Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

FORMULASI SEDIAAN ODT (ORALLY DISINTEGRATING TABLET)


CETIRIZINE HCL

DOSEN PENGAMPU :
Hervianti Nurfitria Nugrahani, M.Farm.,Apt

KELOMPOK 8 :

1. SEFIA YUNITA SARI 19330079


2. ALYA TRISNA PUTRI 19330083
3. DIAN UTAMI 19330095
4. SEPTIAN NUR ARIFAH 19330096

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya
tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini mengenai “Formulasi Sediaan ODT (Orally
Disintegrating Tablet) Cetirize HCL” dengan lancar meskipun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Hervianti Nurfitria Nugrahani,
M.Farm.,Apt selaku Dosen mata kuliah Teknologi Sediaan Solid di Institut Sains dan
Teknologi Nasional yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penulisan ini bertujuan untuk memnuhi Tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Solid
dan merupakan salah satu syarat untuk bisa mengikuti UAS.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan “Formulasi
Sediaan ODT (Orally Disintegrating Tablet) Cetirizine HCL”

Tim penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih belum
sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap
semoga makalah ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
khususnya pada bidang farmasi.

Jakarta, November 2020

Tim penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................
1.3 Tujuan .................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
2.1 Histamin...............................................................................................
2.1.1 Karakteristik .............................................................................
2.1.2 ...................................................................................................
2.1.3....................................................................................................
2.1.4....................................................................................................
2.1.5....................................................................................................
2.1.6....................................................................................................
2.1.7....................................................................................................
2.1.8....................................................................................................
2.2..............................................................................................................
2.2.1....................................................................................................
2.2.2....................................................................................................
2.2.3....................................................................................................
2.2.4....................................................................................................
2.2.5....................................................................................................
2.2.6 ...................................................................................................
2.2.7....................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................
3.1..............................................................................................................
3.2..............................................................................................................
3.3..............................................................................................................
............................................................................................................
3.4..............................................................................................................
3.5..............................................................................................................
3.6..............................................................................................................
3.7..............................................................................................................
BAB IV PENUTUP...........................................................................................
4.1 Kesimpulan .........................................................................................
4.2 Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari obat-obat yang diadministrasikan secara oral, maka sediaan padat
merupakan bentuk yang lebih disukai. Ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti, di
dalam tablet dan kapsul terdapat ukuran yang tepat dari dosis lazim yang dikehendaki,
sedangkan pada bentuk sediaan cair seperti sirup, suspensi, emulsi, larutan dan eliksir,
biasanya pasien harus menakar sendiri obat dengan sendok teh, sendok makan, atau
alat pengukur lain. Cara ini mempunyai kesalahan sekitar 20 sampai 50% (Lachman,
1994).
Tetapi bagaimanapun juga, banyak pasien khususnya anak-anak dan orang
lanjut usia yang masih kesulitan dalam menelan tablet dan kapsul, sehingga
konsekuensinya pasien tidak mendapatkan pengobatan sesuai dengan yang sudah
diresepkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, ODT (orally disintegrating tablet)
telah muncul sebagai alternatif dari bentuk sediaan solida (Peera, dkk., 2013).
Farmakope Eropa mendefinisikan ODT merupakan tablet tidak bersalut yang
diletakkan dimulut dimana tablet terdispersi dengan cepat sebelum ditelan (Council of
Europe, 2001). ODT juga dikenal sebagai orodispersible tablets, mouth dissolving
tablets, rapid-dissolving tablets, fast disintegrating tablets, fast-dissolving tablets
(Changoiwala, dkk., 2012).
Adanya superdisintegran dalam ODT menjadikannya dapat hancur dan terlarut
dengan cepat (Changoiwala, dkk., 2012). Contoh dari superdisintegran diantarnya
croscarmellose, crospovidone, dan sodium starch glycolate (SSG), merupakan contoh
dari crosslinked cellulose, crosslinked polymer, dan crosslinked starch (Pawar, 2014).
Maksimal persentase yang dapat digunakan dari masing-masing superdisintegran
adalah 5% (Rowe, 2009). Tablet yang cepat hancur dan terlarut dapat mempercepat
proses absorpsi dan waktu mulai kerja dari bahan aktif yang kemudian menjadikan
biovailabilitas obat meningkat (Changoiwala, dkk., 2012).
Dinyatakan adanya peningkatan bioavailabilitas dan penurunan efek samping
pada bentuk sediaan ODT ini setelah dilakukan pengamatan pada obat yang memiliki
first-pass metabolism dihati yang sudah mulai terabsorpsi pada saat melewati bukal
(Fu, dkk., 2004).
Cetirizine HCl, derivat dari golongan piperazin dan metabolisme dari
hydroxyzine, merupakan antihistamin yang bekerja lama dan tidak menyebabkan
kantuk. Memiliki potensi rendah pada gejala sedasi dalam dosis normal dan hampir
tidak ada aktivitas antimuskarinik. Digunakan untuk mengurangi gejala alergi
termasuk rinitis (Sweetman, 2009). Pemilihan bahan aktif cetirizine HCl dilakukan
berdasarkan keberadaannya didalam daftar kategori dan nama bahan aktif yang akan
dibuat menjadi sediaan ODT (lihat lampiran) (Yapar, 2014).
Pemilihan bentuk sediaan ini dilakukan berdasarkan keuntungannya dalam
kecepatan waktu hancur, kecepatan disolusi dan pelepasannya sehingga meningkatkan
bioavailabilitas zat aktif dalam sediaan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dari makalah ini adalah bagaimana formulasi dan metode dari sediaan ODT
(Orally Disintegrating Tablet) Cetirize HCL
1.1 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui serta memahami
bagaimana formulasi dan metode dari sediaan ODT (Orally Disintegrating Tablet)
Cetirize HCL, dan untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah teknologi sediaan solid.
BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Histamin
2.1.1 Karakteristik
Histamin adalah molekul hidrofilik yang terdiri atas satu cincin imidazol
dan satu gugus amino yang terhubung oleh dua gugus metilen (Brunton,
2008).

Struktur Histamin

Keempat golongan reseptor histamin (H1-H4) dapat diaktifkan dengan


cara yang berbeda-beda oleh analog histamin (Brunton, 2008).

Histamin dibentuk dari dekarboksilasi asam amino L-histidin, yang pada


jaringan hewan dikatalisasi oleh enzim histidin dekarboksilase. Meskipun
histamin terdapat pada berbagai jaringan, penyebarannya tidak merata.
Histamin jaringan umumnya terikat dalam bentuk granul dalam mast cells atau
basofil; kadar histamin dalam jaringan berbanding langsung dengan jumlah
mast cell yang dikandungnya.

Tabel Karakteristik Reseptor Histamin


Mast cells banyak terdapat di sekitar jaringan yang berpotensi mudah
mengalami kerusakan (pada hidung, mulut dan kaki) permukaan dalam tubuh; dan
pembuluh-pembuluh darah, terutama pada bagian yang mendapat tekanan atau
percabangan. Mast cells dan basofil manusia, tempat penyimpanan granul,
mengandung kompleks histamin dengan polisakarida sulfat, heparin atau
kondroitin sulfat, dan suatu protein asam. Bentuk ikatan histamin ini dilepaskan
dengan berbagai mekanisme:

(1) Pelepasan Secara Imunologik


Mast cells ini jika terjadi kepekaan yang disebabkan oleh antibodi IgE
yang melekat pada membran permukaan, akan mengalami degranulasi setelah
berhubungan dengan antigen yang sesuai. Dalam peristiwa degranulasi ini
histamin, ATP dan perantara lain yang terdapat bersama-sama dalam granul
sekretori, dilepaskan secara simultan. Mast cells yang sudah mengalami
degranulasi itu akan kembali menumpuk histamin setelah beberapa hari atau
minggu.
(2) Pelepasan Secara Kimiawi dan Mekanik
Pelepasan dengan cara ini tidak membutuhkan energi dan tidak ada
hubungannya dengan kerusakan atau degranulasi mast cells. Hilangnya granul
dari mast cells juga akan melepaskan histamin, karena ion natrium dari cairan
ekstraselular akan segera menggantikan amin dari kompleks tersebut.
Kerusakan mast cells secara kimiawi dan mekanis akan menyebabkan
degranulasi dan lepasnya histamin (Katzung, 1994)
2.1.2 Mekanisme Kerja Anti Histamin
Obat antihistamin secara kompetitif menghambat pengikatan dari
histamine ke reseptor H1 serta berguna untuk pengobatan terhadap alergi yang
dimediasi oleh IgE (Tierney, 2006). Pengaruh histamin yang dihasilkan tubuh
dapat dikurangi dengan berbagai cara; antagonis fisiologis dan pelepasan
inhibitor. Karena pemicuan imunologik interaksi antigen-IgE menurunkan
degranulasi mast cells (Katzung, 1994)
2.1.3 Generasi Anti Histamin
Terdapat beberapa jenis obat berdasarkan generasinya, yaitu:
(1) Generasi pertama (Chlorpheniramine, brompheniramine, diphenhydramine,
clemastine, hydroxyzine).
Efek sampingnya adalah menyebabkan sedasi, pelemahan fungsi neuro dan
kekeringan membran mukosa. Jarang terjadi komplikasi termasuk kejang dan
takikardia.
(2) Generasi kedua (loratadin, fexofenadine, desloratadin, dan cetirizine).
Generasi non-sedasi, merupakan obat sistemik pilihan. Cetirizine sedikit
menyebabkan sedasi, tetapi kejadian efek samping lebih rendah dibandingkan
dengan senyawa induknya, hydroxyzine (Tierney, 2006).
2.2 Cetirizine HCl
2.2.1 Farmakologi Cetirizine
Efek sedasi rendah, antagonis reseptor H1 yang bekerja jangka panjang
yang merupakan metabolit dari hydroxyzine. Cetirizine menghambat interaksi
histamin dengan reseptor H1, dengan demikian mencegah terjadinya reaksi alergi
(Anderson, 2002).

Strukture Cetirizine HCL


Merupakan obat generasi kedua, bersifat hidrofil, sehingga tidak bekerja
sedatif, juga tidak antikolinergis. Menghambat migrasi dari granulosit eosinofil,
yang berperan pada reaksi alergi lambat (Tjay, 2007).
1) Dosis
Dosis untuk dewasa, per-oral untuk rhinitis atau urtikaria 5-10 mg/hari
tergantung keparahan dari gejalanya. Dosis untuk usia lanjut, per-oral sama
dengan dosis dewasa. Pengurangan dosis pada pasien usia lanjut mungkin
diperlukan karena 50% peningkatan pada waktu paruhnya dan 40% penurunan
pada clearance. Kondisi lainnya, pada pasien dengan creatinine clearance
(CrCl) 11-31mL/menit, pasien yang hemodialisis, dan pasien yang kondisi
heparnya terganggu, berikan 5 mg/hari (Anderson, 2002).
2) Farmakokinetik
Onset dan durasi. Onset tidak lebih dari 1 jam, durasi selama 24 jam.
Cetirizine dengan cepat diabsorpsi setelah penggunaan oral. Kadar serum
puncak dicapai kurang dari 1 jam. Makanan tidak memberi pengaruh terhadap
jumlah absorpsi tetapi mungkin menurunkan laju absorpsinya (Anderson,
2002).
2.3 Tablet
2.3.1 Pengertian Tablet
Adalah bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan tambahan yang sesuai. Tablet biasanya berbeda dalam hal
ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, disintegrasi, dan disolusi dan di
dalam aspek lain, tergantung dari penggunaan yang dimaksudkan dan metode
pembuatannya. Sebagian besar tablet digunakan dalam rute oral. Kebanyakan
darinya dibuat dengan penambahan zat pewarna dan penyalutan dengan tipe
yang bervariasi. Tablet yang lainnya, seperti yang diadministrasi secara
sublingual, bukal, atau lewat vaginal, dibuat dengan memiliki sifat tertentu yang
dapat diaplikasikan pada rute administrasi yang khusus (Ansel, 1989).
2.3.2 Fase Biofarmasetik
Fase biofarmasetik melibatkan seluruh unsur-unsur yang terkait mulai
saat pemberian obat hingga terjadinya penyerapan zat aktif. Fase biofarmasetik
dapat diuraikan dalam tiga tahap utama, yaitu L.D.A yang berarti Liberasi
(pelepasan), Disolusi (Pelarutan), dan Absorpsi (penyerapan). Seperti halnya
dengan sistem A.D.M.E pada nasib zat aktif in vivo, maka ketiga tahap L.D.A
berbeda pada setiap jalur.
1) Liberasi (Pelepasan)
Pelepasan zat aktif dipengaruhi oleh keadaaan lingkungan biologis dan
mekanis pada tempat pemasukan obat, misalnya gerak peristaltik usus, dan
hal ini penting untuk bentuk sediaan yang keras atau kenyal (tablet,
suppositoria dll).
Sebagaimana diketahui, tahap pelepasan ini dapat dibagi dalam dua
tahap yaitu tahap pemecahan dan peluruhan misalnya untuk sebuah tablet.
Dari tahap pertama ini diperoleh suatu disperse halus padatan zat aktif dalam
cairan di tempat obat masuk ke dalam tubuh.
2) Disolusi (Pelarutan)
Setelah terjadi pelepasan yang bersifat setempat, maka tahap kedua
adalah pelarutan zat aktif yang terjadi secara progresif, yaitu pembentukan
dispers molekuler dalam air. Tahap kedua ini merupakan keharusan agar
selanjutnya terjadi penyerapan. Setelah bentuk sediaan menjadi larutan,
secara in situ dapat timbul endapan zat aktif yang biasanya berbentuk amorf
sebagai akibat perubahan pH dan endapan tersebut selanjutnya akan melarut
lagi.
3) Absorpsi (Penyerapan)
Tahap ini merupakan bagian dari fase biofarmasetik dan awal fase
farmakokinetik, jadi tahap ini benar-benar merupakan masuknya zat aktif
dalam tubuh yang aturan-aturannya ditengarai oleh pemahaman ketersediaan
hayati (bioavailabilitas). Dengan demikian proses penyerapan zat aktif
terjadi apabila sebelumnya sudah dibebaskan dari sediaan dan sudah melarut
dalam cairan biologi setempat.
2.3.3 Keuntungan dan Kerugian
Hal-hal berikut dapat disebut sebagai keunggulan utama tablet:
1) Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukutan serta
variabilitas kandungan yang paling rendah.
2) Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling
rendah.
3) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.
4) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk
dikemas serta dikirim.
5) Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah;
tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6) Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan teringgal
ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi.
7) Tablet bisa dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti
penglepasan diusus atau produk lepas lambat.
8) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi
secara besar-besaran.
9) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
Kerugian tablet sebagai berikut:

1) Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2) Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau tinggi,
absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari
sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam
bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup.
3) Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan
atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan
penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang
terbaik serta lebih murah.
2.4 ODT (Orally Disintegrating Tablet)
2.4.1 Pengertian Orally disintegrating tablet
merupakan tablet yang tidak bersalut ditujukan untuk ditaruh di dalam
mulut dimana tablet akan terdispersi dengan cepat sebelum ditelan (UK
Department of Health, 2013).
2.4.2 Mekanisme Kerja Orally disintegrating tablet
hancur dalam mulut pasien dalam waktu beberapa detik maka sediaan
ini cocok untuk pasien yang memiliki dysphagia. Sebagian konsentrasi dari
obat tersebut sudah diabsorpsi dimulai dari mulut, faring, dan kerongkongan
dalam bentuk saliva kemudian menuju ke bagian abdomen, sehingga terjadi
suatu peningkatan dalam bioavailabilitasnya (Pawar, 2014).
2.4.3 Komponen Komponen
Pada sediaan ODT pada umumnya sama dengan komponen pada
tablet biasa, akan tetapi pada sediaan ODT, superdisintegran merupakan
komponen penting (Pawar, 2014).
Tablet ini dibuat dengan menggunakan bahan tambahan yang sangat
larut dalam air, dirancang untuk menyerap air ke dalam tablet ditujukan untuk
mencapai waktu hancur atau disolusi yang cepat (Allen, 2014).

Anda mungkin juga menyukai