Anda di halaman 1dari 20

FORMULASI DAN

PEMBUATAN SUSPENSI
ORAL ALUMINA, MAGNESIA
DAN KALSIUM KARBONAT

Kelompok 3 kelas FA2


ANGGOTA KELOMPOK

Lingga Febiani 211FF05087


Lutfi FadilahLubis 211FF05088
Made Savitri. WS 211FF05089
Maria Florida. S 211FF05090
Maya Rosdiana 211FF05091
Meylan Susanti 211FF05092
Miftahul Jannah 211FF05093
Mira Hardianti 211FF05094 Moch Renaldi. A 211FF05095
Nenden Jesie. J 211FF05096
Novia Purnamasari 211FF05097
Nur Rizki Amelia. P 211FF05098
Nurkholifah 211FF05099
Permatasari 211FF05100
Tony Koswara 211FF05154
Triyanti Setia 211FF05155
Vera Lis Fitriani 211FF05156
Pendahuluan

Suspensi
Sediaan cair yang mengandung partikel Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan
padat tidak larut yang terdispersi dalam Kalsium Karbonat mengandung
fase cair. alumunium hidroksida Al(OH)3;
Suspensi oral merupakan sediaan cair magnesium hidroksida Mg(OH)2 dan
mengandung partikel padat yang kalsium karbonat CaCO3, masing
terdispersi dalam pembawa cair dengan masing tidak kurang dari 90% dan tidak
pengaroma yang sesuai, dan ditunjukan lebih dari 110% dari jumlah yang
untuk penggunaan oral. tertera pada etiket. (FI IV,2020 : hal 96)
(FI VI,2020 hal 61)
Tujuan

Untuk mengetahui preformulasi dan


formulasi dari sediaan suspensi oral
alumnia, magnesia dan kalsium
karbonat
Kelebihan dan Kekurangan Suspensi

Kelebihan Kekurangan
1. sediaan yang menjamin stabilitas 1. suspensi memiliki kestabilan yang
kimia dan memungkinkan terapi rendah.
dengan cairan 2. jika terbentuk caking akan sulit
2. untuk pasien kondisi khusus, bentuk terdispersi kembali sehingga
cair lebih disukai dari pada bentuk homogenitasnya turun.
padat. 3. aliran yang terlalu kental
3. suspensi pemberiaanya lebih mudah menyebabkan sediaan sukar di tuang.
serta lebih mudah memberikan dosis 4. ketepatan dosis lebih rendah dari
yang relatif lebih besar. pada bentuk sediaan larutan
4. suspensi merupakan sediaan yang 5. pada saat penyimpanan kemungkinan
aman, mudah di berikan untuk anak- terjadi perubahan sistem dispersi.
anak, juga mudah di atur penyesuaian 6. sediaan suspensi harus dikocok
dosisnya untuk anak anak dan dapat terlebih dahulu untuk memperoleh
menutupi rasa pahit dosis yang diinginkan
Jenis-Jenis Suspensi
❑ Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
❑ Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang
ditujukan untuk penggunaan kulit.
❑ Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada
telinga bagian luar.
❑ Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa
untuk pemakaian pada mata.

Pembentukan suspensi terdiri dari dua sistem yaitu sistem flokulasi dan sistem deflokulasi. Dalam flokulasi dan
deflokulasi, peristiwa memisahnya (mengendapnya fase terdisper) antara fase terdisper dan fase pendisper terjadi
dalam rentang waktu yang berbeda.

(FI IV, 1995, hal 18)


Syarat Sediaan Suspensi

1. Suspensi harus menggunakan zat antimikroba


2. Sesuai sifatnya, partikel suspensi harus dapat mengendap
pada dasar wadah bila didiamkan
3. Suspensi harus dikocok, baik sebelum digunakan untuk
menjamin distribusi zat aktif merata dalam cairan pembawa
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat

Farmakope Indonesia Ed. VI


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kestabilan
Suspensi
“Ukuran Partikel” “Jumlah Partikel (Konsentrasi)”
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas

01 penampangnya. (dalam volume yang sama) akan


semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat
Makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel
dalam waktu yang singkat.
03
gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel.

“Kekentalan (Viskositas)” “Sifat/muatan Partikel


Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari
babarapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula
02 kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental suatu cairan kecepatan alirannya makin
selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan
bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena
04
turun (kecil). sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka
kita tidak dapat mempengaruhinya.

(Murtini, 2016)
Monografi & Preformulasi
Kelarutan

Praktis tidak larut dalam air dan


dalam etanol; larut dalam asam
mineral encer dan dalam larutan
alkali hidroksida.

Baku pembanding
Gel Aluminium Hidroksida Kering
Pemerian BPFI; tidak boleh dikeringkan
sebelum digunakan.
Serbuk amorf, putih; tidak
berbau; tidak berasa.
pH
Penyimpanan Tidak lebih dari 10,0; lakukan
Dalam wadah tertutup penetapan menggunakan
rapat. larutan zat terdispersi dalam air
(1 dalam 25). FI VI hal 102
Monografi & Preformulasi
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan
dalam etanol; larut dalam asam
encer.
Batas mikroba Identifikasi
Tidak boleh mengandung Larutan (1 dalam 20) dalam asam
Escherichia coli. hidroklorida 3 N menunjukkan reaksi
Magnesium cara A seperti yang
tertera pada Uji Identifikasi Umum
Pemerian
Serbuk putih, ringan.
Susut Pengeringan
Penyimpanan
Tidak lebih dari 2,0%; lakukan
Dalam wadah tertutup
pengeringan pada suhu 105º
rapat
selama 2 jam.
FI VI hal 1076
Monografi & Preformulasi
Nipagin BM 152,15 Pengawet
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih: tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida;
mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Baku pembanding : Metilparaben BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. (FI VI Hal 1144)
Nipasol BM 180,20 Pengawet
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil; tidak berwarna.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; sukar larut dalam air mendidih; mudah
larut dalam etanol dan dalam eter.
Baku pembanding : Propilparaben BPFI; lakukan pengeringan dalam desikator
di atas silika gel P selama 5 jam sebelum digunakan. (FI VI hal 1448)
Sorbitol BM 182,17 Pemanis
70% Pemerian : Serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih; rasa
manis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam
metanol dan dalam asam asetat.
Baku pembanding : Sorbitol BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
(FI VI hal 1632)
Formulasi Suspensi oral alumina,
magnesia
No Nama Bahan Fungsi Scale % Skala Lab Skala Industri
(mg/ml) (mg/100 ml) 50 botol 5000 botol

1 Aluminum Zat Aktif 360 27,87 1393,5 mg 139.350 mg


Hydroxide Gel
2 Magnesium Zat Aktif 320 24,78 1239 mg 123.900 mg
Hydroxide
3 Purified Pengental 5 0,39 19,5 mg 1.950 mg
Bentonite
(Veegum HS)
4 Nipagin Pengawet 2 0,15 7,5 mg 750 mg
5 Nipasol pengawet 0,6 0,05 2,5 mg 250 mg
6 Sorbitol 70% Pemanis 200 15,48 774 mg 77.400 mg
7 Xanthan Gum Pengental, 2 0,15 7,5 mg 750 mg
(Rhodigel) Pengemulsi
8 Water Pelarut 401 31,05 1552,5 mg 155.250 mg
9 Peppermint oil Perasa 1 0,08 4 mg 400 mg
Total 1291,6 100

(Niazi, 2004 ,Volume 3)


Alat & Bahan
Bahan : Purified Bentonite (Veegum HS), Xanthan Gum (Rhodigel), Water, Sorbitol 70%, Alumunium
Hydroxide Gel, Magnesium Hydroxide, Nipagin & Nipasol, Papper Mint Oil
Alat : 1. Alat bukan mesin : Mortir & Stamper, Beaker Glass & Batang Pengaduk, Botol 100 mL
2. Alat mesin :
Tanki mixing mobile (50 & 100 Liter) adalah sebuah alat yang berfungsi
untuk mencampur atau memixing produk yang berbentuk cairan atau
liquid agar menjadi homogen. Tanki ini di design sesuai standard GMP.

Mixer Magnetic Tank adalah sebuah alat berupa tanki yang digunakan
untuk proses mixing atau pencampuran product liquid dengan
kapasitas tertentu. System proses mixingnya menggunakan magnetik
dimana kedua area luar dan dalam tidak menjadi satu kesatuan
antar blade mixer dengan shaft motornya.
Prosedur Pembuatan Suspensi

Tanki 1 Tanki 2 Tanki 3


Tanki 1 (Campuran)
Kembangkan Campur Al(OH)3, Larutkan Nipagin dan Tambahkan Papper mint
Bentonite dan Mg(OH)3 Nipasol menggunakan oil pada tanki , aduk ad
Xanthan Gum, tambahkan sorbitol air, (Panaskan) homogen.
tambahkan air, 70%, Campurkan Dinginkan sampai suhu Setelah sediaan
Aduk sampai sampai homogen 40C masukan kedalam homogen, maka dapat
terbentuk Masukan kedalam campuran mucilago dialirkan kesetiap botol
mucilago mucilago (Tanki 1) (Tanki 1), Aduk sampai yang akan digunakan.
homogen

(Niazi, 2004 ,Volume 3)


Evaluasi fisik
1. Uji volume terpindahkan
Untuk mengetahui bahwa jumlah volume yang ada pada sediaan (botol) adalah sama seperti yang
tercantum dalam etiket. Volume ratarata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari
100%, dan tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada
etiket (FI VI Hal. 2121).
2. Uji viskositas
viskositas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar konsistensi sediaan dan menunjukan
kekentalan dari suatu sediaan (Ulfah et al., 2020).
3. uji ph
Uji ph dilakukan dengan ph meter, nilai ph berkisar antara 7,5 dan 8,5 (FI VI, HAL.96)
4. waktu redisperse
Merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suspense untuk dapat terdispersi Kembali secara merata
dari keadaan mengendap. Kemampuan redisperse bail bila suspense telah terdispersi sempurna
dengan pengocokan dalam waktu maksimal 30 detik (Ulfah et al., 2020).
5. uji volume sedimentasi
Syarat suspense yang baik memiliki nilai F mendekati 1(Ulfah et al., 2020).
6. Uji bobot jenis
Bobot jenis suatu sediaan merupakan factor yang dapat mempengaruhi viskositas suspensi (Ulfah
et al., 2020).
Evaluasi Kimia dan Mikrobiologi
❑ Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat mengandung
aluminium hidroksida Al(OH)3; magnesium hidroksida Mg(OH)2 dan kalsium
karbonat CaCO3 masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

❑ Klorida Tidak lebih dari 0,14%

❑ Sulfat Tidak lebih dari 0,1%

❑ Batas mikroba Total mikroba aerobik tidak lebih dari 100 unit koloni per mL.

(FI VI, HAL.96)


TERIMAKASIH
Pertanyaan dan Jawaban

1. Kenapa pada evaluasi sediaan ini menggunakan uji mikroba, sedangkan ini bukan merupakan
sediaan steril ? (James )
Jawab : Sediaan antasida suspensi dosis ganda dengan bahan utama air merupakan
pemicu utama adanya mikroorganisme yang tumbuh, karena air merupakan habitat hidup dari
mikroorganisme. Hal tesebut mendorong produsen obat sediaan oral antasida suspensi menggunakan
pengawet atau zat antimikroba pada produknya. Oleh karena itu perlu diketahui seberapa efektiftivitas
zat antimikroba atau pengawet pada produk sediaan antasida suspensi tersebut ( Nurkholifah )
2. Dipreformulasi disitukan tertera bahwa zat aktif yang digunakan itu Magnesium Hidroksida dan
Alumunium Hidroksida. Alasan menggunakan kedua zat aktif tersebut itu apa? Dan apa sih contoh obat
yang mengandung Magnesium Hidroksida dan Alumunium Hidroksida? ( Ana Hanifahwati)
Jawab : karena zat aktif Mg dan Al hidroksida dlm FI tertera praktis tdk larut dlm air, oleh
sebab itu dibuat suspensi agar kedua zat aktif tersebut terdispersi dlm cairan pembawa. Salah satu obat
yang mengandung kedua zat aktif tersebut yaitu Antasida. Dan alasan menggunakan zat aktif
Magnesium Hidroksida karena obat antasida ini mengandung Magnesium yang relative tidak larut dalam
air sehingga bekerja lebih lama bila berada dalam lambung dan agar pemberian antasida tercapai.
Sedangkan alas an menggunakan Alumunium Hidroksida karena zat ini memiliki daya untuk
menetralkan asam lambung lambat, tetapi memiliki masa kerja lebih panjang, serta absorbs makanan
setelah pemberian Alumunium dipengaruhi dan komposisi tinja tidak berubah, serta memiliki sifat
demulsen dan adsorben. ( Lingga Febiani)
Pertanyaan dan Jawaban

3. Setahu saya suspense itu memiliki sifat aliran suspense, itu tuh apa aja dan sediaan suspense ini
termasuk kedalam aliran yang mana? (Ida Ayu Komang)
Jawab : Sifat aliran suspense ada 5 setahu saya yaitu
Aliran Newton → biasanya aliran ini untuk sediaan larutan
Aliran Plastis → biasanya aliran ini untuk sediaan larutan
Aliran pseudoplastis → suspense dan emulsi
Aliran dilatan → sediaan pasta
Aliran tiksotropi → ideal untuk sediaan suspense
Suspense ini termasuk kedalam aliran tiksotropi
( Meylan Susanti )
Daftar Pustaka
● http://www.prima-brt.com/2016/09/mesin-mesin-farmasi.html
● Kementerian Kesehatan RI, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
● Murtini, G. (2016) ‘Farmasetika Dasar’, Kemenkes RI, p. 168. Available at:
file:///E:/Murtini Gloria.pdf.
● Niazi, 2004, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation, Liquid Products,
volume 3, CRC Press, Boca Raton London New York Washington, D.C.
● Ulfah, F., Studi Sarjana Farmasi, P., Ilmu Kesehatan, F., Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan Jl Raya Ambokembang No, U., Pekalongan, K., & Tengah, J. (n.d.).
KARAKTERISASI SEDIAAN SUSPENSI . http://cjp.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai