Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan SGPT

Pada praktikum kali ini kami melakukan pemeriksaan SGPT pada 2 pasien anggota
kelompok kami. Praktikum ini bertujuan untuk memeriksa fungsi hati dan
menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh. GPT (Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase ) merupakan salah satu enzim yang yang berada dalam hati dan otot jantung,
dan sebagiannya lagi berada dalam pankreas, otot rangka dan ginjal. Enzim ini terdapat
dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati. Bila terjadi kerusakan hati akan terjadi
peningkatan permeabilitas membran sel sehingga komponen-komponen sitoplasma akan
keluar dari sel dan apabila membran intraseluler seperti mitokondria rusak maka enzim-
enzim yang terdapat di dalamnya akan mengalami peningkatan aktivitas dalam serum. SGPT
merupakan suatu enzim yang efektif dalam mendiagnosa kerusakan hepatoselular.
Kadar ALT serum dapat tinggi sebelum ikterik terjadi. Pada ikterik dan ALT serum >300
unit, penyebab yang paling mungkin karena gangguan hepar dan tidak gangguan hemolitik.

Dalam pemeriksaan SGPT, sampel yang kami gunakan berupa serum darah. Pada
praktikum ini kami menggunakan sampel serum darah pada 2 pasien anggota kelompok
kami. Serum merupakan bagian cairan darah tanpa faktor pembekuan atau sel darah. Serum
didapatkan dengan cara membiarkan darah di dalam tabung reaksi tanpa antikoagulan
membeku dan kemudian disentrifuge dengan kecepatan tinggi untuk mengendapkan semua
sel-selnya. Penggunaan serum dalam kimia klinik lebih luas dibandingkan penggunaan
plasma. Hal ini disebabkan serum tidak mengandung bahan-bahan dari luar seperti
penambahan antikoagulan sehingga komponen-komponen yang terkandung di dalam serum
tidak terganggu aktifitas atau reaksinya.

. Pada praktikum ini kami menggunakan 8 tabung yang terdiri dari 2 sampel, 1 standar,
dan 5 kontrol. Masing-masing tabung di isi dengan sampel, kontrol, dan standar sebanyak
100 µl lalu direaksikan dengan reagen. Reagen yang digunakan terdiri dari 2 macam yaitu
reagen 1 yang berisikan Tris pH 7,15, L-Alanin, LDH (Laktat Dehidrogenase) dan reagen 2
berisikan 2-oxoglutarat 85 mmol/liter dan NADH 1 mmol/liter. Kedua reagen tersebut
disatukan dengan perbandingan yang sudah ditetapkan untuk selanjutnya ditambahkan di
setiap tabungnya dengan volume 1000 µl.

Dalam reagen 1 Tris pH 7,15 berfungsi sebagai dapar yang menjaga pH serum selama
reaksi pemeriksaan ini supaya menjaga kestabilan aktivitas GPT karena enzim sangat sensitif
terhadap perubahan pH., L-Alanin berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi
L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Piruvate Transaminase (GPT) dan LDH
(Laktat Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan mengkatalisis reaksi dari produk
perubahan L-Alanin yang dikatalis oleh GPT, yaitu piruvat, yang akan diubah menjadi laktat.
Untuk Reagen 2 yang digunakan ini berisi 2-oxoglutarat akan bereaksi dengan L-Alanin
membentuk L-glutamat dan piruvat dengan dikatalisis oleh enzim GPT. Enzim GPT ini akan
mengkatalisis pemindahan gugus amino pada L-Alanin ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat
membentuk glutamat dan piruvat. Selanjutnya piruvat direduksi menjadi laktat.

Setelah semua tabung ditambahkan reagen, selanjutnya masing-masing tabung


diinkubasi selama 1 x 3 menit untuk selanjutnya diukur nilai absorbansing dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang UV yaitu 340 nm. Pada
setiap pembacaan spektrofotometer di auto zero untuk mencegah adanya serapan lain selain
sampel yang ada dalam kuvet. Namun hasil absorbansi menunjukan angka yang tidak sesuai,
hal tersebut kemungkinan dikarenakan kuvet yang digunakan meupakan kuvet plastik yang
seharusnya untuk analisis cahaya UV menggunakan kuvet kwarsa serta penggunaan kuvet
yang diganti setiap pergantian sampel yang dianalisis.

Dari hasil pemeriksaan, dapat dihitung dan diperoleh konsentrasi SGPT pada sampel
pasien 1 sebesar 3339,93 U/Lt dan sampel pasien 2 sebesar 6,98 U/Lt. Menurut literatur
kadar normal SGPT pada wanita dewasa yaitu 34 U/Lt. Untuk interprestasi hasil tersebut
dapat diktakan bahwa pasien 2 normal sedangkan pasien 1 melebihi batas normal atau bahkan
angka yang tidak logis hal tersebut dapat disimpulkan pula adanya resiko gangguan pada hati.

Selanjutnya untuk tabung kontrol digunakan sebaga quality control dari pemeriksaan
SGPT yang dilakukan. Parameter QC yang kami tentukan yaitu niai presisi dari setiap hasil
kontrol. Dari hasil perhitungan data keseluruhan diperoleh bahwa hasil koefisien variasi
sebesar 0,94 % dan angka tersebut memenuhi syarat mutu yaitu kurang dari 2 % maka data
tersebut dapat dikatakan presisi atau keterulangan data saling berdekatan. Namun grafik
menunjukkan QC yang tidak baik, hal tersebut dapat dikarenakan karena dilakukan oleh
praktikan yang berbeda dengan instrumen spektrofotometer berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai