DISUSUN OLEH
NAMA : DESI YULIANA HARAHAP
NPM :21182066
KELAS : A2
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. PATONAH, M.Si., Apt
Kodein Fosfat
I.5 Nomor Registrasi Nomor registrasi sediaan kodein tablet 10 mg adalah DNL
(dengan 1900100210 A1
uraian/penjelasan D = Obat dengan nama dagang
penomoran) & nomor N = Golongan Obat Narkotika
bets L = Produksi dalam negeri (Lokal)
19 = Tahun penandaan obat jadi
001 = Nomor urut pabrik di Indonesia
002 = Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik
10 = Nomor urut sediaan
A = Kekuatan obat jadi
1 = Kemasan untuk kekuatan obat jadi tersebut
Sediaan tablet kodein 10 mg dibuat oleh pabrik atau industri
yang telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB).
b. Mekanisme kerja
Kodein 60% efektif diberikan secara oral sebagai analgetik dan
antitusif. Kodein dapat meningkatkan ambang rasa nyeri
dengan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada
waktu presepsi nyeri diterima dari thalamus. Efikasi secara
oral yang terbaik saat obat melalui metabolisme lintas pertama
di hati. Saat kodein terabsorbsi dan dimetabolisme di hati,
metabolitnya dieksresikan dalam bentuk inaktif melalui urine.
Kodein dimetabolisme dihati menjadi 0-demethylation oleh
Cytochrome P-450 isoenzim 2D6, N-demethylation oleh
CYP3A4 dan konjugasi parsial dengan asam glucoronik.
Kodein yang di metabolisme oleh CYP3A4 dan untuk
tingkatan lebih rendah di metabolisme oleh CYP2D6
(debrisoquine hydroxylase). Walaupun metabolisme oleh
CYP2D6 hanya 10% untuk mengubah kodein menjadi bentuk
aktifnya, namun untuk individu dengan fungsi metabolisme
CYP2D6 yang rendah mengakibatkan individu tersebut gagal
mendapatkan efek analgetik. Sebaliknya untuk individu
dengan metabolisme CYP2D6 yang ultrarapid dapat
mengakibatkan tingginya konsentrasi serum morfin. Morfin
menyebabkan keluarnya histamin yang dapat menyebabkan
efek bronkokontriksi dan vasodilatasi (Goodman & Gilman’s,
2010 dan AHFS, 2018, Hal 2201).
Mekanisme kerja kodein sebagai antitusif dengan menurunkan
batuk sebagai hasil dari aksi central. Kodein menekan refleks
batuk langsung pada pusat batuk yang terdapat pada medulla
di otak dan memberikan efek pengeringan pada saluran
mukosa pernafasan. (Goodman & Gilman’s, 2010 dan AHFS,
2018, Hal 2201).
II.4 Nasib Obat dalam Absorpsi :
Tubuh - Bioavaibilitas : terabsorpsi dengan baik dengan rute
oral.
- Onset : puncak 15-30 menit dan efek analgesik
bertahan 4-6 jam. Sedangkan pada efek antitusif, onset
puncak 1-2 jam, bertahan 4 jam. (AHFS, 2018, Hal.
2201 dan 2906)
Distribusi :
Terdistribusi secara cepat ke berbagai jaringan tubuh dengan
perfential uptake oleh organ parenkim seperti hati, limpa dan
ginjal. Didistribusikan kedalam susu dan mudah melewati
plasenta (AHFS, 2018, Hal. 2201 dan 2906).
Metabolisme :
Dimetabolisme di hati, terutama oleh CYP3A4 dan pada
tingkat yang lebih rendah (10%) dimetabolisme oleh CYP2D6
menjadi O-demethylated morphine yang merupakan metabolit
aktifnya (AHFS, 2018, Hal. 2201 dan 2906).
Eliminasi :
Diekskresikan terutama didalam urine dan metabolitnya
ditemukan dalam feses (AHFS, 2018, Hal. 2201).
II.5 Indikasi & Dasar Sebagai terapi nyeri ringan hingga sedang pada pasien dewasa.
Pemilihan Kodein dapat pula digunakan sebagai antitusif, pada batuk
nonproduktif (AHFS, 2018, Hal. 2200 dan 2905).
II.6 Kontraindikasi dan Kontraindikasi pada anak usia dibawah 12 tahun.
Alasannya Pada pasien dengan ultrarapid metabolisme dari
CYP2D6.
Pasien dengan hipersensitifitas terhadap kodein.
Wanita menyusui (AHFS, 2018, Hal. 2200 dan 2905).
II.7 Dosis & Perhitungan Dosis untuk terapi nyeri ringan hingga sedang pada pasien
dewasa, kodein fosfat yang digunakan adalah 30 mg tiap 4 jam
jika diperlukan, dosis lazim adalah 15-60 mg dan tidak boleh
lebih dari 360 mg perhari (AHFS, 2018, Hal. 2200).
Antitusif :
Dewasa dan anak 12 tahun ke atas : sehari 4-6 kali 1 tablet
(AHFS, 2018 Hal 2905).
II.9 Efek Samping >10 % : konstipasi, mengantuk.
1-10 %: hipotensi, takikardia / bradikardia, kebingungan,
pusing, perasaan senanng, sakit kepala, sakit kepala ringan,
rasa tidak enak, menstimulasi SSP paroksial, gelisah, ruam,
anoreksia, mual muntah, mulut kering, kejang ureter,
penurunan buang air kecil, peningkatan LFT, lemah,
penglihatan kabur, dyspnea.
< 1% : kejang (jika dosis berlebih), depresi pernafasan
(medscape.com).
II.10 Toksisitas Toksisitasnya dapat meningkatkan kegembiraan, excitement,
kejang, delirium, hypotensi, miosis, denyut nadi melambat,
takikardia, narkosis, wajah memerah, tinitus, lasitude,
kelemahan otot, paralisis respirasi. Kodein harus dihentikan
jika efek tersebut terjadi. Henti pernafasan, koma dan kematian
merupakan toksisitas yang dapat terjadi pada anak yang
menerima kodein secara oral dengan dosis 5-12 mg/kg.
(AHFS, 2018, Hal. 2200)
II.11 Interaksi Obat Kodein dengan quinidine
Kategori : Moderate
b. Formulasi alternatif
1. Laktosa anhidrat (HOPE, 2009, Hal. 359-361)
- Pemerian : berwarna putih hingga putih pucat berbentuk
kristal atau serbuk.
- Kelarutan : larut dalam air, sedikit larut dalam etanol (95%)
dan eter.
- Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan pengoksidasi
kuat.
- Stabilitas : jamur dapat tumbuh dalam kondisi lembab (80%
RH atau lebih). Laktosa dapat berubah menjadi coklat
selama penyimpanan karena reaksi hangat dan kondisi yang
basah.
- Fungsi : sebagai bahan tambahan pada pembuatan tablet
kempa langsung, pengisi untuk tablet dan kapsul, pengisi
untuk tablet dan kapsul.
Formula alternatif
Scale Item Material Quantity/1000 Fungsi
(mg/tablet) name tablet (g)
15 1 Kodein 15 Zat aktif
fosfat
67 2 Laktosa 67 Pengisi
anhidrat
15 3 Pati 15 Desintegran
1 4 Magnesium 1 Lubrikan
stearat
2 5 Aerosil 2 Glidan
BAB IV : PEMBUATAN DAN EVALUASI FARMASETIK SEDIAAN AKHIR
IV.1 Metode Sediaan yang akan dibuat : tablet kodein fosfat
Pembuatan Sediaan Kekuatan sediaan : 15 mg
Metode pembuatan : Kempa langsung karena zat aktif yang
digunakan memiliki dosis yang kecil.
IV.2 Perhitungan Tablet kodein fosfat 15 mg akan diproduksi sebanyak 1 batch yaitu
dan Penimbangan 1000 tablet dan dilebihkan sebanyak 10% untuk mengantisipasi
kemungkinan pengurangan bahan selama proses produksi.
Formula Utama
Penimbangan bahan untuk (1000 tablet + 10%)
Kodein fosfat
15 mg x 1100 = 16.500 mg (16,5 g)
Pati
15
x 100 mg = 15 mg
100
h = tinggi granul
r = jari – jari serbuk
Tabel Hubungan Sifat Alir Terhadap Sudut Istirahat
Sudut Istirahat Sifat Alir
25 – 30 Bagus Sekali
31- 35 Baik
36 – 40 Cukup Baik
41 – 45 Agak Baik
46 – 55 Buruk
56 – 65 Sangat Buruk
>66 Sangat Buruk Sekali
(United State Pharmacopeia 29, 2006)
2. Kerapatan nyata, kerapatan mampat dan kompresibilitas
Kerapatan serbuk ruahan adalah perbandingan antara massa
serbuk yang belum dimampatkan terhadap volume dinyatakan
dalam gram per ml (g/ml).
Prosedur : Timbang seksama lebih kurang 100 g serbuk (M) , jika
perlu diayak dengan ayakan yang memiliki lubang ayakan yang
lebih besar atau sama dengan 1,0 mm. Masukkan ke dalam gelas
ukur 250 ml (dengan skala terkecil 2 ml), tanpa pemampatan.
Ratakan permukaan serbuk dengan hati-hati tanpa dimampatkan,
dan bacalah volume yang terlihat (V0). Hitung kerapatan ruahan
dengan rumus M / V0
Kerapatan serbuk mampat diperoleh dengan cara mengetuk
secara mekanis gelas ukur yang berisi serbuk yang kemudian
diamati dan dibaca volume setelah pemampatan yang dinyatakan
dalam gram per ml (g/ml).
Alat : Gelas ukur 250 ml (skala 2 ml); alat pemampat yang mampu
menghasilkan 250±15 ketukan per menit; penyangga gelas ukur.
Prosedur : Lakukan seperti yang dijelaskan untuk penentuan volume
ruah (V0). Pasang gelas ukur pada penyangga. Lakukan 10, 500 dan
1250 ketukan pada contoh serbuk yang sama dan baca V10 , V500 ,
V1250 ke satuan gelas ukur terdekat. Jika perbedaan antara V500 dan
V1250 kurang dari 2 ml, maka V1250 adalah volume pemampatan. Jika
perbedaan antara V500 dan V1250 melebihi 2 ml, ulangi peningkatan
seperti pengetukan 1250, hingga perbedaan antara pengukuran
kurang dari 2 ml. Hitung kerapatan mampat dengan rumus M / Vp .
Vp adalah volume setelah pengetukan akhir.
Pengukuran Kompresibilitas
Indeks kompresibilitas merupakan kemampuan serbuk untuk
mantap dan relatif berguna untuk menetapkan interaksi antar
partikulat. Indeks kompresibilitas dihitung dengan rumus
2. Keseragaman sediaan
Didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif
dalam satuan sediaan. Keseragaman sediaan ditetapkan dengan
salah satu dari dua metode, yaitu keseragaman bobot dan
keseragaman kandungan.
Bentuk Tipe Dosis dan perbandingan zat aktif
sediaan
Tablet Tidak ≥25 mg dan ≥ <25 mg
bersalut 25% atau<25%
Keseragaman Keseragaman
bobot kandungan
𝑊1−𝑊2
Kehilangan Bobot (%) = x 100%
𝑊1
Keterangan :
W1 = berat tablet awal dalam gram
W2 = berat tablet setelah uji dalam gram
Syarat : Kehilangan bobot yang diizinkan tidak lebih dari 1 %
(USP 32, 2009 dan Lachman, 1987).
6. Disolusi
Prosedur : masukkan 900 ml air sebagai media disousi kedalam
alat disolusi tipe 2 ( tipe dayung) dengan kecepatan 50 rpm,
selama 45 menit. Lakukan penetapan jumlah kodein fosfat dan
serapan baku kodein fosfat BPFI dalam media yang sama, pada
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 284 nm.
Syarat : dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75%
(Q) kodein fosfat dari jumlah yang tertera pada etiket (FI V, 2014,
Hal 716).
IV. 6 Pengemasan Bentuk sediaan tablet kodein fosfat dikemas dalam kemasan primer
Sediaan Jadi strip dan kemasan sekunder box/dus.
BAB V : ANALISIS MASALAH & PENYELESAIANNYA YANG BERKAITAN
DENGAN PENGUJIAN MUTU SERTA USULAN TEKNIK METODE ANALISIS
YANG AKAN DIGUNAKAN
3. Indikasi :
Analgetik
Antitusif
4. Kontraindikasi :
Anak usia dibawah 12 tahun.
Pasien dengan ultrarapid metabolisme dari CYP2D6.
Pasien dengan hipersensitifitas terhadap kodein.
Wanita menyusui.
5. Efek samping :
Konstipasi, mengantuk, hipotensi, takikardia / bradikardia, kebingungan, pusing,
perasaan senang, sakit kepala, sakit kepala ringan, rasa tidak enak, menstimulasi SSP
paroksial, gelisah, ruam, anoreksia, mual muntah, mulut kering, kejang ureter, penurunan
buang air kecil, peningkatan LFT, lemah, penglihatan kabur, dyspnea, kejang (jika dosis
berlebih) dan depresi pernafasan.
6. Bentuk sediaan :
Tablet kodein fosfat 15 mg tablet.
9. Dosis :
Kodein fosfat yang digunakan 30 mg tiap 4 jam jika diperlukan, dosis lazim adalah 15-
60 mg dan tidak boleh lebih dari 360 mg perhari.
Dosis antitusif kodein fosfat untuk dewasa dan anak 12 tahun ke atas adalah 10-20 mg
tiap 4-6 jam atau tidak lebih dari 120 mg perhari.
11. Peringatan :
Hipotensi, hipotiroidisme, asma (hindari selama serangan) dan turunnya cadangan
pernapasan, hipertrofi prostat, wanita hamil dan menyusui, dapat memicu koma pada
gangguan fungsi hati (kurangi dosis atau hindari), kurangi atau hindari pada gangguan
fungsi ginjal, penderita lansia dan sakit parah (kurangi dosis), gangguan konvulasi,
ketergantungan (gejala putus obatnya berat).
12. Penandaan :
DECODEIN
Tablet Kodein fosfat 15 mg
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Penyimpanan :
Simpan pada suhu maksimal 40o dan terlindung dari cahaya.
Expired date : Juni 2022
No batch : 191002
No reg : DNL 1900100210 A1
10 Strip @ 10 tablet
DECODEIN
Tablet Kodein fosfat 15 mg
Komposisi :
Tiap tablet mengandung kodein fosfat 15 mg
Indikasi :
Analgetik dan antitusif
No. Reg : DNL 1900100210A1 No. Reg : DNL 1900100210A1 No. Reg : DNL 1900100210A1 No. Reg
Tablet Kodein fosfat 15 mg
Tablet Kodein fosfat 15 mg
DECODEIN
DECODEIN
DECODEIN
5A1 No. Reg : DKL 1914299515A1 No. Reg : DKL 1914299515A1 No. Reg : DKL 1914299515A1
DECODEIN
Tablet
KOMPOSISI
Tiap tablet mengandung kodein fosfat 15 mg.
FARMAKOLOGI
Kodein merupakan analgetik opioid. Kodein dapat meningkatkan ambang rasa nyeri dengan
mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu presepsi nyeri diterima dari
thalamus.
Kodein menekan refleks batuk langsung pada pusat batuk yang terdapat pada medulla di
otak dan memberikan efek pengeringan pada saluran mukosa pernafasan.
INDIKASI
Analgetik
Antitusif
KONTRAINDIKASI
Anak usia dibawah 12 tahun
Pasien dengan ultrarapid metabolisme dari CYP2D6
Pasien dengan hipersensitifitas terhadap kodein
Wanita menyusui
EFEK SAMPING
Konstipasi, mengantuk, hipotensi, takikardia / bradikardia, kebingungan, pusing, perasaan
sennng, sakit kepala, sakit kepala ringan, rasa tidak enak, menstimulasi SSP paroksial,
gelisah, ruam, anoreksia, mual muntah, mulut kering, kejang ureter, penurunan buang air
kecil, peningkatan LFT, lemah, penglihatan kabur, dyspnea, kejang (jika dosis berlebih) dan
depresi pernafasan
PERINGATAN
Hati-hati penggunaan pada pasien dengan asma.
Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati dan penderita ganggungan fungsi ginjal.
Dapat menyebabkan ketergantungan.
INTERAKSI OBAT
Penggunaan bersamaan dengan quinidine menyebabkan tidak adanya efek analgetik.
DIPRODUKSI OLEH:
DAFTAR PUSTAKA
AHFS. 2018. AHFS Drug Information. American Society of Health Sistem Pharmacist.
Wisconsin, USA
Badan Pengawasan Obat dan makanan. 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta:
Badan POM.
Baxter, K. 2010. Stockleys’s Drug Interactions Ninth Edition. Pharmaceutical Press, London.
Brunton, L., Chanbner, B., dan Knollman, B. 2011. Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics. The McGraw-Hill Companies. United States
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dibbern, H.W., dkk. (2002). UV and IR Spectra : Pharmaceutical Substances (UV and IR) and
Pharmaceutical and Cosmetic Excipients (IR). Jerman
Florey, K. 1975. Analytical Profiles of Drug Substances and Excipients. Volume 4. New York:
Academic Press
Lachman, L., Schwartz, J.B., and Lieberman H.A., 1989, Pharmaceutical Dosage Forms.,
Tablets, 2nd Ed, 492, Marcell Dekker Inc., New York
Lund, W. 1994. The Pharmaceutical codex Twelfth edition. The Pharmaceutical Press. London
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Pharmaceutical Press, London
Siswandono dan Bambang S. 2000. Kimia Medisinal Ed 2. Airlangga University Press.
Surabaya
Tatro, D.S. 2010. Drug Interaction Facts. Wolters Kluwer Health. United States of America
U.S. Pharmacopeia. 2006. The United State Pharmacopeia, 29th Ed. Rockville, MD: U.S.
Pharmacopeial Convention, Inc
U.S. Pharmacopeia. 2009. The United States Pharmacopeia, 32th Ed. Rockville, MD: U.S.
Pharmacopeial Convention, Inc