Anda di halaman 1dari 33

SUSPENSI KERING PRODUK

STERIL
DEFINISI INJEKSI
• Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan secara parenteral,
suntikan dengan cara menembus, atau
merobek jaringan kedalam atau melalui kulit
atau selaput lendir.
DEFINISI INJEKSI SUSPENSI
• Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa
suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikkan secara intravena atau
kedalam saluran spinal (intratekal).
• Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah
sediaan padat kering dengan bahan pembawa
yang sesuai untuk membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi
steril setelah penambahan bahan pembawa
yang sesuai (Anonim, 1995).
• Dikatakan sebagai suspensi injeksi jika zat aktif tidak
larut dalam pembawa dan menggunakannya sebagai
sediaan depo.
• Kadar partikel padat dalam suspensi injeksi pada
umumnya <5%, diameter partikelnya berkisar 5-10 µm.
• Proses pembuatan dan sterilisasi suspensi injeksi lebih
sulit dibandingkan dengan larutan injeksi, yaitu masing
– masing komponen harus disterilkan terpisah dan
dibuat secara aseptis.
• Sterilisasi akhir tidak boleh menggunakan penyaring
bakteri. Pensterilan bahan padat untuk suspensi injeksi
steril dengan menggunakan sterilisasi gas.
KEUNTUNGAN INJEKSI SUSPENSI
1. Cocok untuk obat – obatan yang tidak dapat
melarut dalam pelarut konvensional.
2. Daya tahan terhadap hidrolisis dan oksidasi
meningkat sebagaimana obat hadir dalam
bentuk padatan.
3. Memungkinkan formulasi sediaan obat dapat
menciptakan pelepasan yang terkontrol.
4. Tidak tereleminasi dahulu oleh hati (First
Pass Effect).
KEKURANGAN INJEKSI SUSPENSI
1. Stabilisasi suspensi untuk periode antara pembuatan &
penggunaan menghadirkan sejumlah masalah, misalnya padatan
secara bertahap mengendap dan mungkin terjadi fenomena
caking, sehingga sulit untuk terdipersi kembali saat akan
digunakan.
2. Pemeliharaan stabilitas secara fisika sangat sulit jika dalam
sediaan suspensi injeksi.
3. Ketidakseragaman dosis pada waktu pemberian.
4. Kesulitan dalam pembuatan : Diperlukan fasilitas khusus untuk
menjaga keadaan aseptis selama proses pembuatan, seperti
kristalisasi, pereduksian ukuran partikel, pembasahan dan
sterilisasi.
5. Kesulitan dalam formulasi : memilih komposisi bahan
seperti suspending agent, viscosity inducing agent, pembasah,
penstabil dan pengawet.
PENGGOLONGAN INJEKSI SUSPENSI
1. Suspensi injeksi dengan pembawa air
2. Suspensi injeksi dengan pembawa minyak
SUSPENSI INJEKSI DALAM AIR
• Mengandung bahan tambahan yang mengurangi
sedimentasi, mengandung pula bahan isotonic,
dapar, pengawet dan lain-lain.
• Untuk zat aktif yang bersifat polar. Misalnya
Suspensi Injeksi Kortison Asetat yang
mengandung Kortison Asetat 25mg, Tween 80
(Surfaktan) 4mg, CMC Na. (Koloid Pelindung)
5mg, NaCl (pengisotonis) 9mg, Benzil Alkohol
(Antibakteri) 9mg, dan Aqua pro Injectio ad (1ml).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN
SUSPENSI INJEKSI DALAM AIR
1. Ukuran partikel dan bobot jenis.
2. Aliran tiksotropi
3. Derajat kebasahan zat aktif (surfaktan), zat
pembasah  menurunkan tegangan permukaan
zat aktif. Contoh: Tween, Lesitin, Polysorbate 80,
Emulphor EL 620, Pluronic F-60, Cremophor 0,5
– 2,0% dilarutkan dalam pelarut yang mudah
menguap. Bila tidak, maka partikel padat akan
mengambang dan bila dikocok akan berbusa.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN
SUSPENSI INJEKSI DALAM AIR
Lanjutan..
4. Kecepatan sedimentasi (Gel – Form), dimana
• Partikel padat yang terdispersi merata cenderung bergerak turun.
Mengatasinya : + koloid hirofilik (CMC Na 0,1-0,3%, GOM, Gelatin,
Carmellose sodium, methylcellulose) atau senyawa seperti sorbitol
ester, untuk memperbesar viskositas larutan.
• Partikel padat yang terdispersi dan halus dapat mengendap
membentuk paket sedimen yang kompak dan sulit didispersikan
kembali. Mengatasinya : + bahan pembasah berkonsentrasi rendah,
sehingga paket sedimen yang kompak masih dapat didispersikan
kembali dengan mudah atau dengan penambahan natrium sitrat.
5. Kelarutan zat aktif, dimana dilakukan secara kimiawi dengan
membentuk senyawa kompleks yang sukar larut, misalnya Insulin
Protamin atau Prokain Penisilin.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN
SUSPENSI INJEKSI DALAM AIR
6. Ukuran partikel, dimana ukuran partikel zat aktif akan
mempengaruhi efek depo suspensi injeksi. Partikel yang
besar berefek lebih panjang, tetapi cenderung lebih
mudah mengendap dan menyumbat lubang jarum suntik.
7. Sistem rheologi, dimana dipilih sifat aliran yang tiksotropi.
8. Bahan antibusa, dimana dapat ditambahkan oktil alkohol
atau emulsi silikon.
9. Pembentukan endapan keras (caking)
10. Isotonis
11. Isohidris
12. Bahan antibakteri.
TAHAPAN PEMBUATAN INJEKSI
SUSPENSI DALAM AIR
1. Menghaluskan ukuran partikel dan
merekristalisasi bahan obat.
2. Sterilisasi bahan obat.
3. Sterilisasi pembawa dan pelarut.
4. Larutan bahan aktif dengan pelarut secara
aseptis.
5. Homogenkan secara aseptis.
6. Masukan kedalam wadah steril, tutup, dan
segel secara aseptis.
FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI
INJEKSI
1. Pertimbangan Formulasi
a) Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari
sediaan suspensi parenteral :
• Kelarutan obat dalam cairan sel di tempat penyuntikan.
• Kelarutan lemak dan koefisien partisi minyak-air pada
obat.
• pKa pada obat.
• Tingkat laju disolusi dari bentuk sediaannya.
• Ukuran partikel obat dalam suspensi parenteral.
• Kompatibilitas dengan bahan lainnya.
b) Data preformulasi yang dibutuhkan untuk
pengembangan formulasi :
• Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel
• Disolusi
• pKa
• Solvat dan polimorf
• Solubilitas
• Stabilitas pH
2. Pengembangan Formulasi
• Komposisi Suspensi, dimana suspensi parenteral
mengandung bahan yang meliputi zat aktif dan zat
tambahan.
• Bahan tambahan yang digunakan, harus bersifat
nonpirogenik, nontoksik, nonhemolitik dan noniritatif.
Peran dari zat tambahan tidak boleh mengganggu efek
terapetik zat aktif. Bahan tambahan berperan dalam
menjaga stabilitasnya selama proses sterilisasi dan
selama masa penyimpanan dan yang paling terutama
efektif pada konsentrasi rendah.
3. Jenis Bahan Tambahan yang Biasanya
Digunakan dalam Suspensi Parenteral
• Floculating/suspending agent
• Wetting agent (Pembasah)
• Solvent (Pelarut)
• Zat Pengawet
• Antioksidan
• Chelating agent (Pengkhelat)
• Buffering agent (Pendapar)
• Toniciting agent (Pengtonisitas)
Jenis Bahan Tambahan
Suspensi Parenteral
A. Floculating/suspending agent meliputi 3
golongan antara lain :
• Surfaktan, contoh : Lesitin, Polysorbat 20,
Polysorbat 40, Polysorbat 80 dan Pluronic F-68.
• Koloid Hidrofilik, contoh : CMC Sodium, Akasia,
Gelatin, MC, dan PVP.
• Elektrolit, contoh : Kalium/ Sodium Klorida,
Kalium/ Sodium Sitrat, dan Kalium/ Sodium
Asetat.
Jenis Bahan Tambahan
Suspensi Parenteral
B. Pembasah (Wetting agent) berfungsi
mengurangi sudut kontak permukaan partikel
dengan cairan pembasah. Berguna apabila
serbuk hidrofobik tersuspensi dalam keadaan
yang polar, contohnya :
• Pelarut non polar : Gliserin, Alkohol dan
Propilenglikol
• Surfaktan non ionik : Polysorbate 20,
Polysorbate 40 dan Polysorbate 80
Jenis Bahan Tambahan
Suspensi Parenteral
C. Pelarut (Solvent) untuk suspensi injeksi dapat
digunakan pelarut yang polar maupun yang nonpolar.
Water for suspension cocok pada sistem pelarut yang
polar. Pelarut yang nonpolar dapat berupa :
• Pelarut nonpolar yang dapat bercampur dengan air
(Water Miscible) seperti Etanol, Gliserin, Propilenglikol,
N-(β hidroksietil)-laktamida.
• Pelarut nonpolar yang tidak dapat bercampur dengan
air maupun minyak tertentu, seperti Minyak Wijen,
Minyak Kacang, Minyak Jarak, Minyak Almond, Minyak
Bunga Matahari, dan Minyak Biji Poppy Beriodium.
Jenis Bahan Tambahan
Suspensi Parenteral
D. Pengawet
Bahan pengawet yang dapat digunakan dalam
suspensi injeksi antara lain :
• Benzil Alkohol (0,9% – 1,5%)
• Metilparaben (0,18% – 0,2%)
• Propilparaben (0,02%)
• Benzalkonium Klorida (0,01% – 0,02%)
• Thimersal (0,001% – 0,01%)
Jenis Bahan Tambahan
Suspensi Parenteral
E. Antioksidan
Antioksidan yang digunakan dalam suspensi parenteral terbagi atas
dua jenis :
Larut air
• Asam Askorbat (0,02% – 0,1%)
• Sodium Bisulfit (0,1% – 0,15%)
• Sodium Metabisulfit (0,1% – 0,15%)
• Sodium Formaldehida Sulfoksilat (0,1% – 0,15%)
• Thiourea (0,005%)
Larut minyak
• Ester Asam Askorbat (0,01% – 0,15%)
• BHT (0,005% – 0,02%)
• Tokoferol (0,05% – 0,075%)
Jenis Bahan Tambahan
Suspensi Parenteral
F. Contoh pengkhelat (Chelating agent) : EDTA
(Etilendiamintetraasetat).
G. Contoh pendapar (Buffering agent) : Asam
Sitrat dan Sodium Sitrat.
H. Contoh pengisotonis (Toniciting agent) :
Dekstrosa, Sodium Klorida.
PEMBUATAN SEDIAAN SUSPENSI INJEKSI
Dua metode dasar yang digunakan untuk menyiapkan suspensi
parenteral adalah :
1. Secara aseptik menggabungkan serbuk dan zat pembawa
(carrier) steril.
Pembuatan Sediaan Suspensi Injeksi
2. Pembentukan kristal in situ dengan menggabungkan larutan steril.
PERSYARATAN SEDIAAN SUSPENSI
INJEKSI
Persyaratan pada suspensi injeksi hampir sama dengan persyaratan
suspensi pada umumnya, yaitu :
• Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
• Jika dikocok harus segera terdispersi kembali (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
• Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
• Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok
atau sedia dituang (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1979).
• Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran
partikel dari suspensi tetap konstan untuk jangka penyimpanan
yang lama (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
PERSYARATAN SEDIAAN SUSPENSI
INJEKSI
• Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan
intratekal (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995).
• Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara
tertentu harus mengandung anti mikroba (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
• Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga
ukuran partikel dari suspenoid tetap agak konstan untuk
yang lama pada penyimpanan (Ansel, H. C., 2008, hal 356)
• Partikel padatan fase dispersi harus halus dan tidak boleh
cepat mengendap (FKI, 1985, hal 82).
• Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi
atau melukai kulit (FKI, 1985, hal 77).
Evaluasi Sediaan Suspensi Injeksi
Evaluasi sediaan suspensi injeksi meliputi 2 hal, antara lain :
A. Secara fisik dimana meliputi :
• Syringeability, artinya sediaan suspensi injeksi tidak boleh
menyumbat jarum suntiknya.
• Injectability, artinya sediaan suspensi injeksi dapat
diinjeksikan ke dalam tubuh selain dari rute intravena dan
intratekal.
• Resuspendibility, artinya kemampuan suspensi injeksi untuk
menahan partikel yang mengendap dengan jumlah
guncangan setelah suspensi bertahan selama beberapa
waktu.
• Volume Sedimentasi, diusahakan volume sedimentasi
sekecil mungkin dan harus bersifat reversible.
Evaluasi Sediaan Suspensi Injeksi
Lanjutan..
• Siklus Beku-Cair dan Pertumbuhan Kristal, artinya
keseimbangan suhu perlu diperhatikan agar tidak
tercipta endapan kristal yang akan menganggu
syringeability suspensi injeksi.
• Pengukuran ukuran partikel, untuk memastikan partikel
yang akan masuk ke dalam darah sesuai dengan
ketentuan.
• Penentuan Potensi Zeta, untuk mencegah terjadinya
flokulasi.
• Karakteristik Penghantaran, artinya memperhatikan seg
• Interaksi Zat Pembawa – Zat Aktif.i Drug Delivery
System.
Evaluasi Sediaan Suspensi Injeksi
B. Secara biologis meliputi :
• Uji Sterilitas (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, FI IV, hal 71).
• Uji Pirogenitas (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, FI IV, hal 231).
Pemilihan Wadah dan Kompatibilitas
Wadah terhadap Sediaan Suspensi Injeksi
• Komponen wadah untuk produk parenteral harus dianggap
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari produk karena
mereka dapat secara dramatis mempengaruhi produk dari
segi stabilitas, potensi, toksisitas, dan keamanan.
• Injeksi suspensi dan emulsi yang tersedia dalam volume
100 sampai 1000 ml dikemas dalam botol kaca tipe USP I &
II.
• Botol tersilikon dengan permukaan hidrofobik bagian dalam
dapat digunakan.
• Penutupan karet paling sering digunakan.
• Penutupan tidak harus permeabel untuk oksigen atau
menjadi melunak oleh kontak dengan fasa minyak emulsi.
Injeksi suspensi umumnya menggunakan syringe dengan
volume Kecil (Small Volume Parenteral) seperti ampul,
vial kaca dengan segel karet, ampul plastik (sistem
Tumbuk – Isi – Segel), jarum suntik pra-isi, dan jarum
injeksi bebas.
CONTOH SEDIAAN
Daftar Pustaka
• Lieberman H.A.,, Leon L. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. Third edition, Varghese
puglising house, Bombay, pp- 639-680.
• Francoise N., Gilberte M. Pharmaceutical emulsion and suspension. Marcel Dekker, inc, New York,
pp- 229-270.
• Remington, The Science and Practice of Pharmacy 21th edition, Volume I, Lippincott Williams &
Wilkinss, pp- 802-836.
• L.C. Collins-Gold, R.T. Lyons and L.C. Bartholow Parenteral emulsions for drug delivery Advanced
Drug Delivery Reviews, 5 189-208, 1990.
• Rajesh M. Patel; Parenteral suspension: An overview, International Journal of Current
Pharmaceutical Research Vol 2, Issue 3, 2010.
• Tungadi, Robert. 2017. Teknologi Sediaan Steril. Jakarta : Sagung Seto.
• Tungadi, Robert. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolid. Jakarta : Segung Seto.
• Stefanus, Lukas. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta. C.V ANDI OFFSET.
• Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta :
Dekpes RI.
• Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta :
Dekpes RI.
• Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa Ibrahim, F. Jakarta : UI
Press.

Anda mungkin juga menyukai