Disusun Oleh :
Dian Putri Eriyanti
P27220021142
1BD4
b. Jaringan Nekrosis
Tampilan sel yang menjadi nekrosis tergantung dari proses yang
dialami. Jika mengalami denaturasiproteinmaka akanterbentuk
nekrosis koagulativa.
1) Nekrosis koagulativa Ini adalah jenis nekrosis yang paling banyak
terjadi karena dapat mengenai semua organ dan jaringan. Bentuk
nekrosis yang dapat kita amati yaitu bentuk sel masih normal dan
susunan jaringan masih jelas dan sedikit lunak. Sebagai contoh
dapat kita amati pada penderita sipilis stadium III yang mengalami
Gumma. Nampak akan berbeda dengan jaringan ikat kolagen,
selnya akan bertahan lebih lama terhadap kerusakan.
2) Nekrosisli quefaktif Istilah lain yang digunakan untuk nekrosisi
liquefaktif adalah nekrosis kolikuativa yaitu nekrosis yang terjadi
pada jaringan yang tidak memiliki bahan penyokong lainnya.
Kondisi tersebut menyebabkan jaringan syaraf yang mengalami
nekrosis akan mengalami pencairan total. Sering terjadi bagian
sekeliling tepinya mengalami reaksi membentuk kista.
3) Nekrosis Lemak Proses terjadinya nekrosis lemak dapat dalam
bentuk trauma langsung pada jaringan lemak dan menyebabkan
pelepasan lemak ekstraseluler. Sel yang mengalami nekrosis akibat
trauma melakukan pelepasan lemak dan menimbulkan respons
radang. Contoh lain digambarkan terjadi pada jaringan pankreas
yang mengalami pankreatitis akuta. Terjadi pelepasan enzim lipase
pankreatik yang menyebabkan simpanan lemak dalam sel berubah
menjadi asam lemak.
4) Nekrosis Gangrenosa Gangren merupakan kematian sel sebuah
jaringan yang disertai pembusukan. Selain itu, kematian sel pada
jaringan ini bersifat luas dan disertai invasi kuman saprofit
sehingga menimbulkan pembusukan. Sel yang mengalami nekrotik
adalah tempat terbaik bagi kuman saprofit Clostridium tumbuh.
a) Gangren kering
Gangren kering terjadi bila pada jaringan hanya terdapat
sedikit cairan. Kejadian gangren kering akibatpenyumbatan
atau penyempitanlumen arteri karena arteri osklerosis
secara perlahan lahan sehingga jaringan yang mengalami
nekrotik sempat mengering.
b) Gangren basah
Gangren basah terjadi akibat obstruksi vena pada jaringan
atau organ yang banyak mengandung cairan dan lokasi
yang tidak memungkinkan terjadinya penguapan.
c) Gangren gas
Gas yang terbentuk pada gangren ini berasal dari kuman
clostridium perfringens yang menginfeksi jaringan nekrotik.
d) Gangren diabetic
Gangren diabetik dialami oleh pasien karena obstruksi
arteri atau aliran darah kecil seperti atherosclerosis yang
disertai kadar gula darah yang berlebihan pada jaringan
seperti pada pasien Diabetesmelitus.
5) Nekrosis Kaseosa adalah suatu bentuk nekrosis dimana jaringan
yang mati kehilangan sama sekali strukturnya. Secara
makroskopiksel yang mengalami nekrotik berwarna putih yang
akan hancur tetapi pecahan-pecahan selnya tetap ada selama
betahun-tahun.
6) Nekrosisfibrinoid Proses terjadinya nekrosis fibrinoid yaitu ketika
plasma dapat merembes kedalam lapisan media arteriol yang
akibatnya terjadi penimbunan fibrin.
c. Postomoral
Kematian bukanlah akhir dari proses dalam tubuh karena tubuh akan
terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
suhu lingkungan, suhu tubuh saat terjadi kematian dan ada tidaknya
infeksi umum pada jasad tersebut.
Berikut ini adalah perubahan sel yang terjadi setelah tubuh mengalami
kematian
1) Autolisis Proses dimana jaringan yang mati dihancurkan oleh
enzim dari lisosom. Tubuh yang mati akan mencair, kecuali jika
dilakukan pengawetan atau pendinginan.
2) Rigor Mortis (kaku mayat) Proses kaku mayat terjadi setelah 2
sampai 4 jamdari kematian dan mencapai puncak setelah 48 jam.
Proses kaku mayat akan menghilang setelah 3 sampai 4 hari
kemudian.
3) Livor Mortis (lebammayat) Proseslebammayat terjadi setelah
30menit kematian danmencapai puncaknya setelah 6 hingga 10 jam.
Lebam mayat mudah diamati pada tubuh bagian bawah.
4) Algor Mortis Suhu dingin pada jasad mayat terjadisetelah 24
sampai 48 jam kematian dimana suhu tubuh menjadi dingin sesuai
suhu lingkungan akibat proses metabolism terhenti.
5) Pembusukan Proses pembusukan terjadi 1 sampai 2 Minggu setelah
kematian. Adanya pembusukan ditandai kulit kehijauan dan
jaringan tubuh hancur karena invasi bakteri.
E. Penuaan Sel
Berbagai penurunan fungsi sel secara progresif terjadi beriringan
dengan penuaan sel. Fungsi sintesa protein dan enzimatik serta pembetukan
ATP menurun sehingga daya tahannya akan berkurang termasuk ketika
mendapatkan cidera yang diakhiri oleh kematian sel tersebut. Secara
morfologik sel tua mengalami beberapa perubahan sebagai berikut:
1. Ketidakteraturan inti
2. Mitokondria bervakuola
3. Pengurangan retikulum endoplasma
4. Penyimpangan aparatus golgi
5. Kerusakan membran sel
Proses penuaan sel dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi teori
penuaan sel intrinsik merupakan penjelasan yang mudah diterima. Teori ini
menyatakan bahwa proses penuaan sel terjadi karena pemrograman genetik
yang telah ditetapkan.