I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menyebutkan macam sediaan ophthalmic
2. Mahasiswa dapat menjelaskan sifat termasuk kelebihan dan kekurangan masing-
masing sediaan ophthalmic
3. Mahasiswa dapat menyebutkan syarat dalam pembuatan sediaan ophtalmic
4. Mahasiswa dapat menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
sediaan ophtalmic
5. Mahasiswa dapat membuat sediaan tetes mata dengan mempertimbangkan
syarat/hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan ophtalmic
2. Bahan
Kloramfenikol
Asam borat
Natrium tetraborat
Preservatif
Aquadest
HCl 0,1N
NaOH 0,1N
FORMULA
R/ Kloramfenikol 250 mg
Asam borat 750 mg
Natrium Tetra Borat 150 mg
Phenylhydrargyrnitas 500 mg
Aqua ad 50 ml
VI. DATA
UJI pH LARUTAN
Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui berapa pH larutan yang telah dibuat
karena adanya perbedaan pH larutan/sediaan dan pH mata akan menyebabkan rasa perih
pada mata sehingga tidak nyaman ketika diaplikasikan pada mata. Cara pengujian adalah
dengan menggunakan kertas lakmus. Dari percobaan didapatkan pH sediaan tetes mata
kloramfenikol sebelum dan setelah sterilisasi adalah sekitar 7. pH ini sudah sesuai dengan
yang diharapkan karena telah ditambahkan buffer dalam sediaan (asam borat dan natrium
tetraborat).
UJI KEBOCORAN
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah sediaan yang telah dibuat
mengalami kebocoran atau tidak. Kebocoran pada vial akan menyebabkan interaksi
antara obat dengan udara luar sehinga sediaan yang telah dibuat menjadi tidak steril.
Hasil yang didapat dari percobaan adalah bahwa sediaan vial tetes mata kloramfenikol
tidak ada satupun yang mengalami kebocoran.
UJI KEJERNIHAN
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui kejernihan sediaan. Jika sediaan telah
jernih berarti telah memenuhi syarat sediaan steril. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
semua vial tetes mata kloramfenikol jernih.
Dari hasil uji-uji di atas, dapat disimpulkan bahwa sediaan vial tetes mata
kloramfenikol sudah siap digunakan.
Sediaan tetes mata kloramfenikol ini tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan
sejak pertama kali dibuka. Hal ini berkaitan dengan penurunan potensi dari kloramfenikol
yang menyebabkan penurunan efek terapi untuk pengobatan infeksi mata. Penyimpanan
sediaan tetes mata kloramfenikol sebaiknya di dalam wadah tertutup baik dan terlidung
dari cahaya atau dalam wadah kedap cahaya. Jika tidak maka kloramfenikol akan
mengalami oksidasi sehingga akan timbul perubahan warna pada kloramfenikol itu
sendiri dan selama penyimpanan menjadi tidak stabil. Penyimpanan di dalam suhu
dingin, pada suhu 4C dapat disimpan selama 2 tahun dengan 10 % zat yang terurai
sedangkan pada suhu 20C hanya dapat disimpan selama 4 bulan dengan 10 zat yang
terurai.
Reaksi oksidasi yang mungkin terjadi terhadap kloramfenikol:
Bila dibandingkan dengan sediaan salep mata maka sediaan tetes mata ini
mempunyai keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan sediaan tetes mata, antara lain:
Lebih mudah dipakai
Lebih nyaman dalam penggunaannya
Lebih homogen sehingga dosis lebih akurat
Zat aktif tidak harus lepas dulu dari basisnya seperti pada salep karena tidak
menggunakan basis
Kelemahan sediaan tetes mata:
Durasi lebih cepat/kontak dengan mata sehingga lebih tidak manjur.
VII. KESIMPULAN
1. Tetes mata kloramfenikol ini digunakan sebagai antimikroba.
2. Zat aktif dalam sediaan tetes mata pada praktikum kali ini adalah
kloramfenikol.
3. Asam borat dan natrium tetra borat berfungsi sebagai larutan buffer.
4. Sterilisasi tetes mata kloramfenikol dilakukan dengan sterilisasi
B/sterilisasi bakterisid (suhu 98C 100C) karena kloramfenikol tidak stabil
terhadap pemanasan bersuhu lebih dari 100.
5. pH larutan sebelum dan setelah sterilisasi ialah 7.
6. Sediaan tetes mata kloramfenikol ini memenuhi uji pH larutan, uji
kebocoran, uji keseragaman volume, uji kejernihan, dan uji partikel asing.
Anief, Moh., 2000, Ilmu Meracik Obat : Teori dan Praktik, 155, fakultas Farmasi UGM,
Yogyakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 13, 191, Depkes RI, Jakarta
Voigt,R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, 957-958, UGM Press,
Yogyakarta