FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
PROPOSAL PRAKTIKUM
I. JUDUL PERCOBAAN
Injeksi Teofilin dalam Ampul
II. PENDAHULUAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melukai kulit atau selaput lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan,
mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut
atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah
dosis ganda. Air untuk injeksi, aqua proinjeksi, dibuat dengan menyuling kembali
air suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang cocok yang
diperlengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan
selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok, dan segera digunakan (FI III, hal:
13-14).
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi, harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) juga mempersyaratkan tiap wadah akhir
injeksi harus diamati satu per satu secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan
pencemaran bahan asing yang terllihat secara visual harus ditolak. Larutan
intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal dan dikemas dalam wadah
bertanda volume lebih dari 100 ml. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang
dikemas dalam wadah bertanda volume 100 ml atau kurang. (FI IV, hal: 9-10).
Wadah dosis tunggal umumnya disebut ampul, tertutup rapat dengan
melebur wadah gelas dalam kondisi aseptis. Wadah gelas dalam kondisi aseptis.
Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat dengan mudah dipisahkan dari
bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas. Sesudah dibuka, isi
ampul dapat dihisap ke dalam alat suntik dengan jarum hipodermik. Sekali dibuka,
ampul tidak dapat ditutup kembali dan digunakan lagi untuk suatu waktu
kemudian, karena sterilitas isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi (Ansel,
1985: 426).
1
Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk asma dan untuk
mengatasi penyakit paru obstruksi kronik yang stabil, secara umum tidak efektif
untuk eksaserbasi penyakit paru obstruksi kronik. Teofilin mungkin
menimbulkan efek aditif bila digunakan bersama agonis beta-2 dosis kecil,
kombinasi kedua obat tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya efek
samping, termasuk hipokalemia (IONI 2008, hal: 188.)
Teofilin dimetabolisme di hati, kadar teofilin dalam plasma bervariasi
terutama pada perokok, pasien dengan gangguan hati dan gagal jantung, atau jika
diberikan bersama dengan obat-obat tertentu. Kadar teofilin dalam plasma
meningkat pada gagal jantung, sirosis, infeksi virus, pada lanjut usia dan jika ada
obat yang menghambat metabolisme teofilin. Kadar teofilin dalam plasma
menurun pada perokok, dan alkoholisme kronik danHAL oleh obat yang
menginduksi metabolismenya seperti fenitoin, karbamazepin, rifampisin, dan
barbiturat. Untuk interaksi teofilin lainnya (IONI 2008, hal: 188.)
Perbedaan waktu paruh antar pasien sangat penting karena teofilin
mempunyai rentang terapi yang sempit, yaitu dosis toksiknya dekat dengan dosis
terapinya. Pada kebanyakan pasien, diperlukan kadar 10-20 mcg/mL dalam
plasma untuk efek bronkodilasi yang memuaskan walaupun pada kadar plasma
10 mcg/mL (atau kurang) mungkin sudah efektif. Efek samping dapat timbul pada
kadar 10- 20 mcg/mL, dan efek samping akan semakin sering dan semakin berat
pada kadar di atas 20 mcg/mL (IONI 2008, hal: 188).
Teofilin dapat diberikan secara injeksi sebagai aminofilin, suatu campuran
teofilin dengan etilendiamin, yang 20 kali lebih larut dibanding teofilin sendiri.
Injeksi aminofilin jarang dibutuhkan untuk serangan asma berat. Aminofilin harus
diberikan sebagai injeksi intravena sangat lambat paling cepat (20 menit). Tidak
dapat diberikan intramuskular karena sangat iritatif. Pemantauan kadar teofilin
dalam plasma akan membantu, dan perlu sekali jika pasien telah mendapat
teofilin peroral, karena efek samping serius seperti konvulsi dan aritmia dapat
terjadi sebelum munculnya gejala toksisitas yang lain.
2
III. DATA PREFORMULASI
A. PREFORMULASI
ZAT AKTIF
PREFORMULASI
1. Teofilin
3
ditemukan2 stabil hingga 90 hari dalam botol plastik kuning
yang disimpan pada suhu 23° hingga 25°. (Martindale ed. 36,
hal 1140)
Sterilisasi: Metode iradiasi tidak cocok untuk sterilisasi
larutan Teofilin (Martindale ed.28 hal. 349)
b) Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (FI ED VI
Hal, 1681)
c) Khasiat: Bronkodilator Injeksi secara intravena (DI 2010 Hal.
3635)
d) Dosis: 10-20 mg/mL (DI 2010 Hal. 3635)
e) Cara Penggunaan : Injeksi secara intravena (DI 2010, Hal. 3635)
2. Aminofilin
4
Stabilitas: Stabil di bawah kondisi penyimpanan yang
direkomendasikan. (PubChem)
OTT : asam, klorpromazin HCl, klindamisin fosfat,
kortikotropin, dimenhidrinat , eritromisin gluseptat,
hidralazin HCl, narkotik analgesic, oksitetrasiklin HCl,
natrium fenintoin, prokain HCl, garam ploklorperazin,
promazine HCl, prometazin HCl, sulfafurazol dietanolamin
dan vankomisin HCl. (Martindale ed.28 hal. 342)
Sterilisasi: larutan disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi.
Hindari dari paparan karbon dioksida dan kontak dengan
logam. (Martindale ed.28 hal. 342)
b) Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
c) Khasiat: Untuk meringankan dan mengatasi serangan asthma
bronkial.
d) Dosis: Dewasa dan anak: Untuk serangan akut, “Loading dose”
6 mg/kg BB diberikan intravena secara perlahan (tidak lebih
dari 25 mg/menit). “Loading dose” harus dikurangi 50% jika
penderita telah menerima teofilin dalam 24 jam terakhir.
Setelah Loading dose, diteruskan dengan dosis pemeliharaan.
Anak - anak 1 - 9 tahun: 1 mg/kg BB/jam Anak-anak diatas 9
tahun dan dewasa merokok: 0, 8 mg/kg BB/jam Dewasa tidak
merokok: 0, 5 mg/kg BB/jam Penderita dengan dekompensasi
jantung atau gangguan fungsi hati: 0,2 mg/kg BB/jam Dosis
pemeliharaan harus dikurangi bila timbul mual, muntah, sakit
kepala, takikardia atau efek toksik lain atau bila konsentrasi
serum teofilin melalui 20 mcg/ml.
e) Cara Penggunaan: Injeksi secara intravena (DI 2010, Hal.
3635)
ZAT TAMBAHAN
5
PREFORMULASI
2. Etilendiamin
6
e) Dosis: 13,5-15 % (Martindale ed. 36, hal 1114)
7
b) Sterilisasi: panas basah dengan autoklaf pada suhu 121’C
selama 15 menit (anggraeny, praktikum teknologi sediaan
steril: hal 215)
c) Khasiat: Pelarut
d) Dosis: -
e) Cara Penggunaan: -
B. FARMAKOLOGI
1. Farmakodinamik: Teofilin meningkatkan kadar cAMP, menyebabkan
terjadinya bronkodilatasi. Lama kerja untuk bentuk yang pelepasannya
dihambat adalah 8-24 jam dan untuk bentuk teofilin oral dan intravena kira-
kira 6 jam. Mekanisme kerja teofilin menghambat enzim fosfodiesterase
(PDE) sehingga mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing masing
menjadi 5’ –AMP dan 5’ –GMP. Penghambatan PDE menyebabkan akumulasi
cAMP dan cGMP dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos
termasuk otot polos bronkus. Teofilin relatif nonselektif dalam menghambat
subtipe PDE. Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor
adenosin. Adenosin dapat menyebabkaan bronkokontriksi pada pasien asma
dan memperkuat pelepasan mediator dari sel mast yang diinduksi oleh
rangsang imunologis, karena itu dengan pemberian teofilin dapat mengatasi
bronkokontriksi yang terjadi pada pasien asma. Atas dasar kedua hal tersebut
maka teofilin dapat menimbulkan efek relaksasi otot polos bronkus atau
bronkodilator pada pasien asma (Kee, J.L. dan Hayes, E.R., 1996).
8
oleh hati menjadi asam 1,3-dimetilurik. Asam 1-methyluric, dan 3-
methylxanthine. Metabolisme dyphylline belum sepenuhnya dijelaskan,
namun obat tersebut tidak dimetabolisme dengan teofilin pada tingkat yang
berbeda; namun, metabolisme individu obat umumnya dapat direproduksi.
Teofilin dan metabolitnya diekskresikan terutama oleh ginjal. Pembersihan
ginjal obat. Namun, hanya menyumbang 8-12% dari keseluruhan
pembersihan teofilin secara keseluruhan. Sejumlah kecil teofilin
diekskresikan dalam kotoran tidak berubah (Anonim, 2008).
6. Efek samping: Efek samping yang terpenting berupa mual dan muntah, baik
pada penggunaan oral maupun rectal atau parenteral. Pada overdose terjadi
efeksentral (gelisah, sukar, tidur,tremor dan konvulsi) serta gangguan
pernapasan, juga efek kardiovaskuler, seperti tachycardia, aritmia dan
hipotensi(IONI 2000 Hal.95-96 ; DI 2010 H.3638 )
9
IV. FORMULA
A. FORMULA RUJUKAN
1) Martindale 36 hal 1114
Aminophyllin setara dengan
Teofilin 84,0 % - 87,4 %
Etilendiamin 13,5 % - 15,0 %
2) DI thn 2003 hal 3488
Tiap ampul mengandung:
(Teofilin: Etilendiamin = 2:1)
Teofilin 20 mg
Etilendiamin 10 mg
Aqua p.i ad. 1ml
3) Formularium Nasional edisi ke 2 tahun 1978 hal 21
Aminophyllin 24 mg
Aqua pro injection ad 1 ml
Aminophyllin dapat diganti dengan 20 g Teofilin dan 5,5 g Etilendiamin
10
pada penyakit paru obstruktif kronik (COPD) dengan tujuan yang sama
dengan pengobatan asma. Pemberian teofilin secara injeksi intramuskular
dapat menyebabkan iritasi (IONI 2014 hal. 212)
2) Alasan Penggunaan Zat tambahan
Teofilin merupakan zat yang sukar larut dalam air, sehingga digunakan turunan
dari teofilin yang lebih baik kelarutannya di dalam air, yaitu Aminofilin.
Aminofilin adalah campuran Teofilin dengan Etilendiamin dengan
perbandingan (2:1). Etilendiamin digunakan agar terbentuk kompleks
Aminofilin yang mudah larut dalam air.
Keterangan :
n = jumlah ampul = 10
2 = cadangan ampul
v = volume ampul dan kelebihan volume
= 1 mL + 0,10 mL = 1,10 mL
2 x 3 mL = untuk pembilasan
11
Volume pembuatan ampul
V = { (n+2) v + (2 x 3) } ml
V = { (10+2) (1 + 0,1) + (2 x 3) } ml
V ={ (12) (1+0,1)+ (6) }
V ={ (12) (1,1)+ (6) }
V = 19,2 ml ≈ 20 ml
Ket:
n = Jumlah Ampul
2 = Cadangan
V = Volume ampul + kelebihan volume
(1 ml + 0,10 ml = 1,10 ml)
b. Penimbangan
Formula jadi :
Teofilin 20 g
Etilendiamin 5,5 g
Aqua p.i ad. 1ml
12
1. Beaker glass
2. Erlenmeyer
3. Kaca arloji
4. Pipet tetes
5. Gelas ukur
6. Corong glass
7. Batang pengaduk
8. Pinset
9. Penjepit besi
10. Spatula
11. Kertas saring
12. Kapas + kassa
13. Kompor
14. Timbangan analitik autoklaf
15. Karet pipet
16. Karet tutup botol
17. Autoklaf
18. LAF (Laminar Air Flow)
19. Wadah ampul
B. BAHAN
1. Teofilin
2. Etilendiamin
3. Aqua Pro Injeksi
13
2 Erlenmeyer Di oven selama 30 menit Farmakope Indonesia
dengan suhu 250oC VI hal. 1890
14
VIII. CARA PEMBUATAN
Prinsip : Sterilisasi Akhir
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Alat dicuci dan dikalibrasi beaker glass 20 ml.
3. Alat disterilkan dengan cara sterilisasi yang sesuai untuk masing-masing alat.
4. Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang.
5. Dibuat Aqua pro injeksi dengan cara: aquadest dididihkan dan dibiarkan selama
30 menit kemudian didinginkan.
6. Ditimbang teofilin 400 mg menggunakan kaca arloji yang telah disterilkan dan
ditimbang Etilendiamin sebanyak 110 mg dengan pipet tetes yang telah
disterilkan.
7. Dilarutkan Teofilin dengan ditetesi etilendiamin sedikit demi sedikit sampai larut
kemudian ditambahkan sisa etilendiamin sampai habis.
8. Dilakukan pengecekkan pH (target pH sediaan 9 ) pada saat menjelang ad aqua
pro injeksi untuk memastikan bahwa pH sediaan sudah tercapai.
9. Ditambahkan aqua pro injeksi sampai tanda kalibrasi lalu diaduk hingga larut.
10. Disaring larutan sediaan yang sudah jadi sampai jernih
11. Dimasukan kedalam ampul sejumlah 1,1 ml dengan menggunakan syring steril.
12. Dilakukan uji evaluasi IPC (In Process Control) : Uji kejernihan, Uji keseragaman
volume.
13. Ampul ditutup dengan rotarry sealing ampule.
14. Dilakukan sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 121o C
dan selama 15 menit.
15. Dilakukan uji evaluasi; QC (Quality Control ) : uji sterilitas, uji kebocoran, uji
kejernihan, uji penetapan kadar, uji keseragaman volume. Diberi etiket dan
dikemas.
IX. EVALUASI
15
1. Cara Evaluasi
A. IPC (In Process Control)
1. Uji Kejernihan (Lachman, 1994 : 1356)
Pemeriksaan visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan
berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan
suatu aksi memutar.
Syarat : USP menyatakan bahwa semua wadah diperiksa secara visual dan
bahwa tiap partikel yang terlihat harus dibuang atau harus jernih. Batas 50
partikel 10 µm dan lebih besar, 5 partikel 25 µm dan lebh besar per
milliliter.
16
4. Uji Keseragaman Volume (FI edisi IV,1995 : 1044)
Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau
lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau
lebih bila volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah dengan alat
suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang
akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak
kurang dari 2,5 cm. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan
alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan
bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah
dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya
40% volume dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas
ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang).
Syarat : Volume yang di ukur memenuhi sekurang – kurangnya 40%
volume dari kapasitas yang tertera ( garis – garis petunjuk volume gela
ukur menunjukan volume yang ditampung, bukan yang dituang ).
B. QC (Quality Control)
1. Uji Kejernihan (Lachman, 1994: 1356)
Pemeriksaan visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan
berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan
suatu aksi memutar.
Syarat : USP menyatakan bahwa semua wadah diperiksa secara visual dan
bahwa tiap partikel yang terlihat harus dibuang atau harus jernih. Batas 50
partikel 10 µm dan lebih besar, 5 partikel ≥ 25 µm/ml.
17
terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding
yang sesuai seperti elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida.
18
5. Uji sterilitas ( FI VI hal 1837-1838 )
Proses sterilisasi yang tepat perlu dimonitor karena inilah yang
menentukan steril atau tidaknya suatu sediaan.
Prosedur Kerja :
- Inokulasi langsung ke dalam media
Pindahkan sejumlah sediaan uji ke dalam media hingga volume sediaan
tidak lebih dari 10% volume media, kecuali dinyatakan lain. Jika sediaan
uji mempunyai aktivitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi
dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan cara mengencerkan
dalam sejumlah media yang cukup. Jika diperlukan penggunaan volume
besar dari sediaan, maka lebih baik digunakan media yang lebih pekat
dan dilakukan pengenceran bertahap. Jika sesuai, media pekat dapat
ditambahkan langsung ke dalam sediaan dalam wadah. Diinkubasi
selama lebih kurang 14 hari. Lakukan pengamatan.
6. Uji Kadar Zat Aktif (Farmakope Indonesia Edisi VI, halaman 111-112)
Penetapan Kadar Teofilin:
a) Dibuat fase gerak yang terdiri dari campuran 200 mL metanol P dan
960 mg natrium-1-pentanasulfonat P dan air secukupnya hingga 1
liter. diatur dengan penambahan asam asetat glasial P hingga pH 2,9
± 0,1, saring dan awaudarakan.
b) Dibuat larutan pengencer dari campuran air-metanol P (4:1).
c) Dibuat larutan baku pembanding dengan konsentrasi teofilin 0,08
mg/mL dalam larutan pengencer secara bertahap.
d) Dibuat larutan uji dengan dipipet setara dengan lebih kurang 100
mg teofilin dan diencerkan dengan pengencer secara bertahap
hingga diperoleh konsentrasi 0,08 mg/mL.
e) Dilakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
19
Penetapan Kadar Etilendiamin:
a) Diukur saksama sejumlah volume setara dengan lebih kurang 500
mg aminofilin, jika perlu encerkan dengan air hingga lebih kurang
30 mL.
b) Ditambahkan jingga metil LP, dititrasi dengan asam hidroklorida 0,1
N LV.
20
X. RANCANGAN KEMASAN
Kemasan Primer
K
INJEKSI INTRAVENA TEOFILIN 20
mg/ml
DIPRODUKSI OLEH :
NO. REG :
PT EUREKA FARMA DKL2102112243A1
JAKARTA - INDONESIA NO.BATCH : B121009
MFG DATE : 10 SEP 21
EXP. DATE : 10 SEP 23
21
Kemasan sekunder
K
INJEKSI INTRAVENA TEOFILIN 20 mg/ml
10 Ampul @ 1 ml
DIPRODUKSI OLEH :
PT EUREKA FARMA
OBAT KERAS HARUS DENGAN RESEP DOKTER JAKARTA - INDONESIA
INDIKASI : obstruksi saluran napas reversibel, asma DOSIS : : 5 – 7 mg/kg IV/PO tidak boleh melebihi 25 mg/min IV
akut berat PENYIMPANAN :
EFEK SAMPING : takikardia, palpitasi, mual dan Simpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu 20 – 25o C. dan
gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala, stimulasi terhindar dari cahaya
sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi KETERANGAN LEBIH LENGKAP LIHAT BROSUR
terutama bila diberikan melalui injeksi intravena cepat.
JAKARTA - INDONESIA
Dan Etilendiamin 10 mg
Teofilin HCl 20 mg
mengandung
Komposisi : Tiap ml
DIPRODUKSI OLEH :
10 Ampul @ 1 ml
EXP. DATE : 10 SEP 23
MFG DATE : 10 SEP 21
NO.BATCH : B121009
NO. REG : DKL2102112243A1
22
Brosur/Leaflet
KOMPOSISI
Tiap 1 ml mengandung 20 mg Teofilin dan Etilendiamin 10 mg
FARMAKOLOGI
Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk asma dan untuk mengatasi penyakit paru
obstruksi kronik yang stabil, secara umum tidak efektif untuk eksaserbasi penyakit paru obstruksi
kronik. Teofilin mungkin menimbulkan efek aditif bila digunakan bersama agonis beta-2 dosis kecil,
kombinasi kedua obat tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping, termasuk
hipokalemia.
Perbedaan waktu paruh antar pasien sangat penting karena teofilin mempunyai rentang terapi yang
sempit, yaitu dosis toksiknya dekat dengan dosis terapinya. Pada kebanyakan pasien, diperlukan kadar
10-20 mcg/mL dalam plasma untuk efek bronkodilasi yang memuaskan walaupun pada kadar plasma
10 mcg/mL (atau kurang) mungkin sudah efektif. Efek samping dapat timbul pada kadar 10- 20
mcg/mL, dan efek samping akan semakin sering dan semakin berat pada kadar di atas 20 mcg/mL.
INDIKASI
obstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat
KONTRAINDIKASI
hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakti jantung, hipertensi, hipertiroid, ulkus
lambung, epilepsi, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan dan menyusui.
INTERAKSI OBAT
Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar Teofilin: Propanolol, Allopurinol (>600mg/day),
Erythromycin, Cimetidin, Troleandomycin, Ciprofloxacin (golongan Quinolon yang lain), kontrasepsi
oral, Beta-Blocker, Calcium Channel Blocker, Kortikosteroid, Disulfiram, Efedrin, Vaksin Influenza,
Interferon, Makrolida, Mexiletine, Thiabendazole, Hormon Thyroid, Carbamazepine, Isoniazid, Loop
diuretics. Obat lain yang dapat menghambat Cytochrome P450 1A2, seperti: Amiodaron, Fluxosamine,
Ketoconazole, Antibiotik Quinolon). Hindari konsumsi Caffein yang berlebihan. Hindari diet protein dan
karbohidrat yang berlebihan. Batasi konsumsi charcoal-broiled foods
EFEK SAMPING
takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala, stimulasi sistem saraf
pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi terutama bila diberikan melalui injeksi intravena cepat.
ATURAN PAKAI
Pada penderitaBronkospame akut : Pasien yang belum pernah mendapatkan terapi teofilin : 5 – 7
mg/kg IV/PO tidak boleh melebihi 25 mg/min IV
Maintenace : 0,4 – 0,6 mg/kg/hr IV atau 4,8 – 7,2 mg/kg PO setiap 12 jam
KEMASAN
10 ampul @1 ml
PENYIMPANAN
Simpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu 20 – 25o C. dan terhindar dari cahaya
25
Gambar 1. Air pro injeksi (FI Edisi VI, halaman 71)
26
Gambar 4. Formula Rujukan Ampul Teofilin
(Martindale 36 hal 1114 dan DI tahun 2003 hal 3488)
27
Gambar 5. Cara sterilisasi Teofilin (Martindale ed.28 hal. 349)
28
Gambar 5. pH Aminophillin (Martindale ed.28 hal. 349)
29
Gambar 6. Penetapan kadar Teofilin dalam Aminophylline (FI ed VI Hal. 111-112)
30
Gambar 7. Sterilitas dan OTT Aminofilin (Martindale ed.28 hal. 342)
31
Gambar 8. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/31-antiasma-dan-
bronkodilator/311-teofilin
32