Anda di halaman 1dari 18

JURNAL AWAL

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL

FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP KERING KLORAMFENIKOL

DOSEN PENGAMPU:
COKORDA ISTRI SRI ARISANTI, S.Farm., M.Si., Apt.

KELOMPOK 4
GOLONGAN I

ANDREW BORNEO SALIAN P. 1608551023


NI LUH GEDE WIWIN PEBRIANI 1608551024
PUTU ARISTIAWATI DUARSA 1608551026
NI LUH CINTYA DARMIA P. 1608551027
LUH PUTU AYU MERYTA 1608551028
NI PUTU AYU INTEN ARTANIA 1608551029

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
I. PRAFORMULASI
1.1 Tinjauan Farmakologi Zat aktif
1.1.1 Indikasi
Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap
beberapa jenis bakteri dan kuman anaerob. Kloramfenikol mempunyai aktivitas
bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat bakterisidal (Dian, dkk., 2015).
Kloramfenikol berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman gram
positif dan sejumlah kuman gram negatif serta bekerja bakterisid terhadap
Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae (Farida, dkk., 2017).
1.1.2 Farmakokinetik
Reabsorpsi kloramfenikol dari usus cepat dan agak lengkap dengan
bioavailabilitas 75-90%. Difusi ke dalam jaringan, rongga, dan cairan tubuh baik,
kecuali ke dalam empedu. Kadar dalam CCS tinggi jika dibandingkan dengan
antibiotika lain. Dalam hati, 90% dari zat ini dirombak menjadi glukoronida
inaktif. Bayi yang baru lahir belum memiliki enzim detoksifikasi yang cukup,
sehingga mudah mengalami keracunan yang fatal (grey baby syndrome).
Ekskresinya melalui ginjal, terutama sebagai metabolit inaktif dan lebih kurang
10% secara utuh (Tjay dan Rahardja, 2008).
1.1.3 Mekanisme
Aktifitas kloramfenikol dalam menghambat sintesis protein dengan jalan
mengikat ribosom yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan
peptida. Antibiotik kloramfenikol akan melekat pada subunit 50s ribosom bakteri
sehingga menghalangi enzim Peptidil-tranferase.Enzim inilah yang melaksanakan
3 langka dengan membentuk ikatan peptida antara asam amino baru yang masih
melekat pada tRNA-nya, dan asam amino terakhir peptida yang sedang
berkembang.Hal ini menyebabkan sintesis protein terhenti seketika (Dian, dkk.,
2015).
1.1.4 Efek Samping
Efek samping yang umum berupa gangguan lambung-usus, neuropati optis
dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah

1
depresi sumsum tulang (myelodepresi) yang dapat berwujud dalam dua bentuk
anemia, yakni sebagai berikut.

a. Penghambatan pembentukan sel-sel darah (eritrosit, trombosit dan granulosit)


yang timbul dalam waktu 5 hari sesudan dimulainya terapi. Gangguan ini
tergantung dari dosis serta lamanya terapi dan bersifat reversibel.
b. Anemia aplastis, yang timbul sesudah beberapa minggu sampai beberapa
bulan pada penggunaan oral, parenteral dan okuler, maka tetes mata tidak
boleh digunakan lebih lama dari 10 hari. Myelodepresi ini tidak reversibel
dan agak jarang terjadi, tetapi seringkali bersifat fatal (Tjay dan Rahardja,
2008).
c. Penekanan sumsum tulang (Fitriah, dkk., 2015).
1.1.5 Kontraindikasi
Penggunaan kloramfenikol tidak dianjurkan bersamaan dengan penggunaan
latasi dan kehamilan karena dapat menimbulkan cyanosis dan hypothermia pada
neopati. Hal tersebut diakibatkan karena ketidakmampuan tubuh untuk
mengkonjugasi dan mengeksresi kloramfenikol sehingga meningkatkan kadarnya
dalam darah (Tjay dan Rahardja, 2008).
1.1.6 Interaksi Obat
Kloramfenikol meningkatkan daya kerja dari antikoagulan, fenitoin, dan
antidiabetika oral. Kloramfenikol juga menghambat metabolisme dari obat-obatan
lain sehingga dapat meningkatkan daya kerja dari difenilhidantoin, sulfonylurea,
dan warfarin (Tjay dan Rahardja, 2008).
1.1.7 Penyimpanan
Kloramfenikol harus disimpan pada wadah yang tertutup rapat, sejuk dan
kering serta terhindar dari cahaya (Depkes RI, 1995).
1.2 Tinjauan Fisikokimia Bahan Obat
1.2.1 Kloramfenikol
a. Pemerian

2
Hablur halus berbentu jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan; Larutan praktis netral terhadap lakmus p; stabil
dalam larutan netral atau larutan agak asam (Depkes RI, 2014).

Gambar 1. Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI, 2014).


b. Kelarutan
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol,
dalam aseton dan dalam asetat (Depkes RI, 2014).
c. Jarak lebur Antara 149° dan 153°C (Depkes RI, 2014).
d. Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat. Simpan ditempat sejuk dan kering (Depkes RI,
2014).
e. Dosis
Dosis lazim: - Sekali: 250 mg – 500 mg
- Sehari: 1-2 gram
(Depkes RI, 1979).
f. Konstanta Disosiasi pKa = 5,5
g. pH Antara 4,5 dan 7,5
1.3 Tinjauan Fisikokimia Bahan Tambahan
1.3.1 Aseton
a. Pemerian
Aseton mengandung tidak kurang dari 99% aseton C3H6Odihitung terhadap
zat anhidrat. Aseton memiliki pemerian cairan transparan, tidak berwarna, mudah
menguap, memiliki bau khas (Depkes RI, 2014).

3
b. Kelarutan
Dapat bercampur dengan air, dengan etanol, dengan eter, dengan kloroform,
dan hampir smeua minyak dan minyak mudah menguap (Depkes RI, 2014).
c. Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari api (Depkes RI, 2014).
d. Bobot jenis tidak lebih dari 0,789 (Depkes RI, 2014).
1.3.2 Sukrosa
a. Pemerian
Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari Saccharum officinarum Linne
(Familia Graminae), Beta vulgaris Linne (Familia Chenopodiaceae) dan sumber-
sumber lain. Tidak mengandung bahan tambahan. Hablur putih atau tidak
berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak
berbau, rasa manis, stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus (Depkes
RI, 1995).
b. Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar
larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Depkes RI, 1995).
c. Sukrosa dapat digunakan sebagai zat penyalut, membantu proses granulasi,
suspending agent, pemanis, bahan pengikat bahan pengisi, agen terapeutik
dan peningkat viskositas. Sukrosa banyak digunakan dalam sediaan oral
farmasi (Rowe et al, 2009).
1.3.3 Akasia
a. Pemerian
Gom akasia adalah eksudat yang mengeras di udara seperti gom, yang mengalir
secara alami atau dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acacia
senegal dan spesies lain acacia yang berasal dari afrika. Pemerian akasia
adalah tidak berbau (Depkes RI, 2014).
b. Kelarutan
Larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air, tetapi sangat lambat,
meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit,
praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter (Depkes RI, 2014).

4
c. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 2014).
1.3.4 Xanthan gum
Xanthan gum ((C35H49O29)n) merupakan gom polisakarida berat molekul
tinggi. Ini mengandung D-glukosa dan D-mannose sebagai unit heksose yang
dominan, bersama dengan asam D-glukuronat, dan disiapkan sebagai natrium,
kalium, atau garam kalsium. Setiap unit pengulangan gusi xanthan mengandung
lima residu gula: dua glukosa, dua mannose, dan satu asam glukuronat. Tulang
punggung polimer terdiri dari empat unit b-D-glukosa yang dihubungkan pada
posisi 1 dan 4, dan karena itu identik dalam struktur selulosa. Rantai samping
trisakarida pada unit anhydroglucose bolak-balik membedakan xanthan dari
selulosa. Xanthan gum telah digunakan sebagai agen menangguhkan suspensi
suspensi konvensional, kering dan berkelanjutan. Xanthan gum adalah bahan
anionik dan biasanya tidak kompatibel dengan surfaktan kationik, polimer, atau
pengawet, karena pengendapan terjadi. Surfaktan anionik dan amfoterik pada
konsentrasi di atas 15% b / v menyebabkan pengendapan getah xanthan dari
larutan. (Rowe et al, 2009).
1.3.5 Magnesium stearate
a. Pemerian
Magnesium stearate merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam-asam organic padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
magnesium stearate dan magnesium palmitate dalam berbagai perbandingan.
Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3%
MgO. Magnesium stearate memiliki pemerian serbuk halus, putih dan
voluminous, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, dan bebas dari butiran
(Depkes RI, 2014).
b. Kelarutan
Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter (Depkes RI, 2014).
c. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 2014).
1.3.6 Sorbitol
Sorbitol memiliki pemerian berupa serbuk, granul atau lempengan,
higroskopis, warna putih dan rasa manis. Sangat mudah larut dalam air, sukar

5
larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat (Depkes RI, 1995).
Sorbitol dapat digunakan sebagai humektan, platicizer, stabilizing agent, pemanis,
dan bahan pengisi untuk tablet dan kapsul (Rowe et al, 2009).
1.3.7 Sodium Benzoate
Sodium benzoate memiliki pemerian berupa granul atau serbuk, putih, tidak
berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara. Mudah larut dalam air, agak
sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90% (Depkes RI,
1995). Sodium benzoat dapat digunakan sebagai pengawet dan lubrikan untuk
tablet dan kapsul (Rowe et al, 2009).
1.4 Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemakaian
Bentuk sediaan berupa sirup kering. Sirup kering adalah sediaan berbentuk
suspensi yang harus direkonstitusikan terlebih dahulu dengan sejumlah air atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan (Depkes RI, 1995). Sirup merupakan
larutan oral yang mengandung sakarosa, kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa
C12H22O11 tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (Depkes RI, 1979).
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan Pensuspensi,
Pembasah, Pemanis, Pengawet, Penambah Rasa/Aroma, Buffer, Dan Zat Warna
(Depkes RI, 1995). Dosis Pemakaian Untuk Pemberian Antibiotik Adalah 2 Kali
Sehari 10 Ml Sendok Takar. Cara Pemakaian Sirup Kering Sebelum Digunakan
Perlu Dilakukan Rekonstitusi Dengan Penambahan Sedikit Air Kemudian
Dikocok Ringan, Kemudian Di Beri Air Hingga Tanda Batas Pada Sediaan
Setelah Itu Diminum Secara Oral.
II. FORMULASI
2.1 Formula
2.1.1 Formula I
R/ Chloramphenicol 0,2 gram
Cetirizine Hydrochloride 0,03 gram
Acacia 0,01 gram
Tragacanth 0,005 gram
Mannitol 0,005 gram
Magnesium Stearate 0,001 gram

6
Sodium Benzoate 0,0002 gram
Sucrose 0,0468 gram
Orange Flavour q.s
Acetone q.s
Purified Water q.s
Total 0,298 gram
(Dessai and Sawant, 2006)
2.1.2 Formula II
R/ Chloramphenicol 0,2 gram
Cetirizine Hydrochloride 0,03 gram
Tragacanth 0,0025 gram
Sodium Carboxyl Methyl Cellulose 0,003 gram
Mannitol 0,005 gram
Magnesium Stearate 0,001 gram
Sodium Benzoate 0,0002 gram
Sucrose 0,0563 gram
Orange Flavour q.s
Acetone q.s
Purified Water q.s
Total 0,298 gram
(Dessai and Sawant, 2006)
2.1.3 Formula III
R/ Chloramphenicol 3 gram
Acacia 4,8 gram
Xanthan Gum 3 gram
Sorbitol solution 70% 42 gram
Magnesium Stearate 0,24 gram
Sodium Benzoate 0,18 gram
Sucrose 120,6 gram
Acetone q.s
Purified Water ad 60 mL

7
Total 60 mL
(Dessai and Sawant, 2006)
Nama Bahan Jumlah Bahan Bentuk Bahan Fungsi Bahan
Chloramphenicol Zat aktif sebagai
3 gram Padat
antibiotika
Xanthan Gum 3 gram Padat Suspending Agent
Acacia Suspending Agent
4,8 gram Padat dengan konsentrasi
5-10%
Sorbitol solution 70% Pelarut suspensi
28,2 mL Cair dengan konsentrasi
70% b/b
Magnesium Stearate Pelicin dengan
240 mg Padat konsentrasi 0,25 -
5% b/b
Sodium Benzoate Pengawet
antimikroba dengan
180 mg Padat
konsentrasi 0,02-
0,5%
Sucrose Pemanis dengan
40,2 gram Padat konsentrasi 67%
b/b
Strawberry Flavour q.s Padat Perasa
Acetone q.s Cair Pembasah
Purified water Ad 60 mL Cair Pembasah

2.2 Permasalahan dan Pengatasan Masalah dalam Formulasi


2.2.1 Permasalahan
a. Kloramfenikol tidak stabil dalam bentuk larutan pada waktu yang lama.
b. CMC-Na memiliki sifat higroskopis setelah mengalami pengeringan.
c. Kloramfenikol memiliki rasa pahit.

8
d. Kloramfenikol berupa hablur berbentuk jarum atau lempeng memanjang.
2.2.2 Pengatasan
a. Kloramfenikol dibuat dalam bentuk suspensi kering untuk menjaga
kestabilan dari kloramfenikol.
b. CMC-Na memiliki sifat sebagai suspending agent sehingga dapat diganti
dengan suspending agent lainnya, seperti gom arab (acacia) yang tidak
memiliki sifat higroskopis walaupun sudah dikeringkan.
c. Rasa pahit pada kloramfenikol dapat ditutupi dengan corrigen saporis
berupa strawberry flavor.
d. Kloramfenikol dilakukan pengecilan ukuran partikel untuk menyamakan
seluruh bobot kloramfenikol dengan teknik penggerusan.
III. PRODUKSI
3.1 Penimbangan
Adapun bobot sirup yang akan dibuat sebanyak 60 mL dengan 3 sediaan
sehinga bahan-bahan yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut:
a. Chloramphenicol : Dibuat suspensi kloramfenikol 500 mg/10 mL
yang dibuat dalam 60 mL larutan, maka massa kloramfenikol dalam 60
mL larutan sirup adalah
60 ml
500 mg x 10 ml x 3 = 9000 mg = 9 gram
5 g
b. Xanthan gum : 100 mL x 60 mL x 3 = 9 gram
8 g
c. Acacia : 100 mLx 60 mL x 3 = 14,4 gram
70 g
d. Sorbitol solution 70%: 100 mL x 60 mL = 42 gram
BJ 1,49 g/mL
Volume = massa = = 28,2 mL x 3 = 84,6 mL
42 gram
0,4 g
e. Magnesium stearate : x 60 mL x 3 = 0,72 gram = 720 mg
100 mL
0,3 g
f. Sodium benzoate : 100 mL x 60 mL x 3 = 0,54 gram = 540 mg
67 g
g. Sucrose : 100 mL x 60 mL x 3 = 120,6 gram

h. Strawberry flavor : q.s


i. Acetone : q.s

9
j. Purified water : ad 60 mL
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- Neraca analitik - Kertas perkamen
- Gelas ukur - Mortir
- Gelas beaker - Stamper
- Gelas objek - Termometer
- Batang pengaduk - Aluminium foil
- Penangas air - Botol coklat 60 mL
- Sendok tanduk - Kertas millimeter block
- Pipet tetes - Viskometer Brookfield
- Sudip - Botol vial
b. Bahan
- Chloramphenicol - Sodium Benzoate
- Acacia - Sucrose
- Xanthan Gum - Acetone
- Sorbitol solution 70% - Purified Water
- Magnesium Stearate

10
3.2.2 Prosedur Kerja

Ditimbang semua bahan yang diperlukan sesuai perhitungan

Botol dikalibrasi hingga 60 mL

Dicampur kloramfenikol 3 gram, sorbitol solution 70% 28,2 mL, sukrosa 40,2
gram, perasa strawberry secukupnya, sodium benzoate 180 mg, magnesium
stearate 240 mg

Ditambahkan aseton beberapa tetes hingga terbentuk massa yang bisa dikepal

Diayak dengan ayakan nomor 18 hingga diperoleh granul

Granul dikeringkan di dalam oven pada suhu 50ºC, kemudian ditambahkan


tragakan dan akasia ke dalam masa granul

Dihitung kadar air setelah pengeringan di dalam oven

Massa yang terbentuk di ayak dengan ayakan no 10

Diayak dengan ayakan nomor 20

Dimasukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi dan dikemas.

11
IV. PENGEMASAN
4.1 Kemasan Primer

4.2 Kemasan Sekunder

12
4.3 Etiket
Ker sil Ker sil
R R

Cream Cream
KrimAsamSalisilat KrimAsamSalisilat
Komposisi : Penyimpanan:
Mengandungasamsalisilat 3gram. Disimpanpadatempat sejukdan
Indikasi : terlindungdari cahaya.
Ker sil Ker sil
R R
KeratolitikumdanAnti Fungi
AturanPakai danCaraPenggunaan: No. Reg : DBL120442729A1
Cream Dioleskansebanyak1-2kali secukupnya Cream No.Batch : 10122901
Asam Salisila setiaphari. Asam Salisila Exp. Date : 19/09/2020
HET :Rp15.000

Diproduksi oleh: PT. SALISILFARMA


BADUNG,BALI
Customer Service
Netto50gram Netto50gram
SALISILFARMA 0361-123456

4.4 Brosur

13
V. EVALUASI
5.1 Uji Distribusi Ukuran Partikel

Ditimbang granul sebanyak 100 gram

Dimasukkan ke dalam ayakan bertingkat dengan nomor mesh 18, 24, 30,
40, 60 dan penampung yang disesuaikan dengan ukuran granul yang
dihasilkan

Digoyangkan secara mekanik pada frekuensi 30 Hz selama 25 menit

Ditimbang bobot granul yang tertinggal pada masing-masing ayakan

(Elfiyani, dkk., 2014).


5.2 Uji Homogenitas

Sediaan suspensi terkonstitusi dilarutkan dengan air hingga mencapai


volume 60 mL

Dikocok perlahan-lahan, zat terdispersi halus dan tidak cepat mengendap

Dikocok perlahan-lahan, endapan segera terdispersi kembali

5.3 Uji Volume Terpindahkan


Dituangkan suspensi secara perlahan-lahan ke dalam gelas ukur dengan
kapasitas tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur

Didiamkan selama tidak lebih dari 30 menit hingga tidak terdapat


gelembung udara

14
Diukur volume tiap campuran yang diperoleh dari 10 wadah dan
dihitung volume rata-ratanya

Dibandingkan rata-rata dan volume masing-masing wadah

Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang


dari 100% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari
volume yang dinyatakan dalam etiket

(Depkes RI, 1995).


5.4 Uji Penetapan Waktu Rekonstitusi

Ditimbang granul sebanyak 1 gram

Dimasukkan ke dalam 10 mL air

Diamati kecepatan granul kering tersuspensi, semakin cepat waktu


rekonstitusi menandakan bahwa sediaan tersebut semakin baik

(Suriani, 2009)
5.5 Uji Viskositas
Dimasukkan sampel ke dalam gelas beaker

Diletakkan di bawah spindel viskositas Brookfield

Dilihat skala yang tertera, dihitung viskositasnya dan ditentukan laju alir
berdasarkan rheogram
(Lidia dan Kurniawan, 2017).

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Famakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Dian, R., Fatimawali, dan F. Budiarso. 2015. Uji Resistensi Bakteri
Escherichiacoli Yang Diisolasi Dari Plak Gigi Terhadap Merkuri
Danantibiotik Kloramfenikol. Jurnal e-Biomedik (eBm) 3(1): 59-63
Elfiyani, R., N.S. Radjab, dan L.S. Harfiyyah. 2014. Perbandingan Penggunaan
Asam Sitrat dan Tartrat Terhadap Sifat FIsik Ganul Effervescent Estrak
Kering Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Media Farmasi
11(1):7-17.
Farida, Y., A. Trisna, dan Deasy Nur. 2017. Studi Penggunaan Antibiotik Pada
Pasien Pneumonia di Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta. Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research 2: 44 – 52.
Fithria, R. F., K. Damayanti, dan R. P. Fauziah. 2015. Perbedaan Efektivitas
Antibiotik Pada Terapi Demam Tifoid Di Puskesmas Bancak Kabupaten
Semarang Tahun 2014. Prosiding Seminar Nasional Peluang Herbal
Sebagai Alternatif Medicine: 1-6.
Lidia dan D. Kurniawan, 2017. Penentuan Perbedaan Stabilitas Fisik Suspensi
Kering Ampisilin Generik dan Nama Dagang Setelah Direkonstitusi
dengan Air Suling. Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi 2(1):21-26.
Suriani, H., 2009. Formulasi Suspensi Kering Efervesen Ekstrak Akar Acalypha
indica Linne. (Akar Kucing) Menggunakan Amilum Ganyong
Terpregelatinasi. Skripsi. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universita Indonesia.
Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2008. Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Computindo.

17

Anda mungkin juga menyukai