FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2020
I. JUDUL PRAKTIKUM
INJEKSI INTRASPINAL PROKAIN HCL DALAM WADAH VIAL
II. PENDAHULUAN
Anestesik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal
pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf
pusat. Sebagai contoh, bila anestesi lokal dikenakan pada korteks motoris, impuls yang di
dialirkan dari daerah tersebut terhenti, dan bila disuntikan ke dalam kulit maka transmisi
impuls sensorik dihambat. (Farmakologi dan Terapi, 2016).
Secara umum anestetik lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3 bagian:
gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatik lipofil melalui
suatu gugus antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder. Gugus
antara dan gugus aromatik dihubungkan dengan ikatan amid atau ikatan ester. Maka
secara kimia, anestetik lokal digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid. Adanya
ikatan ester sangat menentukan sifat anestetik lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi
di dalam badan, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya
kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan dengan golongan amid.
Anestetik lokal yang tergolong dalam senyawa ester adalah tetrakain, benzokain, kokain
dan prokain dengan prokain debagai prototip. Sedangkan yang tergolong dalam senyawa
amid adalah dibukain, lidokain, bupivakain, mepivakain dan prilokain. (Farmakologi
dan Terapi, 2016).
Molekul prokain dapat dibagi dalam 3 bagian utama: asam aromatik (asam
paraamino benzoat), alkohol (etanol), dan gugus amin tersier (dietil amino). Perubahan
pada setiap bagian molekul tersebut akan mempengaruhi potensi anestetik dan
toksisitasnya. Memperpanjang gugus alkohol akan menyebabkan potensi anesretik dan
toksisitasnya bertambah besar, maka prokain merupakan suatu ester etil, toksisitasnya
paling kecil. Perpanjangan rantai pada kedua gugus terminal pada amin tersier
menyebabkan potensi dan toksisitas anestetik bertambah besar, misalnya pada butakain.
(Farmakologi dan Terapi, 2016).
Prokain Hidroklorida (Procaini HCl, Novocaine), merupakan prototip amina
aromatik primer sasaran dekomposisi oksidatif. Di sampinf itu gugus aromatik primer
dapat bereaksi dengan gula membentuk prokain N-glukosida, tetapi tidak mengubah efek
klinik secara bermakna. Prokain HCl tidak efektif pada kulit utuh atau membran mukosa,
tetapi cepat bekerja jika digunakan secara infiltrasi. Prokain diinaktivasi secara cepat
melalui proses hidrolisis oleh enzim pseudokolin esterase dalam plasma. Masa kerja
dapat diperpanjang dengan penggunaan epinefrin atau vasokontriktor lain secara
bersamaan karena vasokontriktor memperlambat pelepasan aliran darah. Toksisitas
prokain sangat turun jika absorbsi dibatasi oleh vasokontriktor karena mengakibatkan laju
hidrolisis lebih cepat dibanding laju pelepasan jaringan. Prokain menginduksi reaksi
alergi dengsn frekuensi kejadian relatif tinggi, dan individu yang peka juga berespons
terhadap turunan aminobenzoat lain. Dosis 1 – 2 % untuk anestesi setempat dan 5 – 20 %
untuk anestesi spinal. (Kimia Medisinal, 2016)
Nama Zat Aktif Sifat fisika dan Khasiat Dosis Cara Cara
kimia sterilisa penggunaan
si
Prokain HCl Rumus molekul: Prokain Dosis Prokain Intraspinal
(Farmakope C13H20N2O2.HCL HCl maksimu HCl
Indonesia edisi IV hal. (Farmakope digunaka m single dapat
702, Martindale 36th Indonesia edisi IV n sebagai dose diautokl
Edition hal. 1869, hal. 702) anestesi tanpa af
Handbook of local vasokontr dengan
Injectable Drug 10th Nama IUPAC: 2- (Martind iktor 7- suhu
Edition hal. 1024) (Dietilamino)etil- ale 36th 10mg/kg sekitar
p-aminobenzoat halaman BB; dosis 121oC
monohidroklorida . 1869, maksimu dengan
(Martindale 36th DI 88 m tunggal tekanan
Edition hal. 1869) hlmn.18 dengan 15 psi
BM: 55) vasokontr selama
272,77 iktor 15
10mg/kg menit.
Pemerian: Hablur BB (DI. 88
kecil, putih atau (Nolan, hlm.
serbuk ablur putih, JP. 1855)
tidak berbau. Anaesthe
Menunjukkan sifat sia and
anestesi lokal jika neuromu
ditekan diatas lidah scular
(Farmakope block.
Indonesia IV hal In:
702) Brown
MJ,
Kelarutan: Mudah Sharma
larut dalam air P, Mir
(1:1-10) FA,
(Farmakope Bennett
Indonesia edisi IV PN, eds.
hal 702) Clinical
Pharmac
pH: ology.
Sediaan : 3.0-5.5 12th ed.
(Drug Amsterd
Information 2010 am
hal. 3308) (Netherl
ands):
Zat Aktif : 5.0-6.5 Elsevier
(Martindale 36 Academi
hal.1869) c Press;
2019)
Untuk
OTT anesthesi
:aminophhyllin a syaraf
Barbiturate, tepi
magnesium sulfat, dibutuhka
phenytoin natrium, n 500mg
natrium bikarbonat prokain
dan amphotericin HCl
B. (Drug dalam
Information 2010 larutan
hal. 3308) 0,5%(100
mL),
Stabilitas: 1%(50m
Kemasan L),
sebaiknya 2%(25m
disimpan dalam L)
ruangan dengan (Martind
suhu terkendali, ale 36th
terhindar dari Edition
paparan sinar hal 1869)
matahari,
pembekuan dan
suhu lebih dari
40oC. Larutan
boleh di autoklaf
pada suhu 121oc
dan 15 psi selama
15 menit tapi
pengautoklafan
kembali dapat
meningkatkan
kemungkinan
membentuk
Kristal.
(Handbook of
injectable drugs
14 thed. Hal 1395)
Dapat teroksidasi
pada pemanasan
dalam jangka
waktu yang lama.
Prokain HCl akan
terhidrolisis
membentuk asam
p-amin-obenzoic
pada pembentukan
anilin. Anilin
dengan cepat
teroksidasi
membentuk larutan
berwarna.
(Martindale 28th
Edition hal 921)
2. Zat Tambahan
Nama Zat Sifat fisika dan kimia Khasiat dan Cara Alasan pemilihan
Tambahan Dosis Sterilisasi bahan
Aqua Pro Pemerian: Cairan jernih, Larutan Dididihkan Aqua pro injection
Injeksi tidak berawarna, tidak Pembawa selama 30 digunakan sebagai
(Farmakope berbau. (Farmakope (Pelarut menit. bahan pelarut
Indonesia Indonesia edisi IV hal. Injeksi) (Farmakop injeksi, karena
edisi IV hal. 112) (Farmakop e Indonesia procain HCl dapat
112) PH: e Indonesia edisi V hal. larut dalam air
Antara 5,0 dan edisi III hal. 1359)
7,0(Farmakope 97)
Indonesia edisi IV hal.
112)
Wadah dan
penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat.
(Farmakope Indonesia
edisi IV hal. 112)
Sterilisasi: Memenuhi
syarat(Farmakope
Indonesia edisi IV hal.
112)
Klorobutanol Pemerian : serbuk kristal Pengawet 0.5%
(Martindale 36th putih atau hampir putih atau antibakteri dan (Martindale 36th
halaman 1639) kristal tidak berwarna. Mudah antifungi. halaman 1639)
menyublim. Titik leleh 78o (Martindale
(Martindale 36th halaman 36th halaman
1639) 1639)
Kelarutannya :
Sedikit larut dalam air (1:125)
dan mudah larut dalam air
(1:1-10)(Handbook of
Pharmaceutical Excipients
6th Edition hal 166)
Penyimpanan :
Wadah kedap udara
(Martindale 36th halaman
1639)
pH : 3.5 – 5(Handbook of
Pharmaceutical Excipient
36th halaman : 654-655)
Titik Leleh :
<150oC(Handbook of
Pharmaceutical Excipient
36th halaman : 654-655)
B. Teknologi Farmasi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan dan disuntikkan dengan
cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi diracik
dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. (Farmakope Indonesia edisi IV hal. 112).
Metode sterilisasi sediaan parenteral khususnya injeksi harus disesuaikan dengan sifat
fisika kimia zat aktif. Dalam pembuatan injeksi prokain HCl sterilisasi akhir dilakukan
dengan metode kalor basah, yaitu autoklaf dengan suhu 121oC dengan tekanan 15 psi,
selama 15 menit untuk mensterilkan sediaan. Prinsip sterilisasi ini adalah terjadinya
koagulasi dan denaturasi protein yang ada pada mikroorganisme sehingga
mikroorganisme tidak dapat hidup.(DI 1988 halaman 1855)
C. Farmakologi
Prokain adalah ester aminobenzoat untuk infiltrasi, blok, spinal, epidural, merupakan obat
standar untuk perbandingan potensi dan tosisitas terhadap jenis obat-obat anestesi local
lain. Prokain HCl mempunyai efek obat anestesi local. (Farmakologi dan Terapi edisi
V hal. 265)
Farmakodinamik
Analgesia sistemik. Pada penyuntikan prokain SK dengan dosis 100-800 mg, terjadi
analgesia umum ringan yang derajatnya berbanding lurus dengan dosis. Efek maksimal
berlangsung 10-20 menit, dan menghilang sesudah 60 menit. Efek ini mungkin
merupakan efek sentral, atau mungkin efek dari dietilaminoetanol yaitu hasil hidrolisis
prokain. Dietilaminoetanol ini juga bersifat analgesic, antiaritmia, berefek efek anestetik
local dan antispasmodic yang lebih lemah dari pada prokain.(Farmakologi dan Terapi
halaman 240)
Farmakokinetik
Absorbsi: berlangsung cepat dari tempat suntikan dan untuk memperlambat absobsi perlu
di tambahkan vasokonstriktor. Sesudah di absobsi, prokain cepat di hidrolisis oleh
esterase dalam plasma menjadi PABA dan dietilaminoetanol PABA di ekskresi dalam
urin, kira-kira 80% dalam bentuk konjugasi. Tiga puluh persen dietilaminoetanol
ditemukan dalam urin dan selebihnya mengalami degradasi lebih lanjut. (Drugs
Information 2010 halaman 3308)
Eliminasi : Hanya sekitar 6% yang terikat dengan protein plasma. Sekitar 80% dari asam
p-aminobenzoat diekskresikan tidak berubah atau terkonjugasi dalam urin. Sekitar 30%
dari dietilaminoetanol yang diekskresikan dalam urin, sisanyayang dimetabolisme di hati.
ada suatu studi: serum dari janin, orang dewasa dengan penyakit hati, dan orang dewasa
dengan gangguan fungsi ginjal, hidrolisis prokain lebih lambat dari serum orang sehat.
Penurunan tingkat hidrolisa pada serum dari pasien yang mengalami gangguan fungsi
ginjal sebanding dengan konsentrasi BUN pada pasien tersebut. (farmakologi dan terapi
edisi V)
Efek samping
Methemoglobinemia pada neonates. Efek pada awalnya meliputi perasaan mabuk dan
tidak bisa berfikir dengan jelas di ikuti dengan sedasi paraestesia di sekitar mulut dan
kedutan (twitching), konfulsi dapat timbul pada reaksi yang berat. Pada injeksi
intravena,konfulsi yang colaps kardiovaskular cepat timbul. (farmakologi dan terapi edisi
V)
Indikasi
Prokain digunakan secara suntikan untuk anasthesia infiltrasi,blokade
syaraf,epidurial,kaudial dan spinal .(farmakologi dan terapi halaman 240)
Kontra indikasi
Interaksi Obat
IV. FORMULA
A. Formula Rujukan
1. Untuk Anastesi Spinal : ( Drug Information 1988 hal 1855-1856 )
10% Procaine HCl
0,9 % pelarut (Injeksi NaCl, Air pro injeksi, Cairan Serebrospinal atau teknik
hiperbarik, injeksi dekstrosa, merupakan utama pemberian.)
2. Anastesi Perineum : ( Drug Information 1988 hal 1855-1856 )
0,5 mL 10% prokain HCl ( 50 mg )
Aqua Pro Injeksi
3. Procaine HCl ( Handbook of Injectable Drug 14Th hal 1395 )
Prokain HCl 2%
NaCl 0,9 % q.s
Aseton Sodium metabisulfit 2mg/mL
Chlorobutanol 0,25%
Aqua Pro Injeksi ad. 30mL
B. Formula yang dipraktikan
Tiap mL vial prokain HCl 2% dengan rute intraspinal mengandung
Prokain HCl 20mg/mL
Sodium metabisulfit 0,5%
Chlorobutanol 0,25%
Aqua Pro Injeksi ad. 5 mL
Prokain HCl memiliki kegunaan sebagai anestesi, yang dimana teknik anestesi yang
umum digunakan adalah teknik anestesi intraspinal yang biasa digunakan untuk anastesi
sebelum pembedahan atau operasi. Prokain HCl dibuat dalam vial, karena merupakan
dosis ganda. Prokain HCl dibuat sebagai sediaan parenteral karena memiliki profil
farmakokinetik yang buruk, dimana Prokain HCl sulit diabsorbsi melewati membran
mukosa sehingga lebih cocok dibuat sediaan parenteral yang langsung masuk ke
peredaran darah. Pemakaian dosis dengan tiap 1 mL mengandung 100 mg Prokain HCl
yang diharapkan memberikan efek anastesi local yang cepat.
Aqua pro injeksi digunakan sebagai larutan pembawa dalam pembuatan injeksi
Prokain HCl, karena menurut Farmakope Indonesia edisi V, aqua pro injeksi sudah
memenuhi syarat sterilitas sehingga dapat digunakan sebagai pembawa dalam sediaan
parenteral. Aqua pro injeksi juga digunakan untuk melarutkan prokain HCl dalam sediaan
karena sifat kelarutan Prokain HCl adalah mudah larut dalam air.
PERHITUNGAN FORMULA
Jumlah vial yang akan dibuat sebanyak 5 vial, maka total volume yang akan dibuat:
= 29,15 mL ~ 34,45 mL
= ~35mL
Prokain HCl = 2% x 35 mL
= 700 mg
= 0,7000 g
= 175 mg
= 0,1750 g
Klorobutanol = 0,25% x 35 mL
= 87,5 mg
= 0,0875 g
= 35 mL – (0,9625)
= 34,0375 mL
PENIMBANGAN
Bahan:
1. Prokain HCl
2. Aqua Pro Injeksi
3. Sodium metabisulfit
4. Klorobutanol
Syarat :Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang
digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan, atau jika
opalesan tidak lebih dari suspensi padanan. (Farmakope Indonesia Edisi V Hal
1521)
Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu
per satu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume
wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung. (Farmakope Indonesia V hal
1570)
B. QC (Quality Control)
Lakukan uji kejernihan pada semua sediaan yang dibuat. Produk dalam
wadah diperiksa dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi
ke mata, berlatar belakang hitam dan putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan
suatu aksi memutar.
Syarat : Semua wadah diperiksa visual dan bahwa tiap partikel yang terlihat
dibuang. Dari infus volume besar, batas 50 partikel 10 μmdanlebihbesar, serta 5
partikel ≥ 25 μm/ml.
Asas :
Prosedur uji :
Penyaringan dengan filter membran (porositas 0,22 µm, diameter ± 47 mm,
kecepatan aliran 55–75 ml/menit, tekanan 70 cmHg). Membran dibilas dengan
larutan pepton 0,1%. Membran dipotong menjadi setengah bagian, jika hanya
digunakan satu lalu dimasukkan ke dalam media Tioglikolat cair, inkubasi 30 - 35° C
selama 7 hari dan Soybean – Casein Digest inkubasi 20-25° C selama 7 hari.
Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bil diuji satu per
satu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume wadah
yang tertera pada etiket bila isi digabung (Farmakope Indonesia V hal 1570)
4. Uji pH (Farmakope Indonesia IV hal. 1039)
( Dispensasi )
Prosedurnya : Timbang seksama lebih kurang 500 mg zat masukkan dalam gelas
piala, tambahkan 100 ml air dingin, 5 ml asam klorida P dan 100 mg asam bromide
P, aduk sampai larut, lakukan titrasi yang tertera pada Titrasi Nitrimetri dan
didinginkan hingga suhu lebih kurang 15o
Syarat : Prokain Hidriklorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C13H20N2O2.HCl..
X. DAFTAR PUSTAKA
2. Leon Lachman, Herbert A Lieberman, Joseph L. Kanig; Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi 3, UI Press, Jakarta, 1994.
3. Sweetman, C. Sean. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference 36th edition.
London: The Pharmaceutical Press
8. Gunawan, Gan Sulistia, dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia