumor ganas seperti karsinoma
Yaitu sel-sel kanker masuk ke dalam pem- prostat, karsinoma payudara, karsinoma
buluh limfe dan merupakan embolus masuk endometrium menunjukkan suatu sensiti-
3 1 8 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

fitas hormonal dan pertumbuhannya dapat Sinar gamma


dipengaruhi dengan mengubah status hor- Sinar radioaktif
monal orang yang bersangkutan. Sinar ultraviolet yang terdapat pada sinar
Karsinoma prostat kadang-kadang menun- matahari.
jukkan reaksi baik terhadap kastrasi dan 3. Virus.
pemberian estrogen. Hormon mungkin Beberapa jenis virus dapat menimbul-
secara langsung mempengaruhi DNA
kan kanker.
dalam inti sel.
Golongan virus yang dapat menimbul-
2. Status imunologik:
kan kanker disebut virus onkogenik.
Yang dimaksud di sini adalah kemampuan
Misalnya:
organisme yang lebih tinggi untuk dapat me-
- Virus Herpes simpleks tipe 2 diduga
lindungi diri dengan mekanisme imunolo-
menyebabkan kanker serviks.
gik terhadap sel-sel kanker yang dapat ter-
- Virus Hepatitis B dapat menyebab-
jadi akibat transformasi sel.
kan kanker hati.
A d a . dua macam reaksi imunitas:
- Virus Epstein Bar dapat menyebab-
- reaksi humoral.
kan kanker nasofaring.
Ada antibodi terhadap sel tumor itu sen-
diri.
Sebab-sebab terjadinya kaniter
- reaksi seluler.
Sel-sel kanker dapat dihancurkan oleh Peristiwa perubahan sel normal menjadi sel kan-
sel-sel limfoid spesifik seperti T . hmfo- ker disebut karsinogenesis. Segala sesuatu yang
sit, B. limfosit dan makrofag. menimbulkan perubahan tersebut dinamakan
Juga faktor-faktor ras (bangsa), keturunan, penyebab kanker atau karsinogen.
usia, jenis kelamin dapat menjadi faktor yang Tetapi sampai sekarang kita masih belum
mempengaruhi terjadinya kanker. dapat menentukan secara pasti penyebab khusus
3. Ekstrinsik (dari luar tubuh) terjadinya kanker.
1. Bahan kimia. Dari hasil penyelidikan eksperimental mau-
a. alami, misalnya berasal dari asap pun dari pengamatan klinik dan epidemiologik
rokok. ternyata terjadinya kanker merupakan proses
b. sintetik, misalnya zat pewarna ani- yang sangat rumit yang merupakan akibat dari
lin pada industri tekstil, zat pewar- beberapa penyebab yang bekerja bersama-sama.
na makanan dan sebagainya. Secara skematis faktor-faktor yang dapat
2. Tenaga sinar. menyebabkan terjadinya kanker dibagi dalam
Sinar X tiga golongan.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 1 9

1. Faktor karsinogen yang menginduksi per- Diagnosis Wanksr


tumbuhan abnormal. Ini biasanya ber-
Beberapa hal yang harus diketahui antara lain:
sifat eksogen (bahan kimiawi, fisik dan
• Keadaan klinik dan biologik tumor:
biologik).
- Lama perjalanan tumor
2. Faktor tuan rumah yang mengizinkan
- Kecepatan tumbuh
pertumbuhan abnormal. Ini biasanya ber-
- Keadaan umum penderita
sifat endogen (genotipe, jenis kelamin,
- Keadaan lokal:
umur). Juga faktor-faktor imunologik,
- besar tumor
imunogenetik dan hormonal termasuk
- luas infiltrasi
dalam golongan ini.
- besar gangguan fungsional
3. Faktor-faktor lingkungan yang dapat
- bentuk makroskopik.
menimbulkan modifikasi, tetapi faktor
- Keadaan regional: banyaknya kelenjar getah
ini sendiri tidak bersifat karsinogen (ma-
kanan, obat-obatan, agenesis yang meng- bening yang terkena.

induksi hiperplasia, rangsangan menahun - Keadaan organ-organ yang jauh: untuk

seperti fistel atau ulkus mungkin hanya melihat metastasis jauh.

sebagai promotor dalam patogenesisnya). • Gambaran patologik anatomi atau sitologi.


Ada beberapa metode:
Dalam patologi manusia kita kenal juga bebe-
- Pemeriksaan sitologik:
rapa keadaan yang menunjukkan bahwa karsi-
Untuk mencari sel-sel kanker dengan pe-
nogenesis berlangsung bertingkat-tingkat:
warnaan Papaniculou, umpamanya karsi-
- Prekarsinoma. noma serviks.
Yaitu kelainan dalam organ tertentu yang - Pemeriksaan histologik.
seringkali ditumbuhi kanker seperti poli- Ada beberapa cara:
posis colli menjadi karsinoma kolon, cir- a. Potong beku (frozen section); memer-
rhosis hepatis menjadi karsinoma hepar. lukan waktu ± 1 5 menit untuk menda-
- Karsinoma in situ. patkan diagnosis keganasan yang cepat.
Merupakan suatu perubahan yang di dalam b. Blok parafin.
segala hal memenuhi kriteria morfologik Jaringan difiksasi dengan formalin atau
kanker, tetapi sel-selnya belum menginfil- alkohol dimasak dengan alat technicium,
trasi ke dalam jaringan sekitarnya. "Karsi- kemudian mikrotum dan diwarnai
noma in situ" adalah stadium yang paling dengan HE (Hematokulin Eosin).
dini dari kanker yang dapat dikenal secara Jaringan diperoleh dengan eksisi, biopsi,
morfologik. operasi radikal dan lain-lain.
3 2 0 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

c. Imunohistokimia Cara yang masih dalam pengembangan adalah:


Pemeriksaan "petanda tumor" (tumor - hormon terapi
marker) yang dapat merefleksikan: - imunoterapi.
a. Fungsi sel tumor atau kanker.
Kita mengenal terapi kanker dengan tujuan
Misalnya E R (Estrogen Reseptor) yang
menyembuhkan kuratif {h.3.nyiL pada kanker sta-
berada pada kanker payudara.
dium awal) dan dengan tujuan mengurangi pen-
b. Prognosa. deritaan pasien disebut paliatif (puda kanker sta-
Dengan melihat adanya faktor growth dium lanjut).
fraction. Menurut sejarah pengobatan kanker, penyem-
c. Diferensiasi tumor. buhan kanker yang pertama dicapai dengan pem-
- bila karsinoma (kanker yang ber- bedahan.
asal dari sel epitel), maka faktor Dan memang selama tumor masih bersifat
sitokeratin harus positif. lokal, terapi pilihan adalah bedah.
- bila sarkoma (kanker yang berasal Tetapi kadang-kadang eksisi lokal atau luas
dari jaringan penunjang) maka fak- dari tumor tidaklah cukup untuk mencegah kam-
tor Vementin atau Desmin harus buhnya penyakit itu setelah beberapa waktu.
positif. Oleh karena itu pembedahan kadang-kadang
• Pemeriksaan dengan radioimaging. harus dukuti oleh radioterapi atau kemoterapi
Dapat membantu penderita kanker untuk untuk mematikan sel-sel kanker yang tercecer
mengetahui adanya metastasis jauh atau selama operasi.

belum, seperti: Radioterapi pada waktu awalnya bertujuan


- Foto Rontgen polos untuk pengobatan paliatif saja.
- Foto Rontgen dengan bahan kontras Dengan perkembangan metode radiasi yang

- USG-ultrasonografi lebih baik, ternyata radioterapi dapat menyem-

- C T Scan buhkan pula beberapa macam tumor seperti:

~ M R I (Magnetic Immaging Resonanz). - Basalioma dari kulit


- Karsinoma laring
- Karsinoma serviks
Pengobatan kanker
- Limfoma malignum.
De-wasa ini terdapat tiga cara yang definitif untuk Beberapa cara radiasi yang digunakan, yaitu:
mengobati kanker: - Radiasi eksterna (Ro' Szl37 Co60).
- pembedahan - Radiasi interna 0131)
- radioterapi - Surface application (Radium)
- kemoterapi. - Interstitial radiation (Radium).
T U M O R / O N K O L O G I • 3 2 1

Prinsip cara ini adalah penghancuran sebanyak usulan Penelitian untuk Disertasi. Diajukan
mungkin sel-sel kanker dan sedikit mungkin pada Program Pascasarjana Universitas Indo-
merusak jaringan yang sehat. nesia, Jakarta.

5. Sibuea W . H . : Khemoterapi tumor ganas.


Kemoterapi pada kanker dimulai tahun 1946. Simposium "Diagnosa D i n i Keganasan serta
Prinsip pengobatan kemoterapi pada kan- Penanggulangannya". Diselenggarakan oleh
ker adalah mengeliminasi sel-sel kanker yang K P R P F K U I bekerjasama dengan Unit Kan-
sedang dalam siklus pembelahan. ker F K U I / R S C M , Jakarta,
Kebanyakan obat kemoterapi bekerja dengan
6. Djajadiman Gatot: Konsep dasar pemberian
jalan merusak enzim atau substrat yang dipe-
sitostatika. Simposium Konsep Mutakhir
ngaruhi oleh sistem enzim.
_ Kanker Ongogenis & Onkologi Medik. di-
Sebagian besar efek pada enzim atau substrat
selenggarakan oleh Perhimpunan Hemato-
berhubungan dengan sintesa D N A , dengan demi-
logi dan Transfitsi Darah Indonesia & Kelom-
kian obat sitostatika yang bersifat anti tumor
pok Kerja Kanker F K U I , Jakarta
menghambat sel yang sedang membentuk D N A .
7. Cornain S.: Penerapan Imunoterapi pada
Penyakit leukemia limfositik dan Morbus
tumor ganas. Simposium "Diagnosa Dini Ke-
Hodgkin misalnya dapat disembuhkan total
ganasan serta Penanggulangannya". Diseleng-
dengan kemoterapi.
garakan oleh K P R P FKUI bekerjasama
dengan Unit Kanker F K U I / R S C M , Jakarta
K E P U S T A K A A N
8. Cornain S.: Peranan Onkogen dan Virus
1. De V k a , V . T . , Hellman S., Rosenberg S.A: Onkogenik dalam pertumbuhan kanker. Sim-
Cancer principles & practice of Oncology posium Konsep Mutakhir Kanker Onkoge-
3rd ed. J . E . Lippincott C o . , Philadelphia, nis & Onkologi Medik diselenggarakan oleh
Toronto:9-12. Perhimpunan Hematologi dan Transfusi
2. Zwaveling A , Zonneveld. J. van, Schoberg Darah Indonesia & Kelompok Kerja Kanker
A : Onkologi: 19-62. F K U I , Jakarta
3. Tjarta A : Proses terjadinya kanker; Simpo-
9. Nealon, T . F . : Management of the patient
sium Sehari Pengenalan dan Penanggulangan
with cancer; 3rd ed., W . B . Saunders C o . ,
Kanker pada Wanita. Yayasan Kanker Indo-
Philadelphia, London, Toronto, Mexico City
nesia, Jakarta
Rio de Janeiro, Sydney, T o k y o , Hongkong:
4. Hamdani C h . : Analisis semikuantitatif selu-
1-6.
ler secara morfologik dan imunokimia untuk
memprediksi kemungkinan perubahan ke-
ganasan tumor payudara. Rancangan Pra
3 2 2 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

KANKER PAYUDARA
H. Muchlis Ramli

I. Pendahuluan
Kan ker payudara merupakan kanker yang sangat Hal ini diperkirakan disebabkan semakin baik-
menakutkan kaum wanita; di samping kanker nya edukasi dan teknologi yang mempunyai dam-
mulut rahim. Masalah etiologi yang belum dike- pak luas dalam penemuan penyakit, semakin
tahui; masalah usaha-usaha pencegahan yang tingginya keadaan status sosial ekonomi yang
sukar untuk dilaksanakan serta perjalanan pe- mempunyai dampak pula terhadap perubahan
nyakit yang sukar cHduga dan apabila sudah dalam pola hidup {lifestyle).
keadaan lanjut penderita akan masuk dalam era
Di AS insiden kanker payudara 92 kasus baru/
penderitaan nyeri dan disability yang menakut-
100.000 penduduk wanita dengan mortalitasnya
kan menjelang akhir dari suatu kehidupannya.
27/100.000 yaitu ± 1 8 % dari angka kematian
Namun demikian usaha-usaha untiik pene- pada wanita. D i Indonesia insiden kanker payu-
muan dini (early detection) dapat dilakukan dara ini belum ada datanya, namun suatu data
dengan baik dengan mengikutsertakan masyara- pathological base registration mencatat bahwa
kat melalui penyuluhan-penyuluhan (health kanker payudara ini menduduki tempat kedua
edui:ation). Apabila ditemukan dalam stadium (15,8%) dari sepuluh kanker terbanyak setelah
dini dan mendapat terapi yang tepat dan adekuat kanker mulut rahim di tempat pertama. Diper-
maka bukan tidak mungkin kanker payudara kirakan pula insiden kanker payudara ini di
itu dapat disembuhkan. Kemajuan-kemajuan Indonesia semakin meningkat di masa yang akan
dalam penemuan dini yang dilengkapi dengan datang.
kemajuan terapi pada dekade-dekade akhir, baik
teknik operasi, radiasi, hormonal terapi dan ke- Distribusi menurut lokasi tumor
moterapi serta imunoterapi atau pun pelaksa- Berdasarkan penelitian (Haagensen) kanker payu-
naan kombinasi terapi dari modalitas terapi di dara lebih sering terjadi di kuadran lateral atas,
atas; yang didasarkan pada ketepatan penentuan kemudian sentral (subareolar). Payudara sebelah
staging dan pengenalan sifat-sifat biologis kan- kiri lebih sering terkena bila dibandingkan
ker yang baik; semakin membawa harapan baru dengan sebelah kanan (Gambar 1).
untuk penderita kanker payudara ini.
Distribusi menurut umur
II. Epidemiologi Berdasarkan umur, kanker payudara lebih sering
Insi<ien kanker payudara pada dekade terakhir ditemukan pada umur 40-49 tahun (dekade V )
ini memperlihatkan kecenderungan meningkat. sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia; di
T U M O R / O N K O L O G I • 3 2 3

A : 38,5%
B:14,2%
a. Adanya kecenderungan pada keluarga
C : 5,0% tertentu lebih banyak kanker payudara
D: 8,8%
E : 29,0% daripada keluarga lain.
Undeterminable 1,8%
b. Adanya chstribusi predileksi antar bangsa
atau suku bangsa.
Payudara kanan Payudara kiri
c. Pada kembar monozygote; terdapat kan-
1430 1532
ker yang sama.
d. Terdapat persamaan lateralitas kanker
buah dada pada keluarga dekat dari pen-
derita kanker buah dada.
e. Seorang dengan klinefelter akan menda-
pat kemungkinan 66 kali dari pria iior-
mal.
2. Pengaruh hormon; ini berdasarkan bahwa:
a. Kanker payudara umumnya pada wanita,
pada laki-laki kemungkinan ini sangat
rendah.
b. Pada usia di atas 35 tahun insidennya
jauh lebih tinggi

G a m b a r 1. Dil^utip dari H a a g e n s e n c. Ternyata pengobatan hormonal banyak


yang memberikan hasil pada kanker
Jepang pun demikian yaitu 40,6% kanker payu- payudara lanjut.
dara ditemukan pada usia 40-49 taliun (dekade 3. Virogen:
V) (Goi Sakamoto). Terbukti pada penelitian pada kera, pada
manusia belum terbukti.
III. E t i o l o g i k a n k e r payudara 4. Makanan:

Dapat dicatat bahwa faktor etiologinya sampai Terutama makanan yang banyak mengan-
saat ini belum diketahui pasti, namun dapat di- dung lemak.

catat pula bahwa penyebab itu sangat mungkin Karsinogen: terdapat lebih dari 2000 karsino-
muhifaktorial yang saling mempengaruhi satu gen dalam lingkungan hidup kita.
sama lain, antara lain: 5. Radiasi daerah dada:
1. Konstitusi genetika Ini sudah lama diketahui, karena radiasi dapat
Ini berdasarkan: menyebabkan mutagen.
3 2 4 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

IV. A n a t o m i terior dihubungkan oleh ligamentum Cooper


yang berfungsi sebagai penyangga.
U n :uk ciapat mengenal perjalanan penyakit kan-
ker payudara dengan baik dan memahami dasar- Vaskularisasi payudara
dasar tindakan operasi pada kanker payudara 1. Arteri
malca sangat penting mengetahui anatomi payu-
Payudara mendapat pendarahan dari:
dara itu sendiri.
a. Cabang-cabang perforantes a. Mammaria
?ayudara terletak pada hemitoraks kanan
interna. Cabang-cabang I , I I , I I I dan FV
dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut:
dari a. Mammaria interna menembus din-
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar:
ding dada dekat pinggir sternum pada in-
- superior: iga I I atau H I
terkostal yang sesuai, menembus m. Pek-
- inferior: iga V I atau V I I
toralis mayor dan memberi pendarahan
- medial: pinggir sternum
tepi medial glandula mamma.
- lateral: garis aksilaris anterior.
b. Rami pektoralis a. Torako-akromialis.
2. Batas-batas payudara yang sesungguhnya :
Arteri ini berjalan turun di antara m. Pek-
- superior: hampir sampai ke klavikula
toralis minor dan m. Pektoralis mayor.
- medial: garis tengah
Pembuluh ini merupakan pembuluh utama
- lateral: m. Latissimus dorsi
m. Pektoralis mayor. Setelah menembus
Struktur payudara m. Pektoralis mayor, arteri ini akan men-
Pa}'udara terdiri dari berbagai struktur: darahi glandula mamma bagian dalam
- parenkim epitelial (deep surface).
- lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran c. A . Torakalis lateralis (a. Mammaria eks-
getah bening terna).
- otot dan fasia Pembuluh darah ini berjalan turun me-

Parenkhim epitelial dibentuk oleh kurang nyusuri tepi lateral m. Pektoralis mayor

lebih 15-20 lobus, yang masing-masing mempu- untuk mendarahi bagian lateral payudara.

nyai saluran tersendiri untuk mengalirkan pro- d. A . Torako-dorsalis


duknya, dan bermuara pada puting susu. Setiap Pembuluh darah ini merupakan cabang dari
lobus dibentuk oleh lobultis-lobulus yang masing- a. Subskapularis. Arteri ini menperdarahi
madng terdiri dari 10-100 kelompok asini. m. Latissimus dorsi dan m. Serratus mag-
Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar nus. Walaupun arteri ini tidak memberi-
dari glandula mamma. kan pendarahan pada glandula mamma,
Payudara dibungkus oleh fasia' pektoralis tetapi sangat penting artinya. Karena pada
superfisialis dimana permukaan anterior dan pos- tindakan radikal mastektomi, perdarahan
T U M O R / O N K O L O G I • 3 2 5

yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit ralis lalu menembus fasia tersebut dan
dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan masuk ke dalam m. Pektoralis mayor. Lalu
"the bloody angle". jalan ke medial bersama-sama dengan sis-
2. Vena tem perforantes menembus m. Interkos-
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena: talis dan bermuara ke dalam kelenjar getah

a. Cabang-cabang perforantes v. Mammaria bening mammaria interna. Dari kelenjar

interna. mammaria interna, getah bening meng-

Vena ini merupakan vena terbesar yang alir melalui trunkus limfatikus mammaria

mengalirkan darah dari payudara. Vena interna. Sebagian akan bermuara pada

ini bermuara pada v. Mammaria interna V. Kava, sebagian akan bermuara ke duk-

yang kemudian bermuara pada v. Innomi- tus Torasikus (untuk sisi kiri) dan duktus
limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
nata.
3) Pembuluh getah bening di daerah tepi
b. Cabang-cabang v. Aksilaris yang terdiri
medial kuadran medial bawah payudara.
dari v. Torako-akromialis, v. Torakalis
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa
lateralis dan v. Torako-dorsalis.
epigastrika superior, menembus fasia rek-
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada
tus dan masuk ke dalam m. Rektus abdo-
V. Interkostalis.
minis. Saluran ini bermuara ke dalam ke-
Vena interkostalis bermuara pada v. Ver-
lenjar getah bening preperikardial ante-
tebralis, kemudian bermuara pada v. Azy-
rior yang terletak di tepi atas diafragma di
gos (melalui vena-vena ini metastase dapat
atas ligamentum falsiforme. Kelenjar getah
langsung terjadi di paru).
bening ini juga menampung getah bening
Sistem limfatik payudara dari diafragma, ligamentum falsiforme dan

a. Pembuluh getah bening bagian anterosuperior hepar. Dari kelen-

1) Pembuluh getah bening aksila: jar ini, limfe mengalir melalui trunkus

Pembuluh getah bening aksila ini meng- limfatikus mammaria interna,

alirkan getah bening dari daerah-daerah b. Kelenj ar-kelenjar getah bening

sekitar areola maqima, kuadran lateral a. Kelenjar getah bening aksila -


bawah dan kuadran lateral atas payudara. Terdapat enam grup kelenjar getah be-
2) Pembuluh getah bening mammaria inter- ning aksila:
na: 1) Kelenjar getah bening mammaria
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening eksterna.
dari bagian dalam dan medial payudara. Untaian kelenjar ini terletak di
Pembuluh ini berjalan di atas fasia pekto- bawah tepi lateral m. Pektoralis ma-
3 2 K • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

yor, sepanjang tepi medial aksila. 4) Kelenjar getah bening interpekto-


Grup ini dibagi dalam dua kelom- ral (Rotter's nodes).
pok: Kelenjar getah bening ini terletak
a) Kelompok superior. di antara m. Pektoralis mayor dan
minor, sepanjang rami pektoralis
Kelompok kelenjar getah bening
V. Thorako-akromialis. Jumlah satu
ini terletak setinggi interkostal
sampai empat.
II-III.
5) Kelenjar getah bening v. Aksilaris.
b) Kelompok inferior.
Kelenj ar-kelenjar ini terletak sepan-
Kelompok kelenjar getah bening
jang V. Aksilaris bagian lateral, mulai
ini terletak setinggi interkostal
dari white tendon m. Latissimus dorsi
IV-V-VI.
sampai ke sedikit medial dari per-
2) Kelenjar getah bening skapula. cabangan V. Aksilaris—V. Torako-
Kelenjar getah bening terletak se- akromialis.
panjang vasa subskapularis dan to- 6) Kelenjar getah bening subklavikula.
rakodorsalis, mulai dari percabangan Kelenj ar-kelenjar ini terletak sepan-
V. Aksilaris menjadi v. Subskapu- jang V. Aksilaris, mulai dari sedikit
laris, sampai ke tempat masuknya medial percabangan v. Aksilaris —
V. Torako-dorsalis ke dalam m. V. Torako-akromialis sampai di-
Latissimus dorsi. mana V. Aksilaris menghilang di
3) Kelenjar getah bening sentral (Cen- bawah tendo m. Subklavius. Kelen-
tral nodes)., jar ini merupakan kelenjar aksila
yang tertinggi dan termedial letak-
Kelenjar getah bening ini terletak
nya. Semua getah bening yang ber-
di dalam jaringan lemak di pusat
asal dari kelenj ar-kelenjar getah be-
ketiak. Kadang-kadang beberapa di
antaranya terletak sangat superfisial, ning aksila masuk ke dalam kelen-

di bawah kulit dan fasia pada pusat jar ini. Seluruh kelenjar getah bening

ketiak, kira-kira pada pertengahan aksila ini. terletak di bawah fasia

lipat ketiak depan dan belakang. kostokorakoid.

Kelenjar getah bening ini adalah 7) Kelenjar getah bening prepektoral.


kelenjar yang relatif paling mudah Kelenjar getah bening ini merupa-
diraba. D a n merupakan kelenjar kan kelenjar tunggal yang kadang-
aksila yang terbesar dan terbanyak kadang terletak di bawah kulit atau
jumlahnya. di dalam jaringan payudara kua-
T U M O R / O N K O L O G I • 3 2 7

dran lateral atas disebut prepekto- dalam v. Vertebralis. V . Mammaria interna


ral karena terletak di atas fasia pek- merupakan jalan utama metastasis tumor
toralis. ganas payudara ke paru-paru melalui sistem
8) Kelenjar getah bening mammaria vena.
j interna. 2. Metastasis tumor ganas payudara melalui sis-
Kelenjar-kelenjar ini tersebar sepan- tem life:
jang trunkus limfatikus mammaria
Metastasis melalui sistem limfe ini pertama
; interna, kira-kira 3 cm dari pinggir
kali akan mengenai kelenjar getah bening
sternum. Terletak di dalam lemak
regional.
di atas fasia endotorasika, pada sela
a. Metastasis ke kelenjar getah bening aksila.
iga. Diperkirakan jumlah kelenjar
ini ada 6-8 buah. Metastasis utama karsinoma mamma
I
I
melalui sistem limfe adalah ke kelenjar
getah bening aksila. Pada stadium ter-
V. Metastasis tumor ganas payudara
tentu, biasanya hanya kelenjar aksila ini-
Metastasis di parenkim paru pada rontgeno- lah yang terkena.
logis memperlihatkan gambaran coin lesion yang
1) Metastasis ke kelenjar getah bening
multiple dengan ukuran yang bermacam-macam.
sentral (Central nodes). Kelenjar
Metastasis ini seperti pula mengenai pleura yang
getah bening sentral ini merupakan
dapat mengakibatkan pleural effusion.
kelenjar getah bening yang terse-
Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat
ring terkena metastasis. Menurut
pada gambaran rontgenologis sebagai gambaran
beberapa penyelidikan, hampir 90%
osteolitik atau destruksi, yang dapat pula me-
metastasis ke kelenjar aksila adalah
nimbulkan fraktur patologis berupa fraktur kom-
ke kelenjar getah bening sentral.
presi.
2) Metastasis ke kelenjar getah bening
Metastasis tumor ganas payudara dapat ter-
interpektoral {Rotter's nodes).
jadi melalui dua jalan.
1. Metastasis melalui sistem vena: 3) Metastasis ke kelenjar getah bening

Metastasis tumor ganas payudara melalui sis- subklavikula.

tem vena, akan menyebabkan terjadinya 4) Metastasis ke kelenjar getah bening


metastasis ke paru-paru dan organ-organ lain. mammaria eksterna. Metastasis ke
Akan tetapi dapat pula terjadi metastasis ke kelenjar getah bening ini adalah
vertebra secara langsung, melalui vena-vena paling jarang terjadi dibanding
kecil yang bermuara ke v. Interkostalis, di dengan kelenjar-kelenjar getah be-
mana v. Interkostalis ini akan bermuara ke ning aksila lainnya.
3 2 8 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Metastasis ke kelenjar getah bening aksila Bila metastasis karsinoma mamma telah
kontralateral. Jalan metastasis ke kelen- sampai ke kelenjar getah bening subkla-
jar getah bening kontralateral sampai vikula, ini berarti bahwa metastasis ting-
saat ini masih belum jelas. Bila metas- gal 3-4 cm dari grand central limfatik
tasis tersebut melalui saluran limfe kulit, terminus yang terletak dekat pertemuan
sebelum sampai ke aksila akan menge- V. Subklavia dan v. Jugularis interna.
nai payudara kontralateral lebih dulu. Bila sentinel nodes yang terletak di
Padahal pernah ditemukan kasus dengan sekitar grand central limfatik terminus
metastasis ke kelenjar getah bening telah terkena metastasis, dapat terjadi
aksila kontralateral tanpa metastasis ke stasis aliran limfe. Sehingga bisa terjadi
payudara kontralateral. Diduga jalan aliran membalik, menuju ke kelenjar
metastasis tersebut melalui deep lymphatic getah bening supraklavikula, dan terjadi
fascial plexus di bawah payudara kontra- metastasis ke kelenjar tersebut. Penye-
lateral, melalui kolateral limfatik. baran ini disebut sebagai penyebaran
tidak langsung. Dapat pula terjadi penye-
b. Metastasis ke kelenjar getah bening supra-
baran ke kelenjar supraklavikula secara
klavikula.

/ Kelenjar getali
bening subklavikula
Kelenjar getah
bening v. Aksilaris

Kelenjar getah bening


mammaria Interna

bening sentral
kelenjar getah
kelenjar getah bening skapula
ining interpektoral

kelenjar getah bening mammaria eksterna

G a m b a r 2 . Pembuluh G e t a h B e n i n g A k s i l a dan M a m m a r i a Interna dari P a y u d a r a


T U M O R / O N K O L O G I • 3 2 9

langsung dari kelenjar subklavikula tanpa - tanda-tanda umum keganasan yang


melalui sentinel nodes. berhubungan dengan berat badan
c. Metastasis ke kelenjar getah bening mam- dan napsu makan.
maria interna. 2. Pemeriksaan fisik yang sistematis atau

Metastasis ke kelenjar getah bening mam- legeartis dan etis.

j maria interna ternyata lebih sering dari B. Pemeriksaan penunjang

! yang diduga. Biasanya terjadi pada karsi- C. Pemeriksaan histopatologi

noma mamma di sentral dan kuadran


A . Pemeriksaan fisik
medial. Dan biasanya terjadi setelah ter-
jadi metastasis ke aksila. 1. Anamnesis
I
Didahului dengan pencatatan identitas pende-
d. Metastasis ke hepar.
rita secara lengkap. Keluhan utama penderita
Selain melalui sistem vena, ternyata dapat
dapat berupa: massa tumor di payudara; rasa
terjadi metastasis karsinoma mamma ke
sakit; cairan dari puting susu; retraksi puting
hepar melalui sistem limfe. Keadaan ini
susu; adanya ekzema sekitar areola; keluhan kulit
terjadi bila tumor primer terletak di tepi
berupa dimpling, kemerahan, ulserasi atau ada-
medial bagian bawah payudara. Metas-
nya peau d'orange; atau keluhan berupa pem-
tasis melalui saluran limfe yang jalan
besaran kelenjar getah bening aksila atau tanda
bersama-sama vasa epigastrika superior.
metastasis jauh.
Bila terjadi metastasis ke kelenjar prepe-
Adanya tumor ditentukan sejak beberapa
rikardial, akan terjadi stasis aliran limfe,
lama, cepat atau tidak membesar, disertai sakit
dan bisa terjadi aliran balik limfe ke
atau tidak. Biasanya tumor pada proses kega-
hepar, dan terjadi metastasis di hepar.
nasan atau kanker payudara; mempunyai ciri

VI. Prosedur menegakkan diagnosis dengan batas yang irregular umumnya tanpa ada
rasa nyeri; tumbuh progresif cepat membesar
Untuk sampai kepada diagnosis kanker payu-
dan jika sudah lanjut akan ditemukan tanda-
dara diperlukan:
tanda yang tercantum dalam kriteria operabi-
A. Pemeriksaan fisik yang baik
litas Haagensen.
Hal ini meliputi:
1. Anamnesis yang lengkap: Anamnesis yang lain
- mengenai keluhan-keluhan Pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan
, - perjalanan penyakit tumor dan perubahan ukuran tumor; kawin atau
- keluhan tambahan tidak; jumlah anak, menyusui atau tidak; riwa-
- faktor-faktor risiko tinggi yat penyakit kanker dalam keluarga; obat-obatan
3 3 0 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

yan g pernah dipakai terutama yang bersifat hor- Jadi maksudnya hanya untuk lebih WAS-
monal; apakah pernah operasi payudara dan obs- P A D A , tidak untuk menakut-nakuti dan me-
tetiiginekologi. H a l berikut ini tergolong dalam nimbulkan kegelisahan pada orang-orang yang
faktor risiko tinggi kanker payudara yaitu mempunyai faktor ini. D i samping itu ada pula
keadaan-keadaan dimana kemungkinan seorang beberapa faktor risiko ini yang terutama bagi
wanita mendapat kanker payudara lebih tinggi yang mempunyai kelainan mammari displasia,
dari yang tidak mempunyai faktor tersebut yaitu: tidak kawin dan sebagainya. Dalam hal ini tidak
dianjurkan untuk memakai obat-obat pil K B
- t i m u r > 30 tahun
pada wanita-wanita dengan mammari displasia
- anak pertama lahir pada usia ibu > 35 tahun
(gross mammary dysplasia) atau pada wanita di
(2 kali)
atas 35 tahun.
- tidak kawin ( 2 - 4 kali)
Berdasarkan beberapa faktor risiko ini dan
- menarche < 12 tahun (1,7 - 3,4 kali)
melihat pula faktor yang ikut berperan pada
- menopause terlambat > 55 tahun (2,5 - 5 kali)
etiologi maka bukan tidak mungkin kanker
- pernah operasi tumor jinak payudara ( 3 - 5
payudara ini dapat pula dihindari (atau dicegah)
kali)
walaupun dalam arti yang terbatas. Tanda-tanda
- mendapat terapi hormonal yang lama (2,5 kali)
umum tentang nafsu makan dan penurunan berat
- adanya kanker payudara kontralateral ( 3 - 9
badan juga perlu ditanyakan.
kali)
- operasi ginekologi ( 3 - 4 kali)
Pemeriksaan fisik
- radiasi dada ( 2 - 3 kali)
- liwayat keluarga ( 2 - 3 kali) Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor
hormonal antara lain estrogen dan progesteron
Faktor risiko tinggi bukanlah faktor etiologi.
maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilaku-
Apa manfaat mengetahui faktor risiko ini? kan di saat pengaruh hormonal ini seminimal
mungkin, yaitu setelah menstruasi lebih kurang
Dengan mengetahui adanya faktor risiko pada
satu minggu dari hari pertama menstruasi.
seseorang diharapkan agar ia lebih waspada ter-
Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti,
hadap kelainan-kelainan yang ada pada payu-
ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara
dara, baik dengan rutin melakukan S A D A R I
secara klinis cukup tinggi.
maupun secara periodik memeriksakan kelainan
pajTidara atau tanpa kelainan kepada dokternya.
Teknik pemeriksaan
Dan bagi dokter perlu melakukan pemeriksaan
fisik yang baik dan legeartis dan melakukan Penderita diperiksa dengan badan bagian atas
pemeriksaan mammografi pada penderita dengan terbuka:
high risk faktor tersebut. 1. Posisi tegak (duduk).
T U M O R / O N K O L O G I • 3 3 1

Penderita duduk dengan tangan bebas ke areola dan di bawah papil). Payudara
samping, pemeriksa berdiri di depan dalam dibagi atas empat kuadran yaitu kua-
posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada dran lateral atas, lateral bawah, medial
inspeksi dilihat: simetri payudara kiri-kanan; atas dan bawah serta ditambah satu
kelainan papila; letak dan bentuknya; adakah daerah sentral.
retraksi puting susu; kelainan kulit, tanda- b. Ukuran tumor, konsistensi, batas-batas
tanda radang; peau d'orange, dimpling; ulse- tumor tegas atau tidak tegas.
rasi dan lain-lain. c. Mobilitas tumor terhadap kulit dan
2. Posisi berbaring. m. Pektoralis atau dinding dada.

Penderita berbaring dan diusahakan agar


Apabila lengket pada kulit akan kelihatan
payudara jatuh tersebar rata di atas lapangan
adanya cekungan pada posisi diam dalam
dada; jika perlu bahu atau punggung diganjal
posisi mengkontraksikan m. Pektoralis dipe-
dengan bantal kecil pada penderita-penderita
riksa dengan menekankan tangan pada krista
yang payudaranya besar. Palpasi ini dilaku-
iliaka; jika tumor itu terfiksasi pada pektoral
kan dengan mempergunakan falang distal dan
yang berkontraksi ini dan akan kelihatan ber-
falang medial jari I I , III, I V dan dikerjakan
gerak dengan gerakan pektoral, berarti tumor
secara sistematis mulai dari kranial setinggi
ini melekat pada m. Pektoralis atau pada fasia
iga ke-2 sampai ke distal setinggi iga ke-6; dan
m. Pektoralis.
jangan dilupakan pemeriksaan daerah sentral
4. Memeriksa kelenjar getah bening regional,
subareolar dan papil. Dapat juga sistematisasi
a. Aksila:
ini dari tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir
Sebaiknya dalam posisi duduk, karena
di daerah papil. Terakhir diadakan pemerik-
dalam posisi ini fossa aksila jatuh ke
saan kalau ada cairan keluar dengan menekan
bawah sehingga mudah untuk diperiksa
daerah sekitar papil. Dengan pemeriksaan
dan lebih banyak dapat dicapai. Peme-
rabaan yang halus akan lebih teliti daripada
riksaan aksila kanan, tangan kanan pen-
dengan rabaan tekanan keras. Rabaan halus
derita diletakkan atau dijatuhkan lemas
akan dapat membedakan kepadatan massa
di tangan kanan atau bahu pemeriksa
payudara.
dan aksila diperiksa dengan tangan kiri
Tumor adalah kepadatan massa dalam pemeriksa.
' payudara yang berbentuk dan mempunyai Yang diraba kelompok kelenjar getah
ukuran tiga dimensi. bening:
3. Menetapkan keadaan tumornya. - mammaria eksterna; di bagian ante-
a. Lokasi tumor menurut kuadran di payu- rior dan di bawah tepi m. Pektoralis
dara atau terletak di daerah sentral (sub- aksila;
3 3 2 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

- subskapularis di posterior aksila; 6. Adanya edema lengan


- sentral di bagian pusat aksila; 7. Adanya metastasis jauh
- apikal di ujung atas fossa aksilaris. 8. Terdapat dua dari tanda-tanda locally advan-
Pada perabaan ditentukan besar, konsis- ced
tensi, jumlah; apakah berfiksasi satu sama - ulserasi kulit
lain atau tidak. - kulit terfiksir pada dinding toraks
b. Supra dan infraklavikuler serta leher - kelenjar getah bening aksila diameter-
utama, bagian bawah dipalpasi dengan nya lebih dari 2,5 cm
cermat dan teliti. - kelenjar getah bening aksila melekat satu
5. Organ lain yang ikut diperiksa adalah hepar, sama lain
lien untuk mencari metastasis jauh, juga
B. Pemeriksaan penunjang
tulang-tulang utama, tulang belakang.
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk
Pada pemeriksaan kanker dini payudara, diagnostik; yang umumnya hanya dapat dilaku-
tentu semua pemeriksaan yang mengarah kepada kan di Rumah Sakit yang besar (tipe C ke atas),
tanda-tanda lanjut atau metastasis tidak akan yaitu:
ditemukan. Tidak sukar untuk menegakkan
1. Mammografi.
diagnosis klinis kanker payudara pada keadaan
Suatu teknik pemeriksaan soft tissue teknik.
lanjut (ingat kriteria operabilitas Haagensen);
Adanya proses keganasan akan memberikan
tetapi untuk kanker dini yang hanya ditemukan
tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda pri-
adanya tumor kecil dengan batas tidak tegas,
mer berupa fibrosis reaktif, comet sign, ada-
permukaan tidak rata, konsistensi padat keras.
nya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
Hal-hal yang disebutkan di atas yang termasuk
rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi.
highrisk factor sangat membantu dalam mene-
Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, pene-
ga'ikan diagnosis klinis. Kanker payudara lanjut
balan kulit, bertambahnya vaskularisasi, per-
sangat mudah dikenali dengan mengetahui kri-
ubahan posisi papilla dan areola adanya bridge
teria inoperabilitas Haagensen sebagai berikut:
of tumor; keadaan daerah tumor dan jaringan
1. Terdapat edema luas pada kulit payudara fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam
(lebih dari 1/3 luas kulit payudara). jaringan lunak di belakang mammae dan ada-
2. Adanya nodul satelit pada kulit payudara nya metastasis ke kelenjar.
3. Kanker payudara jenis mastitis karsinoma- Mammografi ini dapat mendeteksi tumor-
tosa tumor yang secara palpasi tidak teraba; jadi
4. Terdapat nodul parasternal sangat baik untuk chagnosis dini dan screening.
5. Terdapat nodul supraklavikula Hanya saja untuk mass screening cara ini
T U M O R / O N K O L O G I • 3 3 3

adalah cara yang mahal dan untuk itu dian- 1. Fibroadenoma


jurkan digunakan secara selektif saja misal-
Ini adalah suatu kelainan tumor jinak dan ini
nya pada wanita dengan adanya faktor risiko merupakan golongan terbesar dari tumor payu-
tadi. Ketepatan 83-95%, tergantung dari tek- dara yaitu 45,28%-50% dari semua kasus payu-
nisi dan ahli radiologinya. dara yang berobat di RS D r . Soetomo (Sukardja,
2. Ultrasonografi Surabaya).
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibeda- Fibroadenoma mammae ini secara klinis di-
kan lesi solid dan kistik. Pemeriksaan lain ketahui sebagai suatu tumor di payudara, dengan
dapat berupa: termografi, xerografi. konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari
jaringan sekitarnya, bentuk bulat lonjong dan
Pemeriksaan lain seperti:
berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat, tidak
- Foto toraks
ada perubahan pada kulit. Tidak disertai rasa
- Bone scanning atau bone survey
nyeri. Terdapat pada usia muda (15-30 tahun).
- U S G abdomen atau hepar Dapat dijumpai bilateral atau multiple (15%).
Hal ini dilakukan untuk mencari jauhnya eks- Dan- sebagai tumor jinak tidak ada metastase
tensi tumor atau mencari metastasis jauh. Peme- jauh atau pun metastase regioner (pembesaran
riksaan ini umumnya hanya dilakukan apabila kelenjar getah bening ketiak). Pengobatannya
diperlukan (atas indikasi). Pemeriksaan labora- cukup dengan eksisi tumornya.
torium untuk melihat toleransi penderita, juga
dapat melihat kemungkinan adanya metastasis 2 . Kelainan Fibrokistik
misalnya alkali fosfatase. Biasanya multiple dan bilateral. Disertai rasa
! • nyeri terutama menjelang haid. Ukuran dapat
VII. Diagnosa banding kanker berubah yaitu menjelang haid terasa lebih besar
payudara (secara klinis) dan penuh dan rasa sakit bertambah dan setelah
menstruasi sakit hilang atau berkurang dan tumor
Berikut ini dikemukakan kelainan payudara yang
pun mengecil.
sering ditemukan dengan uraian singkat sifat-
Tumor pada jenis ini tidak berbatas tegas
sifat klinisnya, ialah:
umumnya, kecuali kista soliter. Konsistensi padat
1. Fibroadenoma mamma
kenyal dan dapat pula kistik. Jenis yang padat,
2. Fibrocystic of the breast (mammary dysplasia)
kadang-kadang sukar dibedakan dengan kanker
3. Sistosarkoma filoides
payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai
4. Galaktokel tanpa massa tumor yang nyata, hingga jaringan
5. Mastitis payudara teraba padat, permukaan granular.
6. Kanker payudara (diuraikan tersendiri) Kelainan ini dipengaruhi oleh faktor hormonal
3 3 4 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

atau keseimbangan hormonal. Pengobatan ke- baru selesai masa laktasi. Tumor ini berisi air stisu
lainan ini umumnya medikamentosa simptoma- yang mengental. Klinis tumor berbatas tegas,
tis. Namun pada beberapa keadaan diperlukan bulat dan kisteus.
operasi, yaitu apabila:
5. Mastitis
- meehkamentosa tidak menghilangkan keluhan
Ini adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara,
nyerinya
yang biasanya terdapat pada wanita yang sedang
- liitemukan pada usia pertengahan sampai tua.
menyusui. Tanda radang lengkap ditemukan.

3 . Kistosarkoma filoides (Cystosarcoma Sering ditemukan sudah menjadi abses.

pfiilloides) 6. Kanker payudara: (dibicarakan tersendiri)


Gambaran klinis dapat seperti fibroadenoma Gambaran klinis yang lain yang mungkin di-
mamma yang besar. Bentuk bulat lonjong per- jumpai:
mukaan berbenjol, batas tegas, ukuran dapat 1. Paget's disease
mencapai 20-30 cm. Konsistensi dapat padat
Dikenali dengan adanya gambaran ulserasi
kenyal tetapi ada bagian yang kisteus. Walaupun
ringan seperti dermatitis di daerah papila
besar tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit.
dan areola (berkrusta). Jika tidak ditemukan
Kulit'payudara tegang dan berkilat dan venek-
massa tumor di bawahnya, ini termasuk kar-
tasi melebar. Tidak bermetastase karena ini ada-
sinoma in situ; dan jika ada massa tumor ini
lah kelainan jinak. Namun demikian dalam jum-
termasuk karsinoma duktal invasif yang perlu
lah kecil ditemukan dalam bentuk ganas, yang
dibuat staging berdasarkan sistem T N M .
dise but malignant cystosarcoma philloides yaitu
2. Nipple discharge
27% dari semua cystosarkoma.
Pengobatan: Discharge ini dapat berwarna kemerahan
atau seperti darah; disertai atau tanpa teraba
- Simpel mastektomi untuk mencegah resi-
tumor di payudara.
dif.
- 80% ini adalah intraduktal papiloma
- Pada orang muda atau belum berkeluarga
dapat chpertimbangkan untuk mastektomi - 20% ini adalah intraduktal karsinoma

subkutan.
Jadi jika menemukan hal ini kecurigaan kepada
keganasan lebih besar.
4. Galaktokel
Ini bukan suatu kelainan neoplasma atau per- Kanker payudara
tumbuhan baru, tetapi suatu massa tumor kistik Ini adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan
yang timbul akibat tersumbatnya saluran atau jaringan payudara abnormal yang tidak meman-
duktus laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau dang jaringan sekitarnya tumbuh infiltratif dan
T U M O R / O N K O L O G I • 3 3 5

destruktif dan dapat bermetastase. T u m o r ini Semakin dini ditemukan dan ditangani dengan
tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar. adekuat keberhasilan pengobatan atau penyem-
Pada stadium awal tidak ada keluhan sama buhan semakin besar.
sekali hanya seperti fibroadenoma atau fibro- Sebagai suatu patokan, kecurigaan keganasan pada
kistik disease yang kecil saja. Bentuk tidak ter- tumor payudara jika:
atur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, 1. Tumor payudara secara klinis tidak jelas suatu
konsistensi padat keras. tumor jinak. Dikenal diktuk motto Tam-
Pada stadium yang lebih lanjut dapat menim- bunan:
bulkan kelainan pada kulit berupa infiltrasi, Suatu tumor payudara dianggap ganas sam-
retraksi puting susu melekat pada kulit, seperti pai terbukti tidak.
kulit jeruk (peau de' orange), benjolan-benjolan 2. T u m o r payudara didapat pada wanita go-
kecil di kulit (satelit nodule) sampai dapat dijum- longan risiko tinggi.
pai ulserasi atau basah di atas tumor dan lain 3. Kista payudara yang cairannya berdarah.
sebagainya. Dapat bermetastase jauh ke paru- 4. Adanya nipple discharge baik sanguineus
paru, hepar dan tulang dan lain-lain dengan segala atau berdarah atau serous.
macam akibatnya sampai kepada yang fatal. 5. Jika pada mammogram terdapat bayangan
Walaupun kanker payudara ini adalah suatu batas tegas, bentuk stelata, mikrokalsifikasi,
tumor ganas; namun tidak perlu ditakuti tetapi bayangan indurasi stromal yang asimetris
perlu diwaspadai. Tidak perlu ditakuti karena dengan distorsi struktur arsitektur buah dada.
kanker payudara ini bukanlah suatu penyakit
yang tidak dapat disembuhkan, kanker payu-
VIII. Stadium Klinis
dara dapat disembuhkan jika ditemukan pada
stadium dini. Kanker payudara perlu diwaspa- Stadium
dai, karena dia mempunyai gejala-gejala dini dan Adalah mutlak untuk menentukan stadium pada
mempunyai faktor-faktor risiko yang dapat di- setiap proses keganasan, termasuk pada kanker
jadikan rambu-rambu uiituk lebih hati-hati. payudara ini. Berdasarkan stadium ini baru dite-

S t a d i u m 1: T1a NoN1a Mo - T u m o r dengan diameter 2 c m atau kurang,


t a k terfiksir pada kulit a t a u p e k t o r a l t a n p a
diduga ada metastasis aksila.

S t a d i u m II: ToT1aT1b Nib Mo - T u m o r dengan diameter 2 cm atau kurang


T2a T2b No, N1a Mo dengan metastasis aksila.
T2a T2b N1b Mo - Tumor dengan diameter 2 - 5 cm dengan atau
tanpa metastasis aksila.
33t> • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

S t a d i u m Ilia T3a T3b No, N1 Mo - Tumor dengan diameter 5 cm dengan atau


T1a, bT2a, b N2 Mo tanpa metastasis aksila.
T3a, b - T u m o r dengan metastasis aksila yang
melekat

S t a d i u m lllb T1a, bT2a, b N3 Mo - T u m o r dengan metastasis infra atau


supraklavikula.
T3a. b - T u m o r y a n g telah menginfiltrasi kulit a t a u
dinding toraks.
T4a, b N apa saja Mo

S t a d i u m IV: T apa saja N apa saja M1 - T u m o r buah dada yang telah mengadakan
metastasis jauh.

tap kan kebijakan pengobatan yang akan diam- aspiratnya. Ketepatan hasil F N A B cukup tinggi
bil. Penentuan stadium pada kanker payudara di tangan yang ahli (ahli sitopatologi) dan tepat
ini berdasarkan klasifikasi sistem T N M U I C C cara pengambilannya.
1982.
Klasifikasi Histopatologi:
Klasifikasi stadium berdasarkan T N M U I C C
ini dapat berubah dari tahun ke tahun. Saat ini Berdasarkan gambaran histopatologi kanker

sucah ada revisi T N M . Namun demikian per- payudara dapat diklasifikasikan berdasarkan kla-

ubahannya tidak terlalu banyak dan prinsipil. sifikasi W H O sebagai berikut:

IX. D i a g n o s a Pasti Histopatologi

Hanya dengan pemeriksaan histologi. 1. N o n invasive

Bahan pemeriksaan diambil dengan cara: Intraductal carcinoma


Lobular carcinoma
1. Eksisional biopsi, kemudian diperiksa potong
2. Invasive carcinoma
beku atau P A . Ini untuk kasus-kasus yang
Invasive ductal carcinoma
diperkirakan masih operabel atau stadium
Invasive ductal carcinoma with
dini.
predominant intraductal componen
2. Insisional biopsi; cara ini untuk kasus-kasus
Invasive lobular carcinoma
ganas yang sudah inoperabel atau lanjut.
Mucinous carcinoma
Cara lain yaitu dengan F N A B (Fine Needle Aspi- Medullary carcinoma
ratjon Biopsy). Suatu pemeriksaan sitopatologi. Papillary carcinoma
Caj-a ini memerlukan keahlian khusus dalam Tubular carcinoma
perabacaan dan ketepatan di dalam mengambil Adenocystic carcinoma
T U M O R / O N K O L O G I • 3 3 7

Juvenile carcinoma gantung dari kondisi kelenjar getah bening


Apocrine carcinoma aksila. Jika kelenjar getah bening aksila me-
Carcinoma with metaplasia ngandung metastase maka diberikan'terapi
Carcinoma with squamous type radiasi ajuvant dan sitostatika ajuvant. Jika
Carcinoma with spindle cell type kelenjar getah bening aksila tidak mengan-
Carcinoma with cartilagues and dung metastase, maka terapi radiasi dan sito-
osseous type statika ajuvant tidak diberikan.
Carcinoma mixed type Stadium Ilia, adalah simpel mastektomi
3. Paget's disease of breast dengan radiasi dengan sitostatika ajuvant.
D i antara jenis-jenis histopatologis ini, jenis kar-
Stadium Illb dan FV, sifat pengobatannya
sinoma duktal invasif yang paling sering ditemu-
adalah paliasi, yaitu terutama untuk mengu-
kan (+ 80%).
rangi penderitaan penderita dan memper-
baiki kualitas hidup.
X. Pengobatan
Untuk stadium Illb atau yang dinamakan
Dalam hal pengobatan yang perlu diketahui: locally advanced pengobatan utama adalah
1. Pengobatan pada stadium dini akan mem- radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain
beri harapan kesembuhan dan harapan hidup yaitu hormonal terapi dan sitostatika (ke-
yang baik. moterapi).
Baker ^.Hopkins), 1977; mengatakan harapan
Stadium I V pengobatan yang primer ada-
hidup 5 dan 10 tahun untuk stadium I adalah
lah yang bersifat sistemik yaitu hormonal
90% dan 80%, stadium I I adalah 70 dan 50%.
dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlu-
2. Jenis-jenis pengobatan:
kan untuk paliasi pada daerah-daerah tulang
Pada stadium I , I I dan I I I awal (stadium ope-
weight bearing yang mengandung metastase
rabel), sifat pengobatan adalah kuratif. Sema-
atau pada tumor yang berdarah difuse dan
kin dini semakin tinggi kurasinya (lihat data
berbau yang mengganggu sekitarnya.
ad 1). Pengobatan pada stadium I , I I dan Ilia
adalah operasi yang primer, terapi lainnya Perlu dikemukakan di sini suatu metoda
hanya bersifat ajuvant. Untuk stadium I , I I pengobatan kanker payudara stadium dini yang
pengobatan adalah radikal mastektomi atau dikembangkan di luar negeri dan mulai diper-
modified radikal mastektomi, dengan atau kenalkan di Indonesia, yaitu Breast Conserving
tanpa radiasi dan sitostatika ajuvant. Berda- Treatment. Cara ini yaitu hanya dengan meng-
sarkan protokol di R S C M / F K U I , diberikan angkat tumor (tumorektomi atau segmentektomi
terapi radiasi pasca operasi radikal mastek- atau kuadrantektomj) dan diseksi aksila dan di-
tomi atau modified radikal mastektomi, ter- ikuti dengan radiasi kuratif.
3 3 8 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Hanya dikerjakan untuk stadium I atau I I gesteron reseptor yang positif respons terapi
(3 cm; untuk yang lebih besar belum dikerjakan hormonal sampai 77%.
dan mempunyai prognosa yang lebih jelek dari 2. Hormonal terapi merupakan terapi utama
terapi radikal). Oleh karena itu penerapan cara pada stadium I V di samping kemoterapi;
ini memerlukan pertimbangan yang lebih jauh, karena kedua-duanya merupakan terapi sis-
antara lain: tematik.
1. Penentuan stadium harus betul-betul akurat. 3. Dibedakan tiga golongan penderita menurut
2. Tersedianya fasihtas terapi radiasi yang cukup; status menstruasi, yaitu:
karena pada Breast Conserving Treatment - premenopause;
ini antara operasinya dan radiasi merupakan - 1-5 tahun menopause;
satu kesatuan (satu paket). - post menopause;
3. Pendidikan masyarakat atau penderita yang Untuk premenopause terapi hormonal berupa
baik dan mau kontrol secara teratur. terapi ablasi yaitu bilateral oopharektomi.
4. D a n teknik diseksi aksila benar-benar diker- Untuk post menopause terapi hormonal
jakan dengan baik. Diseksi aksila di sini di- berupa pemberian obat anti estrogen.
kerjakan lebih sulit, karena otot-otot pekto- Untuk 1-5 tahun menopause, jenis terapi
ral tetap intake dan jaringan payudara sen- hormonal tergantung dari aktivitas efek estro-
diri masih ada yang menghambat pembu- - gen. Efek estrogen positif dilakukan terapi
kaan lapangan operasi aksila dengan baik. ablasi, efek estrogen negatif dilakukan pem-
berian obat-obatan anti estrogen.
D i samping jenis operasi di atas, ada pula
op(;rasi yang dinamakan operasi supra radikal Kemoterapi
Dahl Everson; yaitu mastektomi radikal dengan Terapi ini bersifat sistemik, bekerja pada tingkat
sekaligus melakukan diseksi mammaria interna sel. Terutama diberikan pada kanker payudara
dan supraklavikuler. Operasi ini sudah diting- yang sudah lanjut, bersifat paliatif; tetapi dapat
galkan karena mutilasi yang hebat tanpa me- pula diberikan pada kanker payudara yang sudah
nambah cure rate-nyz. dilakukan operasi mastektomi, bersifat terapi
ajuvant. Biasanya diberikan terapi kombinasi
Hormonal terapi
C M F . ( C : Cyclophosphamide = endoxan; M :
1. Dari pemberian terapi hormonal ini adalah
methotrexate; F : 5 Fluorouracil).
kenyataan bahwa 30-40% kanker payudara
adalah hormon dependen. Terapi ini sema-
kin berkembang dengan ditemukannya estro-
XI. Prognosis kanker payudara
gen dan progesteron reseptor. Pada kanker Prognosis kanker payudara ditentukan oleh:
payudara dengan estrogen reseptor dan pro- 1. Staging ( T N M )
T U M O R / O N K O L O G I • 3 3 9

Semakin dini semakin baik prognosisnya kasus dapat dijaring dan dalam stadium lebih

Stadium I : 5-10 tahun 90-80% dini.

, H: 70-50%
, Kapan SADARI ini sebaiknya dilakukan?
m: 20-11%
' Sebaiknya dikerjakan setelah menstruasi, yaitu
i IV: 0%
hari ke 7-10 dari hari menstruasi pertama;
t
Untuk stadium 0 (in situ) 96,2% karena saat ini pengaruh hormonal estrogen pro-
2. Jenis histopatologi keganasan gresteron sangat rendah dan jaringan kelenjar
Karsinoma in situ —> mempunyai progno- payudara saat itu dalam keadaan tidak edema
sis yang baik diban- atau tidak membengkak sehingga lebih mudah
dingkan dengan kar- meraba adanya tumor atau kelainan. Dilakukan
sinoma yang sudah waktu mandi atau waktu lain di depan cermin.
invasif. American Cancer Society dalam proyek Breast
Cancer Screening menganjurkan untuk menda-
Suatu kanker payudara yang disertai oleh
patkan kasus dini pada asymptomatic woman;
gambaran peradangan dinamakan mastitis karsi-
(wanita yang tidak ada keluhan) agar melakukan
nomatosa, ini mempunyai prognosis yang sangat
upaya sebagai berikut:
buruk. Harapan hidup 2 tahun hanya ± 5%.
Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil 1. Wanita > 20 tahun; melakukan S A D A R I

berdasarkan staging sangat mempengaruhi prog- setiap bulan

nosis. 2. Wanita 20-40 tahun; setiap 3 tahun meme-


riksakan diri ke dokter
XII. Pencegahan dan diagnosis dini 3. Wanita > 40 tahun; setiap 1 tahun

Kanker payudara tergolong pada keganasan yang 4. Wanita 35-40 tahun; dilakukan base line
dapat didiagnosis secara dini. Usaha untuk ini mammografi
adalah melakukan S A D A R I (Periksa Payudara 5. Wanita < 50 tahun; konsul ke dokter untuk
Sendiri). kepentingan mammografi
Ternyata dari penelitian bahwa lebih kurang 6. Wanita > 50 tahun; setiap tahun mammo-
85% adanya tumor payudara, diketahui oleh pen- grafi kalau bisa
derita lebih dahulu atau ditemukan oleh pen-
derita. Dengan demikian sangat besar artinya Wanita dengan riwayat keluarga {+); memer-
jika S A D A R I ini lebih digalakkan terhadap lukan pemeriksaan fisik oleh dokter lebih sering
kaum ibu terutama yang berusia di atas 30 tahun dan pemeriksaan mammografi rutin atau perio-
(cancer age), diharapkan akan lebih banyak dik sebelum umur 50 tahun.
3 4 0 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Teknik SADARI 1. Memberikan kesadaran bahwa penyakit kan-

1. Berdiri di depan cermin dengan badan bagian ker payudara bukanlah penyakit yang tidak

atas terbuka (dada terbuka). dapat disembuhkan; asal penderita datang

Lengan ke bawah : bandingkan payu- dalam keadaan dini.

dara kanan dan 2. Menganjurkan S A D A R I dan mengajarkan

kiri, besarnya dan cara-cara S A D A R I , karena cara ini sangat

simetrisnya. besar perannya dalam penemuan dini. Kira-

Puting susu : dihhat sama besar kira 85% tumor payudara ditemukan oleh

atau sama tinggi penderita sendiri. Akhirnya penanganan

atau sama bentuk secara tepat dan adekuat dapat dilakukan.

atau tidak.
Pemeriksaan mammografi sebenarnya dapat
Lengan di atas kepala : seperti tangan di
dipergunakan untuk mencari kasus-kasus dini;
bawah. Kadang-
dengan melakukan mass screening. Dengan mam-
kadang dalam
mografi dapat dideteksi lesi-lesi yang kecil 2-4
gerakan lengan ke
mm yang secara klinis tidak bisa diketahui.
atas dapat dilihat
Namun pemeriksaan lesi untuk suatu mass scree-
bayangan tumor di
ning memerlukan biaya yang besar dibanding-
bawah kulit ikut
kan dengan hasil yang didapat. D i A S pun sudah
bergerak.
ditinggalkan. Oleh karena itu mammografi di-
2. Berbaring anjurkan pada wanita yang mempunyai faktor
Sebaiknya bagian payudara yang diperiksa risiko tinggi; untuk menemukan lesi-lesi atau
misalnya kanan; bahu kanan diganjal sedikit tumor yang kecil.
dengan bantal agar semua payudara jatuh
rata di atas lapangan dada. Demikian juga Pencegahan
untuk yang sebelahnya. Dengan jari-jari I I - I V Kanker payudara sebenarnya sukar dilakukan.
bagian tengah dan kaudal dilakukan pera- Namun dengan mengetahui adanya faktor risiko
baan seluruh payudara secara sistematis; dari tinggi; bukan tidak mungkin kanker payudara
atas ke bawah dari pusat (papila) ke tepi. Jika itu untuk diusahakan pencegahannya dalam arti
meraba adanya tumor atau kelainan, sece- yang terbatas.
patnya berkonsultasi ke dokter. Untuk
wanita di atas 40 tahun dianjurkan untuk
tidak lupa memeriksakan ini setiap bulan.

Jadi sebagai kesimpulan yang penting dalam pen-


didikan masyarakat ialah:
T U M O R / O N K O L O G I • 3 4 1

K E P U S T A K A A N Japanese Women. Breast Cancer Vol. 4 E d .


William & McGuire.
1. De Vita J R V T , Hellman S, Rosenberg S A.:
13. Stormbeck J O and Rosato F E : Surgery of
Cancer, Principles & Practice of Oncology.
the Breast. Diagnosis and Treatment of
2. Donagen W L , Spratt JS.: Cancer of the
Breast Disease. Thieme.
Breast. W . B . Saunders Company, Philadel-
phia, London, Toronto, Sec. E d . 14. Sukardjo I D G : Diseksi D i n i Kanker Buah

3. D ' O r s i , C J , Wilson R E . : Carcinoma of the Dada di Jawa Timur, Pengaruh Pendidikan

Breast Diagnosis and Treatment. Little Kanker Payudara kepada Masyarakat. Suatu

Brown & C o . Studi Longitudinal. Disertasi untuk mem-


peroleh gelar doktof dari U N A I R .
4. Haagensen C D M D : Disease of the Breast.
W B Saunders Company. 15. Tjindarbumi D . : Penanganan Kanker Payu-
5. Haagensen C D Cs.: The Lymphatic in Can- dara Dini dan Lanjut. Simposium Tumor
cer. W B Cancer Company. Ganas pada Wanita. F K U I .
6. Keys H M , Bohemeir R F , Savlan E D : Breast 16. T N M Classification of Malignant Tumors
Cancer. Clinical Oncology, Multidisiplinary (Lampiran).
Approach. Sixt E d .
7. Louis Lanarque J.: A n Atlas and Text of
The Breast. Clinical Radiodiagnosis.
8. Pitch Y H : Surgical Oncology, C o p y right
by McGrawHiU Inc.
9. Ramli H M . : Deteksi dan Diagnosa Dini
Kanker Payudara. Kursus Penyegar Dokter
U m u m . P I T I K A B I , Solo.
10. Ramh H M . : Penatalaksanaan Kanker Dini
Payudara. Prosiding Simposium Deteksi Dini
Kanker Payudara dan Rokok — Hubungan-
nya dengan Kanker Paru, Jakarta,139-155.
11. Ramli H . M . , Simandjuntak T M . ; Azwar B.,
Tjahjadi G . , Badri C h . : Breast Cancer in D r .
Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta-
Indonesia. Presented in Fukuoka.
12. Sakamoto Goi, Sugano H . and Hartmann
W H . : Comparative Pathological Study of
Breast Carcinoma among American and
3 4 2 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

T U M O R DAERAH LEHER
( S e h u b u n g a n d e n g a n Embryonic Remnant)
H. Muchlis Ramli

P E N D A H U L U A N Terapi

Dalam proses pertumbuhan dapat terjadi kega- Operasi ekstirpasi, tract diikuti sampai di bawah
galan sehingga menimbulkan kelainan kongeni- OS. Hioid dengan memotong os. Hioid.
tal ataupun terdapat sisa embrional dari proses
per:umbuhan tersebut. 2. K i s t a b r o n k i o g e n i k
l^ada bab ini akan dibicarakan kelainan
Ditemukan juga pada usia 2-7 tahun dan dapat
berapa turnor yang terjadi dari sisa-sisa embrio-
pada orang dewasa.
nal, yaitu:
1. Kista duktus tiroglosus" Patogenesis
2. Kista bronkiogenik. Oleh karena kegagalan pertumbuhan normal
dari celah insang I dan I I , akan menimbulkan
1. Kista dulttus tiroglosus sisa sepanjang bagian anterior m. Sternokleido-
mastoideus.
Patogenesis
Hal ini dapat berupa sisa tulang rawan, kista
Terjadi akibat penutupan atau proses obliterasi atau sinus atau kombinasi ketiganya.
yang tidak komplit dari jalan turun kelenjar Klinis penampilannya berupa kista yang
tiroid dari foramen sekum hingga daerah pre- terdapat unilateral dengan lokasi anterior dari
laringeal setinggi krikotiroid. m. Sternokleidomastoideus. Bentuk bulat lon-
IDijumpai terutama pada usia 2-7 tahun, dapat jong yang terkadang dapat diikuti sampai daerah
pula ditemukan pada orang dewasa. setinggi orofaring. Kadang-kadang disertai infeksi.
IDitemukan di garis tengah, umumnya kranial
dar: kelenjar tiroid hingga daerah dasar lidah. Histopatologi
Apabila terdapat hubungan dengan rongga Terdiri dari epitel berlapis gepeng dan epitel
mu ut maka dapat disertai oleh infeksi. kolumnar berisiko dan ditemukan unsur-unsur
!)ecara klinis sering ditemukan adanya tract tulang rawan yang merupakan kunci diagnostik
dan kista hingga ke hyoid bone. kelainan ini. Dapat pula ditemukan unsur lim-
foid di bawah epitel yang membentuk folikel.
Histopatologi
- berisi unsur seperti koloid. Terapi
- epitel skuamous atau kolumnar berisiko. Operasi: ekstirpasi kista.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 4 3

Limfangioma = Hygroma sistika (berlobus-lobus) dan transiluminasi pada peme-


riksaan diafanoskopi batas tidak tegas.
Suatu tumor jinak dari sistem limfatik; yang
Kelainan ini dapat besar sekali, kadang-
umumnya ditemukan pada usia anak-anak ter-
kadang menimbulkan kesukaran bernapas apa-
utama pada usia 1-2 tahun.
bila berlokasi di leher.
Dapat berlokasi di seluruh tubuh, tetapi ter-
utama daerah leher dan kemudian aksila. Pada Pengobatan
daerah leher terutama di segitiga posterior leher. Utama adalah pembedahan. Sebaiknya dilaku-
Secara klinis tumor ditemukan: seperti massa kan pada usia anak yang cukup untuk mengatasi
yang lunak, massa kistik yang berasal dari kan- risiko operasi.
tong limfatik dari massa embrional.
Secara histopatologis dapat dibedakan:
K E P U S T A K A A N
1. Jenis simpleks: sel kapiler limfatik yang
kecil. 1. Davis L.: Christopher's Textbook of Surgery

2. Kavernosa: sel kapiler limfatik yang lebih Six E d .

besar. 2. Greer R . O . Jr.; Mieran C . W . ; Favara B . E . :

3. Kistik: yang merupakan higroma yang Tumors of the Head Neck in Children.

l| klasik. Praeger Publisher.

Secara klinis Higroma kistika akan memberi- 3. Gross C . R . : The Surgery of Infancy and

kan massa yang lunak, fluktuasi dan lobulated Childhood. Saunders 62.

K A R S I N O M A TIROID
D. Tjindarbumi

Pendahuluan mortalitas yang rendah, sebagian kecil dapat pula


tumbuh dengan cepat dan berakhir fatal. Karena
Karsinoma tiroid termasuk keganasan yang
variasi yang begitu luas dari derajat keganasan
jarang ditemukan dibandingkan dengan kega-
tumor ini timbuUah berbagai macam perten-
nasan lainnya.
tangan pendapat mengenai penatalaksanaan kar-
D i Rumah Sakit D r . Cipto Mangunkusumo
sinoma ini di berbagai pusat penanggulangan
Jakarta, termasuk urutan yang kelima setelah
penyakit kanker di dunia ini.
keganasan jenis lainnya. Penyakit ini tumbuh
dan berkembang secara lambat dan seringkali Kuliah ini akan memberikan sekedar gam-
melakukan residif lokal, invasi lokal dengan baran bagaimana penatalaksanaan karsinoma
344i • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

tiroid yang dilaksanakan di Rumah Sakit D r . tak dkk(6) di Jakarta menemukan 18,3% kega-
Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran nasan pada 60 kasus dengan tonjolan tunggal
Universitas Indonesia di Jakarta yang disesuai- pada tiroid pada tahun 1982, dan Tjindarbumi
kan dengan kondisi dan fasilitas yang ada ber- dkk(7) menemukan-10,7% keganasan dari 964
dasarkan pengalaman dan perkembangan Ilmu tumor tiroid selama 5 tahun (1980 s/d 1984) di
Bedah Onkologi di Rumah Sakit D r . Cipto Rumah Sakit D r . Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Maagunkusumo atau Fakultas Kedokteran Uni- Bila dibandingkan angka yang didapatkan
versitas Indonesia sejak semua kasus keganasan oleh penuhs luar negeri seperti Hirabayashi(8)
tire id dikelola oleh satu subbagian. (1960) dengan angka 6,6%, Winship(9) (1971)
dengan angka yang berkisar antara 3,6% — 17,1%

Epidemiologi dan Crile (1975) dengan angka 3%, maka angka-


angka penulis dari Indonesia menunjukkan
Insiden karsinoma tiroid di Indonesia belum
frekuensi yang agak lebih tinggi dari luar negeri,
diketahui hingga sekarang, disebabkan belum
kemungkinan penyebabnya masih harus diteliti
adaaya pendataan keganasan yang terpadu (sen-
lebih lanjut.
tralisasi pada Badan Litbang Departemen Kese-
Berdasarkan distribtisi seks, didapatkan wanita
hatan R I . Yang ada ialah pendataan kanker di
lebih banyak dari laki-laki = 9:2, penulis-penulis
beroagai Rumah Sakit atau Lembaga Pendidikan
lain seperti Syarwani (1973) menemukan 7:2,
di Indonesia yang bervariasi dari angka yang
Reksoprawiro (1982) menemukan 5:1. Penulis
satti ke angka yang lain).
luar negeri Hazart dkk (9) 3:1, McKenzie (11)
D i Amerika Serikat insiden karsinoma tiroid
5:1.
pada tahun 1970 (1) adalah:
Menurut distribusi umur, kasus-kasus di
- 5,5/100.000 pada wanita
R S C M Jakarta tersering berkisar pada umur 40-
- 2,4/100.000 pada laki-laki
60 tahun (1984). Winship (1967) mengemuka-
dan terbanyak pada usia 25-65 tahun.
kan umur yang tersering terkena adalah antara
D i Indonesia, Tambunan (2) di Jakarta, me-
50-70 tahun.
nemukan 2,4% kasus keganasan dari 322 tumor
tire id selama tahun 1963 s/d 1969. Syarwani (3)
Surgical Anatomy
di S'urabaya tahun 1973 menemukan 15% kega-
nasm dari 180 tumor tiroid; Ramli dkk(4) di Secara topografi kelenjar tiroid terdiri dari tiga
Jakarta tahun 1978 menemukan 15% keganasan lobus, lobus lateralis kanan dan kiri, serta yang
dan 601 kasus tumor tiroid selama 10 tahun di tengah yaitu ismus, kadang-kadang dapat dite-
(19()9 s/d 1978); Reksoprawiro dkk(5) di Surabaya mukan pula lobus keempat yaitu lobus pirami-
tahan 1982 menemukan keganasan 16,12% dari dalis yang letaknya di atas ismus agak ke kiri
397 kasus tumor tiroid di Surabaya; Simanjun- dari midline. Lobus ini merupakan sisa jaringan
T U M O R / O N K O L O G I • 3 4 5

embryonic thyroid yang ketinggalan pada waktu trakeal dan dinding trakea serta mediasti-
migrasi jaringan ini ke bagian anterior di hipo- num.
faring.

Letak kelenjar tiroid ini yang beratnya ber- Etiologi


kisar 25-30 gram antara kartilago tiroidea dan
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menim-
cincin trakhea keenam. Ismus letaknya antara
bulkan karsinoma tiroid:
cincin trakhea ke-2 dan 4. Seluruh kelenjar tiroid
1. Kenaikan sekresi hormon T S H (Thyroid
ini dibungkus oleh suatu lapisan jaringan yang
Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise
dinamakan true capsule. Sedangkan ekstension
anterior disebabkan berkurangnya sekresi
dari lapisan tengah fasia servikalis profundus
hormon T 3 dan T 4 dari kelenjar tiroid oleh
yang mengelilingi kelenjar tiroid itu dinamakan
karena kurangnya intake iodium. Ini menye-
false capsule atau surgical capsule. Seluruh pem-
babkan tiroid yang abnormal dapat berubah
buluh darah arteri, vena, pleksus limfatikus dan
menjadi kanker.
kelenjar paratiroid, letaknya antara true dan false
2. Radiasi ion pada leher terutama anak-anak
capsule. Kedua lobus tiroid dihubungkan di
yang pernah mendapat terapi radiasi di leher
bagian posterior oleh ligamenta Berry yang letak-
dan mediastinum.
nya antara os. Cricoid dan upper tracheal ring.
3. Faktor genetik.
D i depan ligamenta Berry ini terletak kelenjar
paratiroid, biasanya dua di atas dan dua ch bawah.
Pada umumnya besarnya 6 m m panjang, 2 mm Klasifikasi Karsinoma Tiroid
lebar dan 2 m m tebal. Banyak cara klasifikasi karsinoma tiroid yang
dapat ditemukan dalam kepustakaan. Kami sen-
Yang juga penting adalah memperhatikan
diri mengikuti klasifikasi terbaru berdasarkan
jalannya pembuluh darah arteria tiroid superior
pembagian histopatologi menurut Brennan dan
pada pool atas lobus kanan dan kiri. Dekat
Bloomer (1) (1982).
dengan arteria tiroid superior itu berada cabang
eksterna dari nervus laringeus superior. Jangan A . Well differentiated carcinoma (75%)

meligasi arteria tiroid superior terlalu jauh dari - adenokarsinoma papiler

pool atas lobus lateralis, hal ini dapat mencede- - adenokarsinoma folikuler

rai nervus laringeus superior. Kemudian terda- - hurthle cell carcinoma


pat nervus laringeus rekuren yang berjalan di B. Undifferentiated carcinoma (anaplastic) (20%)
sulkus tracheo-oropharyngeal dan melewati arte- - small cell carcinoma
ria tiroid inferior di belakang atau di depannya. - giant cell carcinoma
Jangan lupa memperhatikan kelenjar getah bening C . Karsinoma Meduler (4%)
sepanjang vena jugularis interna, pre dan para- D . Tumor ganas lainnya (1%)
3 4 6 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

- sarkoma ukurannya yang kecil, yaitu kurang dari 1,5


- limfoma cm. Intra thyroid papillary carcinoma masih
- karsinoma epidermoid terbatas pada jaringan kelenjar tiroid. Extra

- metastasis tumor thyroid papillary carcinoma sudah menembus

- teratoma malignan kapsul kelenjar gondok dan meinfiltrasi ja-


ringan sekitarnya.
Di sini diuraikan dengan ringkas masing- 2. Adenokarsinoma folikuler
masing tipe yang sering ditemukan di Rumah
Golongan terbanyak kedua setelah adeno-
Sakit D r . Cipto Mangunkusumo atau Fakultas
karsinoma papiler (McKenzie 22,5%), Ramli
Keciokteran Universitas Indonesia.
M . dkk 19,2%, Tjindarbumi 26%). lebih

A. Well differential carcinoma ganas dari golongan pertama. Dapat ditemu-


kan pada semua umur, tapi lebih banyak
1. J Adenokarsinoma papiler
pada usia di atas 40 tahun, lebih sering unila-
Umumnya tipe ini tumbuh lambat, bertahun-
teral daripada bilateral. Histopatologik mem-
lahun, termasuk golongan yang berdiferen-
perlihatkan struktur sel tiroid yang merupa-
.siasi baik. Biasanya terdapat pada usia kurang
kan folikel-folikel.
dari 40 tahun berbeda dengan tipe folikuler
Penyebaran terutama melalui sistem pem-
yang banyak pada usia di atas 40 tahun,
buluh darah (hematogen). Metastasis jauh ke
-walaupun dapat terjadi pada segala usia.
paru-paru, tulang dan alat visera lainnya
Tipe ini merupakan golongan terbesar dari
seperti hepar dapat cepat terjadi. Kemung-
Icarsinoma tiroid (McKenzie 57%, Ramli M .
kinan untuk menjalani transformasi menjadi
dkk 48%, Tjindarbumi dkk. 52%).
karsinoma anaplastik adalah dua kali lebih
Gambaran histopatologik yang karakte-
besar dari tipe adenokarsinoma papiler.
j-istik, adalah ditemukannya struktur papiler
dari sel-sel ganas yang uniform, baik ukuran
6. Undifferentiated carcinoma
maupun intinya. Kadang-kadang tipe ini di-
sertai adanya struktur fohkuler atau psamoma Karsinoma anaplastik
bodies di tengah-tengah struktur yang papi- Perjalanan penyakit ini cepat dan biasanya fatal.
].er. Penyebaran terutama melalui sistem ke- Dalam beberapa minggu atau bulan sudah me-
lenjar getah bening yang mula-mula terkena nyebabkan keluhan-keluhan akibat penekanan
adalah kelenjar getah bening regional. Dapat dan invasi karsinoma. Keadaan umum cepat me-
;uga bermetastasis jauh ke paru-paru dan nurun dan tumor cepat mengadakan metasta-
tulang. sis jauh. Tipe ini secara histopatologik terdiri
Occult papillary carcinoma hanya diketa- dari anaplastic spindle yang giant cell atau small
hui secara kebetulan waktu operasi, karena ceU.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 4 7

Sel-sel ini bervariasi dalam ukuran, bentuk sentase keganasan pada kista ini belum pernah
dan inti. Banyak ditemukan mitosis. Penyebaran didapatkan pada sample kami.
melalui sistem kelenjar getali bening dan ber- Clark (12) mengemukakan bahwa angka ini
metastasis jauh. sangat rendah. Keuntungan dari pemeriksaan ini
ialah kista dapat dideteksi dengan penampang
C. Karsinoma meduler
1-2 mm.
Sering ditemukan pada penderita usia tua (50-60
tahun). Kami sendiri menemukan satu kasus ber- 2 . Scanning tiroid
usia 27 tahun. Karsinoma berasal dari sel C atau Dasar pemeriksaan ini adalah uptake dan distri-
parafolikuler kelenjar gondok yang banyak me- busi Yodium radioaktif dalam kelenjar gondok.
ngandung amiloid, yang merupakan sifat khas- Pemeriksaan- ini dimulai oleh Cassen dkk(12)
nya, di samping itu tumor ini mengeluarkan kal- tahun 1951. Yang dapat dihhat dari pemeriksaan
sitonin, A C T H , prostaglandin dan histamin. Sel ini adalah bentuk, besar dan letak kelenjar tiroid
C disebut juga sel A P U D (amine precursor up serta distribusi dalam kelenjar. Juga dapat di-
take and decarboxylation cell) sehingga tipe ini ukur uptake iodiumnya dalam waktu 3, 12, 24
disebut pula A P U D O M A . Disebut juga karsi- dan 48 jam.
noma solidum karena jenis ini sangat keras Penelitian Asmara dari Jakarta tahun 1977
seperti batu. Sering didapatkan bersamaan dengan dengan 124 kasus yang dilakukan scanning di
penyakit atau golongan hormonal lainnya seperti Rumah Sakit D r . Cipto Mangunkusumo, yaitu
adenoma paratiroid, feokromositoma. Tipe ini 22 kasus menunjukkan karsinoma pada cold
bersifat familial dan herediter. Penyebaran me- nodule dan dari 24 kasus karsinoma yang dike-
lalui sistem getah bening. temukan tidak ada yang menunjukkan hot nodule.
Kesimpulan yang dapat diambil ialah mini-
D. Tumor-tumor ganas lainnya:
mal 1/6 (15%) kasus dengan cold nodule pada
- sarkoma
nodul soliter tiroid menunjukkan keganasan.
- limfoma
Penulis luar negeri lain seperti Katz(9) (1976)
- karsinoma epidermoid
menemukan 22,2% keganasan dari cold nodule
- metastasis
pada kelenjar soliter tiroid.
- teratoma malignum
Kelemahan pada penggunaan scanning tiroid
l ialah hasilnya kurang dapat dipercaya pada nodul
Cara pemeriksaan untuk membe- yang lebih kecil dari 2 cm.
dakan neoplasma dari kelainan lain
3 . Fine nodule aspiration biopsy (FNAB)
1. Ultrasonografi
Merupakan tindakan yang mudah dan aman
Pemeriksaan ini dapat membedakan kista terha-
hanya harus diperiksa oleh seorang sitolog yang
dap kelainan lainnya pada kelenjar gondok. Per-
3 4 8 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

berpengalaman. D i tangan seorang ahli, hasil Pemberian supresi ini tidak dianjurkan pada
ketepatan F N A B ciapat mencapai 75-95%. penderita yang sangat muda atau pun sangat tua,
karena pada penderita-penderita seperti ini insi-
4. E'iopsi
den keganasan tiroid pada nodul tunggal tiroid
Yang terbaik adalah pemeriksaan secara biopsi
memang tinggi, sebaiknya lebih cepat diope-
dengan atau tanpa potong beku. Dengan cara ini
rasi.
dapat dilihat secara makroskopis saja bagian mana
dari nodul yang dikeluarkan itu sudah menga-
Penentuan stadium Iclinik
1am:. perubahan struktur, sehingga ahli patologi
(Clinico-pathological staging)
dapat diarahkan untuk pemeriksaan bagian yang
mencurigakan keganasan. I. A . Unilateral

Ada lagi satu cara lama yang sering diguna- B. Multifokal/bilateral


kan pada penderita tumor tiroid yang tidak ingin II. A . Unilateral lymphnodes
dioperasi, yaitu: B. Bilateral/mediastinal
m. Local invasion
C a r a supresi p a d a l^elenjar tiroid IV. Distant metastases
Cara ini digunakan untuk mencoba membeda-
kan kelainan neoplasma dari kelainan lainnya Menurut sistem T N M :
secara non invasif. Cara ini sering berlangsung T: Tumor primer
berlarut-larut tanpa hasil yang jelas. To: Tidak jelas tumor primer
Untuk supresi dapat digunakan: Tl: Tumor sampai 1 cm terbatas dalam kelen-
- Triiodothyronine (T3) 75-100 mg/hari jar tiroid
- Thyronine 0,2-0,3 mg/hari T2: Tumor 1-4 cm terbatas dalam kelenjar
- Ekstrak tiroid dengan dosis yang dise- tiroid
suaikan T3: Tumor > 4 cm terbatas dalam kelenjar
tiroid
D i Rumah Sakit D r . Cipto Mangunkusumo
yan!5 sering digunakan adalah ekstrak tiroid. T4: Tumor setiap ukuran tetapi sudah me-
nembus kapsul tiroid kalau ditambah
I'engobatan percobaan dapat diberikan 3 sam-
huruf a atau b (a = solitary; h = multi-
pai 6 bulan.' Bila ada kemajuan dapat diteruskan,
fokat)
sebaliknya bila tidak ada respons menambah
kerrungkinan adanya keganasan. Tla: Tumor 1 cm — solitary tumor

Thomas (12) menemukan 30% dari empat Tib: Tumor 1-4 cm — multifokal

nodul tunggal tiroid memberikan respons baik. N: Kelenjar getah bening regional
T U M O R / O N K O L O G I • 3 4 9

li
No: Kelenj ar getah bening regional tidak teraba B. Untuk keganasan yang mengenai kelenjar
Nl: N l a : metastasis kelenjar getah bening leher gondok dengan kecurigaan metastasis pada
ipsilateral kelenjar getah bening leher.

N i b : metastasis leher bilateral atau midline 1. Keganasan terbatas pada satu lobus dan

j atau leher kontralateral atau mediasti- pembesaran kelenjar getah bening leher

num. homolateral dilakukan ismu-lobektomi


dan biopsi kelenjar getah bening leher
M: Metastasis jauh
yang mencurigakan. Bila terbukti ganas
Mo: Tidak ada metastasis jauh
dilakukan tiroidektomi total diikuti de-
Ml: Ada metastasis jauh
seksi kelenjar getah bening radikal leher
yang bersangkutan satu atau dua tahap
Pengobatan bergantung dari fasilitas patologi.
2. Bila keganasan mengenai kedua lobus dan
/. Pembedahan (Surgical)
pembesaran kelenjar getah bening belum
Pengobatan pilihan dari karsinoma tiroid adalah ada — dilakukan tiroidektomi total.
pembedahan. Jenis pembedahan ditentukan oleh 3. Bila keganasan mengenai kedua lobus dan
ekstensi dari tumor. Dari indikasi pembedahan sudah ada pembesaran kelenjar getah
dapat dipilih jenis pembedahan dari kelenjar • bening leher pada satu sisi, dalam hal ini
gondok yang bersangkutan. dilakukan biopsi kelenjar getah bening
D i Sub bagian Onkologi Bedah, Bagian Bedah leher dulu, bila hasil positif suatu metas-
Rumah Sakit D r . Cipto Mangunkusumo/Fakul- tasis karsinoma tiroid dilakukan tiroidek-
tas Kedokteran Universitas Indonesia diikuti tomi total dengan deseksi radikal kelen-
prosedur sebagai berikut: jar getah bening yang bersangkutan.

A . Untuk keganasan yang mengenai satu lobus 4. Bila keganasan mengenai kedua lobus dan
dimana tidak ada fasilitas potong beku, ada pembesaran kelenjar getah bening
isthmolobektomi cukup. Jaringan dapat di- leher bilateral, dalam hal ini dilakukan
kirim ke Lembaga Patologi terdekat. Bila biopsi kelenjar getah bening leher bila-
hasil menunjukkan adanya tumor multisen- teral. Bila satu sisi positif metastasis dari
trik; karsinoma dengan bagian-bagian ana- karsinoma tiroid dilakukan total tiroi-
plastik atau pinggir sayatan masih ada sisa dektomi dengan deseksi radikal kelenjar
tumor, tiroidektomi total dapat saja dila- getah bening pada sisi yang bersangkutan.
kukan di kemudian hari. Bila ada fasilitas Bila kedua sisi kelenjar getah bening leher
pemeriksaan potong beku ini dapat dilaku- positif dengan metastasis karsinoma tiroid
kan dalam satu tahap. dilakukan tiroidektomi total dengan
3 5 0 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

deseksi radikal kelenjar getah bening leher setelah dibuat sediaan patologi secara para-
bilateral satu tahap atau dua tahap. fin. Bila tumor telah menembus dinchng kista

C. Dalam hal sudah terdapat metastasis jauh maka keadaannya sudah menjadi karsinoma

(tulang atau paru-paru) bila teknik masih tiroid folikuler; tindakan definitif adalah

memungkinkan dilakukan tiroidektomi total tiroidektomi total. Tapi sementara itu telah

untuk menghindarkan penekanan terhadap dilakukan tindakan yang adekuat.

trakea dan pembuluh darah dan kemudian


//. Non pembedahan
diteruskan dengan radiasi eksterna atau
A. Radiasi internal dengan J(131):
interna. Ini terutama pada jenis karsinoma
Pemberian J(131) pada karsinoma tiroid ber-
folikuler.
dasarkan bahwa beberapa karsinoma tiroid
D. Penderita dengan karsinoma berdiferensiasi jenis folikuler atau campuran dapat menye-
buruk (anaplastik) selama masih terlokali- rap J(131). Karena jaringan tiroid normal lebih
sasi pada lobus tiroid dan belum meluas ke banyak dan lebih baik daya penyerapannya
laringan sekitarnya (ekstensif) dilakukan dari jaringan karsinoma maka syarat utama
tiroidektomi total bila mungkin, bila tak untuk melakukan terapi ini adalah bahwa
memungkinkan cukup dengan tiroidektomi semua jaringan tiroid yang ada harus diang-
subtotal atau lobektomi langsung diikuti kat terlebih dahulu. Jadi sifat terapi ini ada-
radiasi eksterna. D i beberapa pusat kanker lah ablatif (menghancurkan sel-sel tumor).
ch dunia karsinoma tiroid jenis ini diberi
B. Radiasi eksternal dengan C o 60 dengan dosis
terapi radiasi pre dan postoperasi. Berapa
total 4000-5000 rad:
jauh hasil yang diperoleh dari cara peng-
Pada umumnya karsinoma tiroid adalah
obatan ini masih sulit untuk dievaluasi, tetapi
radioresisten. Tetapi radiasi eksternal tetap
Sheline dan Suredal telah mengemukakan
dipakai pada beberapa kasus terutama pada
hasil yang baik dengan cara pengobatan ini
jenis anaplastik. Untuk pemberian ini kecuali
pada kasus-kasus yang sudah incurabel.
yang tipe anaplastik sebaiknya jaringan tumor
E. Jika hasil pemeriksaan potong beku menun- diangkat dulu sebanyak mungkin.
jukkan kista folikuler tiroid maka lobus C. Kemoterapi
liroid yang bersangkutan diangkat seluruh- Cara ini masih dalam penyelidikan. Cara
nya bersama dengan sinus tiroid. Ismu lobek- baru ini mendapat tempat bila cara yang lain
tomi. H a l ini dianjurkan oleh karena pada sudah mengalami kegagalan.
pemeriksaan patologi potong beku sangat Sitostatika yang dipakai adalah:
sulit untuk menentukan apakah tumor telah - Vincristin
menembus dinding kista atau belum, ke- - Adriablastin
adaan yang sebenarnya hanya dapat dilihat - Ciosplatinum
T U M O R / O N K O L O G I • 3 5 1

Hasilnya belum memuaskan. Kami sendiri folikuler: tindakan definitif adalah tiroidek-
baru menemukan tiga kasus yang menga- tomi total. Tetapi sementara itu telah dila-
lami partial remisi dari 24 kasus dengan kukan tindakan yang adekuat.
pemberian kemoterapi kombinasi dengan
Adriamycin + Oncovin. Prognosis:
D . Hormonal
Prognosis bergantung pada:
Digunakan sebagai terapi suplemen atau su- - tipe histopatologi
presi terutama untuk tipe papiler atau cam-
- stadium klinik patologi
puran papiler-folikuler, juga unttik mengobati
- lamanya penyakit hingga terdiagnosa dan
hipotiroidisme pada tipe yang lain. Prinsip
diberikan pengobatan
cara pengobatan ini adalah menekan stimu-
- usia penderita
lasi dari hormon T S H yang dapat merang-
D i antara tipe karsinoma tiroid, maka tipe
sang sekresi hormon sel kelenjar gondok
karsinoma papiler mempunyai prognosa yang
tiroksin yang pada gilirannya dapat merang-
terbaik. • .
sang pertumbuhan karsinoma yang ada pada
Russel dkk. berdasarkan penyelidikannya me-
kelenjar tiroid.
nemukan survival rate 10 tahun:
Preparat yang digunakan adalah trijodotiro-
- 60% untuk karsinoma folikuler
nin atau tiroksin. Crile mengatakan bahwa
- 74% untuk karsinoma papiler
pemberian dessicated thyroid dapat mengon-
trol pertumbuhan karsinoma papiler. - 82% untuk karsinoma tipe campuran

E . Jika hasil pemeriksaan potong beku menun- McKenzie, Crile menemukan prognosa lebih
jukkan kista folikuler tiroid maka lobus baik pada usia di bawah 40 tahun daripada usia
tiroid yang bersangkutan diangkat seluruh- lebih tua terutama untuk tipe papiler.
nya bersama dengan sinus tiroid.

Kesimpulan
I s m u lobektomi
Hal ini dianjurkan oleh karena pada peme- Penanganan karsinoma tiroid hendaknya dilak-
riksaan patologi potong beku sangat sulit sanakan secara terpadu, dengan melakukan anam-
untuk menentukan apakah tumor telah me- nesis yang baik, pemeriksaan klinis yang teliti,
nembus dinding kista atau belum, keadaan pemeriksaan stadium klinik dan klasifikasi his-
yang sebenarnya hanya dapat dilihat setelah topatologik yang benar dan akhirnya pemilihan
dibuat sediaan patologi secara parafin. Bila cara pengobatan yang tepat.
tumor telah menembus dinding kista maka Prognosa ketahanan hidup (survival) dan
keadaannya sudah menjadi karsinoma tiroid harapan hidup (expectancy of life) tergantung
3 5 2 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

dari tipe histo-patologik, stadium klinik, lama- 8. Hirabayashi R N , Lindsay S: Carcinoma of


nya penyakit hingga terdiagnosa dan diberikan the Thyroid Gland. A statistical study of
pengobatan serta usia penderita pada saat peng- 390 patients. J C h n . endocrinol. Metab. 21
obatan. p.1596-1610, 1961.

9. Nealon Jr. T F : Management of the Patient


K E P U S T A K A A N with Cancer. W B Saunders C o . Second Edi-
tion, Philadelphia, London, Toronto, 1976
1. Brennan M P , Bloomer W D : Cancer, Prin-
p.247-250.
ciples & Practice of Oncology, J.B. Lippin-
cot C o , Philadelphia, Toronto, 1982 p. 971- 10. Crile G : Carcinoma of the thyroid after
985. radiation to the Neck. Journal of Surg.
Gynaec. & Obstet. 141 p. 602, 1975.
2. Asmara IA, Darwis I dan Simandjuntak T M :
Kumpulan kuliah/Makalah Onkologi dan 11. McKenzie A D : The Natural history of thy-

Head & Neck Surgery, Bagian Ilmu Bedah roid cancer. A report of 102 cases analyzed

F K U I , Jakarta, 1982 hal. 142-146. 10 to 15 years after diagnosis. Arch Surg.


102 p.274-277, 1977.
3. Sjarwani A , Marmowinoto M : Carcinoma
thyroid di Bagian Bedah RS D r . Sutomo. 12. Clark O H , Greenspan FS, Coggs G C et al:

Kongres I K A B I I V Yogyakarta, 1973. Evaluation of solitary cold nodules by


echography and thermography. A m J Surg
4. Ramli H M , Tjindarbumi D : Kumpulan
130 p.206-210, 1975.
suliah/Makalah Onkologi dan Head & Neck
Surgery. Bagian Ilmu Bedah F K U I , Jakarta,
1982, hal. 147-155.

5. Reksoprawiro S, Marmowinoto R M : Kum-


pulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional I I
• P A B T I , Jakarta, 1983, hal. 270-295.
6. !>imandjuntak T M dan Agusni: Pembedahan
pada tonjolan tunggal tiroid. Simposium
Diagnosis dan Terapi Tumor Kepala dan
Leher. K P R P - F K U I , 6 Agustus 1983, Jakarta.

7. Tjindarbumi, D : Pengelolaan Karsinoma


Tiroid di RS D r . Cipto Mangunkusumo,
Jakarta. P I T I I I Perhimpunan Kedokteran
dan Biologi Nuklir Indonesia Bandung, 20
April 1985.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 5 3

K A R S I N O M A R O N G G A MULUT

i . Zafiral Azdi Albar dan Muchlis Ramli

P E N D A H U L U A N Keganasan rongga mulut merupakan 2-5%


dari seluruh keganasan pada manusia atau 40%
Karsinoma rongga mulut adalah keganasan yang
dari seluruh keganasan kepala-leher.
relatif jarang, sehingga tidak semua tenaga medik
dan paramedik mengenalnya. Dengan demikian India, Srilanka'dan sebagian Asia Tenggara

sering ditemukan penderita yang datang pada mempunyai insiden yang lebih tinggi. H a l ini

stadium yang sudah tidak dini lagi, di mana pen- sering dihubungkan dengan kebiasaan setempat

derita datang dengan keluhan yang sudah sering seperti merokok, mengunyah sirih dan temba-

mengganggu. Keterlambatan ini juga karena kau.

kurangnya pengertian atau pengetahuan pende- Gupta dkk (1980) mendapatkan insiden di

rita mengenai penyakit ini serta keterlambatan India 23-32%.

karena kurangnya atau tidak adanya fasilitas D i India dan Srilanka angka kematian karena

Rumah Sakit untuk diagnosis dan tindakan. Hal- kanker adalah 30% dari kematian karena kanker
hal inilah yang memperburuk prognosis dari rongga mulut dan dari angka ini 30-40% dise-
penyakit ini. Untuk mengatasi ini perlu adanya babkan karena residif lokal dan regional.
peningkatan pengetahuan tenaga medis dan para-
medis serta kesadaran dan pengertian dari pen- E T I O L O G I dan P R E D I S P O S I S I
derita terhadap penyakitnya dan tentu saja pe- Penyebab karsinoma rongga mulut seperti ke-
ningkatan fasilitas lainnya. ganasan lainnya sampai sekarang belum dike-
tahui penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga sebagai faktor predisposisi terjadi-
P A T O L O G I
nya kanker rongga mulut.
Kanker rongga mulut 90-97% adalah karsinoma Pada daerah yang insidennya tinggi setelah
sel skuamosa, 2-3% adalah adenokarsinoma dan diselidiki ternyata ada hubungan antara tinggi-
lain-lain 1%. Untuk grading dipakai klasifikasi nya insiden dengan kebiasaan setempat.
Broders. Wynder dkk (1957), Vogler dkk (1962) mem-
bagi faktor predisposisi menjadi dua faktor yaitu
ekstrinsik dan faktor intrinsik.
E P I D E M I O L O G I
Faktor ekstrinsik antara lain merokok, minum
Keganasan rongga mulut untuk daerah yang ber- alkohol, mengunyah sirih atau tembakau, sinar
beda, insidennya juga berbeda. matahari, kebersihan mulut dan lain-lain.
3 5 4 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Faktor' intrinsik antara lain faktor genetik, 6. Leukoplakia dan Eritroplakia.


imvinosupresi, kekurangan gizi, sifilis dan lain-lain. Kedua bentuk ini merupakan precancer. Leu-
koplakia 5% berubah menjadi ganas, sedang-
Faktor-faktor predisposisi yang paling banyak
kan eritroplakia 90%.
ditemukan:
1. Tembakau.
D I A G N O S I S
Kebiasaan merokok atau mengunyah temba-
kau yang mengandung nikotine yang di da- 1. Dalam menegakkan diagnosis harus diingat

lamnya didapatkan alkoloid N-Nitrosonor- faktor-faktor predisposisi dan gejala-gejala

nieotine yang konservasinya bertambah 30- yang ada. Oleh karena gejala dini tidak me-

40% bila nitrat dalam liur bercampur lang- nimbulkan keluhan dan tidak semua tenaga

sung dengan tembakau. medis mengenal gejala ini, sehingga pende-

2. Mengunyah sirih. rita datang pada stadium lanjut, biasanya

Tennekon dkk (1968) mengatakan mengu- sudah ada keluhan:

nyah sirih menyebabkan kerusakan mukosa 1. Nyeri

karena iritasi dan mulut kotor. Nyeri ini disebabkan oleh infiltrasi dan

3. Alkohol dan Sirosis Hepatis. ulserasi yang akan menetap bila terkena

Mc Qarrie mengatakan 90% peminum dan atau menginfiltrasi saraf dan menjalar ke

60% meminum 4-6 ounces/hari dari 14% telinga (Otalgia)

penderita karsinoma lidah menderita Sirosis 2. Foetor ex Ore.


Laennec. Vogler dkk (1962) dalam tulisan- Mulut bau oleh karena adanya jaringan
nya mengatakan bahwa setiap terjadi kontak nekrotik.
mukosa dengan alkohol akan terjadi iritasi 3. Hipersalivasi.
terhadap mukosa. Ini disebabkan oleh rasa nyeri.
4. Kebersihan Rongga Mulut. 4. Disfagia.
Kebersihan rongga mulut, kondisi gigi (karies Terjadinya gangguan menelan.
dentis) susunan yang tidak baik merupakan 5. Benjolan di leher.
faktor predisposisi untuk karsinoma rongga Adanya metastase ke kelenjar getah be-
mulut. Patut diketahui peminum alkohol ning.
biasanya tak memperhatikan kebersihan Bila keganasan terdapat pada lidah ada keluhan
rongga mulut. lain yaitu:
5. Sifilis 1. Ankiloglosia.
Pada penyelidikan Mc Quarrie dkk antara Lidah kaku, tak bisa dijulurkan dengan
tahun 1935-1960, 12% penderita karsinoma baik dan adanya deyiasi lidah. Ini karena
lidah adalah penderita sifilis. adanya infiltrasi.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 5 5

2. Disfoni 3. PEMERIKSAAN LAINNYA:

I Kesulitan dalam berbicara. a. Pewarnaan dengan toluidine blue.

3. Suara serak. Pewarnaan lesi mukosa rongga mulut

il Terutama bila yang terkena dasar lidah dengan Toluidine Blue 1% berguna untuk

j (Hot Potato Sound). mendeteksi karsinoma stadium dini.

Toluidine Blue 1% akan diserap dan di-


2. G A M B A R A N KLINIS: ikat inti sel tumor sedangkan sel normal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan bermacam- tidak.
macam lesi: Test mempunyai "false negative" 6,7%
1. Tipe Ulseratif dan "false positive" 8,5%.
Berupa ulkus, dasar dan sekitarnya padat b. Sitologi Eksfoliatif
dan tepi lebih tinggi.
Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada lesi
2. Tipe Fisura mukosa rongga mulut berguna untuk men-
Lesi berupa celah yang dalam dengan se- . deteksi karsinoma pada stadium dini.
i kitarnya yang padat.
Walaupun pada pemeriksaan ini terdapat
3. Tipe benjolan Infiltratif sel ganas, tetap harus dilakukan pemerik-
I Tipe ini berlobus dengan mukosa tam- saan histopatologi untuk menentukan
pak normal dengan abses kecil-kecil yang diagnosis pasti. Skhlar (1984) mengata-
disebabkan nekrosis submukosa. kan bahwa ketepatan diagnosis sitologi

4. Tipe Eksofitik eksfoliatif adalah 86%.

Benjolan lebih tinggi dari permukaan c. Biopsi.


lidah dan ditutupi keratin putih. Dengan Diagnosis pasti dibuat berdasarkan peme-
pemeriksaan fisik yang teliti hal-hal ter- riksaan histopatologi. Mashberg (1973)
sebut di atas dapat dinilai kembali dengan mengatakan setiap lesi berwarna merah
baik. yang tampak seperti inflamasi tetapi tidak
diketahui penyebabnya dan tidak hilang
Pada inspeksi ditentukan letak, warna dan
setelah diobati selama dua minggu meru-
permukaan tumor. Dan dengan pemeriksaan
pakan indikasi melakukan biopsi.
palpasi (jari) ditentukan ukuran, mobilitas
tumor apakah sudah terfiksasi ke otot diba- d. Penyebaran.

wahnya atau ke organ di sekitarnya. Dan Penyebaran karsinoma rongga mulut


tidak boleh dilupakan melihat gerakan lidah . dapat terjadi secara perkontinuitatum; lim-
serta kalau ada deviasinya. fogen atau hematogen.
35(> • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Perkontinuitatum Penentuan stadium ini penting untuk me-


Karsinoma rongga mulut dapat mengin- nentukan pengobatan dan memperkirakan prog-
filtrasi ke otot di bawahnya dan jaringan nosis.

atau organ di sekitarnya.


Stadium I : Tl NO MO
Karsinoma pada lidah menginfiltrasi otot
Stadium I I : T2 NO MO
lidah sekitarnya sampai basis lidah dan
Stadium I I I : T3 NO MO
dasar mulut, menyebabkan lidah sukar
Tl, T2, Nl
digerakkan. Karsinoma pada mukosa pipi
T3
menginfiltrasi muskulus pterigoideus me-
Stadium I V : T4 NO,NI MO
nyebabkan mulut sukar dibuka.
Setiap T N2, N 3 MO
Limfogen
Setiap T Setiap N Ml
Kelenjar getah bening submandibular dan
subdigastrikus merupakan tempat pertama
Tumor: T l = Tumor lebih kecil atau sama
dari rangkaian kelenjar getah bening jugu-
dengan 2 cm.
laris yang terkena.
T2 = Tumor 2 sampai 4 cm
Mandelson dkk (1977) mendapatkan 20%
Tumor:
dari karsinoma dasar mulut terdapat
penyebaran ke kelenjar getah bening jugu- Tl = Tumor lebih kecil atau sama

laris bagian tengah dan bawah tanpa ter- dengan 2 cm.


dapat penyebaran pada kelenjar getah T2 = Tumor 2 sampai 4 cm
bening submandibular dan subdigastrikus. T3 = Tumor lebih dari 4 cm
30-35% dari karsinoma lidah dan dasar T4 = Tumor lebih dari 4 cm atau
mulut disertai penyebaran secara klinis menginvasi ke otot, tulang dan
ke kelenjar getah bening leher. kulit.
Hematogen Kelenjar Getah Bening:
Penyebaran secara hematogen jarang ter- N l = Pembesaran kelenjar getah bening
jadi. homolateral dan mobile.
Mandelson dkk (1977)3 mendapat 4% pen- N 2 = Pembesaran kelenjar getah be-
derita meninggal karena metastasis jauh. ning kontralateral dan mobile
atau kelenjar getah bening bila-
S T A D I U M K L I N I S teral.

Untuk menentukan stadium klinis digunakan N 3 = Kelenjar getah bening terfik-


klasifikasi T N M menurut U I C C tahun 1978. sir.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 5 7

Metastasis: Jenis pengobatannya yaitu operasi, radiote-


MO = Tidak ada metastasis rapi, kemoterapi atau kombinasi.
Ml = Adanya metastasis jauh. 1. Operasi

Tujuan operasi adalah untuk menghilang-


P R O G N O S I S kan tumor primer dan metatasis ke kelenjar
getah bening leher.
Prognosis karsinoma rongga mtilut ditentukan
oleh letak tumor, stadium pada saat diagnosis, Operasi dapat berupa eksisi luas, eksisi luas

dan derajat diferensiasi sel tumor Waldron (1970) dan diseksi leher radikal atau modifikasi di-

mengatakan bahwa karsinoma pada dasar mulut seksi leher radikal.

mempunyai prognosis paling buruk dan karsi- Eksisi luas dilakukan 2-4 cm dari batas tumor
noma lidah adalah yang kedua. yang chtentukan dengan pemeriksaan potong

Kalnins (1977) mengatakan bahwa metastasis beku.

secara mikroskopis ke kelenjar getah bening Indikasi diseksi leher radikal adalah bila
merupakan faktor yang paling penting untuk kelenjar getah bening leher secara mikros-
menentukan prognosis. kopis positif dan masih mobile.
Sebagian besar penulis mengatakan bahwa 2. Radioterapi
five years survival penderita karsinoma rongga
Terapi radiasi pada T l dan T 2 memberikan
mulut adalah 42 sampai 65%.
hasil yang hampir sama dengan terapi pem-
Marchetta dkk mengatakan bila tumor lebih bedahan.
kecil dari 2 cm dan belum ada tanda-tanda me-
Karsinoma yang berdiferensiasi buruk mem-
tastasis maka 64-75% akan mencapai five years
berikan respons radioterapi lebih baik dari-
survival setelah dilakukan eksisi luas dan 25%
pada karsinoma yang berdiferensiasi baik.
akan mengalami residif.
Dosis 5000-6000 rad tmtuk tumor yang
sudah inoperable.
P E N G O B A T A N 3. Kemoterapi

Pengobatan Terapi pada karsinoma rongga mulut diberi-

Tujuan pengobatan adalah menghilangkan kan sebagai terapi paliatif untuk kasus yang
lanjut atau diberikan sebagai terapi adjuvant
tumor, mempertahankan fungsi fisiologis dan
setelah terapi operasi.
kosmetik sedapat mungkin.
Pemilihan jenis pengobatan tergantung pada Kemoterapi kombinasi yang sering diguna-

stadium penyakit, lokasi tumor primer, keadaan kan adalah:

umum penderita dan fasilitas yang ada. - Cys-platinum, bleomycin, Oncovin


3 5 8 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

- Cys-platinum, bleomycin, methotrexate, Bedah Onkologi Indonesia tgl 14-15 Novem-


vinblastin ber 1990, Semarang.

- Bleomycin, O n c o v i n , methotrexate. 2. CUMINGHAM.M.J JOHNSON.J.T.ET A L ,

4. Kombinasi Cervical lumphonode metastase after local


excision of early squamous cell carcinoma of
Kombinasi radiasi sebelum operasi berman-
the oral cavity. Am.J.Surg 1986 152: 361-165.
faat untuk mencegah rekurensi lokal dan
regional tetapi tidak meningkatkan five years 3. L E C L E R C Y . E . P A L M E R . J D E T A L , Car-

survival dan penderita biasanya meninggal cinoma of the tongue the Montreal General

karena metastasis jauh. Hospital Experience from 1979 to 1984 the


Can J.of Surg 1985. 28-509-111 .
Radiasi sebelum operasi dapat mengecilkan
tumor primer sehingga tumor yang mula- 4. M C Q A R R I E D . G , Cancer of the tongue

mula inoperable menjadi operable, tetapi pada selecting appropriate therapy.


saat operasi batas tumor menjadi tidak jelas. Current problems in surgery 1986. 12-565-

Kombinasi radiasi sesudah operasi berman- 653.

faat untuk mematikan sel tumor yang tersisa 5. R A M L I . M . , Karsinoma Rongga Mulut.
pada tempat operasi atau mengontrol metas- Kuliah staf Bagian Ilmu Bedah F K U I Juli
tasis tumor di kelenjar getah bening leher. 1985.

6. S O N T H W I C K H.W, Cancer of the tongue


K E P U S T A K A A N surg. C l i n North Am.l973, 53.143-58.

1. A L B A R . Z . A , S I H O M B I N G . B , Penatalaksa- 7. S C H O L L . P . B Y E R S . R . M . E T A L , Microsco-
naan Karsinoma Rongga Mulut di R S Cipto pic cut through of cancer in the surgery
Mangunkusumo, th 1986-1988. Pertemuan treatment of squamous carcinoma of the
Ilmiah Tahunan V I Perhimpunan Ahli tongue Am.J.Surg 1986, 152 .354-60.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 5 9

T U M O R KELENJAR LUDAH
TogarM. Simanjuntak

Anatomi dan Embriologi

Kelenjar ludah adalah kelenjar tubuloasiner. kelenjar ini menjadi lobus superfisial dan pro-
Secara embriologis kelenjar berasal dari lapisan funda. Sebenarnya pembagian lobus ini sifatnya
germinal ektodermal dan lapisan germinal endo- sebagai lobus imaginer saja karena secara anato-
dermal. Kelenjar ludah dapat dibagi dalam dua mis tidak ada batas yang tegas antara lobus pro-
golongan: funda dan lobus superfisial.
1. Kelenjar ludah besar (major) yang terdiri Saraf fasialis setelah keluar dari foramen stylo-
dari tiga pasang kelenjar; kelenjar ludah paro- mastoideus (disebut trunkus saraf fasialis) berca-
tis, submandibuler dan sublingual. bang dua: temporo zygomaticus dan cervico-
2. Kelenjar ludah kecil (minor). Kelenjar- acial.
kelenjar ini jumlahnya banyak dan ukuran- Dari kedua cabang ini terbentuk lima cabang
nya kecil-kecil. Kelenjar ludah minor menem- lain yaitu cabang-cabang: temporal, zygomati-
pati mukosa pipi (buccal) dan mukosa faring. cus, buccal, mandibular dan cervical.
Pada operasi-operasi tumor jinak parotis pe-
Yang terpenting dalam Ilmu Bedah dari semua
nyelamatan saraf ini penting karena putusnya
kelenjar ludah di atas adalah kelenjar ludah paro-
salah satu cabang mengakibatkan kelumpuhan
tis karena kelainan terbanyak ditemukan pada
otot wajah yang bersangkutan. Pengenalan
kelenjar ini. Pembicaraan akan lebih ditekankan
cabang-cabang saraf fasialis pada operasi harus
pada kelenjar tersebut.
dilakukan.

Anatomi Kelenjar Parotis


Kelainan Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis menempati posisi di sekitar liang
telinga. Kelenjar ini terletak di bagian luar otot Selain kelainan yang bersifat akut, umumnya

masseter dengan batas atas pada zygomaticus, penderita datang dengan benjolan/pembengkakan

bagian bawah dibatasi otot digastrikus, bagian pada parotis. Tidak semua kelainan ini bersifat

belakang dibatasi liang telinga dan bagian depan neoplastik meskipun berupa benjolan/pembeng-

otot sternokleidomastoideus. kakan.

Kelenjar parotis bermuara pada pipi melalui Beberapa kelainan ini antara lain:

duktus Stenson yang keluar kira-kira di daerah 1. Kista retensi kelenjar ludah
molar ke dua rahang atas. Kelenjar parotis di- Bila ada batu penyumbatnya disebut sialo-
tembus oleh saraf fasialis dan membagi dua lithiasis. Kadang-kadang kista tidak disertai
3 6 0 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

batu. Peradangan kelenjar-ludah saja disebut - pleomorfik: mixed tumor (tumor cam-
sialodenitis. Kista retensi ludah ada yang pur)
dapat mengecil dan membesar, ada yang rela- 2. T u m o r mucoepidermoid
tif menetap atau bertambah besar. 3. T u m o r sel asinik
2. Radang 4. Karsinoma:
Penyakit Miculicz: kelainan sistemik yang - adenoid cystic carcinoma
disertai dengan pembesaran parotis, xeros- - mucoepidermoid carcinoma
tomia dan keratoconjungtivitis sicca. Bila di- - adenocarcinoma
sertai dengan arthritis' disebut syndroma - undifferentiated carcinoma
Sjogren. - malignant mixed tumor
3. Lymphadenitis di regio parotis. B. T u m o r non epithelial

4. Kista epidermal di regio parotis. 1. Jinak:


- hemangioma
Dua kelainan terakhir ini, pada pemeriksaan - fibroma
klinis sering dianggap berasal dari parotis atau - neurofibroma
sebaliknya. Sebelum ada diagnosa pasti benjolan 2. Ganas:
di atas parotis sebaiknya dianggap berasal dari
- hemangioma
parotis. Operasi parotis termasuk operasi yang
- hemangiosarcoma
sulit dan memakan waktu. Lebih baik chpersiap-
- fibrosarcoma
kan untuk operasi parotis bila ternyata pene-
- neurofibrosarcoma
muannya lain, daripada sebaliknya.
- lymphoma malignum
- dan lain-lain.
Neoplasma Kelenjar Ludah Parotis
dan Kelenjar Ludah Lainnya T u m o r Jinak Parotis
Patologi kelenjar parotis dan kelenjar ludah lain- Tumor jinak yang sering ditemukan adalah
nya adalah sama. Patologi kelenjar ludah dapat tumor campur (mixed tumor). Sifat-sifat tumor
dililiat pada pembagian berikut. campur:
1. Benjolan di sekitar liang telinga tanpa rasa
Patologi Tumor Kelenjar Ludah
sakit. Benjolan tumbuh lambat.
A . T u m o r epitelial
Bila cukup besar, daim telinga terlihat terang-
1 . Adenoma: kat bila dibandingkan dengan daun telinga
- monomorfik normal di kontralateral. Benjolan konsis-
- adenolymphoma (tumor Warthin) tensi padat, berbatas tegas, gangguan saraf
- adenoma oksifilik fasialis tidak ditemukan.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 6 1

2. Gross anatomi: tumor berkapsul, berwarna Tumor jinak dari lobus profunda diangkat
putih dan padat. setelah terlebih dahulu mengangkat lobus super-
3. Patologi: tumor tidak berkapsul asli, menge- fisialis (parotidektomi totalis).
sankan berasal dari campuran adenoma dan
jaringan miksomatosa. D a n gambaran ini di- T u m o r Ganas Parotis
berikan nama: pleomorphic adenoma (tumor
Tumor ganas parotis atau kelenjar ludah lainnya
campur).
pada tingkat permulaan tidak mudah dibedakan
4. T u m o r campur mudah residif bila pengang-
dari benjolan yang bersifat benigna. Kadang-
katan inadekuat.
kadang hasil keganasan ini hanya dapat dike-
tahui pada saat pemeriksaan potong beku atau
Terapi pemeriksaan parafin.
Setiap benjolan pada parotis yang mencurigakan Beberapa tanda-tanda yang mencurigakan akan
neoplasma harus dioperasi. Pada operasi dilihat keganasan parotis antara lain: •
letak tumor, apakah dari lobus superfisialis atau - T u m o r keras dan berbatas tidak tegas
lobus profunda. Sebagian besar tumor parotis
- Parese atau paralise nervus fasialis
jinak berasal dari lobus superfisialis karena bagian
- Tumor yang ulseratif
ini volumenya jauh lebih besar daripada lobus
- T u m o r yang tumbuh cepat
profunda. Bila tumor berasal dari lobus super-
fisialis, saraf fasialis dikenali mulai dari trunkus - Tumor dengan pembesaran kelenjar getah

sampai pada kelima cabangnya. Lobus superfi- bening regional


sialis dan tumor diangkat dengan meninggalkan - Tumor parotis dengan gambaran metas-
saraf fasialis dan lobus profunda (parotidektomi tase di paru-paru
superfisialis). Jaringan dikirim ke Patologi untuk
pemeriksaan potong beku (frozen section). Peme- Terapi K e g a n a s a n /
riksaan ini memerlukan waktu kurang lebih Karsinoma Parotis
setengah jam. Bila hasilnya merupakan kelainan Di R S C M / F K U I terapi untuk keganasan paro-
jinak, operasi telah memadai, kecuah tepi sayatan tis yang bersifat lokal adalah parotidektomi to-
tidak bebas dari tumor. Bila hasilnya ternyata talis dengan pengangkatan atau preservasi saraf
keganasan atau sayatan tidak bebas tumor, lobus fasialis. Bila saraf terkena, saraf ini seluruhnya
profunda juga diangkat. Saraf fasialis ditinggal- atau sebagian diangkat. Pengangkatan saraf fasia-
kan bila tidak terinfiltrasi tumor ganas. Bila lis akan mengakibatkan kelumpuhan otot wajah
saraf fasialis terinfiltrasi tumor ganas, saraf itu untuk selamanya. Bila kelenjar getah bening ter-
seluruhnya atau sebagian diangkat bersama tu- kena metastase; kelenjar ini diangkat en bloc
mor. bersama parotisnya. Dalam hal ini dilakukan
3 6 3 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

deseksi leher radikal (Radical Neck Dissection) sehingga luka menutup. Fistel liur yang tidak
dan parotidektomi totalis; dengan atau tanpa sembuh-sembuh sebaiknya dieksplorasi.
pengangkatan saraf fasialis. Radioterapi diberi- 2. Syndroma Frey.
kan bila tumor inoperabel atau tidak terangkat Penderita mengalami berkeringat di daerah
seluruhnya pada operasi. Pemberian kemote- operasi sewaktu makan. H a l ini disebabkan
rapi pada tumor ganas parotis lanjut hasilnya gangguan persarafan kulit karena regenerasi
ma>ih belum memuaskan. yang salah dari cabang saraf auriculotempo-
ralis yang terpotong. Keluhan biasanya tidak

Penyulit Pasca Operasi Parotis mengganggu banyak. Dengan penjelasan, pen-


derita dapat menerima kelainan ini.
Selain penyulit umum (perdarahan, infeksi, dsb.)
3. Parese atau paralise saraf fasialis.
ada beberapa komplikasi khusus pasca paroti-
Manipulasi saraf fasialis meskipun tanpa me-
dektomi.
mutus saraf, dapat mengakibatkan parese
1. Fistel liur. Ludah yang tidak kering dari luka
saraf fasialis yang sifatnya temporer. Parese
operasi. H a l ini dapat disebabkan masih
ini dapat mengakibatkan keratitis, karena
banyaknya bagian kelenjar yang mengeluar-
mata sulit tertutup dengan baik. Pemotongan
kan ludah ke arah luka atau duktus Sten-
cabang saraf mengakibatkan paralise otot
sonnya tersumbat. Balut tekan dapat mem-
yang bersangkutan. Grafting saraf dapat mem-
bantu penyembuhan. Kadang-kadang radiasi
bantu untuk memulihkan persarafan wajah.
diperlukan untuk mempercepat fibrosis
Hasilnya tidak selalu memuaskan.

PEMBESARAN KELENJAR GETAH BENING


Dr. H. Muchlis Ramli

P E N D A H U L U A N
KeLmjar getah bening termasuk dalam susunan D i samping itu bertugas pula untuk mem-
retilsuloendotel, yang tersebar di seluruh tubuh. bentuk sel-sel limfosit darah tepi.
Mempunyai fungsi penting berupa barier atau Kelainan yang dapat dijumpai pada kelen-
filter terhadap kuman-kuman atau bakteri-bakteri jar getah bening berupa pembesaran kelen-
yang masuk ke dalam badan dan barier pula jar itu dapat disebabkan oleh beberapa hal
untuk sel-sel tumor ganas (kanker). seperti:
T U M O R / O N K O L O G I • 3 6 3

1. Infeksi: - ada plegmon atau infeksi di telapak


- akut tangan akan menimbulkan limfadenitis
• - kronis daerah aksila dari tangan tersebut yang
- nonspesifik nyeri dan mengganggu gerakan tangan.
- spesifik - paronichya di ibu jari kaki atau infeksi
2. Neoplasma: di kaki bagian bawah menyebabkan
I -primer adanya limfadenitis di inguinal; yang
- sekunder. sering membuat rasa nyeri untuk ber-
Berikut ini akan diuraikan aspek klinis dari ke- jalan.
lainan pembesaran kelenjar getah bening tersebut.
Apabila lesi infeksi primer sudah diobati, maka

I.a. P e m b e s a r a n k e l e n j a r getah limfadenitis akuta inipun akan sembuh secara

bening akibat infeksi akut. berangsur.

Dapat terjadi karena virulensi kuman yang


Akibat terjadinya infeksi dari suatu bagian
hebat; di samping tanda infeksi sistemis (sepsis)
tubuh maka terjadi pula peradangan pada kelen-
dapat pula dijumpai kelenjar getah bening yang
jar getah bening regioner dari lesi primer; ke-
sudah berubah menjadi abses.
adaan ini dinamakan limfadenitis.
Peradangan kelenjar getah bening ini menye- Untuk abses ini perlu dilakukan terapi abses

babkan hiperplasia kelenjar tersebut hingga berupa insisi.


secara klinis teraba membesar. Pembesaran atau
peradangan ini ditentukan pula oleh derajat viru- l.b. L i m f a d e n i t i s kronis.
lensi kuman hingga dapat berupa abses supura-
Disebabkan oleh infeksi kronis. Infeksi kronis
tif.
nonspesifik misalnya pada keadaan seseorang
Secara klinis akan ditemukan:
dengan faringitis kronis akan ditemukan pem-
1. Lesi primer sumber infeksi.
besaran kelenjar getah bening leher (limfadeni-
2. Pembesaran kelenjar getah bening. regioner;
tis).
yang disertai tanda-tanda umum peradangan
Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang
berupa dolor, robor, kolor; tumor dan fung-
yang sangat minimal dan tidak nyeri.
sio laesa.
Misalnya: Infeksi kronis yang spesifik dan masih banyak

- ada sakit gigi atau karies dentis atau di Indonesia adalah akibat tuberkulosa.

I infeksi stomatitis sering diikuti pembe- Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh
i saran kelenjar getah bening submandi- pembesaran kelenjar getah bening, padat atau
buler (limfadenitis submandibuler). keras, multipel dan dapat berkonglomerasi satu
3 6 4 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

sama lain. Dapat pula sudah terjadi perkejuan kan pada dua puncak golongan umur, yaitu pada
seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak usia 20-40 tahun dan sesudah 50 tahun. Sedang-
seperti abses tetapi tidak nyeri seperti abses kan limfoma N o n Hodgkin pada umumnya pada
banal. Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya usia tua dengan puncak di atas 60 tahun.
sukar sembuh oleh karena keluar sekret terus-
Gejala klinis.
menerus sehingga seperti fistula.
1. Pembengkakan kelenjar getah bening.
Limfadenitis tuberkulosa pada kelenjar getah
Pada Hodgkin 80% terdapat pada kelenjar
bening leher dapat terjadi sedemikian rupa; besar
getah bening leher, kelenjar ini tidak sakit,
dan konglomerasi sehingga leher penderita itu
multipel, bebas atas konglomerasi satu sama
disebut seperti bull neck.
lain.
Pada keadaan seperti ini kadang-kadang sukar
Pada N o n Hodgkin limfoma, dapat tum-
dibedakan dengan hmfoma malignum.
buh pada kelompok kelenjar getah bening
Limfadenitis tuberkulosa diagnosis ditegak-
lain ( G . l ) misalnya pada traktus digestivus
kan dengan pemeriksaan histopatologi, terutama
atau pada organ-organ parenkima.
yang tidak disertai oleh tuberkulosa paru.
2. Demam tipe pel Ebstein.
Pada gambaran histopatologi yang spesifik
3. Gatal-gatal.
adalah perkejuan dan sel datia Langhan.
4. Keringat malam.
5. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam
2. Neoplasma 6 bulan terakhir tanpa diketahui sebabnya.
6. Kurang nafsu makan.
a. Primer
7. Daya kerja menurun drastis.

Limfoma malignum (Hodgkin dan 8. Kadang-kadang disertai sesak napas.

Non Hodgkin). 9. Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-


20%).
D i Indonesia limfoma malignum sering ditemu-
10. Pola periuasan Hodgkin sistematis secara
kar.
sentripetal, dan relatif lebih lambat dan
Penyakit ini merupakan neoplasma ganas pri-
N o n Hodgkin tidak sistematis dan relatif
mer pada kelenjar getah bening atau sistem lim-
lebih cepat bermetastasis ke tempat yang
fatik, dan ditandai oleh pembesaran kelenjar
jauh.
getah bening yang terkena.
Dapat dibedakan limfoma malignum Hodgkin Diagnosis
dan N o n Hodgkin limfoma. Ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis.
Secara epidemiologis apabila dilihat dari dis- Pada Morbus Hodgkin di samping sel-sel lim-
tribusi umur, maka penyakit Hodgkin ditemu- fosit, ditemukan granulosit, sel plasma, histiosit
T U M O R / O N K O L O G I • 3 6 5

dan sel Reed Sterenberg merupakan patogno- - U S G abdomen


monis untuk golongan ini. - C T jika perlu.
Secara histopatologik Limfoma N o n Hodgkin • Biopsi sumsum tulang.
menurut Rappaport (1966) dibagi atas:
1. Limfositik, diferensiasi baik Beberapa pemeriksaan atas indikasi seperti:

2. Limfositik, diferensiasi buruk • Biopsi hati

3. Stern cell (termasuk limfoma Burkitt) • Laparotomi atau splenektomi

4. Limfositik histiositik • Bone survey


5. Mixed cell • Kavografi
1 sampai 5 dapat ditemukan dalam bentuk nodu- • Mediastinoskopi
ler atau difus. Pembagian histologik Limfoma
• Tomografi.
Hodgkin sebagai berikut:
• Limfositik predominan Dengan kemajuan teknik imaging sekarang
ini seperti U S G , C T atau M R I banyak hal-hal
• Mixed cell
yang bersifat invasif dapat digantikan seperti
• Limphositic depletion
laparotomi untuk staging.
• Nodular sclerotic
Stadium klinik dibedakan:
Stadium
Stadium I : Bila tumor terdapat pada satu ke-
Penentuan stadium penting sekali untuk menen-
lompok kelenjar getah bening (I)
tukan jenis pengobatan, prognosis dan evaluasi
atau pada satu organ ekstralimfatik
hasil pengobatan.
selama masih soliter (IE).
Untuk itu perlu dilakukan:
Stadium I I : Bila tumor didapat pada dua atau
1. Anamnesis yang lengkap dari riwayat pe-
lebih grup kelenjar getah bening
nyakit dan keluhan-keluhan penderita.
•pada pihak yang sama dari diafrag-
2. Pemeriksaan fisik yang teliti meliputi grup
ma (II) atau bila terdapat pada satu
kelenjar getah bening di permukaan seperti
atau lebih kelompok kelenjar getah
leher, aksila, inguinal dan lain-lain termasuk
bening disertai tumor soliter ekstra-
Waldeyer ring. Pemeriksaan hati dan limpa.
limfatik, namun masih dalam satu
Pemeriksaan penunjang: pihak diafragma (HE).
• Laboratorium darah tepi lengkap, faal hati Stadium I I I : Bila terkena kelenjar getah bening
lengkap. pada dua pihak diafragma (III); dan
• Imaging: apabila ada organ ekstralimfatik
- foto toraks terkena, masih soliter (HIE).
36f> • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Staiiium I V : Bila penyakit ditemukan difuse pada Peranan pembedahan pada penatalaksanaan lim-
satu organ atau lebih dengan atau foma malignum terutama hanya untuk diagnos-
tanpa terserangnya kelenjar getah tik (biopsi) dan laparotomi splenektomi bila ada
bening. inchkasi.

Pengobatan
b. N e o p l a s m a sekunder
I. Radiasi:
(metastasis).
- Untuk stadium I dan I I secara mantel
radikal. Metastasis dari suatu proses keganasan secara
limfogen pertama-tama akan mengenai kelenjar
- Untuk stadium I I I A / B secara total nodal
getah bening regioner sebelum sampai ke tempat-
radioterapi.
tempat lain yang lebih jauh. D a n keadaan ini
- Untuk stadium IIIB secara subtotal body
akan menyebabkan pembesaran kelenjar getah
irradiation.
bening tersebut.
- Untuk stadium I V secara total body irra-
Kelenjar getah bening yang mengandung me-
diation.
tastasis akan teraba lebih padat atau keras, tidak
II. Kemoterapi untuk stadium I I I dan I V .
nyeri, dapat digerakkan dan dapat multipel. Apa-
Untuk stadium I dan I I dapat pula diberi
bila sudah menembus kapsul maka akan lebih
kemoterapi preradiasi atau pasca radiasi.
terfiksir pada jaringan lunak sekitar dan dapat
Kemoterapi yang sering dipakai adalah kom-
terjadi konglomerasi satu sama lain. Kadang-
binasi:
kadang sukar dibedakan dengan limfadenitis
C O P untuk Limfoma N o n Hodgkin
tuberkulosa, secara klinis perabaan.
C: Cyclophosphamide 800 mg/m^ hari
Pada suatu proses keganasan misalnya karsi-
pertama
noma mamma atau karsinoma rongga mulut
O: Oncovin 1,4 mg/m^ i.v. hari per-
atau lidah atau yang lainnya, di samping meme-
tama riksa lesi primer untuk menentukan besar tumor
P: Prednison 60 mg/m^ hari 1 s/d 7 (T), juga selalu diperiksa kelenjar getah bening
lalu tapering off. regioner untuk melihat adakah pembesaran ke-
M O P P (untuk limfoma Hodgkin). lenjar getah bening tersebut (N) yang merupa-
M : Nitrogen mustard 6 mg/m^ hari kan metastasis limfogen.
ldan8 Sebaliknya apabila kita menemukan pembe-
O: Oncovin 1,4 mg/m^ hari 1 dan 8 saran kelenjar getah bening setelah infeksi di-
P: Prednison 60 mg/m^ hari 1 s/d 14 singkirkan maka pikirkan metastasis pada kelen-
P: Procarbazin 100 mg/m^ hari 1 s/d jar getah bening, dan cari tumor primernya atau
14. limfoma.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 6 7

Diseksi Radikal leher Sebagai contoh:

Definisi: • Karsinoma tiroid yang bermetastasis pada kelen-


jar getah bening leher: dilakukan total tiroidek-
Tindakan pembedahan pada leher dengan meng-
tomi dan Diseksi Leher Radikal ( R N D ) .
angkat seluruh jaringan lunak satu sisi leher
antara garis tengah di medial hingga m. Trapezius Karsinoma lidah bermetastasis pada kelenjar getah
di lateral dan antara tepi bawah ramus mandi- bening leher dilakukan wide eksisi berupa hemi-
bula di kranial hingga tepi atas klavikula di kau- glosektomi atau glosektomi total dan Diseksi
dal secara enbloc. Leher Radikal.

Pada tumor-tumor primer yang tergolong jpoor/y


Ini meliputi pengangkatan:
differentiated atau anaplastik dengan adanya me-
- seluruh kelenjar getah bening dan jaringan
tastasis pada kelenjar getah bening leher; tidak
lunak sekitarnya.
dilakukan diseksi leher radikal akan tetapi dapat
- m. Sternokleidomastoideus diberi radiasi. Tindakan operasi diseksi leher
- V. Jugularis interna dan eksterna radikal pada keadaan ini tidak akan memper-
- cabang saraf ramus kutaneus dan servikal baiki prognosis.
assesarius.
Dalam perkembangan berikutnya; dikenal isti-
Saraf puntung yang tidak boleh dipotong: lah: Modified Radical Neck Dissection yaitu diseksi

- Pleksus brakialis leher radikal, dimana m. Sternokleidomastoi-


deus, V. Jugularis interna, n. Servikalis assesorius
- n. Vagus
tidak diangkat.
- n. Fremikus
Dikerjakan pada keadaan tertentu misalnya pada
- n. Rekurens dan Laringeus.
karsinoma tiroid jenis papiliferum yang berme-
Operasi ini dipelopori oleh George Crile, 1906. tastasis ke kelenjar getah bening leher yang masih
terbatas intra kapsuler.
Indikasi Diseksi Leher Radikal (RND).
Prophilactic Neck Dissection; yaitu R N D yang
Adanya metastasis pada kelenjar getah bening dikerjakan tanpa adanya pembesaran kelenjar
leher yang terbukti secara histopatologis, belum getah bening secara klinis. Ini misalnya pada
terfiksir ke dasar atau a. Karotis dan tidak ada karsinoma lidah (kanker rongga mulut); karena
metastasis jauh; pada tumor primer yang ter- terbukti bahwa pada T l yang secara klinis NO;
kontrol. Secara histopatologis; tumor primer pada kenyataannya terbukti 20% kasus kelen-
tergolong pada well differentiated dan dapat di- jar getah beningnya sudah mengandung metasta-
angkat sesuai prinsip onkologis. sis.
36« • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

K E P U S T A K A A N 2. Protokol Lymphoma Mahgnimi Unit Kanker


FKUI/RSCM.
1. Haagensen, C D . : The Lymphatics in Can-
cer. W . B . Saunders Company.

M E L A N O M A MALIGNUM
Muchlis Ramli, Didid Tjindarbumi, Evert DC Poetiray,
Zafiral Azdi Albar dan Idral Danuis

P E N D A H U L U A N

Melanoma maligna adalah tumor ganas kulit yang pucat daripada orang kulit berwarna dan
yang timbul dari sel melanosit yang berasal dari bagian yang terkena biasanya bagian yang ter-
sel-sel neural crest yang mengadakan migrasi ke kena paparan sinar matahari. Sebagian besar me-
kulit pada masa fetal. D i samping ke kulit migrasi lanoma timbul dari pre existing benign nevi oleh
ini lerjadi pula ke mata, susunan saraf pusat dan karena itu perlu memperhatikan setiap perubahan
dapat ke bagian lain dari tubuh. dari nevus tersebut.
Namun demikian hubungan antara pre existing Tidak ada perbedaan angka kejadian antara
benign nevi dengan melanoma belum jelas. wanita dan laki-laki.
Dari ketiga tumor ganas kulit yaitu basalioma
Sebagian kecil harus mempunyai faktor here-
dan Squamous sel karsinoma yang tergolong
diter yang disebut B K male syndrome.
non melanoma dan melanoma maligna sendiri,
golongan terakhir merupakan yang lebih jarang, Kecenderungan insiden melanoma ini sema-

tapi mempunyai perjalanan penyakit yang sukar kin meningkat.

diprediksi lebih dulu dan mempunyai prognosa


yang buruk. D I A G N O S I S

Sebenarnya karena lesi ini terletak di kulit, maka


E P I D E M I O L O G I D A N ETIOLOGI diagnosis dini seharusnya dapat segera ditegak-

Melanoma maligna hanya menempati 3% dari kan.

seluruh keganasan kulit. Lebih sering ditemu- Seorang penderita atau dokter seharusnya
kan pada orang kulit putih terutama yang ber- waspada terhadap adanya perubahan-perubahan
mata biru, rambut putih atau merah dan kulit yang terjadi pada pre existing benign nevi.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 6 9

Adanya perubahan warna, ukuran ketebalan exposure atau terpapar sinar matahari mau-
serta adanya rasa gatal atau perdarahan curiga pun tidak.
kepada suatu melanoma. 3. Nodular Lesions
Pada pemeriksaan suatu lesi melanoma akan Pertama tumbuh vertikal atau ke dalam,
memperlihatkan tepi dan permukaan yang ire- warnanya uniform blue black color dan tepi-
guler. Warnanya bervariasi dari hitam sampai nya tegas. Cepat membesar dan berulserasi.
abu-abu dan kadang-kadang kemerahan. Ada- Daerah kepala, leher dan badan merupakan
nya nodul di sekitarnya hati-hati dengan satelit. daerah yang sering terkena. D i sini pun war-
Pemeriksaan yang komplit meliputi peme- nanya dapat pula bervariasi kebiruan, abu-
riksaan kelenjar getah bening regional, dan usaha abu atau kemerahan. Pada tipe a melanotic
untuk mencari metastasis. warnanya agak putih.

Gambaran yang tipikal secara klinis dan his- 4. Acral Lentigenous Melanoma (ALM)
topatologis dari melanoma adalah: Lokasinya di telapak kaki, telapak tangan,

1. Lentigo Maligna Melanoma (LMM). jari kaki atau tangan di bawah kuku. D i sam-
ping itu dapat pula ditemukan di mukosa
Lesi ini tumbuh radial, menghasilkan warna
atau batas kulit mukosa.
berbeda, dan mengadakan invasi disertai ada-
nya indurasi atau nodul pada lesi tersebut. Diagnosis pasti:
Biasanya timbul di daerah muka dan gam- Dengan pemeriksaan histopatologis.
baran kulit seperti kulit yang sering terkena Untuk ini dilakukan eksisional biopsi dengan
matahari. Kelainan ini melebar atau meluas memperhitungkan tepi sayatan bebas tumor,
perlahan dengan adanya bagian yang menga- untuk sisi-sisi kecil atau insisional biopsi untuk
lami regresi. Warna bervariasi coklat, hitam yang sudah inoperable.
atau belang; warna merah atau abu-abu di
Pemeriksaan penunjang untuk mencari metas-
daerah yang mengalami regresi.
tasis perlu dilakukan:
2. Superficial Spreading Melanoma (SSM)
- toraks foto
Ini tipe yang paling sering yaitu 60-70% dari
- C T scan
semua seri.

Pertumbuhan horizontal dan vertikal (bipha- - U S G , dan lain-lain.


sic growth) cenderung mengalami ulserasi dan
perdarahan. Warnanya juga bervariasi. Dan
Tingkat klinis:
juga ada bagian yang mengalami regresi di
Melanoma maligna dibagi atas tiga tingkat kli-
samping bagian yang progresif meluas. Dapat
nis, yaitu:
ditemukan di seluruh tubuh, baik yang ter-
I: penyakit lokal tanpa metastasis
3 7 0 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

II: penyakit dengan metastasis kelenjar getah > 1,5-3,99 m m


bening regional > 4 mm.
III: penyakit dengan metastasis jauh. Dengan pengukuran kedalaman ini melanoma
dapat dibagi atas subgrup-subgrup dengan risiko
Ketebalan tumor melanoma maligna: metastasis ke kelenjar getah bening dan buruk-
nya prognosis:
Ketebalan invasi atau infiltrasi tumor sangat me-
Breslow:
nentukan harapan hidup penderita melanoma
maligna terutama untuk tingkat I . 0-0,75 mm; metastasis ke kelenjar getah

(Illark dkk (1965) membagi lima lapisaii keda- bening regional 3%

laman invasi tumor sebagai berikut: 0,76-1,49 mm; metastasis ke kelenjar getah

Tingkat 1: terbatas pada epidermis (insitu) bening 6%, 5 years survival

Tingkat 2: menginvasi papila dermis rate 66%

Tingkat 3: mengisi papila dermis dan men- 1,50-3,99 mm; metastasis ke kelenjar getah

capai perbatasart papila dermis bening 32%

bagian bawah (dermis retiku- 1,50-2,25 mm; 5 years survival rate 69%

lar). 2,26-3,00 mm; 5 years survival rate 37%


Tingkat 4: menginvasi dermis retikular > 3 mm; 5 years survival rate 37%
Tingkat 5: menginvasi jaringan lunak sub- > 4 mm; metastasis ke kelenjar getah
kutis. bening regioner 59%.

Melanoma maligna tingkat 1 tidak menimbul- (Data dari Modified from Balch dalam Malignant
kan anak sebar, begitu juga tingkat 2; jarang. Melanoma, Clinical Oncology; Philip Rubin, Chap-
Tingkat berikutnya 3, 4 dan 5 umumnya sudah ter 16).
menimbulkan anak sebar. Penentuan kedalaman
Berdasarkan sistem T N M dikenal pula penta-
ini penting untuk pertimbangan diseksi kelenjar
hapan klinis atau tingkat klinis sebagai berikut:
getah bening regioner.
T- Tumor primer
Ilreslow (1970) mengukur ketebalan invasi
tumor dengan mikrometer. Kedalaman invasi Pada saat sekarang tidak ada penta-

diukur dari lapisan granular epidermis sampai hapan yang dianjurkan.


bagian terdalam dari invasi; dan apabila ada ulse- N - Kelenjar getah bening regional dan
rasi pengukuran dilakukan dari dasar ulserasi- juksta regional.
nya. No Kelenjar getah bening tidak teraba
Breslow: 0,75 m m N l Kelenjar getah bening regional teraba
> 0,75-1,5 m m membesar
T U M O R / O N K O L O G I • 3 7 1

N4 Kelenjar getali bening juksta regional pT2 - T u m o r sampai ke pars retikularis der-
teraba membesar mis, tetapi belum menginvasinya (level
Nx Sarat-sarat minimal untuk menetap- III) dan/atau lebih dari 0,75-1,50 mm
kan keadaan kelenjar getah bening re- tebalnya.
gional dari juksta regional tidak leng- pT3 - Tumor sampai ke dalam pars retiku-
I kap. laris dermis (level IV) dan/atau lebih
dari 1,50-3,00 mm.
Catatan: Klasifikasi N 2 dan N 3 tidak dapat
pT4 •- Invasi tumor sampai ke jaringan lemak
ditentukan.
subkutan (level V) dan/atau lebih dari
Klasifikasi N4 tidak berlaku untuk tungkai
3,00 mm.
bawah; kelenjar getah bening kontralateral
pTx - Sarat-sarat minimal untuk menetap-
masuk M l .
kan tumor primer tidak terpenuhi.
M- Metastasis jauh.
pN - Kelenjar getah bening regional: tahap
Ml Terbukti ada metastasis jauh.
p N sesuai dengan N .
pM - Metastasis jauh: pM sesuai dengan M .
Pentahapan Pascabedah (post-
Catatan: Bila ada satelit atau metastasis intran-
surgical class)
sit, maka semua golongan dapat di-
Pentahapan pascabedah dari melanoma maligna
bagi sebagai berikut:
didasarkan atas dua kriteria histologik:
a. Satelit di lingkungan dekat atau
1. Menurut Breslow: ketebalan tumor, sesuai
daerah regional dari tumor pri-
dengan ukuran terpanjang dari diameter ver-
mer, di luar daerah aliran kelen-
tikal tumor dalam milimeter.
jar getah bening regional.
2. Menurut Clark: kedalaman infiltrasi tumor
b. Metastasis intransit terdapat di
ke lapisan-lapisan kulit, Clark's levels.
•daerah aliran kelenjar getah be-
Catatan: bila ada ketidak-cocokan antara ke-
ning dan tumor primer.
dua kriteria ini, maka p T diambil
Jl
yang terburuk ukurannya.
Pengobatan
pT Tumor primer.
pTis Hiperplasia atipik melanosit (tidak Pengobatan pilihan adalah eksisi luas.
ganas/Zei^e/ 1). Untuk T l minimal softy margin 3 cm di luar
pTo Tidak ada tanda-tanda tumor primer indurasi atau tepi tumor. Sebaiknya 5 cm ter-
•pTi Tumor invasi ke papilaris dermis (level utama ke arah kranial.
II) dan tidak lebih dari 0,75 m m tebal- Pada keadaan NiMo dilakukan eksisi luas dan
nya. diseksi kelenjar getah bening regioner tersebut.
3 7 2 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Apabila tumor primer letaknya dekat dengan Intra Artrerial Infusion dilakukan pada lesi-
kelenjar getah bening regioner maka eksisi luas lesi di ekstremitas, pada ketebalan invasi level
dan diseksi kelenjar getah bening dilakukan III, IVdan V{> 1,5 mm).
secara en bloc dengan mengangkat kulit dan
jaringan lunak subkutis yang terletak di antara P R O G N O S I S
tumor dan kelenjar getah bening regioner.
Prognosis tergantung dari:
Adz yang melakukan diseksi kelenjar getah
- lokasi tumor
bening pada Breslow> 1,5 mm, ini masih kon-
- stadium klinis dan derajat invasi
troversi (Charles O . Sherman).
- jenis kelamin.

Prophylactic node dissection hanya dilakukan


Namun demikian melanoma malignum ini ter-
apabila lesi dekat sekali dengan kelenjar getah
golong pada impredictable tumor karena mem-
bening regioner.
punyai kemampuan bermetastasis secara cepat
I'emberian pengobatan secara sistemik dengan baik secara limfogen, hematogen ataupun lang-
khemoterapi (sitostatika) dilakukan pada keadaan- sung.
keadaan:

- penyakit sudah ada metastasis jauh K E P U S T A K A A N


- keadaan lokoregional yang secara teknik sudah 1. De Vita; Hellman S; Rosenberg SA: Cancer
inoperable atau dapat pula diberikan sebagai Principles & Practice of Oncology, Chapter
adjuvant setelah tindakan pembedahan. 30. Lippincott Company.
Obat sitostatika yang dipakai adalah D T I C 2. Gordon D ; Silvertone; Smithurst B A : The
(Dacarbazine) dengan dosis 400 mg/m^ i.v. hari Epidemiology of Skin Cancer in Australia.
ke 1 sampai 3 yang diulangi tiap 3 minggu. Melanoma and Skin Cancer; U I C C , Austra-
Cara lain pemberian sitostatika adalah secara lian Cancer Society.
regional yang dinamakan Regional Isolated Per- 3. Protokol Tumor Ganas Kulit; Unit Kanker
fusion (RIP). F K U I / R S C M 1978.
F I P dilakukan pada lesi-lesi melanoma di 4. Poetiray E D C : Tumor kulit; Dalam Pence-
ekstremitas dengan ketebalan invasi level II, IV gahan, Diagnosis D m i dan Pengobatan Penya-
dan V. Obat yang diberikan biasanya Melpha- kit Kanker, F K U I , 1988.
lan. 5. Poetiray E D C : Diagnostik dan Penatalak-
Terapi immunologis (imunoterapi) dapat di- sanaan Melanoma Malignum dan Tumor
berikan berupa imunoterapi yang nonspesifik Ganas Epidermoid. Pengobatan Bedah dan
yaitu B C G (Bacillus Calmette Giurin). Kemoterapi dalam Kursus Singkat dan Pena-
T U M O R / O N K O L O G I • 3 7 3

takksanaan Melanoma Malignum dan Tumor Sherman C D Jr.: Melanoma. Manual of


Ganas Epidermoid 1990. Clinical Onclogy, U I C C .
6. Sherman C D ; Mc Cune C ; Rubin P: Malig- Tjarta A : Peran Pemeriksaan Histopatolo-
nant Melanoma. Clinical Oncology. A Mul- gik; Dalam Pencegahan, Diagnosis D i n i dan
tidisciplinary Approach. Chapter 16 Ed. Phihd Pengobatan Penyakit Kanker, F K U I , 1988.
rubin.

S A R K O M A JARINGAN LUNAK (SJL)


Idral Danwis

Tumor ganas mesenkim bukan berasal dari D i Indonesia SJL termasuk salah satu dari
tulang, jaringan parenkim atau viseral umum- sepuluh penyakit kanker terbanyak berdasar-
nya disebut Sarkoma Jaringan Lunak (SJL). Ke- kan Pathological Base Registration untuk kufun
ganasan ini dapat diketemukan pada semua ke- waktu tahun 1990 dan tahun 1991.
lompok umur dari bayi sampai orang dewasa
atau tua dan sampai saat ini masih merupakan
ETIOLOGI
masalah bagi Ahli Bedah. Meskipun dari ber-
Hingga kini masih sangat sedikit diketahui
bagai kepustakaan dilaporkan angka kejadian
mengenai faktor etiologi yang berhubungan
Sarkoma Jaringan Lunak hanya sekitar l % - 2 %
dengan sarkoma jaringan lunak. Hal-hal yang
dari seluruh keganasan, namun Sarkoma mem-
sering disebut terdapat hubungan dengan penya-
punyai perangai biologik yang spesifik, yaitu
kit ini adalah:
mempunyai kemampuan infiltrasi ke jaringan
1. Trauma: meskipun belum terbukti, tetapi
sekitarnya yang cepat dan sering menimbulkan
didapatkan hubungan antara terjadinya trau-
rekuren setelah tindakan pembedahan.
ma, luka bakar, fraktur dengan SJL.
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai 2. Zat-zat kimia: Vinilklorid, herbisides, klo-
perangai biologik Sarkoma Jaringan Lunak, ter- rofenol.
jadi perubahan-perubahan dalam penatalaksa- 3. Pasca Radioterapi: setelah pemberian peng-
naan sarkoma tersebut untuk 10 tahun terakhir obatan radioterapi didapatkan penyakit fibro-
ini. Dengan berlandaskan pola kerja yang "mul- sarkoma, osteosarkoma, malignant fibrous
tidisiplin", akan memberikan hasil meningkat- histiocytoma
nya angka interval bebas tumor dan mening- 4. Terpapar radium: osteosarkoma.
katnya angka survival. Asbestos: mesotelioma.
3 7 4 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

5. Predisposisi pada kondisi tertentu: jaringan histiosit: malignant

- Limfedema pasca mastektomi; dapat ter- fibrous

jadi limfangiosarkoma. histiositoma


jaringan yang tidak jelas: - alveolar
- Neurofibromatosis (Von Recklinghausen's):
soft part
dihubungkan dengan neurofihrosarkoma.
sarcoma
- Paget's disease dapat terjadi
- epitelioid
osteosarkoma.
- Retinoblastoma
sarkoma
6. Virus. - clear cell
Proporsi lokasi tumor primer didapatkan sarcoma
pada: ekstremitas atas: 30%; ekstremitas bawah: - Berdasarkan pemeriksaan histologik maka
30%; leher dan kepala: 10%; badan: 10%; retro- SJL ditentukan derajat keganasannya (grading):
peritoneal: 10%. GI: Well differentiated (hzik).
D i R S C M terdapat 4% kasus sarkoma pada G2: Moderately differentiated (sedang).
periode tahun 1986 sampai 1990. Perbandingan G3: Poorly differentiated (buruk).
laki-laki dan wanita adalah 1,4 : 1 dan distribusi Penilaian dilakukan pada: jumlah mitosis,
terbmyak pada kelompok umur dekade ke 2,3 derajat selularitas, nuklear pleiomorfisme, sel
dan 4. nekrosis dan neo-vaskularisasi. Pada umum-
nya Grade 1 tidak menunjukkan tanda infil-

K L A S I F I K A S I P A T O L O G I K trasi dan tumor terbatas lokal; sedangkan pada


Grade 3 tumor sudah melakukan infiltrasi
- Bcjrdasarkan asal dari jaringan penunjang maka
dan metastasis.
jenis SJL terdiri dari:
- Metastasis.
- jaringan ikat/fibrous:' fibrosarkoma
Perangai biologik penyebaran SJL biasanya
jaringan otot lurik:' rabdomiosar- hematogen ke organ-organ: paru-paru, otak
koma dan tulang. Sebagian kecil SJL seperti angio-
jaringan otot polos: leiomiosarkoma sarkoma, rabdomiosarkoma dan malignant
jaringan lemak/adipose: liposarkoma fibrous histiocytoma bermetastasis ke kelen-

jaringan sinovial: sinoviosarkoma jar getah bening (10%-13%).

jaringan saraf/neural: neurofihrosar-


koma S T A D I U M / S T A G I N G

jaringan vaskuler/limfatik: angiosarkoma Penentuan stadium diperlukan untuk mengeta-


limfanffosar- hui luas atau ekstensi tumor dan informasi ini
koma akan dipakai dalam menentukan strategi peng-
T U M O R / O N K O L O G I • 3 7 5

obatan. Tujuan lain adalah untuk menilai kua- Nodul (N)

htas pengobatan, sistem pelaporan dan studi per- No Tidak terdapat metastasis ke kelenjar
bandingan dengan pusat-pusat pengobatan di getah bening
rumah sakit lain. Nl Terdapat metastasis ke kelenjar getah
Sistem yang dipakai adalah G(rade), T(umor), . bening.
N(odul) dan M(etastasis) yang dipergunakan oleh
Metastasis jauh (M)
U I C C (Union Internationale Contre de Cancer)
dan AJS (American Joint Committee for Cancer Mo Tidak terdapat metastasis jauh

Staging and E n d Result Reporting): Ml Terdapat metastasis jauh.


G: menilai derajat keganasan
Kelompok untuk Stadium:
T: menilai besarnya tumor dan infilatrasi ke
jaringan lain Stadium I A Gi Tl No Mo
N: menilai besarnya kelenjar getah bening Stadium IB: Gi T2 No Mo
M: menilai metastasis ke organ-organ lain seperti Stadium H A : G2 Tl No Mo
paru-paru, otak, tulang. Stadium TIB: G2 T2 No Mo
Stadium I I I A : G3 Tl No Mo
Dikenal stadium klinik ( c . G T N M ) dan stadium
Stadium IIIK: G3 T2 No Mo
patologik ( p . G T N M ) . Pada p . G T N M dapat di-
Stadium D I G : Setiap G Tl-2 Nl Mo
nilai margin (batas sayatan) apakah sudah bebas
atau belum dan juga kelenjar getah bening yang Stadium I V A : Setiap G T3 N Mo

secara klinis teraba, apakah mengandung sel-sel Stadium I V B : Setiap G Setiap Setiap

ganas atau tidak. T3 N Ml

T u m o r Primer (T) Grading (G) D I A G N O S T I K


To Tidak teraba Gi Low grade Tanda-tanda dan gejala:
tumor G2 Moderate
- SJL jarang memberikan keluhan pada tumor
grade
yang masih kecil. Cullen (1769) mengemu-
Tl T u m o r < 5 cm G 3 High grade
kakan bahwa SJL merupakan tumor yang
T2 T u m o r > 5 cm
"lunak" tanpa rasa sakit. Penderita mengeluh
T3 T u m o r telah
jika tumor telah membesar dan memberikan
melakukan
tanda-tanda penekanan jaringan sekitar tumor
invasi ke tulang,
seperti neuralgia, paralisis, iskemia; sedang-
pembuluh darah
kan penekanan pada sistem digestif akan meng-
dan saraf.
akibatkan gejala-gejala obstruksi.
3 7 6 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Pemeriksaan fisik yang cermat sangat penting Eksisi luas lokal: untuk G I dan tumor
untuk menentukan ekstensi tumor secara kli- masih terlokalisir.
nis dan ada tidaknya penyebaran atau metas- Eksisi luas radikal: untuk G 3 dan tumor
tasis jauh. Pembesaran tumor ke jaringan se- sudah menyebar regional/KGB.
kitarnya akan membentuk suatu kapsul yang Jika diperlukan dapat diberikan terapi
semu dan dikenal sebagai "pseudokapsul". kombinasi yaitu:
- Lfntuk menentukan grading, maka diperlu- - Pembedahan + Radioterapi/Kemo-
kan biopsi dari jaringan tumor. T u m o r > 3 terapi
cm dilakukan biopsi insisi dan pada < 3 cm Untuk mencegah adanya mikrometastasis
dapat dilakukan biopsi eksisional. Informasi - Pembedahan -i- Radiasi + Kemote-
dari jenis sarkoma dan derajat keganasan sangat rapi
penting untuk strategi pengobatan.
1.2. T u m o r yang inoperabel
- Radiasi -i- Kemoterapi
Pemeriksaan penunjang: 2. T u m o r Rekuren (kambuh)
Pemeriksaan yang dilakukan dapat memberikan Pembedahan yang tidak adekuat dan mani-
informasi ekstensi tumor dengan jaringan di pulasi tumor pada saat pembedahan merupa-
sekitarnya dan metastasis jauh. Pemeriksaan ter- kan penyebab timbulnya rekuren lokal.
sebut meliputi: Beberapa hal yang perlu diperhatikan ada-
- foto toraks lah:
- C T scan di sekitar tumor: melihat invasi - evaluasi kembali derajat keganasan dengan
jaringan dan destruksi tulang. melakukan biopsi insisional.
- Angiografi: jika terdapat tanda-tanda pene- - nilai kembali ekstensi tumor dalam mem-
kanan pembuluh darah. pertimbangkan re-eksisi tumor untuk
tujuan kuratif.
P E N G O B A T A N
P R O G N O S I S
1. Tumor Primer
l.l. Tumor yang resektabel Prognosis tergantung dari:
Dilakukan pembedahan radikal pada • Ukuran tumor ( < 5 cm vs > 5 cm).
tumor yang resektabel dengan syarat: • Lokasi tumor (proksimal vs distal).
- tumor dapat terangkat semua • Kedalaman tumor (dalam vs superfisial).
- batas sayatan, bebas sel tumor ganas. • Derajat keganasan ( G I vs G3).
Terdapat dua macam prosedur pembe- • Sel Nekrosis (dinilai pada pemeriksaan histo-
dahan yaitu: patologik).
T U M O R / O N K O L O G I • 3 7 7

Untuk mencapai angka ketahanan hidup (survi- 2. Shiu, M . H . and Haydu, S.I.: Management of
val rate) yang tinggi diperlukan: Soft Tissue Sarcomas. T p n . J. Clin. Oncol
• Kerja sama yang erat dengan disiplin lain. 18:135-142
• Diagnosa klinik yang tepat. 3. Giuliano, A . E . , Eilber, F . R . , Morton, Z . L . :
• Strategi pengobatan yang tepat, di mana The Management of Locally Recurrent Soft
masalah ini tergantung dari: Tissue Sarcoma. A n n Surgery 196: 86-91
• Evaluasi patologi anatomik pasca bedah. 4. Das Gupta, T . K . : General Principles of
• Evaluasi derajat keganasan. Treatment/Surgical Treatment in Tumors
• Perlu atau tidaknya terapi adjuvan (kemo- of the Soft Tissue.
terapi atau radioterapi). 5. Darwis, L et.al: Sarkoma Jaringan Lunak.
Dibacakan pada Muktamar Perhimpunan

K E P U S T A K A A N A h h Bedah Onkologi, Bali, Nov. 1991.

1. Tsujimoto, M . et.al: Histologic Change in


Soft Tissue Sarcomas. T p n . J. C h n . O n c o l
18:135-142

T U M O R G A N A S KULIT
Evert.D. C.Poetiray

T U M O R G A N A S K U L I T

T u m o r ganas kulit dapat tumbuh dari setiap sedangkan Surjadi Gunawan M P H melaporkan
elemen kulit, sehingga banyak ragamnya. Data data dari 17 laboratorium P A seluruh Indonesia
Patologi Anatomi selama 5 tahun (1985-1989) tumor ganas kulit sebanyak 8% dan menempati
(1) menunjukkan tumor ganas kulit sebanyak urutan ketiga. D i Netherland (5) tumor ganas
6,8% dari seluruh tumor ganas, dengan urutan kulit + 25%, dan di Australia + 50% menempati
karsinoma sel skuamosa (42,9%), karsinoma sel urutan pertama di antara semua k ganasan. Pen-
basal (32,9%), melanoma maligna (10,7%), serta derita dengan kelainan pra-kanker kulit seperti
sisanya yaitu tumor ganas adneksa kulit (6,1%), "keratosis" antara lain kornu kutaneum, kera-
sarkoma jaringan lunak (3,4%), tumor ganas ja- tosis seniles dapat dianggap sebagai stadium per-
ringan hmfoid (1,9%), undifferentiated carcinoma mulaan dari karsinoma planoselulare, maupun
(1,1%) dan tumor ganas pembuluh darah (0,9), basalioma.
37» • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

A.tas dasar ini maupun dengan alasan kos- Tetapi kira-kira 2/3 penderita ras negro mende-
metik, maka sebaiknya kelainan ini di eksisi. rita melanoma pada bagian-bagian tubuh yang
Kelainan ini biasanya tumbuh pada kulit kepala, kurang berpigmen, seperti telapak kaki, volar
muka, punggung dan lain-lain. Tumor-tumor tangan dan lain-lain, ternyata pada ras Kaukasia
kulit jinak sering sangat mirip dengan tumor frekuensi melanoma mahgna pada tempat-tempat
kulit ganas, sehingga kadang-kadang sangat susah tersebut kurang dari 10%.
dibedakan makroskopis, maupun mikrokopis,
Pada koleksi kami (11) hampir semua lesi
misalnya kerato akantoma yang tumbuh cepat
melanoma maligna ditemukan pada telapak kaki.
mirip dengan karsinoma planoselulare; derma-
Kemungkinan penyebab-penyebabnya adalah
tofibroma, tumor jinak yang sering ditemukan,
kurangnya lapisan pigmen di bagian tersebut,
berupa benjolan-benjolan kecoklatan, keras ke-
trauma kronis karena jarangnya beralas kaki,
nyal dan tumbuh lambat, mirip melanoma
iritasi kronis oleh infeksi kronis, luka bakar
maigna. Juga papiloma sel basal (verruca sebor-
dengan jaringan parut luas. Selain faktor-faktor
rheica, verruca seniles). Yang mempunyai per-
penyebab di atas, faktor-faktor lain seperti ra-
mukaan kasar, agak menonjol, berpigmen, ter-
diasi sinar X , zat-zat kimia yang karsinogenik
utama pada badan, muka dan tangan orang yang
(ter, bensin, arsen), faktor familial dan hormo-
sudah berumur, dapat disalah tafsirkan sebagai
nal serta human papiloma virus (2). Gejala-
meknoma maligna.
gejala permulaan timbulnya perubahan atau dege-
Etiologi dari sebagian besar tumor kulit, khu- nerasi maligna pada kelainan kulit adalah: cepat
sus)iya tumor ganas kulit diperkirakan sinar membesar, perubahan warna, permukaan lesi
ultraviolet, yang sering dan lama menyinari menjadi kasar, rasa gatal dan nyeri yang meng-
bagian-bagian tubuh yang terbuka. Perubahan- ganggu, dan mudah berdarah, serta ulserasi.
perubahan kulit muka, kepala dan punggung
tangan ini teristimewa ditemukan pada nelayan,
pet m i dan pekerja luar lainnya, berupa keratosis Perangai Biologiii dan Prognosa
dan kin-lain kelainan pra-kanker kulit.
Sebab pertumbuhan yang lambat dari keba-
Para ahli memperkirakan, bahwa daya rege- nyakan tumor kulit, ditambah lagi bahwa Basa-
nerasi kerusakan D N A inti sel, terganggu oleh lioma yang tidak atau jarang menyebar jauh,
sinar ultraviolet (5). Selain itu aktivitas kega- maka prognosa sebagian besar tumor ganas kulit,
nasan melanosit dianggap secara langsung dirang- adalah B A I K . Akibatnya, hanya 1-2% dari angka
sang oleh radiasi ultraviolet. Frekuensi mela- kematian oleh kanker disebabkan oleh tumor
noma maligna yang relatif rendah pada ras negro ganas kulit di Netherland (5) dan di U S A (1977).
dan oriental jelas menunjukkan pengaruh per- Penyebaran oleh tumor ganas kulit umumnya
lindungan yang diberikan oleh pigmen kulit (10). terjadi lambat dan sering diremehkan. Padahal
T U M O R / O N K O L O G I • 3 7 9

di antaranya ada yang tumbuh sangat infihratif, - melakukan follow up yang ketat.
biarpun batas-batasnya secara makroskopis jelas, Bila ternyata K G B regional sudah inopera-
serta cenderung membentuk satelit tumor di ble, maka kita dapat menangg^langinya dengan
kulit sekelilingnya. Prognosa tumor ganas kulit radiasi dan atau kemoterapi.
ditentukan oleh ukuran tumor, dalamnya infil- 5. Kelainan-kelainan pra kanker sebaiknya di-
trasi, lokalisasi serta pengobatan primer tumor obati secara tepat dan teliti.
tersebut. 6. Cara-cara pengobatan lainnya seperti Cryo-
surgery, Chemo Surgery dari M O H S dapat
Prinsip pengobatan tumor ganas kulit:
dipakai untuk tumor-tumor kulit yang kecil,
1. Kita harus berusaha untuk mengenal tumor
hanya pemeriksaan P A dari pinggir sayatan
kulit sedini mungkin.
dengan cara-cara ini tidak dapat dilakukan.
2. Bila kita mencurigai adanya sifat ganas tumor Tetapi pemakaiannya dapat dipertimbang-
tersebut, maka perlu dilakukan biopsi dengan kan pada proses yang sangat difus, dimana
narkosa umum atau regional. Dianjurkan cara-cara pengobatan lain tidak mungkin di-
untuk tidak memakai bins lokal dengan cara pergunakan.
infiltrasi. 7. Mengenai kepekaan tumor-tumor kulit ter-
3. Bila keganasan tumor terbukti secara histo- hadap radioterapi, terdapat banyak salah
logik, maka dilakukan "Eksisi luas" dengan pengertian. Sering penyinaran dapat diberi-
mengangkat cukup banyak kulit sehat keli- kan pada tumor-tumor kuht yang relatif tidak
ling tumor, yang luasnya tergantung dari peka, seperti Basalioma, dengan hasil baik,
jenis tumor ganas kulit tersebut. Sesudah bila lokalisasi tumor memungkinkan pem-
pinggir dan dasar sayatan preparat tersebut berian radiasi dengan dosis tinggi dan/me-
oleh P A dinyatakan "bebas tumor", maka rata, tanpa merusak jaringan sehat dan vital
luka ditutup dengan Split Thickness Skin- (12).
graft/STSG. 8. Kemoterapi dengan sitostatika dapat diper-
gunakan dengan topikal (misalnya salp 5 F U )
4. Bila dicurigai penyebaran ke kelenjar getah
dan lokal (misalnya intra-anterial infusion
bening regional, kita lakukan biopsi kelenjar
dan "perfusi regional") atau sistemik, bila
yang dicurigai tersebut. Bila ternyata kelen-
tumor sangat diffus atau sudah ber metasta-
jar tersebut mengandung anak sebar tumor,
sis jauh.
maka kita lakukan "Diseksi K G B Regional"
secara total. Jika ternyata K G B tersebut Tumor-tumor ganas kulit yang paling sering
tidak mengandung anak sebar tumor, maka ditemukan adalah:
kita dapat memilih antara dua alternatif, yaitu: • B A S A L I O M A (Basal cell cancer, tumor sel
- melakukan "diseksi elektif", atau basal), biasanya mulai tumbuh sebagai ben-
3 8 0 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

jolan yang transparan, kadang dengan pinggir ngainya. Sering kita temukan metastasis
yang seperti mutiara. Bagian sentral benjolan dalam kelenjar limfe yang besar, atau
tersebut lalu mencekung dan halus, seakan- organ tubuh lain. Secara hematogenik, yang
;ikan menyembuh. Timibuhnya lambat dengan terjadi cepat, padahal tumor induk.
ulserasi. Jenis ulkus rodens tumbuh lebih cepat,
Gambaran klinis tumor-tumor jinak, seperti ke-
dan dapat menyebabkan kerusakan hebat di
rato akantoma, keratosis solares/keratosis seni-
.sekitarnya. Jenis-jenis lain lain adalah: "Pig-
les dan hiperplasia pseudoepitolioma sangat
mented" basalioma yang mirip Melanoma,
mirip dengan karsinoma planoselular dan sering
"Morphhke basahoma", "Cicatricial" basahoma
ditemukan sel-sel tumor ganas tersebut di dalam-
atau "Field-fire" basalioma, dan "Superficial"
nya. Atas dasar sifat-sifat ini, maka kelainan-
basalioma. Pengobatan dengan radioterapi
kelainan kulit tersebut dianggap sebagai kelainan
dan pembedahan, atau kombinasi kedua cara
"pra-kanker kulit", sehingga harus dieksisi dan
ini, dapat memberikan hasil yang baik.
diperiksa dengan teliti, selain alasan kosmetik.
• ICARSINOMA PLANOSELULAR (Squa-
Di samping penentuan derajat keganasan secara
mousceU cancer) dapat tumbuh dengan ber-
kualitatif oleh seorang ahli Patologi Anatomi,
bagai ragam bentuk. Secara makroskopik
maka derajat keganasan tersebut dapat ditentu-
batasnya tidak jelas, timbul penebalan karena
kan secara kuantitatif menurut "grading Broders"
|)ertandukkan dan dengan cepat terjadi ulse-
berdasarkan perbandingan diferensiasi sel tumor
rasi. hifiltrasi sel-sel tumor ke dalaman, sering
yaitu:
lebih dalam dari indurasi yang dapat diraba
Grade 1: lebih dari 75% sel-sel tumor ber-
secara histologik, tumor ganas ini dibagi dalam
diferensiasi baik.
tiga sub tipe:
Grade 2: yang berdiferensiasi baik, antara
1. Kornifikans, di mana sel-sel tumor masih
50-75%
berdiferensiasi baik, sering ditemukan
Grade 3: yang berdiferensiasi baik, antara
"mutiara tanduk"
25-50%
2. N o n kornifikans, di mana diferensiasi sel-
Grade 4 : yang berdiferensiasi baik kurang
sel mulai memburuk, tetapi asal-usul sel-
dari 25%
sel tumor tersebut masih dapat dikenal.
Perangai sub tipe ini lebih buruk dari jenis Untuk pentahapan tumor ganas ini secara klinis,
A. kami gunakan sistem T.N.M ( U I C C 1976) (13).
3. Undifferentiated atau anaplastik, dimana T: T u m o r primer
chferensiasi sel-sel tumor sedemikian buruk, Tis: Karsinoma insitu, dimana sel-sel tumor
sehingga asal-usulnya stisah atau tidak dapat belum menginfiltrasi lapisan papilaris
dikenal lagi. Jenis ini paling buruk pera- dari dermis.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 8 1

TO: Tidak ditemukan tumor primer - M: Metastasis jauh


T1: Tumor kurang/sama dengan 2 cm dalam MO: Tidak ada tanda-tanda metastasis j a u h '
ukuran terbesar, eksofitik dan hanya Ml: Bukti adanya metastasis jauh, atau ter-
' dalam epidermis. bukti adanya metastasis di kelenjar getah
T2: Tumor dalam ukuran terbesarnya lebih bening kontralateral, bila tumor pri-
I dari 2 cm, dan kurang/sama dengan 5 mernya di tungkai bawah.
! cm, atau infiltrasi minimal ke lapisan
Postsurgical Histopathological
dermis.
Classificatior):
T3: T u m o r lebih dari 5 cm, atau tanpa me-
p T N M pT-tumor primer: golongan p T sesuai
mandang ukurannya dengan infiltrasi
dengan gol.T
yang dalam ke lapisan dermis.
pN-kgb reginal: golongan p N sesuai dengan
T4: T u m o r meluas ke jaringan lain di seki-
goi. N dengan catatan, bahwa
tarnya, seperti tulang-tulang rawan, otot
pN3 adalah metastasis kelen-
dan lain-lain.
jar getah bening yang histolo-
T X : Sarat-sarat minimal keadaan tumor
gik menimjtikkan perttxmbtihan
! tidak terpenuhi.
perinodular yang berhubungan
N: Kelenjar getah bening regional stasiun
dengan kelenjar getah bening
kel.
di sampingnya yang mengan-
NO: Kelenjar getah bening tidak teraba mem-
dung anak sebar, dan dengan
besar.
infiltrasi ke jaringan sekitar-
Nl: Kelenjar getah bening homolateral te- nya (otot, dan lain-lain).
raba membesar, dan dapat digerakkan.
pM metastasis: golongan pM sesuai dengan
N2: Kelenjar getah bening kontralateral/
jauh golongan M .
bilateral teraba membesar dan dapat di-
j gerakkan.
N3: Kelenjar getah bening teraba membe- Pengobatan tumor ganas kulit
sar, tetapi tidak dapat digerakkan N x , Karsinoma planoselular:
j bila syarat minimal penentuan keadaan 1. Pembedahan:
kelenjar getah bening tidak dapat ch- - Merupakan cara pengobatan utama, be-
penuhi. rupa "eksisi luas" (wide excision) dengan
^Tingkatan N 2 tidak digunakan untuk pengertian "luas 3 dimensi" "bukan hanya"
tungkai bawah. Pembesaran kelenjar panjang dan lebar 2-3 cm, dari ping-
getah bening kontralateral—dimasuk- gir tumor yang teraba, bukan yang ter-
kan dalam M l (lymf). lihat.
3 8 2 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

- Bila pembesaran kelenjar getah bening sebagian atau seluruh tumornya "amelanotik"/
regional (N1/N3) telah terbukti secara tidak berwarna. Frekuensi Melanoma maligna
histologik, maka kita lakukan diseksi hanya kira-kira 10% (1) dari seluruh tumor ganas
total kelenjar getah bening regional ter- kulit, tetapi bertanggung jawab atas kira-kira
sebut. Bila N 3 / p N 3 , maka kita perlu 65% dari jumlah kematian oleh tumor ganas
meneruskan pengobatannya dengan ra- kulit (7).
diasi (bersifat ajuvant) pada daerah kelen-
C L A R K membedakan sebelas jenis Melanoma,
jar getah bening tersebut, dengan atau
atas dasar perbedaan klinis dan histologik (9).
tanpa kemoterapi.
Jenis Melanoma maligna kulit yang tersering
2. Radioterapi: ada empat macam yaitu: Superficial Spreading
Indikasinya adalah, apabila ada kontraindi- Melanoma/SSM, Lentigo Maligna Melanoma
kasi operasi, tumor primer ternyata inope- L M M , Nodular Melanoma/NM dan Acral Len-
rabel atau secara histologik operasi irradikal. tinginous M e l a n o m a / A L M . Yang paling jinak
3. Kemoterapi: dari ke empat jenis melanoma maligna kulit ini
- Indikasi: adalah jenis L M M (± 10-15% dari melanoma
• sebagai ajuvant terapi pada radiasi mau- maligna kulit), sebab "fase pertumbuhan radial-

pun pembedahan. nya" berlangsung lama sampai ke "fase pertum-

• sebagai terapi primer, bila sudah ter- buhan vertikal". SSM adalah jenis melanoma

bukti adanya metastase jauh. maligna kulit yang paling sering ditemukan
± 7 0 % pada ras Kaukasia, dengan derajat kega-
Prcignosa tumor karsinoma planoselular lebih nasan "sedang". Jenis N M (12%) adalah jenis
buiuk dari jenis basalioma, terutama sebab ke- yang paling ganas, dengan pertumbuhan yang
manpuannya bermetastasis jauh. hampir seluruhnya terdiri dari "fase vertikal"
jenis ini pahng sering kami temukan (1). Jenis
M K L A N O M A M A L I G N A K U L I T A L M timbul pada telapak tangan, kaki dan di

Biasanya adalah kelainan kulit berpigmen sedi- bawah kuku.

kit menonjol di atas atau setinggi permukaan Pada penentuan stadium klinis dipergunakan
kulit. Oleh penderita biasanya diterangkan seba- berbagai macam sistem, jika K G B regional tidak
gai suatu "tahi lalat atau naevus" yang cepat teraba membesar disebut Stadium I . Stadium Ila,
membesar (± 64%), gatal dan mudah berdarah. bila ditemukan metastasis in transit atau satelit
Sering ada halo kemerahan di sekelilingnya. Per- tumor. Apabila K G B tersebut dicurigai mengan-
mukaannya menjadi kasar dan bersisik kemu- dung metastasis tumor, disebut Stadium IIB, se-
dian terjadi "ulserasi". Warna tumor bervariasi dangkan proses penyakit dengan metastase jauh
dari coklat muda sampai hitam. Kadang tumor lagi dari itu disebut Stadium HI.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 8 3

Pentahapan khnis atau pre-treatment menurut pT: T u m o r primer


sistem T N M : pTis: Hiperplasia atipik melanosit (tidak
T: T u m o r primer pada saat sekarang tidak ganas) "level F
ada pentahapan, yang dianjurkan.
pTO: Tidak ada tanda-tanda tumor primer
N: Kelenjar getah bening regional dan
p T l : Tumor invasi ke pars papilaris der-
i jukstaregional
mis ("Level H") dan tebalnya < 0,75
NO: Kelenjar getah bening tidak teraba
mm.
Nl: Kelenjar getah bening regional teraba
pT2: Tumor sampai ke pars retikularis der-
l.| membesar
mis, tetapi belum menginvasinya ("level
N4: Kelenjar getah bening Jukstaregional
n i " ) dan/atau lebih dari 0,75 m m sam-
teraba membesar
pai 1,50 m m tebalnya.
Nx: Sarat-sarat minimal untuk menetap-
p T 3 : Tumor sampai ke dalam pars retiku-
kan keadaan kelenjar getah bening re-
laris dermis ("Level IV") dan/atau lebih
' gional dan Jukstaregional tidak lengkap.
dari 1,50 sampai 3,00 m m
Cat: Klasifikasi N 2 dan N 3 tidak dapat di-
pT4: Invasi tumor sampai ke jaringan lemak
tentukan.
subkutan ("Level V " ) dan/atau lebih
j Klasifikasi N 4 tidak berlaku untuk
dari 3,00 mm
tungkai bawah: kelenjar getah bening
I kontralateral masuk M 1 pTx: Sarat-sarat minimal untuk menetap-

M: Metastasis jauh kan tumor primer tidak terpenuhi.

MO: Tidak ada metastasis jauh pN: K G B regional: tahap p N sesuai dengan

Ml: Terbukti ada metastasis jauh. N

pM: metastasis jauh: p M sesuai dengan M .


Pentahapan Pasca Bedah ("post surgical Class")
dari Melanoma maligna didasarkan atas dua kri- Cat: Bila ada " satelit" (2) atau "metastasis

teria histologik: intransit", maka semua golongan dapat


dibagi sebagai berikut:
1. Menurut " B R E S L O W " : ketebalan tumor
sesuai dengan ukuran terpanjang dari diame- a. Satelit di lingkungan dekat atau
ter vertikal tumor dalam milimeter. daerah regional dari tumor primer,

2. Menurut " C L A R K " : ke dalam infiltrasi tumor di luar daerah aliran K G B regio-

ke lapisan-lapisan kulit "Clark's level". nal.

Cat: Bila ada ketidakcocokan antara kedua b. Metastasis intransit terdapat di dae-
kriteria ini, m a k a p T diambil yang ter- rah aliran K G B dan tumor pri-
buruk ukurannya. mer.
3 8 4 • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

P F N G O B A T A N (11) E L N D diharapkan dapat memperpanjang


angka survival kelompok ini.
Tumor primer (Stadium I)
- Pemberian B . C . G (11 c) sebagai immuno-
• I'engobatan utama adalah pembedahan dengan
terapi ajuvant pada stadium I I ini, sebagai
'Eksisi luas" yang luasnya berbeda-beda me-
"non spesific stimulation", dengan anti
nurut ketebalan tumor, sebagai berikut:
tumor activity dapat mengatasi "silent/
- T l / p T l (Clark II/Breslow < 0,75 mm)
occult micrometastasis"
maka eksisi luas cukup 1 cm, tanpa fasia di
- Pengobatan radiasi: terhadap tumor pri-
bawahnya.
mer yang dikenal sensitif ialah yang tim-
- T 2 / p T 2 (Clark m / B r e s l o w 0,76-1,5-cm),
bul di uvea mata, dan dapat bersifat kuratif
maka eksisi luas sampai 2-3 cm, sampai
pada stadium dini.
dengan fasia di bawahnya.
- T 3 / p T 3 - 4 (Clark I V , V , Breslow > 1,5 Bentuk lain-lain umumnya bersifat "resisten",
cm), dilakukan eksisi luas jarak 3-5 cm, untuk mengatasinya dapat dikombinasi dengan
berbentuk oval, sampai dengan fasia. "hipertermia", atau radiosensitizer, a.l 5 F U .
- Bila luka tidak dapat ditutup primer, se- Penyinaran dengan sinar pengion elektro mag-
baiknya ditutup dengan s.t.s.g netik dengan dosis fraksi yang lebih tinggi >
500 cgy perfraksi.
Kelenjar Getali Bening:
- Kita menganut policy Therapeutic L y m f Indikasi-indikasi lain:
node Dissection pada Stadium HB di mana
1. Bila "E.L/diseksi K G B regional tidak dapat
KGB yang membesar terbukti mengan-
dilakukan atau tidak radikal.
dung metastasis tumor melanoma maligna
2. Bila pada pemeriksaan P A ditemukan:
dengan alasan bahwa kelenjar getah bening
.yang bertugas sebagai barier terhadap - Lebih dari 3 K G B yang mengandung

emboli tumor dalam aliran getah bening, metastasis sel tumor, atau

juga merupakan sumber pertahanan immu- - Sel-sel tumor tembus kapsul KGB, atau
nologik regional elektif/prophylactic lym- - Sel-sel tumor ditemukan bebas dalam
fanode Dissection ( E L N D ) hanya dilaku- jaringan preparat diseksi.
kan bila perlu, seperti pada perfusi regio-
nal dimana pembuluh darah A & V regio-
K E P U S T A K A A N
nal perlu dibersihkan imtuk "kanulasi" atau
bila foUow up penderita diperkirakan susah. 1. Tjarta A . C s : Frekuensi relatif Melanoma
Pada ketebalan tumor antara 1,6 mm-4,0 Maligna dan tumor ganas epidermal serta
mm (Intermediate thickness") (11 c). beberapa aspek histopatologinya.
T U M O R / O N K O L O G I • 3 8 5

2. Dityawarman: Pengobatan tumor ganas kulit 12. Protokol tumor ganas kulit di FKUI/
Bag. Ilmu Peny. Kulit dan Kelamin F K U I - R S C M , U n h Kanker F K U I / R S C M
Jakarta. 13. U I C C : Skin tumours T N M Atlas 1985.
3. Andrade dkk.: Atlas of tumours of the Skin
W B Sauders C o
4. Sipahutar B.: Penatalaksanaan Basalioma di
Bagian Bedah F K U I / R S C M , 1979-1981.
5. Van Dongen.J.A.Prof.Dr: Maligna en pre-
maligne processen van de Huid. Oncologie,
2 de druk.
6. NalandH, dkk.: Tumor ganas selama 5 tahun
(1982-1986) yang dirawat di Sub.Bag.Bedah
O n k o l o g i / H N B Unit Bedah R S C M .
7. Marshall M . Urist dkk.: Head and Neck
Melanoma in 534 Clin. Stage I patients.
Prognostic factors analysis and result of sur-
gical treatment. Anals of surgery vol.
8. Muharyo Pudjianto, dkk.: Penetrapan tin-
dakan Eksplorasi laparotomi pada pende-
rita Melanoma Maligna tungkai bawah.
9. Registrasi Kanker di RS Cipto Mangunku-
sumo 1975-1978.
10. Michael Mastrangelo dkk: Cutaneous Mela-
noma
11. Poetiray E D . C dkk.:
a) Skin cancer, Kongres I K A B I , Yogya-
karta, 1973;
b) Perfusi regional, suatu prelimary re-
port.
c) Kongres I K A B I Ujung Pandang 1984.
! Suatu usulan untuk mengubah/mem-
perbaiki P R O T O K O L Penatalaksa-
naan M M Kulit: Konas I I P O I Sura-
baya, 29-1 Juli 1993.
38(i • K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H

Anda mungkin juga menyukai