Anda di halaman 1dari 23

You are here: Home / Iptek / Biologi / Apa itu Apoptosis Sel?

Fungsi & Mekanisme Bunuh Diri Sel

Apa itu Apoptosis Sel? Fungsi & Mekanisme


Bunuh Diri Sel
Amazine.co - Online Popular Knowledge

Baca juga

Apa itu Amuba? 15 Fakta tentang Amuba

Perkembangbiakan Amuba: Ketahui Siklus Hidup Amuba

Apa itu Pseudopodia? Memahami Mekanisme Gerak Amuba

Apoptosis atau kematian sel terprogram merupakan proses yang terjadi secara alami dalam
tubuh.

Proses ini melibatkan langkah terkendali ketika suatu sel mematikan diri mereka sendiri.
Apoptosis berguna agar proses pembelahan sel alami atau mitosis sel tetap berjalan baik.

Terdapat beberapa contoh di mana sel-sel harus dihancurkan. Sel lama mungkin harus digantikan
oleh sel baru untuk memastikan perkembangan yang tepat.

Misal, proses menstruasi melibatkan peluruhan jaringan dari rahim yang berarti memerlukan
proses apoptosis.

Sel mungkin mengalami kerusakan atau mengalami infeksi. Salah satu cara menghilangkan sel-
sel tak berfungsi tersebut tanpa menyebabkan kerusakan pada sel-sel lain adalah melalui
apoptosis.

Selama apoptosis, sel memicu proses yang memungkinkannya melakukan bunuh diri. Dalam
proses ini, sel mengalami pengurangan ukuran yang diikuti dengan kerusakan komponen seluler.

Pada awal apoptosis, bola berbentuk gelembung yang disebut blebs muncul di permukaan sel.

Sel kemudian terurai menjadi fragmen yang lebih kecil dan disebut sebagai badan apoptosis.
Fragmen ini dilapisi oleh membran sehingga tidak membahayakan sel-sel di dekatnya.

Sel-sel lain, yang dikenal sebagai sel fagosit, menelan dan menghancurkan badan apoptosis tanpa
menyebabkan reaksi inflamasi.

Sel Kanker
Beberapa jenis kanker tetap bertahan sebagai akibat ketidakmampuan sel untuk melakukan
apoptosis.

Virus tumor mengubah sel dengan mengintegrasikan materi genetik mereka ke DNA sel inang.

Hal ini membuat materi genetik sel inang berubah. Virus lantas memulai produksi protein yang
menghentikan proses apoptosis.

Contoh kanker akibat virus dapat dilihat pada virus papiloma yang dikaitkan dengan kanker
serviks.

Bahkan kanker yang tidak melibatkan virus menghasilkan zat yang menghambat apoptosis
sehingga memicu pertumbuhan tidak terkendali.[]

Nekrosis adalah
Pendahuluan Patologi adalah ilmu atau bidang studi tentang penyakit. Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari
fungsi yang berubah atau terganggu, misalnya perubahan-perubahan fisiologis yang ditimbulkan penyakit pada
makhluk hidup. Empat aspek dalam proses penyakit yang membentuk inti patologi adalah: Penyebab penyakit
(etiologi) Mekanisme terjadinya penyakit (patogenesis) Perubahan struktural yang ditimbulkan oleh penyakit di dalam
sel jaringan (manifestasi klinis) Sel normal memerlukan keseimbangan antara kebutuhan fisiologik dan keterbatasan-
keterbatasan strukur sel dan kemampuan metabolik, hasilnya adalah hasil yang terus seimbang atau homeostatis.
Keadaan fungsional sel dapat berubah ketika bereaksi terhadap stress yang ringan untuk mempertahankan keadaan
yang seimbang. Konsep keadaan normal bervariasi: Setiap orang berbeda satu dengan yang lain karena perbedaan
susunan genetik Setiap orang memiliki perbedaan dalam pengalaman hidup dan interaksinya dengan lingkungan
Pada tiap individu terdapat perbedaan parameter fisiologi karena adanya pengendalian dalam fungsi mekanisme.

Definisi Nekrosis Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma
(misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera mekanis), di mana kematian sel tersebut
terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat
berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta
melebihi kapasitas adaptif sel akan menyebabkan kematian sel di mana sel tidak mampu lagi mengompensasi
tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis
yang melarutkan berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu mencerna sel-sel yang
mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara morfologis. Nekrosis biasanya disebabkan karena
stimulus yang bersifat patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme
kematian sel yang sudah terprogram di mana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati. Mekanisme
ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri (bunuh diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu
oleh keadaan iskemia.

Macam Macam Nekrosis Nekrosis koagulatif Nekrosis likuefaktif Nekrosis kaseosa Nekrosis lemak Nekrosis
fibrinoid Nekrosis gangrenosa Definisi Nekrosis Liquefaktif Nekrosis liquefaktif merupakan salah satu tipe nekrosis
yang termasuk bakteri fokal atau infeksi jamur. Sebagai akibat autolisis atau heterolisis terutama khas pada infeksi
fokal kuman, karena kuman memiliki rangsangan kuat pengumpulan sel darah putih. Salah satu contoh nekrosis
liquefaktif ditunjukkan dengan kematian sel hipoksia pada sistem saraf pusat. Apapun patogenesisnya, liquefaktif
pada hakikatnya mencerna bangkai kematian sel dan sering meninggalkan cacat jaringan yang diisi leukosit imidran
dan menimbulkan abses. Materialnya berwarna kuning krem. Biasanya terdapat pada abses pada otak. Mekanisme
Nekrosis Liquefaktif. Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis adalah pencernaan sel oleh enzim
dan denaturasi protein. Proses nekrosis: Pencernaan enzym katalitik dari lisosom yang mati (autolisis) atau dari
lisosom leukosit imigran (heterolisis) menyebabkan terbentuknya nekrosis liquefaktif dilanjutkan dengan terjadinya
denaturasi protein yang menyebabkan nekrosis koagulatif. Perubahan morfologis dari nekrosis liquefaktif sampai
nekrosis koagulatif memerlukan waktu. Ciri- Ciri/ Tanda-Tanda Nekrosis Liquefaktif. Degenerasi menyebabkan
perubahan yang khas pada nukleus khususnya pada sel yang mengalami neurotik. Perubahan-perubahan biasanya
ditandai dengan perubahan mikroskopis, perubahan makroskopis dan perubahan kimia klinik. Perubahan mikroskopis
pada sel yang mengalami neurotik liquefaktif terjadi pada sitoplasma dan organel organel sel lainnya.

Tanda yang terlihat pada inti sel (nukleus)saat mengalami nekrosis antara lain: Piknosis (pyknosis) Inti sel menyusut
hingga mengkerut, menunjukkan penggumpalan, densitas kromatinnya meningkat, memiliki batas yang tidak teratur,
dan berwarna gelap. Karioreksis (karyorrhexis) Membran nukleus robek, inti sel hancur sehingga terjadi pemisahan
kromatin dan membentuk fragmen-fragmen dan menyebabkan materi kromatin tersebar dalam sel. Kariolisis
(karyolisis) Inti sel tercerna sehingga tidak dapat diwarnai lagi dan benar-benar hilang. Perubahan makroskopis pada
sel yang mengalami neurotik terlihat perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada
jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik akan mempertahankan bentuknya
dan jaringannya akan mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Jaringan nekrotik juga dapat
mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif
khususnya terjadi pada jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi cairan.
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya organa sitoplasma hilang karena dicerna
oleh enzym litik intraseluler (autolysis).

Tahap infeksi akut awal terjadi denaturasi protein yang mempengaruhi reaksi leukosit. Kemudian jaringan nekrosis
diserap oleh jaringan granular menyebabkan terbentuknya bekas luka. Terkadang luka yang terbentuk dapat sembuh
sempurna, misalnya pada hati atau pada orang yang masih muda. Perubahan-perubahan pada jaringan neurotik
akan menyebabkan : Hilangnya fungsi darah yang mati. Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan media
pertumbuhan yang baik untuk bakteri tertentu. Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan
leukosit. Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran sel-sel yang mati. Kesimpulan
Nekrosis lequefaktif merupakan salah satu tipe nekrosis yang termasuk bakteri fokal atau infeksi jamur. Sebagai
akibat autolisis atau heterolisis terutama khas pada infeksi fokal kuman, karena kuman memiliki rangsangan kuat
pengumpulan sel darah putih. Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis adalah pencernaan sel
oleh enzim dan denaturasi protein. Nekrosis dimulai dari pencernaan enzym katalitik dari lisosom yang mati (autolisis)
atau dari lisosom leukosit imigran (heterolisis) menyebabkan terbentuknya nekrosis liquefaktif dilanjutkan dengan
terjadinya denaturasi protein yang menyebabkan nekrosis koagulatif. Perubahan morfologis dari nekrosis liquefaktif
sampai nekrosis koagulatif memerlukan waktu.

Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah mekanisme biologi yang merupakan

salah satu jenis kematian sel terprogram.[1] Apoptosis digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel

yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh.[2]Apoptosis berbeda dengan nekrosis.[butuh rujukan] Apoptosis pada

umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh, sedangkan nekrosis adalah

kematian sel yang disebabkan oleh kerusakan sel secara akut.[butuh rujukan] Contoh nyata dari keuntungan apoptosis

adalah pemisahan jari pada embrio.[butuh rujukan] Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari

menyebabkan masing-masing jari menjadi terpisah satu sama lain.[butuh rujukan] Bila sel kehilangan kemampuan

melakukan apoptosis maka sel tersebut dapat membelah secara tak terbatas dan akhirnya menjadi kanker.[3]

Apoptosis memiliki ciri morfologis yang khas seperti blebbing membran plasma, pengerutan

sel, kondensasi kromatin dan fragmentasiDNA,[4] dan dimulai dengan enzim kaspase dari kelompok sisteina

protease membentuk kompleks aktivasi protease multi sub-unit yang disebut apoptosom. Apoptosom disintesis

di dalam sitoplasma setelah terjadi peningkatan permeabilitas membran mitokondria sisi luar dan

pelepasan sitokrom c ke dalam sitoplasma,[5] setelah terjadi interaksi antara membran

ganda sardiolipin mitokondria dengan fosfolipid anionik yang memicu aktivitas peroksidase.[6] Apoptosom

merupakan kompleks protein yang terdiri dari sitokrom c, Apaf-1 dan prokaspase-9.[7] Selain sitokrom c,

mitokondria juga melepaskan protein apoptotik lain seperti apoptosis Inducing Factor, endonuclease

G, Omi dan Smac/Diablo.


Daftar isi

[sembunyikan]

1Fungsi apoptosis

o 1.1Hubungan dengan kerusakan sel atau infeksi

o 1.2Sebagai respon stress atau kerusakan DNA

o 1.3Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel

o 1.4Sebagai bagian dari pertumbuhan

o 1.5Regulasi sistem imun

2Proses apoptosis

o 2.1Secara morfologi

3Uji laboratorium untuk apoptosis

4Referensi

Fungsi apoptosis[sunting | sunting sumber]

Hubungan dengan kerusakan sel atau infeksi[sunting | sunting sumber]

Apoptosis dapat terjadi misalnya ketika sel mengalami kerusakan yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi.[butuh
rujukan]
Keputusan untuk melakukan apoptosis berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan yang mengelilinginya, atau

dari sel yang berasal dari sistem imun.[butuh rujukan]

Bila sel kehilangan kemampuan untuk melakukan apoptosis (misalnya karena mutasi), atau bila inisiatif untuk

melakukan apoptosis dihambat (oleh virus), sel yang rusak dapat terus membelah tanpa terbatas, yang akhirnya

menjadi kanker.[butuh rujukan] Sebagai contoh, salah satu hal yang dilakukan oleh virus papilloma manusia (HPV)

saat melakukan pembajakan sistem genetik sel adalah menggunakan gen E6 yang mendegradasi protein p53.
[butuh rujukan]
Padahal protein p53 berperan sangat penting pada mekanisme apoptosis.[butuh rujukan] Oleh karena itu,

infeksi HPV dapat berakibat pada tumbuhnya kanker serviks.[butuh rujukan]


Sebagai respon stress atau kerusakan DNA[sunting | sunting sumber]

Kondisi yang mengakibatkan sel mengalami stress, misalnya kelaparan, atau kerusakan DNA akibat racun atau

paparan terhadap ultraviolet atau radiasi (misalnya radiasi gamma atau sinar X), dapat menyebabkan sel

memulai proses apoptosis.[butuh rujukan]

Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel[sunting | sunting sumber]

Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus bersifat konstan

pada range tertentu.[butuh rujukan] Sel darah dan kulit, misalnya, selalu diperbarui dengan pembelahan diri sel-sel

progenitornya, tetapi pembelahan diri tersebut harus dikompensasikan dengan kematian sel yang tua.[butuh rujukan]

Diperkirakan 50-70 miliar sel mati setiap harinya karena apoptosis pada manusia dewasa.[butuh rujukan] Dalam satu

tahun, jumlah pembelahan sel dan kematian yang terjadi pada tubuh seseorang mencapai kurang lebih sama

dengan berat badan orang tersebut.[butuh rujukan]

Keseimbangan (homeostasis) tercapai ketika kecepatan mitosis (pembelahan sel) pada jaringan yang disamai

oleh kematian sel.[butuh rujukan] Bila keseimbangan ini terganggu, salah satu dari hal berikut ini akan terjadi[butuh rujukan]:

Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel, akan terbentuk tumor

Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah daripada kecepatan kematian sel, akan terjadi penyakit karena
kekurangan sel.

Kedua keadaan tersebut dapat bersifat fatal atau sangat merusak.

Sebagai bagian dari pertumbuhan[sunting | sunting sumber]

Kematian sel terprogram merupakan bagian penting pada perkembangan jaringan tumbuhan

dan metazoa (organisme multisel).[butuh rujukan] Sel yang mengalami apoptosis mengkerut dan inti selnya mengecil,

sehingga sel tersebut dapat dengan mudah difagositosis.[butuh rujukan] Proses fagositosis memungkinkan komponen-

komponen sel yang tersisa digunakan kembali oleh makrofaga atau sel-sel yang berada di sekitarnya.[butuh rujukan]
Regulasi sistem imun[sunting | sunting sumber]

Sel B dan sel T adalah pelaku utama pertahanan tubuh terhadap zat asing yang dapat menginfeksi tubuh,

maupun terhadap sel-sel dari tubuh sendiri yang mengalami perubahan menjadi ganas.[butuh rujukan]

Dalam melakukan tugasnya, sel B dan T harus memiliki kemampuan untuk membedakan antara "milik sendiri"

(self) dari "milik asing" (non-self), dan antara antigen "sehat" dan "tidak sehat".[butuh rujukan] (Antigen adalah bagian

protein yang dapat berkomplemen secara tepat dengan reseptor unik yang dimiliki sel B dan T pada membran

selnya).[butuh rujukan]

"Sel T pembunuh" (killer T cells) menjadi aktif saat terpapar potongan-potongan protein yang tidak sempurna

(misalnya karena mutasi), atau terpapar antigen asing karena adanya infeksi virus.[butuh rujukan] Setelah sel T

menjadi aktif, sel-sel tersebut bermigrasi keluar dari lymph node, menemukan dan mengenali sel-sel yang tidak

sempurna atau terinfeksi, dan membuat sel-sel tersebut melakukan kematian sel terprogram.[butuh rujukan]

Proses apoptosis[sunting | sunting sumber]

Secara morfologi[sunting | sunting sumber]

Sel yang mengalami apoptosis menunjukkan morfologi unik yang dapat dilihat menggunakan mikroskop[butuh
rujukan]
:

1. Sel terlihat membulat. Hal itu terjadi karena struktur protein yang menyusun cytoskeleton mengalami
pemotongan oleh peptidase yang dikenal sebagai caspase. Caspase diaktivasi oleh mekanisme sel itu
sendiri.

2. Kromatin mengalami degradasi awal dan kondensasi.

3. Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut dan membentuk potongan-potongan padat pada membran inti.

4. Membran inti terbelah-belah dan DNA yang berada didalamnya terpotong-potong.

5. Lapisan dalam dari membran sel, yaitu lapisan lipid fosfatidilserina akan mencuat keluar dan dikenali
oleh fagosit,[8] dan kemudian sel mengalami fagositosis, atau

6. Sel pecah menjadi beberapa bagian yang disebut badan apoptosis, yang kemudian difagositosis.
Apoptosis dibagi 2 jalur utama yaitu : intrinsik (Mitochondrial pathway) dan
ekstrinsik (Death receptor).
Intrinsik: contohnya cellular stress (radiasi, infeksi virus, growth faktor, stress
oksidasi) intinya sinyal apoptosisnya melalui pintu mitokondria yang melibatkan
protein bcl-2 dan bugs (p53), walaupun dari luar tetapi hancurnya di mitokondria.

1. Jalur Intrinsik (Mitochondrial pathway apoptosis)

Intinya: pelepasan sitokrom c. Karena begitu sitokrom c keluar maka akan diikat oleh
Apaf-1 (apoptosis activating faktor), dia akan diikat dan membentuk CARD domain dan
membentuk apoptoseome. Apoptosome akan mengaktivasi caspase 9 (caspase awal
yang diaktifkan oleh release sitokrom c), sehingga caspase 9 akan mengaktivasi
caspase selanjutnya (3,6,7) untuk selanjutnya caspase tersebut akan mengaktifkan
system yang lain. Protein yang berperan dalam apoptosis yaitu BH1, BH2, BH3, BH4,
artinya satu gen yang terdiri dari beberapa lobus. Bila yang dinyalakan BH1, BH2,
BH3, BH4 maka akan menjadi Bcl2/Bcl-XL yang merupakan anti-apoptosis. Kalau yang
dinyalakan BH1, BH2, BH3 (atau hanya BH3) maka akan menjadi pro-apoptosis.

pro-apoptosis yang disbanding oleh gen yang sama tapi terjadi alternatif slpicing
sehingga gen yang sama tetapi splicing berbeda bisa menjadi protein yang berbeda.
Sehingga gen yang sama tetapi karena splicing yang berbeda bisa menjadi pro/anti-
apoptosis.Pro-survival / anti apoptosis (Bcl-2, Bcl-XL, Bcl-w, Mcl-1, A1) dikepung oleh
pro-apoptosis (molekul yang menginduksi apoptosis: Bim, Puma, tBid, Bad, Noxa, Bax)

Pada kondisi sel yang normal, cytochrome c hanya ada pada mitochondria (dalam sel)
karena dijaga oleh bcl2 protein supaya permeabilitas mitokondria selalu terjaga.
Sebenarnya antara yang pro dan anti apoptosis selalu bersaing. Sehingga kalau banyak
yang anti-apoptosis maka membrane mitokondria akan tetap intake dan sitokrom c
tidak keluar. Tetapi kalau produksi bax berlimpah, maka akan mengganggu
permeabilitas dan sitokrom c keluar, sehingga mulai apoptosis.

Anti apoptotic menghambat supaya BH123 tidak bergabung menjadi satu supaya
sitokrom c tidak keluar.
Selanjutnya karena adanya apoptotic stimulus sehingga BH123 mengumpul jadi satu
akan memberikan jalan ke sitokrom c untuk menginduksi terjadinya apoptosis. Tetapi
ada juga ada apoptosis stimulus yang meng-inaktivasi Bcl2 sehingga BH123 tetap
menjadi satu dan sitokrom c terlepas.

Mitokondria juga melepaskan protein anti-IAP (untuk memblok caspase). IAP akan
menempel pada caspase dan memblok caspase. Tetapi pada saat BH123 terlepas, anti
IAP juga terlepas sehingga memblok supaya IAP tidak menghambat caspase. Caspase
yang aktif pada jalur ini adalah dari procaspase 9 menjadi caspase 9, selanjutnya
caspase 9 akan mengaktifkan caspase 3.

Caspase 3 termasuk dalam caspase eksekutor yang diaktifkan oleh caspase inisiator
meliputi: caspase 8 dan caspase 9. Aktivasi apoptosis baik jalur ekstrinsik maupun
jalur intrinsik akan berujung pada aktivasi caspase-3 sebagai caspase eksekutor.
Apabila caspase-3 telah teraktivasi, terjadi determinasi tak terhindarkannya kematian
sel, akan terjadi apoptosis.

Cara penghambatan apoptosis melalui extraselular :


Cara A: meningkatkan jumlah protein Bcl2, bila Bcl2 semakin banyak maka dia akan
bersifat anti apoptosis sehingga apoptosisnya terblok.
Cara B: meng-inaktifasi BH3 (pro-apoptosis) sehingga apoptosis tidak terjadi.
Cara C: meng-inaktifasi anti-IAPs sehingga apoptosis tetap bisa diblok.

Protein-protein berperan dalam apoptosis


Famili protein Bcl-2 merupakan regulator apoptosis jalur intrinsik yang bekerja
dengan mengontrol pelepasan cytochrome c dan protein intermembran mitokondria
lainnya ke sitosol. Beberapa protein Bcl-2 merupakan pro-apoptosis yang memicu
apoptosis dengan meningkatkan pelepasan cytochrome c ke sitosol, sedangkan protein
Bcl-2 lainnya merupakan anti-apoptosis yang menghambat apoptosis dengan
menghambat pelepasan cytochrome c ke sitosol. Protein Bcl-2 yang termasuk protein
anti-apoptosis antara lain Bcl-2, Bcl-xL, Bcl-w, MCL-1, dan A1 (Alberts et.al., 2008).

Gen BCL2L1
Gen yang mengkode Bcl-xL adalah gen BCL2L1. Gen BCL2L1 (Bcl-2-like protein 1)
memiliki nama lain yaitu BCL2L dan BCLX. Locus gen BCL2L1 yaitu 20q11.21 (pada
subpita 2 pita 1 regio 1 lengan panjang kromosom 20). Gen BCL2L1 tersusun atas
59.537 pasang basa. Jumlah exonnya 4 (www.ensembl.org, www.uniprot.org,
www.atlasgeneicsoncology.org).

Struktur Bcl-xL
Protein Bcl-xL merupakan suatu transmembran protein dengan berat molekul 26 kDa.
Bcl-xL tersusun dari 233 asam amino (www.uniprot.org). Bcl-xL tersusun dari 2 helix
hidrofobik yang terletak di sentral. Helixhelix hidrofobik tersebut dikelilingi oleh
helix lain yang bersifat ampiphatic. Bcl-xL memiliki transmembran domain dan 4
domain Bcl-2 homology (BH) yaitu BH1, BH2, BH3, dan BH4. Domain BH1, BH2, dan
BH3 letaknya saling berdekatan dan membentuk suatu celah hidrofobik yang panjang
yang merupakan tempat untuk berikatan dengan domain BH3 milik protein Bcl-2 yang
pro-apoptosis (Muchmore et.al., 1996).
Bcl-xL terutama terletak di membran luar mitokondria. Selain itu, Bcl-xL juga terletak
di di retikulum endoplasma dan pada membran nucleus. Bcl-xL berfungsi untuk
menjaga integritas membran, mencegah pengeluaran protein intermembran dari
mitokondria dan mencegah pengeluaran ion Ca2+ dari retikulum endoplasma (Alberts
et.al., 2008).

Fungsi Bcl-xL
Bcl-xL terutama berperan dalam penghambatan jalur intrinsik apoptosis. Pada saat
terdapat stimulus apoptosis, Bcl-xL yang terdapat pada membran luar mitokondria
diikat oleh Bad, suatu protein Bcl-2 pro-apoptosis, sehingga Bcl-xL tidak dapat
melakukan fungsinya dalam menghambat apoptosis. Stimulus apoptosis menyebabkan
Bax yang terdapat di sitosol akan bergerak menuju membran luar mitokondria. Di
membran luar mitokondria, Bax mengalami oligomerisasi dan membentuk suatu kanal
pada membran luar mitokondria. Sedangkan Bak yang merupakan transmembran
protein pada membran luar mitokondria, segera mengalami oligomerisasi dan
membentuk kanal pada membran luar mitokondria setelah terdapat stimulus
apoptosis. Melalui kanal yang dibentuk oleh Bax dan Bak, cytochrome c serta protein
intermembran akan keluar dari mitokondria menuju sitosol. Di sitosol, cytochrome c
berikatan dengan Apaf-1. Apaf-1 kemudian berikatan dengan ATP dan mengalami
oligomerisasi. Kemudian beberapa molekul procaspase 9 akan berikatan dengan Apaf-
1, agregasi procaspase 9 tersebut akan menyebabkan procaspase 9 melakukan self-
cleavage sehingga procaspase 9 akan aktif menjadi caspase 9. Komplex Apaf-1,
cytochrome c, caspase 9, serta ATP disebut apoptosome. Caspase 9 kemudian akan
mengaktifkan caspase 3, 6, dan 7, yang memproteolisis protein-protein sel dan
memicu terjadinya kematian sel.

Bcl-xL dapat melakukan fungsinya untuk menghambat apoptosis apabila terdapat


survival stimulus. Stimulus survival akan mengaktifkan Phosphatidylinositol 3-
Kinase/Akt Signaling Pathway. Akt yang mengalami aktivasi akan memfosforilasi Bad.
Bad yang terfosforilasi akan melepaskan Bcl-xL, sehingga Bcl-xL dapat melaksanakan
fungsinya untuk menghambat apoptosis. Bcl-xL akan mengikat Bak dan Bax. Bak dan
Bax yang diikat oleh Bcl-xL tidak dapat mengalami oligomerisasi sehingga tidak dapat
membentuk suatu kanal pada membran luar mitokondria, sehingga tidak terjadi
pelepasan cytochrome c. Tidak adanya pelepasan cytochrome c menyebabkan tidak
terbentuknya interaksi Apaf-1 dan cytochrome c, sehingga tidak terjadi caspase
cascade yang memicu kematian sel (Goodman, 2008).

Defek pada ekspresi gen BCL2L1


1. Adanya overekspresi gen BCL2L1 menyebabkan follicular lymphoma.
Follicular lymphoma lebih disebabkan karena adanya defek pada apoptosis sel
daripada karena adanya defek pada proliferasi sel. Bcl-xL berperan penting dalam
regulasi apoptosis sel limfosit B. Apabila terjadi overekspresi gen BCL2L1, akan terjadi
peningkatan ekspresi Bcl-xL pada sel limfosit B. Ekspresi Bcl-xL yang berlebihan
mengakibatkan peningkatan survival sel limfosit B. Selain itu sel limfosit B juga
resisten terhadap apoptosis sel yang dipicu oleh Fas (Zhao et.al., 2004).
2. Mutasi pada gen BCL2L1 berperan dalam tumorigenesis Non-Hodgkin Lymphoma.
Mutasi missense pada kodon 154, yaitu perubahan susunan basa AGC menjadi GGC
menyebabkan perubahan asam amino dari serine menjadi glycine. Mutasi ini berperan
dalam tumorigenesis Non-Hodgkin Lymphoma, tetapi bagaimana mekanismenya,
belum dapat diketahui (Yamaguchi et.al., 2002).
3. Penurunan ekspresi gen BCL2L1 pada masa embrio menyebabkan penurunan
ekspresi Bcl-xL. Penurunan ekspresi Bcl-xL pada masa embrio menyebabkan kematian
sel yang masif, terutama pada neuron-neuron yang imatur pada sistem saraf perifer
dan sistem saraf pusat yang sedang berkembang. Keadaan ini dapat mengakibatkan
kematian embrio (Goodman, 2008).

Gene Bid
Lokasi gen : 22q11.1, yaitu pada kromosom 22, lengan panjang (q) pada lokus 11.1
Pada urutan basa : 16.596.906 16.637.263, memiliki 6 exon dan 5 intron.

Protein Bid
Bid (BH3 interacting domain) termasuk dalam family Bcl-2, berfungsi sebagai link
antara jalur ekstrinsik dan intrinsic, dan mediasi pelepasan sitokrom c dari
mitokondria. Terletak pada sitoplasma dan membran mitokondria. Memiliki 195 asam
amino, dengan berat 21.995 Da.

Jalur Mekanisme : Setelah reseptornya diaktifkan, Caspase 8 yang teraktivasi akan


memotong bid menjadi t bid kemudian t bid dipindahkan atau masuk ke mitokondria
dan akan menginduksi pelepasan sitokrom C, sitokrom C ini akan mengikat Apaf 1,
kemudian Apaf 1 akan mengaktifkan caspase 9,Caspase 9 mengaktifkan caspase 3
untuk melakukan apoptosis.

Ganggauan Protein Bid


Peran Bid : tumorogenesis
Mutasi gen Bid mengganggu fosforilasi menyebabkan resisten terhadap rangsangan
apoptosis.

Protein BAD
BAD termasuk salah satu protein dari golongan BCL-2. Semua protein yang termasuk
dalam golongan BCL-2 berfungsi mengatur kematian sel, berupa anti-apoptosis atau
mencegah kematian sel dan berupa pro-apoptosis atau memudahkan terjadinya
kematian sel. Sedangkan BAD dalam menjalankan fungsi ini, ia berfungsi khusus
sebagai pro-apoptosis. Protein-protein yang berperan dalam pro-apoptosis
dikelompokkan lagi menjadi 2 berdasarkan domain penyusunnya yakni, pro-apoptosis
dengan penyusun domain BH1-BH2-BH3 dan pro-apoptosis dengan penyusun domain
BH3 saja, sedangkan BAD termasuk salah satu protein pro-apoptosis dengan penyusun
BH3 saja.

BAD ternyata memiliki nama lain yakni BBC2, BBC6, 3BCL2L8, dan Bcl2-L-8. ia terletak
di kromosom ke-11 pada lengan panjang dan terletak di lokus 13.1. Dari tiga milyar
pasangan basa suatu genom, basa-basa penyusun BAD terletak pada urutan basa ke
63.793.878 sampai 63.808.740, sehingga BAD memiliki 14.863 basa penyusunnya. BAD
memiliki 168 asam amino dengan berat sekitar 18 Kda, memiliki 5 ekson.

BAD dikatakan berfungsi aktif saat ia membentuk heterodimer dengan beberapa


protein diantaranya dengan BCL-2 dan BCL-xL, saat aktif BAD berada di sitoplasma,
dengan adanya bentuk heterodimer ini BAD mencegah kerja dari pasangannya (BCL-2
dan BCL-xL) untuk terjadinya proses anti apoptosis. Dan BAD dikatakan tidak aktif
ketika proses fosforilasi terjadi pada heterodimer sehingga BAD terlepas dari
pasangannya (BCL-2 dan BCL-xL) sehingga terjadilah proses anti-apoptosis yang
diperankan oleh pasangannya yakni BCL-2 dan BCL-xL yang terlepas dari BAD. Saat
tidak aktif, BAD berada di membran luar mitokondria.

Salah satu kasus penyakit manusia yang berkaitan dengan BAD adalah kanker kolon.
Dimana terjadi mutasi pada gen BAD berupa mutasi missen yaitu pada ekson 2 BAD
diurutan basa ke-340 terjadi pergantian basa sitosin dengan timin sehingga mengubah
asam amino yang semula leusin menjadi fenilalanin atau mutasi missen pada urutan
basa ke-337 di ekson 2 terjadi pergantian basa guanin menjadi arginin sehingga
mengubah asam amino yang semula glutamin menjadi lisin. Dengan adanya mutasi
missen ini, maka tidak terbentuk protein BAD atau terbentuk BAD yang tidak berfungsi
normal, sehingga sel tersebut tidak mengalami apoptosis, dan terjadilah proliferasi
sel yang menjadi kanker tersebut.
2. Jalur Ekstrinsik (Death receptor pathway)

Extrinsic signal biasanya melalui death receptor atau melalui enzyme granzyme. Fas
ligand/FasL (CD95) merupakan death receptor, terdapat di permukaan dan kalau
berpasangan akan memicu terjadinya apoptosis tetapi bedanya tidak lewat
mitokondria.

FADD akan jadi satu dengan yang akan mengaktifasi caspase 8 yang akan mengaktifasi
caspase 3, 6, 7 sebagai caspase eksekusioner. Beda intrinsic dan ekstrinsik: intrinsic
melalui mitokondria (sitokrom c yg mengaktifkan caspase), yang ekstrinsik karena
adanya FADD/death domain yang bersatu membentuk kinase tertentu sehingga akan
mengaktifkan caspase 8,9,10 dimana caspase 8,9,10 akan mengaktifkan eksekusioner
caspase.

Granzyme biasanya terjadi di sel T. sel T sitotoksik biasanya akan menghasilkan


granzyme untuk membunuh sel yang terinfeksi oleh gran. Apotosis normal terjadi
selama pertumbuhan/perkembangan normal, biasanya terjadi juga terjadi resposilble
untuk setting dari pembentukan jaringan/organ juga untuk regulasi limfosit untuk
pembentukan sel T, dari bone marrow sel T pindah ke tymus dan hanya 10% yang
berfungsi sebagai sel, yang 90% tidak lulus/tidak berfungsi sehingga dibuang (drop
out). Sel yang tidak berfungsi dan drop out akan dibunuh atau pada proses
perkembangan pada pembentukan ekor pada katak yang dibuang atau pada manusia
sehingga memiliki bentuk jari 5 karena adanya proses apoptosis. Selain itu juga
terjadi pada sel darah merah kita, dimana setiap 120 hari sel akan mati.
Peran apoptosis dalam kesehatan dan penyakit :
- Selama perkembangan normal pada organism multiseluler dan berlanjut sampai
dewasa.
- Bertanggungjawab terhadap pembentukan jaringan dan organ selama perkembangan
embrio. (apoptosis dari sel berada antara jari kaki sehingga kita memiliki 5 jari)
- Merupakan bagian penting dari regulasi system imun (pematangan timus).

+/- : artinya ada apaf-nya, bisa terjadi morfogenesis, tetapi yang Apaf-nya -/- tidak
terjadi apa-apa (tidak terjadi apoptosis). Sementara pada caspase 9 tidak tidak ada
bedanya antara +/+ dan -/- hal ini menunjukkan bahwa Apaf1 lebih penting daripada
caspase 9 karena kalau tidak pakai caspase9 masih bisa pakai caspase 8/10. Kalau
Apaf hanya satu-satunya sehingga tidak ada yang menggantikan sehingga begitu Apaf1
tidak ada maka apoptosis tidak terjadi.Apaf1 (apoptosis activating faktor

Kelainan apoptosis (sedikit apoptosis) terjadi pada sel-sel kanker. Sel-sel kanker
adalah sel yang tidak mau mengalami apoptosis karena punya sifat resisten.
Bila apoptosis terlalu banyak bisa terkena Parkinson, alzheimer atau pre-eklamsia.
Salah satu penyebab pre-eklamsi excessive apoptosis pada tropoblas. Jadi tidak
terjadi remodeling pre-eklamsia
Pada Parkinson atau Alzheimer progressive loss of neuron, neuron mengalami
kematian yang terlalu banyak sehingga gangguan pada pergerakan. Pada elzheimer
kehilangan ingatan secara graduate.

Nekrosis (dari Yunani, mati) adalah kematian dini sel dan jaringan hidup. Nekrosis disebabkan oleh faktor eksternal
ke sel atau jaringan, seperti infeksi, racun, atau trauma. Hal ini berbeda dengan apoptosis, yang merupakan penyebab
kematian yang terjadi secara alami seluler. Meskipun apoptosis sering memberikan efek menguntungkan bagi organisme,
nekrosis hampir selalu merugikan dan bisa berakibat fatal.

Sel yang mati karena nekrosis biasanya tidak mengirimkan sinyal-sinyal kimia yang sama dengan sistem kekebalan bahwa sel-
sel mengalami apoptosis lakukan. Hal ini mencegah fagosit terdekat dari lokasi dan menyelimuti sel-sel mati, yang
mengarah ke membangun jaringan mati dan puing-puing sel pada atau dekat lokasi kematian sel. Untuk alasan ini, seringkali
diperlukan untuk menghilangkan jaringan nekrotik pembedahan.

Penyebab Nekrosis

Nekrosis selular dapat diinduksi oleh sejumlah sumber eksternal, termasuk cedera, infeksi, kanker, infark, racun, dan
peradangan. Sebagai contoh, suatu infark (penyumbatan aliran darah ke jaringan otot) menyebabkan nekrosis jaringan otot
karena kekurangan oksigen ke sel terpengaruh, seperti terjadi pada infark miokard serangan jantung. laba-laba tertentu
(pertapa coklat) dan ular (ular, Bothrops) venoms dapat menyebabkan nekrosis dari jaringan di dekat luka gigitan, sebagai
dapat sebuah Grup A infeksi streptokokus (salah satu daging-makan bakteri).
jaringan nekrotik tidak mengalami reaksi kimia yang sama bahwa biasanya tidak jaringan apoptosis sekarat. Kegagalan
tiba-tiba dari satu bagian dari sel memicu kaskade kejadian. Selain kurangnya sinyal kimia ke sistem kekebalan tubuh, sel-
sel mengalami nekrosis dapat melepaskan bahan kimia yang berbahaya ke jaringan di sekitarnya. Secara khusus, sel-sel
mengandung organel kecil bernama lisosom, yang mampu mencerna bahan selular. Kerusakan pada membran lisosom dapat
memicu pelepasan enzim-enzim yang terkandung, menghancurkan bagian-bagian lain dari sel. Lebih buruk lagi, ketika enzim
ini dilepaskan dari sel non-mati, mereka dapat memicu reaksi berantai kematian sel lebih lanjut. Jika yang cukup necrotizes
jaringan berdekatan, itu disebut gangren. perawatan yang tepat dan perawatan luka atau gigitan binatang memainkan peran
kunci dalam mencegah jenis nekrosis luas. Selama biopsi bedah, rantai ini nekrosis-reaksi dihentikan oleh fiksasi atau
pembekuan.

Nekrosis biasanya dimulai dengan pembengkakan sel, kromatin pencernaan, gangguan dari membran plasma dan membran
organel. Akhir nekrosis ditandai oleh hidrolisis DNA luas, vacuolation dari retikulum endoplasma, kerusakan organel, dan lisis
sel. Pelepasan konten intraselular setelah pecahnya membran plasma merupakan penyebab peradangan di nekrosis

Pola Morfologi Nekrosis

Ada tujuh pola morfologi khas nekrosis:

1. Nekrosis Coagulative biasanya terlihat pada hipoksia (oksigen rendah) lingkungan, seperti infark sebuah. Menguraikan
sel tetap setelah kematian sel dan dapat diamati dengan mikroskop cahaya.

2. Liquefactive nekrosis (atau nekrosis colliquative) biasanya berhubungan dengan seluler penghancuran dan
pembentukan nanah (radang paru-paru misalnya). Ini adalah khas dari bakteri atau, kadang-kadang, infeksi jamur
karena kemampuan mereka untuk merangsang reaksi inflamasi. Anehnya, iskemia (pembatasan suplai darah) di otak
menghasilkan liquefactive, daripada coagulative, nekrosis, karena tidak adanya stroma mendukung substansial.

3. Nekrosis Gummatous dibatasi untuk nekrosis yang melibatkan infeksi spirochaetal (misalnya sifilis).

4. Nekrosis Berdarah disebabkan penyumbatan drainase vena dari suatu organ atau jaringan (misalnya pada torsi testis).

5. Nekrosis Caseous adalah bentuk khusus dari koagulasi nekrosis biasanya disebabkan oleh mikobakteri (TBC misalnya),
jamur, dan beberapa zat asing. Hal ini dapat dianggap sebagai kombinasi nekrosis coagulative dan liquefactive.

6. Nekrosis lemak hasil dari aksi lipase pada jaringan lemak (misalnya pankreas akut, nekrosis jaringan payudara).

7. Nekrosis Fibrinoid disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal ini ditandai oleh pengendapan fibrin-bahan
protein seperti di dinding arteri, yang tampak kotor dan eosinofilik pada mikroskop cahaya.

Pengobatan Nekrosis

Pengobatan nekrosis biasanya melibatkan dua proses yang berbeda. Biasanya, penyebab yang mendasari nekrosis yang harus
diperlakukan sebelum jaringan mati sendiri dapat ditangani. Sebagai contoh, seorang korban gigitan ular atau laba-laba
akan menerima anti-racun untuk menghentikan penyebaran racun, sedangkan pasien yang terinfeksi akan menerima
antibiotik.

Bahkan setelah penyebab awal nekrosis telah dihentikan, jaringan nekrotik akan tetap dalam tubuh. respon kekebalan tubuh
untuk apoptosis, melanggar otomatis turun dan daur ulang bahan sel, tidak dipicu oleh kematian sel nekrotik.

Terapi standar nekrosis (luka, luka baring, luka bakar dll) adalah operasi pengangkatan jaringan nekrotik. Tergantung pada
beratnya nekrosis, hal ini bisa berkisar dari penghapusan patch kecil dari kulit, untuk melengkapi amputasi anggota badan
atau organ yang terkena. penghapusan Kimia, melalui agen debriding enzimatik, adalah pilihan lain. Dalam kasus tertentu,
terapi belatung khusus telah digunakan dengan hasil yang baik.


Pusing? coba baca yang ini..

Apoptosis dan nekrosis sama-sama merupakan proses kematian sel. Bagi yang sedang meneliti bidang yang berhubungan
dengan apoptosis dan nekrosis pastilah akrab dengan kedua kata ini. Masalahnya, bagaimana kita membedakan apoptosis
dengan nekrosis? Jika kita sedang meneliti, bagaimana kita tahu sel yang kita teliti mati karena proses apoptosis atau
nekrosis?

Apoptosis adalah kematian sel per sel, sedangkan nekrosis melibatkan sekelompok sel. Membran sel yang mengalami
apoptosis akan mengalami penonjolan-penonjolan ke luar tanpa disertai hilangnya integritas membran. Sedangkan sel yang
mengalami nekrosis mengalami kehilangan integritas membran. Sel yang mengalami apoptosis terlihat menciut, dan akan
membentuk badan apoptosis. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk kemudian mengalami
lisis. Sel yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh, sedangkan sel yang mengalami nekrosis terjadi kebocoran lisosom.
Dengan mikroskop akan terlihat kromatin sel yang mengalami apoptosis terlihat bertambah kompak dan membentuk
massa padat yang uniform. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan terjadi agregasi.

Pada pemeriksaan histologi tidak terlihat adanya sel-sel radang di sekitar sel yang mengalami apoptosis. Sedangkan pada
nekrosis, terlihat respon peradangan yang nyata di sekitar sel-sel yang mengalami nekrosis. Sel yang mengalami apoptosis
biasanya akan dimakan oleh sel yang berdekatan atau berbatasan langsung denganya dan beberapa makrofag. Sedangkan sel
yang mengalami nekrosis akan dimakan oleh makrofag.

Secara biokimia, apoptosis terjadi sebagai respon dari dalam sel, yang mungkin merupakan proses yang fisiologis. Sedangkan
nekrosis terjadi karena trauma nonfisiologis. Pada proses apoptosis terjadi aktivasi enzym spesifik untuk transduksi signal
dan eksekusi. Sedangkan pada proses nekrosis, enzym-enzym yang terlibat dalam proses apoptosis mengalami perubahan
atau inaktivasi. Secara metabolis proses terjadinya apoptosis dapat diamati sedangkan nekrosis tidak. Pada proses apoptosis
dapat pula terjadi sintesis makromolekul baru, sedangkan pada nekrosis tidak disertai proses sintesis makromolekul baru.
Pada apoptosis terjadi DNA fragmentasi non random sehingga jika DNA yang diekstrak dari sel yang mengalami apoptosis di
elektroporesis dengan agarose akan terlihat gambaran seperti tangga (DNA ladder). Sedangkan pada nekrosis, fragmentasi
terjadi secara random sehingga pada agarose setelah elektrophoresis akan terlihat menyebar tidak jelas sepanjang alurnya
(DNA smear). Salah satu cara untuk mengamati keberadaan fragmen DNA di dalam sel yang mengalami apoptosis adalah
dengan menggunakan Uji Tunel. Meskipun begitu, uji Tunel tidak dapat membedakan apoptosis dengan nekrosis.

Apakah sel akan mengalami kematian? Sel merupakan salah satu contoh makhluk hidup
maka akan mengalami kematian. Namun, bagaimana matinya sebuah sel. Kematian
sebuah sel dibedakan menjadi dua yaitu apoptosis dan nekrosis. Apa perbedaan antara
apoptosis dan nekrosis? Berikut jawabannya.

Perbedaan antara apoptosis dan nekrosis


1. Apoptosis adalah kematian sel per sel, sedangkan nekrosis melibatkan
sekelompok sel.
2. Membran sel yang mengalami apoptosis akan mengalami penonjolan-
penonjolan ke luar tanpa disertai hilangnya integritas membran. Sedangkan
sel yang mengalami nekrosis mengalami kehilangan integritas membran.
3. Sel yang mengalami apoptosis terlihat menciut, dan akan membentuk
badan apoptosis. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan terlihat
membengkak untuk kemudian mengalami lisis.
4. Sel yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh, sedangkan sel yang
mengalami nekrosis terjadi kebocoran lisosom.
5. Dengan mikroskop akan terlihat kromatin sel yang mengalami apoptosis
terlihat bertambah kompak dan membentuk massa padat yang uniform.
Sedangkan sel yang mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan
terjadi agregasi.
Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus bersifat
konstan pada range tertentu. Sel darah dan kulit, misalnya, selalu diperbarui dengan
pembelahan diri sel-sel progenitornya, tetapi pembelahan diri tersebut harus
dikompensasikan dengan kematian sel yang tua. Diperkirakan 50-70 milyar sel mati setiap
harinya karena apoptosis pada manusia dewasa.

Anda mungkin juga menyukai