Anda di halaman 1dari 13

KEMATIAN JARINGAN

Eva Riantika Ratna P, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Patofisiologi PTM ke-1


Pengertian Kematian Jaringan
Kematian sel dalam jumlah
besar seperti pada jaringan
organisme hidup disebut
nekrosis. Nekrosis terjadi
tidak hanya pada tingkat
kematian sel (celluler
death) tetapi juga pada
seluruh tubuh (somatic
death) atau terbatas
mengenai suatu jaringan
atau sebuah organ.
NEKROSIS
Penyebab
1. Ishkemi (menurunnya aliran darah ke dalam sel yang berakibat suplai oksigen dan
makanan untuk sel atau jaringan berkurang). Kondisi tersebut dapat dilihat pada
kejadian decubitus dimana aliran darah terhambat karena adanya tekanan dari tubuh
pasien terhadap pembuluh darah ketika pasien berbaring lama.
2. Agen biologik (bakteri yang mengeluarkan toksin yang membuat kerusakan dinding
pembuluh darah)
3. Agen kimia (seorang wanita yang hamil sering kali dijumpai mengalami keracunan
kehamilan; Contoh lain keracunan ureum yang terjadi pada pasien gagal ginjal; gas
chloroform jika dihirup tidak merusak paru-paru tetapi setelah diserap tubuh dapat
merusak hati; premium jika terkena kulit tidak akan merusaknya, tapi jika diserap
oleh kulit akan mengganggu sel darah merah yang berakibat anemia)
4. Agen fisik (trauma, suhu ekstrem baik panas atau dingin, listrik, cahaya matahari dan
radiasi)
5. Hipersensitif (Reaksi imunologik yang terjadi pada tubuh akan menimbulkan
kerentanan jaringan)
JENIS NEKROSIS
1. Nekrosis koagulativa
Ini adalah jenis nekrosis yang
paling banyak terjadi karena
dapat mengenai semua
organ dan jaringan. Bentuk
nekrosis yang dapat kita
amati yaitu bentuk sel masih
normal dan susunan jaringan
masih jelas dan sedikit lunak.
Tetapi proteinnya mengalami
koagulasi sehingga aktivitas
metabolisme sel berhenti.

Contoh dapat kita amati


nekrosis pada ginjal
JENIS NEKROSIS
2. Nekrosis liquefaktif
Istilah lain yang digunakan untuk nekrosisi liquefaktif adalah nekrosis kolikuativa yaitu
nekrosis yang terjadi pada jaringan yang tidak memiliki bahan penyokong lainnya.
Kondisi tersebut menyebabkan jaringan syaraf yang mengalami nekrosis akan
mengalami pencairan total.
a. Piknosis : Inti sel mengalami penyusutan sehingga sel terlihat mengkerut dan
berwarna gelap.
b. Karioreksis : Membran nukleus menjadi robek disertai inti sel hancur yang
membentuk fragmen-fragmen tersebar dalam sel.
c. Kariolisis : Inti sel/nukleus tercerna sehingga tidak nampak dalam sel.
JENIS NEKROSIS
3. Nekrosis Lemak
Proses terjadinya nekrosis lemak dapat dalam bentuk trauma langsung pada
jaringan lemak dan menyebabkan pelepasan lemak ekstraseluler.
Contoh seperti di payudara yang mengalami fibro adenoma mamae (FAM) dan
pankreatitis akuta di pankreas

FAM PANKREATITIS AKUT


JENIS NEKROSIS
4. Nekrosis Gangrenosa
Gangren merupakan kematian sel
sebuah jaringan yang disertai
pembusukan. Selain itu, kematian
sel pada jaringan ini bersifat luas
dan disertai invasi kuman saprofit
sehingga menimbulkan
pembusukan.

Gangren hanya terjadi pada organ


atau jaringan tubuh yang
berhubungan dengan dunia luar
seperti kulit, lambung, usus paru-
paru dan servix. Dengan demikian
maka dapat dipahami bahwa
gangren tidak dapat terjadi pada
jantung, liver dan limpa.
JENIS NEKROSIS
Nekrosis Gangrenosa
Gangren dibedakan:
a. Gangren kering
Gangren kering terjadi bila pada jaringan hanya terdapat sedikit
cairan. Kejadian gangren kering akibat penyumbatan atau
penyempitan lumen arteri karena arteriosklerosis secara
perlahan lahan sehingga jaringan yang mengalami nekrotik
sempat mengering. Lokasi gangren kering lazim dibagian
distal ekstremitas seperti pada jari kaki. Bagian yang terkena
kering, menyusut dan gelap hitam. Warna gelap yang terlihat
adalah hasil dari pembebasan hemogloblin sel darah merah.
JENIS NEKROSIS
Nekrosis Gangrenosa
Gangren dibedakan:
b. Gangren basah
Gangren basah terjadi akibat obstruksi vena pada jaringan atau
organ yang banyak mengandung cairan dan lokasi yang tidak
memungkinkan terjadinya penguapan. Lokasi gangren basah
terdapat pada jaringan atau organ dalam seperti saluran
cerna pada penyakit appendiksitis yang mengalami komplikasi
dan hernia incarserata akibat aliran darah yang terhambat.
JENIS NEKROSIS
Nekrosis Gangrenosa
Gangren dibedakan:
c. Gangren gas
Gas yang terbentuk pada gangren ini berasal dari kuman
clostridium perfringens yang menginfeksi jaringan nekrotik.

d. Gangren diabetik
Gangren diabetik dialami oleh pasien karena obstruksi arteri atau
aliran darah kecil seperti atherosclerosis yang disertai kadar
gula darah yang berlebihan pada jaringan seperti pada pasien
Diabetes melitus,
JENIS NEKROSIS
5. Nekrosis Kaseosa
Nekrosis kaseosa adalah suatu bentuk nekrosis dimana jaringan yang mati
kehilangan sama sekali strukturnya. Secara makroskopiksel yang
mengalami nekrotik berwarna putih yang akan hancur tetapi pecahan-
pecahan selnya tetap ada selama betahun-tahun. Sebagai contoh pada
pasien yang menderita penyakit Tuberculosis.
JENIS NEKROSIS
6. Nekrosis fibrinoid
Proses terjadinya nekrosis
fibrinoid yaitu ketika
plasma dapat merembes
kedalam lapisan media
arteriol yang akibatnya
terjadi penimbunan fibrin.
Hal tersebut dialami oleh
pasien hipertensi maligna
yang bertahun tahun
arteriolnya mengalami
tekanan sehingga dinding
otot polosnya mengalami
nekrosis sehingga plasma Fibrinoid of vascular wall
dapat merembes dan
menimbulkan fibrin.
POSTMORTAL
Berikut ini adalah perubahan sel yang terjadi setelah tubuh mengalami kematian
1. Autolisis : Proses dimana jaringan yang mati dihancurkan oleh enzim dari lisosom.
Tubuh yang mati akan mencair, kecuali jika dilakukan pengawetan atau
pendinginan.
2. Rigor Mortis (kaku mayat) : Proses kaku mayat terjadi setelah 2 sampai 4 jam dari
kematian dan mencapai puncak setelah 48 jam. Proses kaku mayat akan
menghilang setelah 3 sampai 4 hari kemudian.
3. Livor Mortis (lebam mayat) : Proses lebam mayat terjadi setelah 30 menit
kematian dan mencapai puncaknya setelah 6 hingga 10 jam. Lebam mayat mudah
diamati pada tubuh bagian bawah.
4. Algor Mortis : Suhu dingin pada jasad mayat terjadi setelah 24 sampai 48 jam
kematian dimana suhu tubuh menjadi dingin sesuai suhu lingkungan akibat proses
metabolisme terhenti.
5. Pembusukan : Proses pembusukan terjadi 1 sampai 2 Minggu setelah kematian.
Adanya pembusukan ditandai kulit kehijauan dan jaringan tubuh hancur karena
invasi bakteri.

Anda mungkin juga menyukai