Anda di halaman 1dari 6

TEOFILIN

Teofilin (Theophyllinum) merupakan senyawa dengan rumus molekul C6H8N4O2H2O yang


memiliki berat molekul 198,18 g/mol. Pemerian teofilin berupa serbuk hablur putih, tidak berbau,
rasa pahit dan stabil di udara dengan titik lebur 270°C-274°C. Teofilin sukar larut dalam air, tetapi
mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium
hidroksida, agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (Depkes RI, 1995).
Panjang gelombang maksimum teofilin adalah 274 nm pada spektrofotometri UV-Vis
(Rahmawati, dkk., 2017).

Gambar 1. Struktur Teofilin (Depkes RI, 1995).

Gambar 2. Spektrum absorbansi senyawa Teofilin (Moffat et al., 2011).

Paracetamol
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C₈H₉NO₂,
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian parasetamol berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau;
rasa sedikit pahit. Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah
larut dalam etanol (Depkes RI, 2014).

Gambar 2. Struktur paracetamol (Depkes RI, 2014).

Parasetamol memberikan panjang gelombang serapan maksimum pada panjang gelombang 242-
257 nm. Pada penetapan kadar parasetamol dalam campuran secara spektrofotometri ultraviolet-
sinar tampak mengalami kesulitan yaitu terjadinya tumpang tindih spektra karena campuran
senyawa tersebut memilki serapan maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan, maka
digunakan metode spektrofotometri derivatif menggunakan panjang gelombang peak to peak
untuk menentukan kadar parasetamol dalam sediaan campuran (Clarke, 1986).

Gambar 4. Spektrum absorbansi senyawa Paracetamol (Moffat et al., 2011).

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor foto tube dan
detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara
kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan
sebagai fungsi dari konsentrasi. Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah
panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm, daerah
visible (380 – 700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Rahmawati, dkk., 2017).
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai
sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190380 nm) dan sinar tampak (380-
780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UVVis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri
UVVis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.3 Hubungan antara
konsentrasi dengan cahaya dari alat spektrofotometer UV-Vis yang diserap dinyatakan dalam
hukum Lambert - Beer, yaitu pada ketebalan medium tertentu, hubungan antara konsentrasi
substansi penyerap dengan serapan atau absorbennya merupakan garis lurus (hubungan linier)
dengan kemiringan. Bila cahaya monokromatis melalui suatu larutan berwarna, jumlah cahaya
yang di serap menurunkan secara eksponensial, sebanding dengan panjang lintasan/kolom cahaya
yang melalui larutan dan kadar zat terlarut dalam larutan yang menyerap cahaya.
Suatu diagram sederhana spektrofotometer UV-Vis terdiri dari komponen-komponen
sebagai berikut.

a. Sumber-sumber lampu. Lampu deuterium digunakan pada daerah UV panjan gelombang


dari 190-130 nm dan lampu halogen atau tungsten digunakan pada UV 350-900 nm (daerah
cahaya tampak)
b. Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar dalam komponen-komponen panjang
gelombang yang dipilih oleh celah (slif). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga
kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrument melewati
spektrum.
c. Optik-optik berfungsi untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar melewati 2
kompartemen. Suatu larutan blanko digunakan pada salah satu kompartemen untuk
mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel.
(Gandjar dan Rohman, 2007).

DERIVATIF
Spektrofotometri derivatif merupakan metode perhitungan terhadap data yang diperoleh
dari spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak. Pada spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak ini,
dibuat kurva absorpsi yang merupakan perajahan absorban (A) terhadap panjang gelombang (λ).
Pada metode ini, perajahan A terhadap λ diubah menjadi perajahan dA/dλ terhadap λ (kurva
absorpsi derivatif pertama). Metode ini dapat digunakan untuk analisis campuran tanpa pemisahan
terlebih dahulu. Aplikasi yang sangat penting pada spektrofotometri derivatif ultraviolet-sinar
tampak yaitu untuk identifikasi jenis kuantitatif dimana suatu spektrum derivatif dibuat untuk
menandai antar campuran yang terjadi tumpang tindih spectra (Rusmana, 2015).
Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada
spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak. Pada metode spektrofotometri derivatif, plot A
lawan λ, ditransformasikan menjadi plot dA/dλ lawan λ untuk derivatif pertama. Prinsip
pelaksanaan dari spektrofotometri derivative pertama yaitu mencari dA/dλ tiaptiap komponen
terhadap λ, sehingga dapat dihitung masing-masing kadar campuran 63 tersebut pada λ peak to
peak yang lain. Untuk analisis dua zat atau lebih dalam campuran yang absorpsinya saling
mengganggu, dikembangkanlah metode spektrofotometri derivatif. Metode ini dapat digunakan
untuk analisis campuran tanpa pemisahan terlebih dahulu (Rusmana, 2015).
Dasar perhitungan kuantitatif spektrofotometri derivatif mengikuti hukum Lambert-Beer,
dimana serapan derivatif ke-n adalah:

dnA dn 
 x1x c
d d

Dari rumus diatas, A merupakan serapan, ε merupakan daya serap molar dengan satuan M-1 cm-1,
c merupakan konsentrasi molar (M) dan nilai l sebagai tebal sel (cm) (Nurhidayati, 2007).
Spektrofotometri derivatif digunakan untuk mengalih bentuk data spektrum, yaitu apabila
pita-pita serapan zat-zat di dalam campuran saling tumpang tindih atau saling berdekatan. Pada
spektrum yang dialih bentukkan dapat menghasilkan profil yang lebih rinci, yang tidak terlihat
pada spektrum normal akan menjadi panjang gelombang peak to peak spektrum derivatif pertama,
kedua, ketiga dan keempat. Sifat penting proses derivatif adalah mengubah pita-pita lebar menjadi
pita-pita tajam, yang meningkat sesuai dengan orde derivatif. Proses derivatif dapat
menghilangkan gangguan spektrum yang lebar, serta dapat meningkatkan kepekaan deteksi pada
turunan lainnya. Jenis gangguan latar belakang, misalnya hamburan Rayleigh juga dapat
dihilangkan dalam spektrum derivat. Pengalihan bentuk spektrum ultraviolet-cahaya tampak
menjadi derivat pertama atau derivat lebih tinggi menghasilkan profil yang lebih karakteristik
daripada spektrum ordenol, namun kandungan informasi datanya tidak berubah. Metode derivatif
biasanya digunakan sebanding dengan data resolusi kromatografi atau densitometry (Rusmana,
2015).
Keuntungan dari metode spektrofotometri derivatif adalah dapat meningkatkan resolusi dari
spektra yang tumpang tindih, dapat memilih puncak yang tajam diantara spektrum yang lebar dan
dapat menghasilkan daerah sidik jari yang lebih baik dibandingkan dengan spektra absorpsi yang
umum. Selain memiliki keuntungan, spektrofotometri derivatif juga memiliki kerugian, yaitu
harus memerlukan peralatan khusus dengan harga yang cukup mahal. Metode spektrofotometri
derivative dapat digunakan untuk analisis secara kuantitatif zat dalam campuran yang spektrumnya
mungkin tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar yang saling tumpang tindih dengan
mengabaikan proses pemisahan zat yang bertingkat-tingkat (Nurhidayati, 2007).
Penetapan kadar teofilin dalam campuran parasetamol dan teofilin secara spektrofotometri
derivatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode zero crossing dan metode peak to peak
(Wulandari, 2008). Metode zero crossing spektra serapan normal salah satu konsentrasi dari
masing-masing senyawa atau komponen dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua dan derivat
ketiga dengan menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang berdekatan vs harga rata-
rata dua panjang gelombang tersebut. Dari spektra derivat tersebut ditentukan panjang gelombang
zero crossing komponen, dimana zero crossing masing-masing zat ditunjukkan oleh panjang
gelombang yang memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi. Apabila suatu campuran zat
memiliki λ zero crossing lebih dari satu, maka yang dipilih untuk dijadikan λ analisis adalah λ zero
crossing yang:
 serapan senyawa pasangannya dan campurannya persis sama, karena pada λtersebut dapat
secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya.
 memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapan yang paling besar,serapannya
lebih stabil sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil (Hayun,2006).
Sedangkan metode Peak-to-Peak Spektrum serapan larutan baku teofilin dan sampel dibuat
spektrum derivatifpertama. Spektrum derivatif pertama dibuat dengan memplotkan dA/dλ
terhadappanjang gelombang (λ). Amplitudo diperoleh dari selisih serapan 2 panjang gelombang
yang berderet teratur dibagi Δλ, dalam hal ini Δλ adalah 1 nm. Panjanggelombang peak-to-peak
ditentukan dari penggabungan spektrum derivatif larutanbaku teofilin dan sampel. Dari hasil
penggabungan spektrum derivatif tersebut,dicari daerah panjang gelombang dimana terdapat
spektrum yang salingberhimpitan satu sama lain secara total yang menghasilkan puncak
maksimum danpuncak minimum.

DAFTAR PUSTAKA
Clarke. 1986. Isolation and Identification of Drugs. Second Edition. London: The Pharmaceutical
Press
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Hayun, H. dan Yenti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan Pseudoefedrina
Hidroklorida dalam Tablet Anti Influenza secara Spektrofotometri Derivatif.Majalah Ilmu
Kefarmasian 3(1): 94 - 105.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Moffat, A. C., M. D. Osselton, B. Widdop and L. Y. Galichet. 2011. Clarke's Analysis of Drugs
and Poisons 4th edition. London: Pharmaceutical Press.
Nurhidayati, L. 2007. Spektofotometri Derivatif dan Aplikasinya dalam Bidang Farmasi. Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia (5)2:93-99.
Rahmawati, D., M. R. Rositama, M. I. permana, dan N. Masyitah. 2017. Penentuan Kadar Teofilin
dalam Sediaan Tablet Bronsolvan® dengan Metode Standar Adisi menggunakan
Spektrofotometer UV-Visible. IJPST: 1-6
Rusmana, W. E.. 2015. Analisis Kuantitatif Parasetamol Dan Fenilpropanolamin Hcl Dalam
Campuran Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Derivatif Peak to peak. Jurnal
Ilmiah Medis dan Kesehatan 7(2): 59-71
Wulandari, M. G. D., Regina D. Friamitra, Christine Patramurti. 2008. Penetapan Kadar Kafein
dalam Campuran Parasetamol, Salisilamida, dan Kafein decara Spektrofotometri Derivatif.
Jurnal Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: 69-78.

Anda mungkin juga menyukai