Anda di halaman 1dari 10

SGOT SGPT

Fungsi HATI (liver)


Membersihkan darah dari senyawa berbahaya, seperti racun, obat-obatan dan alkohol.
Menguraikan hemoglobin dan hormon-hormon di dalam tubuh, salah satunya adalah
insulin.
Mengubah amonia menjadi urea yang dikeluarkan bersama urine oleh ginjal.
Menyimpan energi untuk tubuh dalam bentuk glikogen dan mengubahnya menjadi
glukosa saat kadar glukosa darah rendah.
Menyimpan asam folat, zat besi, dan beberapa vitamin; seperti vitamin A, B, D, dan
K.
Memproduksi kolesterol dan trigliserida.
Memproduksi albumin yang berguna menjaga cairan dalam sistem sirkulasi tubuh.
Memproduksi protein yang dibutuhkan tubuh untuk sintesis protein, termasuk zat-zat
yang dibutuhkan untuk proses pembekuan darah.
Memproduksi cairan empedu yang bertugas membantu pencernaan makanan

Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim yang mengkatalisis
reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase yaitu serum glutamat
oksaloasetat transaminase (SGOT) dan serum glutamat piruvat transaminase (SGPT).
Pemeriksaan SGPT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding
SGOT. Hal ini dikarenakan enzim GPT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GOT
banyak terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak

SGPT (Serum Glutamic Piruvat Transminase) atau dinamakan juga dengan sebutan ALT
(Alanine Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta
efektif untuk mendiagnosi destruksi hepatoseluler. SGPT hanya pada organ hati didalam
mitokondria.

SGOT(Serum Glutamic Oxaloacetic), sebuah enzim yang secara normal berada di hati dan
organ lain, SGOT ditemukan dalam hati, jantung (otot jantung), otot rangka, ginjal, otak, dan
merah sel-sel darah. SGOT dikeluarkan dalam darah ketika hati rusak. Di dalam mitokondria &
sitoplasma.
.
Tujuan pemeriksaan SGOT dan SGPT yaitu untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi
hati dan pendeteksian infeksi bahkan kerusakan/cedera pada jaringan otot, jantung bahkan
hati.

Nilai Normal SGOT SGPT


Pria:
SGOT : 10 35 (u/l) SGPT : 9 43(u/l)
Wanita:
SGOT : 10 31 (u/l) SGPT : 9 36 (u/l)
Pada prinsipnya semua selmengandung enzimi ini namun yang mayoritas adalah sel
hati, jantung dan otak. Pada keadaan adanya nekrosis sel yang hebat,perubahan
permeabilitas memban atau kapiler enzim ini akan bocor ke sirkulasi. Sebab itu enzimini
akan meningkat jumlahnya pada nekrosis sel atau proses radang akut atau kronis.

Pemeriksaan enzim transminase yang di rekomendasikan oleh IFCC yaitu teknik uv


kinetic pada panjang gelombang 340 nm.

Cara Pemeriksaan
1. SGOT
Metode : Kinetik IFCC (tanpa pyridoxal-5-phosphate)
Prinsip
Aminotransferasi ( AST ) mengkatalis transaminasi dari L aspartate dan a kataglutarate
membentuk L glutamate dan oxaloacetate. Oxaloacetate direduksi menjadi malate oleh enzym
malate oleh enzym malate dehydrogenase ( MDH ) dan niconamide adenine dinucleotide (
NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi, berbanding langsung
dengan aktivitas AST dan diukur secara fotometrik dengan panjang gelombang 340 nm.
Peralatan
Kuvet
Mikropipet 100l , 1000 l
Tip kuning dan tip biru
Spektrofotometer
Bahan : Serum atau plasma heparin
Reagensia
Reagen 1 : TRIS pH 7,65 110 mmol/L
L-aspartate 320 mmol/L
LDH (Lactate dehydrogenase) 1200 U/L
MDH (Malate dehydrogenase) 800 U/L
Reagen 2 : NADH 1 mmol
2-oxoglutarat 65 mmol
Dari ragen 1 dan 2 dibuat monoreagen dengan perbandingan 4 bagian reagen 1 ditambah 1
bagian reagen 2. Misalnya 20 mL R1 ditambah 5 mL R2. Homogenkan dan stabilkan pada suhu
2-8 oC.
Cara kerja
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi
Blanko Pemeriksaan

Reagen
1000 l

Serum 100 l

1. Homogenkan, dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm


dengan faktor 1745.
2. Pembacaan dilakukan pada menit 1, 2 , dan 3
3. Catat hasil pemeriksaan dan hitung kadar SGOT dengan rumus
A/min x faktor = aktivitas ASAT (U/L)
1. SGPT
Metode : Kinetik IFCC (tanpa pyridoxal-5-phosphate)
Prinsip
Alanine aminotransferase ( ALT ) mengkatalis transiminasi dari L alanine dan a kataglutarate
membentuk l glutamate dan pyruvate, pyruvate yang terbentuk di reduksi menjadi laktat oleh
enzym laktat dehidrogenase ( LDH ) dan nicotinamide adenine dinucleotide ( NADH )
teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil penurunan serapan (
absobance ) berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur secara fotometrik dengan
panjang gelombang 340 nm.
Peralatan
Kuvet
Mikropipet 100l , 1000 l
Tip kuning dan tip biru
Spektrofotometer
Bahan : Serum atau plasma heparin
Reagensia
Reagen 1 : THS pH 7,15 140 mmol/L
L-alanine 700 mmol/L
LDH (Lactate dehydrogenase) 2300 U/L
Reagen 2 : NADH 1 mmol
2-oxoglutarat 85 mmol
Dari ragen 1 dan 2 dibuat monoreagen dengan perbandingan 4 bagian reagen 1 ditambah 1
bagian reagen 2. Misalnya 20 mL R1 ditambah 5 mL R2. Homogenkan dan stabilkan pada suhu
2-8 oC.
Cara kerja
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi
Blanko Pemeriksaan
Reagen 1000l
Serum
1. Homogenkan, dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm
dengan faktor 1745.
2. Pembacaan dilakukan pada menit 1, 2 , dan 3
3. Catat hasil pemeriksaan dan hitung kadar SGPT dengan rumus
A/min x faktor = aktivitas ALAT (U/L)

GULA
Regulasi glukosa darah dapat berasal dari :
1. Karbohidrat makanan,
2. Lemak dan protein makanan ataupun yang ada dalam darah sendiri
3. Glikogen yang disimpan dalam otot tubuh

Karbohidrat dari makanan (ubi2an, biji2 an, buah2 an) diusus akan dicerna dan terurai menjadi
glukosa dan derivate lainnya. Glukosa yang ada dalam rongga usus oleh jonjot2 mukosa usus
akan diserap dan dibawa oleh darah keseluruh bagian tubuh. Kalau tubuh memerlukan enerji
untuk gerak, berpikir dan lainya, maka yang mula2 digunakan sebagai sumber enerji adalah
glukosa darah. Glukosa darah akan diproses oleh insulin yang dihasilkan pancreas menjadi kalori
(untuk enerji), air (H2O) dan CO2. Kalau tubuh tidak memerlukan enerji maka glukosa darah
oleh glucagon akan diubah dan disimpansebagai glikogen otot . Kalau kadar glukosa darah tidak
mencukupi maka glikogen otot oleh glucagon akan diubah menjadi glucose. Sumber lain untuk
mencatu glucose darah adalahlemak tubuh , protein tubuh melalui proses
glukoneogenesis menjadi glucose.

Ada beberapa factor yang mengatur kadar glucose tidak melaui ambang batas:
1. INSULIN yang dihasilkan PANKREAS tubuh. Insulin mengubah glucose darah menjadi
enerji
2. GLUKAGON yang dihasilkan PANKREAS; apabila kadar glucose berlebih akan diubah
menjadi glikogen, atau sebaliknya apabial kadar glucose darah rendah akan mengubah glikogen
menjadi glucose. (glikogenolisis)
3. Proses glukoneogenesis yang akan mengubah Lemak dan protein tubuh menjadi glucose
darah apabila kadar glucose darah rendah
Sumber glukosa darah
Setelah makan, karbohidrat dalam makanan berfungsi sebagai sumber utama glukosa
darah. Sewaktu kadar glukosa darah kembali ke rentang puasa dalam 2 jam setelah makan,
glikogenolisis dirangsang dan mulai memasok glukosa ke darah. Kemudian, glukosa juga
dihasilkan melalui glukoneogenesis. Selama puasa 12 jam, sumber utama glukosa adalah
glikogenolisis. Namun setelah puasa sekitar 16 jam, glikogenolisis dan glukoneogenesis
memiliki peran yang sama dalam memelihara glukosa darah. Tiga puluh jam setelah makan,
simpanan glikogen di dalam hati habis. Akibatnya, glukoneogenesis adalah satu satunya
sumber glukosa darah. Mekanisme tersebut yang menyebabkan lemak digunakan sebagai bahan
bakar utama dan yang memungkinkan kadar glukosa darah dipertahankan selama masa
kekurangan makanan menyebabkan protein tubuh dapat dipertahankan. Karena itu, manusia
dapat bertahan hidup tanpa mendapat makanan dalam jangka waktu alam, sering melebihi satu
bulan bahkan lebih.
Nilai normal Gukosa darah
1). Kadar gula darah sewaktu : 60 120 mg/dl;
2). Kadar gula darah puasa : 50 100 mg/dl
a. Metode Kimia atau Reduksi
Prinsip : Proses kondensasi dengan akromatik amin dan asam asetat glacial pada suasana panas,
sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau yang kemudian diukur secara fotometris. Beberapa
kelemahan / kekurangannya adalah metode kimia ini memerlukan langkah pemeriksaan yang
panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan lebih besar. Selain itu
reagen pada metode ortho-toluidin bersifat korosif.

b.Metode Enzimatik
1. Metode Glukose Oksidase ( GOD-PAP )
Prinsip : enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi glukonalakton
dan hydrogen peroksida.
Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan
sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa, khususnya B-D glukosa, sedangkan
reaksi kedua tidak spesifik, karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan
hasil pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam askorbat, bilirubin dan glutation
menghambat reaksi karena zat-zat ini akan berkompetisi dengan kromogen
bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga hasil pemeriksaan akan lebih
rendah. Keunggulan dari metode glukosa oksidase adalah karena murahnya
reagen dan hasil yang cukup memadai.
2. Metode Heksokinase
Prinsip : Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan
ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat
dehidrogenase akan mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat dengan nikolinamide
adnine dinueleotide phosphate (NAPP+)

c. Reagen Kering (Gluco DR)


Adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat dipergunakan
untuk mengukur kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk screening
pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler
atau darah vena, tidak dapat menggunakan sampel berupa plasma atau serum
darah.
Prinsip : Tes strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan didasarkan pada
teknologi biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai
bagian yang dapat menarik darah utuh dari lokasi pengambilan / tetesan darah
kedalam zona reaksi. Glukosa oksidase dalam zona reaksi kemudian akan
mengoksidasi glukosa di dalam darah. Intensitas arus electron terukur oleh alat
dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa di dalam sampel darah.

Pemeriksaan Glukosa Darah Metode GOD-PAP


Tujuan Pemeriksaan Glukosa Untuk mengetahui kadar glukosa darah seseorang dalam
mg/dl.
Prinsip Pemeriksaan Glukosa Darah Metode GOD-PAP Glukosa ditentukan setelah
oksidasi enzimatik dengan adanya glukosa oksidase. Hidrogen peroksida yang
terbentuk bereaksi dengan phenol dan 4-aminophenazone dengan katalisator
peroksidase menjadi zat warna quinonemine berwarna merah violet sebagai
indikator. Reaksi Pemeriksaan Glukosa Darah Metode GOD-PAP

GOD Glukosa + O2 + H2O glukonic acid + 4H2O2


POD 2H2O2 + 4-aminophenazone + phenol quinonemine + 4H2O
Alat dan Bahan
Tabung reaksi Mikropipet Blue tip dan yellow tip Tisu Reagen pereaksi Fotometer
Prosedur Pemeriksaan Glukosa Darah Metode GOD-PAP 1.
Persiapan sampel Blanko Standar Sampel Sampel 10 l
Standar 10 l
Reagen 1000 l 1000 l 1000 l
Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu 20C 25C atau 5 menit pada suhu
37C.
Ukur absorbance sampel dan standar terhadap blanko reagen dalam waktu 60 menit. 2.
Pengaturan fotometer Panjang gelombang : 546 nm Faktor : 100 Program : c/st

Sumber : http://medlab.id/pemeriksaan-glukosa-darah/

Fungsi utama urine adalah untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi
oleh tubuh.
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil
penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (misalnya urea), elektrolit (misalnya
natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus
ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa)
diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urine.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urine (kurang
dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urine) terjadi karena nilai ambang
ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau
daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
Penyebab Glukosuria adalah:
1. Tanpa Hiperglikemia, terjadi pada :
a. Glukosa renal, yaitu glukosa dibuang ke air kemih meskipun kadar glukosa
didalam darah normal. Hal ini terjadi karena adanya kelainan fungsi di tubuluss
renalis;
b. Alkalimentasi;
c. Kehamilan.

2. Dengan Hiperglikemia, terjadi pada :


a. Diabetes melitus, Karena kadar glukosa di dalam darah meningkat, karena
kekurangan insulin. Sehingga nefron diginjal tidak bisa menyerap kembali
kelebihan glukosa karena melewati nilai ambang ginjal (ambang glikosa di ginjal :
> 170 mg/dL). Makanya kelebihan glukosa dibuang ke urine.
b. Hipertiroid;
c. Tekanan udara cranial;
d. Sesudah anestesi dengan eter.

Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa di darah meningkat dari
normal (N : 60 -120 g/dL).

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa di darah rendah dari normal.

Pada hipoglikemia disebabkan oleh:


1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas;
2. Dosis insulin/ obat lain yang terlalu tinggi;
3. Kelainan padakelenjer hipofise/ kelenjer adrenal;
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat/ pembentukan glukosa dihati

Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring.


Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Tes glukosa urine
dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan
fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan
semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik
celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif.

1. Cara Benedict

Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau menggunakan benedict ini
memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering digunakan untuk
menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandung garam cupri. Reagen terbaik yang
mengandung garam cupri adalah larutan Benedict.
Prinsip dari tes Benedict, yaitu glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam
benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Benedict
tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna seperti
yang dijelaskan di atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan
terjadi dan warna dari benedict tidak akan berubah.

Uji glukosa urine konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat glukosa
sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan
hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa,
sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan
reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin,
salisilat kadar tinggi, vitamin C, dsb.

Alat dan bahan yang digunakan, yaitu:


a. Tabung reaksi;
b. Lampu spiritus/ water bath
c. Rak tabung reaksi
d. Penjepit tabung reaksi
e. Reagen Benedict

Cara Kerja, yaitu :


a. Siapkan alat dan bahan;
b. Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi;
c. Teteskan sebanyak 5-8 tetes urine ke dalam tabung tersebut;
d. Masukkan tabung tadi ke dalam air mendidih (water bath) selama 5 menit atau langsung
dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit mendidih;
e. Angkat tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi.

Penilaian hasil cara benedict, yaitu:


Negatif : Tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
Positif + atau 1 + : Hijau kekuningan dan keruh ( sesuai dengan 0,5 - 1% glukosa)
Positif ++ atau 2 + : Kuning kehijauan atau kuning keruh (1 - 1,5% glukosa)
Positif +++ atau 3 + : Jingga atau warna lumpur keruh (2 - 3,5% glukosa)
Positif ++++ atau 4 + : Merah bata atau merah keruh ( > 3,5% glukosa)

*Perhatian : membaca hasil harus segera setelah diangkat dan dikocok. Bila dibiarkan lebih
lama, hasilnya akan lebih positif.

Keuntungan metode benedict, yaitu lebih spesifik dan semikuantitatif, sedangkan Kerugian
metoda benedict, yaitu kurang sensitif karena menggunakan basa lemah.

2. Cara Fehling

Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A adalah
larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium
tartrat.
Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh
suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion
kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.

Alat yang digunakan pada cara fehling, yaitu:


a. Tabung reaksi;
b. Rak tabung reaksi;
c. Penjepit Tabung reaksi;
d. Timer
e. Spritus
f. Pipet volum
g. Pipet tetes
h. Kaki tiga
i. Beaker glas

Reagen yang digunakan, yaitu:


a. Fehling A
1) Copper Sulfat (CUSO4.5H2O)
2) Aquadest ad

b. Fehling B
1) Garam saignetti (tatatris calico narici)
2) Hydratis natrici
3) Aquadest ad

Cara Kerja Fehling, yaitu:


c. Memasukkan reagen fehling A dan B sama banyak, masing-masing 2 ml;
d. Menambahkan 1 ml urine;
e. Dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih;
f. Biarkan dingin dan dibaca hasilnya.

Penilaian hasil cara Fehling, yaitu:


Negatif - : Tetap biru
Positif + atau 1 + : Hijau dengan sedikit endapan kuning (kadar gula 100-500 mg/dl)
Positif ++ atau 2 + : Hijau dengan endapan kuning (kadar gula 500-1400 mg/dl)
Positif +++ atau 3 + : Jernih dengan endapan kuning kemerahan atau orange (kadar gula
1400-2000 mg/dl)
Positif ++++ atau 4 + : Jernih dengan endapan merah bata (kadar gula >2000 mg/dl)

Keuntungan metode Fehling, yaitu sangat sensitif, sedangkan Kerugian metoda Fehling,
yaitu kurang spesifik, karena reagen fehling mengnadung basa kuat (KOH) akibatnya semua
reduktor terdeteksi sebagai glukosa.

3. Cara Clinistes
Reagen yang digunakan pada cara clinistes, yaitu:
a. Tablet clinictes siap pakai yang berisi kombinasi CuSO4;
b. asam sitrat;
c. Na2CO3 anhidrat;
d. NaOH.

Cara kerjanya, yaitu Satu tablet clinictes dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 tete urine.
Tungggu 15 detik sampai gelembung udara yang terjadi habis. Lihat hasilnya sambil dikock
perlahan-lahan. Bandingkan warna yang terjadi dengan warna standar.

4. Cara Dengan Menggunakkan Carik Celup

Uji glukosa urine konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat glukosa
sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan
hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa,
sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan
reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin,
salisilat kadar tinggi, vitamin C, dan sebagainya.

Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk glukosa dan
waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu
glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-
toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah
iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi.

Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan spesimen acak
(random)/urine sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urine. Tunggu selama 60
detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan
dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam
pembacaan secara visual.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah:


a. Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi (hidrogen peroksida,
hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel urine, atau urine yang sangat asam (pH di bawah 4).
b. Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C, asam hogentisat,
salisilat dalam jumlah besar, asam hidroksiindolasetat), berat jenis urine > 1,020 dan terutama
bila disertai dengan pH urine yang tinggi, adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas
pemeriksaan, infeksi bakteri.

Anda mungkin juga menyukai