16 September 2021
PROPOSAL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL
"Formulasi Sediaan Injeksi Triamsinolon dalam Vial"
Disusun Oleh :
Ernest Laskawy 2019210002
Oktaviani Nurainisa 2019210003
Novaldi Irwan Cahyadi 2019210004
Chika Michiko Abigail Soetantjo 2019210006
Viola Audrys 2019210007
Asma Fauziyah Baihaqi 2019210008
Fitri Dwi Rani 2019210009
Christina Audrey 2019210010
James Ibrahim 2019210011
Dinda Indira Antika 2019210012
Dwi Yuni Kurniawati 2019210013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
2021
I. Judul Praktikum
Formulasi Sediaan Injeksi Triamsinolon dalam Vial
II. Pendahuluan
Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan melewati
kulit atau batas jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya gravitasi
atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan. Sediaan parenteral
dibuat dengan teliti menggunakan metode yang dirancang untuk menjamin bahwa sediaan
memenuhi persyaratan Farmakope untuk sterilitas, pirogen, bahan partikulat, dan kontaminan
lain dan bila perlu mengandung bahan penghambat pertumbuhan mikroba. (Farmakope
Indonesia Edisi VI, 2020 hal. 50)
1. Injeksi Intramuscular : Injeksi intramuskular adalah injeksi yang dilakukan pada jaringan
otot. Rute intramuscular (IM) memungkinkan absorpsi obat yang lebih cepat daripada rute
SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot.
2. Injeksi Intravena : Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu
18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi,
lama kerja obat biasanya hanya singkat.
3. Injeksi Subkutan : Injeksi subkutan (SC) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam
jaringan ikat longgar di bawah dermis. Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak
darah yang mengaliri otot, absorpsi di jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada
absorpsi pada injeksi IM. Namun, obat diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi
normal.
4. Injeksi Intrakutan : memasukan obat kedalam jaringan kulit, intracutan biasa digunakan
untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang disuntikan.
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan
pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 mL. Vial dapat berupa takaran
tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi
dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila di perdagangan, botol ini ditutup dengan
sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan
injeksi (R. Voight, 1995 hal. 464).
Hal yang perlu diperhatikan pada sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran ganda).
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995 hal. 17)
a. Pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya kontak dengan
lingkungan luar yang ada mikroorganisme
b. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis
c. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
d. Zat pengawet
pH : Stabil
pada pH 3,5-
4,3
pH sediaan :
5,0-7,5
Stabilitas :
Harus
terlindung
dari paparan
oksigen..
Harus
terhindari dari
paparan
cahaya
langsung.
Pada suhu
80ºC selama 8
jam,
Triamcinolon
e Acetonide
terdegradasi
sebesar 4,90 ±
0,10%
b. Zat Tambahan
Nama Zat Sifat Fisika Konsentras OTT Cara Kegunaa
dan Kimia i Sterilisa n
si
Polysorbate 80 Organolept 0,1-3% Perubahan Filtrasi Stabilizing
ik : (HOPE warna Dengan agent,
Cairan h:551) dan/atau filter wetting
seperti pengendapan 0.22 mm agent
minyak, terjadi
jernih, dengan
berwarna berbagai zat,
kuning terutama
muda fenol, tanin.
hingga (HOPE h
cokelat 551)
muda; bau
khas lemah;
rasa pahit
dan hangat.
Kelarutan :
Sangat
mudah larut
dalam air,
larut dalam
etanol, tidak
larut dalam
minyak
mineral. (FI
ed VI h
1412)
Stabilitas :
Penyimpan
an yang
lama dapat
menyebabk
an
pembentuka
n peroksida.
Polisorbat
harus
disimpan
dalam
wadah yang
tertutup
rapat,
terlindung
dari cahaya,
di tempat
yang sejuk
dan kering.
(HOPE h
551)
pH : 6.0-8.0
dalam
larutan 5%
b/v
Carboxymethylcellu Organolept Pada Na CMC Oven Suspendin
inkompatibili 160℃
lose Sodium (Na ik : tidak sediaan g Agent
selama 1
tas terhadap
CMC) berbau, injeksi jam
larutan asam
tidak konsentrasi
kuat, garam (HOPE :
berasa, yang dan beberapa 120)
bersifat diperbolehk logam seperti
higroskopis aluminium.
setelah an adalah Na CMC
pengeringa 0.05-0.75% dapat
n, berbentuk mengendap
serbuk pada pH <2
atau larutan
pH : 6.5-8.5 etanol 95%
Kelarutan :
Mudah
terdispersi
dalam air
membentuk
larutan
koloidal.
Stabilitas :
NaCMC
stabil secara
umum. Pada
sediaan
larutan air,
stabilitas
pH berada
pada
rentang 2-
10
Benzyl Alkohol Organolept 2.0% v/v Benzil Pengawet
ik : (HOPE 64) alkohol tidak antimikro
Cairan tidak kompatibel ba. (HOPE
berwarna; dengan zat h 64)
bau pengoksidasi
aromatik dan kuat
lemah; rasa asam.
membakar (HOPE h 65)
tajam. (FI
VI h 247)
Kelarutan :
Agak sukar
larut dalam
air; mudah
larut dalam
etanol 50%
(FI VI h
247)
pH
optimum :
<5
Stabilitas :
Benzil
alkohol
teroksidasi
perlahan di
udara
menjadi
benzaldehid
a dan asam
benzoat.
Benzil
alkohol
dapat
disimpan
dalam
wadah
logam atau
kaca.
Wadah
plastik tidak
boleh
digunakan.
(HOPE h
65)
Aqua Pro Injeksi Organolept 100% Air dapat Dididihk Pelarut
bereaksi an
ik :
selama
dengan obat
Cairan 30 menit
dan eksipien (FI
jernih, tidak
lain yang III:14)
berwarna, dapat dengan
tidak berbau mudah
terhidrolisis
di saat suhu
Titik didih
meningkat.
:
Air juga dapat
100℃ bereaksi
dengan logam
Stabilitas : alkali dan
oksidanya.
Stabil di
Air dapat
semua
bereaksi
keadaan dengan garam
fisik anhidrida
membentuk
hidrat dari
berbagai
komposisi
c. Data Farmakologi Obat
Farmakologi :
Triamcinolone Acetonide adalah bentuk garam acetonide dari triamcinolone,
glukokortikosteroid sintetis dengan aktivitas imunosupresif dan anti-inflamasi.
Triamcinolone acetonide mengikat reseptor glukokortikoid sitosol spesifik dan
kemudian berinteraksi dengan elemen respon reseptor glukokortikoid pada DNA dan
mengubah ekspresi gen. Ini menghasilkan induksi sintesis protein anti-inflamasi
tertentu sambil menghambat sintesis mediator inflamasi tertentu. Akibatnya,
pengurangan keseluruhan dalam peradangan kronis dan reaksi autoimun tercapai.
Farmakodinamik :
Triamcinolone adalah kortikosteroid dengan sifat anti-inflamasi. Sifat ini digunakan
untuk mengobati peradangan pada kondisi yang mempengaruhi berbagai organ dan
jaringan.
Farmakokinetik :
• Absorbsi
Triamcinolone acetonide dapat diserap ke dalam sirkulasi sistemik dari ruang
sinovial. Namun tingkat sistemik yang signifikan secara klinis setelah injeksi
intra-artikular tidak mungkin terjadi kecuali mungkin setelah pengobatan sendi
besar dengan dosis tinggi. Efek sistemik biasanya tidak terjadi dengan injeksi
intra-artikular ketika teknik pemberian yang tepat dan rejimen dosis yang
dianjurkan diamati.
• Distribusi
Dihapus dengan cepat dari darah dan didistribusikan ke otot, hati, kulit, usus, dan
ginjal. Obat secara ekstensif terikat pada protein plasma (transcortin dan
albumin). Hanya bagian yang tidak terikat yang aktif.
• Metabolisme
Dimetabolisme di hati menjadi metabolit glukuronida dan sulfat yang tidak aktif.
• Ekskresi
Metabolit tidak aktif dan sejumlah kecil obat yang tidak dimetabolisme
diekskresikan oleh ginjal. Sejumlah kecil obat juga diekskresikan dalam tinja.
Waktu paruh biologis triamcinolone adalah 18 hingga 36 jam.
Interaksi Obat :
Beberapa produk yang dapat berinteraksi dengan obat ini adalah: aldesleukin,
mifepristone, obat lain yang dapat menyebabkan perdarahan/memar (termasuk obat
antiplatelet seperti clopidogrel, NSAID seperti ibuprofen/naproxen, "pengencer
darah" seperti warfarin/dabigatran).
Indikasi :
Intraartikular : untuk mengurangi nyeri sendi, pembengkakan dan kekakuan yang
terkait dengan rheumatoid arthritis dan osteoarthrosis, dengan komponen inflamasi;
juga untuk bursitis, epikondilitis, dan tenosinovitis.
Intradermal : untuk granuloma annulare, lichen planus, keloid, alopecia areata dan
bekas luka hipertrofik.
Kontraindikasi :
Pemberian melalui injeksi intravena, intratekal, epidural atau intraokular.
Efek Samping :
Kemerahan atau nyeri di tempat suntikan, sakit perut, sakit kepala, pusing, sulit tidur,
atau penambahan berat badan dapat terjadi.
IV. Formulasi
a. Formulasi Rujukan
• British National Formulary 61st hal 449
Injection (aqueous suspension), triamcinolone acetonide 40 mg/mL
• Martindale 36th hal 1545
A preservative-free suspension of triamcinolone acetonide 40 mg/mL is available
for intravitreal injection
• Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
• Triamcinolone Acetonide 40 mg/mL
• Polysorbate 80 0,4 mg/mL
• Sodium Chloride 9 mg/mL
• Carboxymethylcellulose Sodium 7,5 mg/mL
• Benzyl Alcohol 9 mg/mL
• Water for Injection qs
• Sodium Acetate for buffering qs
• Glacial Acetic acid for buffering qs
b. Formula Jadi
Tiap vial 5 mL mengandung
• Triamcinolone Acetonide 200 mg
• Polysorbate 80 2 mg
• Carboxymethylcellulose Sodium 37.5 mg
• Benzyl Alcohol 45 mg
• Water for Injection ad 5 mL
Bahan :
1. Triamcinolone Acetonide
2. Polysorbate 80
3. Carboxymethylcellulose Sodium
4. Benzyl alcohol
5. Water for injection
Zat aktif :
Triamcinolone Acetonide = 200 mg/5 mL × 36 mL
= 1.440 mg = 1,44 g
Eksipien :
• Polysorbate 80 = 2 mg/5mL × 36 mL
= 14,4 mg = 0,14 g
• Natrium CMC = 37,5 mg/5 mL × 36 mL
= 270 mg = 0,27 g
Air untuk Na CMC = 20 × berat NaCMC
= 20 × 0,27 g
= 5,4 mL
• Benzyl Alcohol = 45 mg/ 5 mL × 36 mL
= 324 mg = 3,24 g
• Water for Injection = 36 mL -(1,44 g+ 0,14 g+ 0,27 g+3.24 g+5,4 mL)
= 25,51 mL
Penimbangan
Bahan Bobot Teori (g)
Triamcinolone Acetonide 1,44
Polysorbate 80 0,14
Natrium CMC 0,27
Air untuk Na CMC 5,4
Benzyl Alcohol 3,24
Water for Injection 25,51 mL
Etiket
b. Kemasan Sekunder
c. Leaflet
X. Daftar Pustaka
1. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2020. h. 50, 247, 832, 1412, 1741.
2. Anief M. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press; 2010. h.
193.
3. Voigt R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press; 1995. 464.
4. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 1995. h. 17, 1039-1040
5. Martindale W. Martindale : The Complete Drug Reference. 36th ed. London :
Pharmaceutical Press; 2009. p. 1545.
6. Bitter C, Suter K, Figueiredo V, Pruente C, Hatz K, Surber C. Preservative-free
triamcinolone acetonide suspension developed for intravitreal injection. J Ocul
Pharmacol Ther. 2008 Feb;24(1):62-9. doi: 10.1089/jop.2007.0043. PMID: 18370876.
7. Pai K, Krishna, Muddu, Sathayanarayana, Muddikrishna. Stability Indication HPTLC
Determination of Triamcinalone Acetonide in Bulk Drug and Sterile Injectable
Suspension. Journal of Young Pharmacists. 2016 Aug;8:430-5.
8. Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn M. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.
Stuttgart, Germany : Deutscher Apotheker Verlag; 2009. p. 64-5, 118-120, 551.
9. PubChem [Internet]. Bethesda (MD): National Library of Medicine (US), National
Center for Biotechnology Information; 2004-. PubChem Compound Summary for CID
6436, Triamcinolone acetonide; [cited 2021 Sept. 11]. Available from:
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Triamcinolone-acetonide
10. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 1979. h. 14.
11. Joint Formulary Committee. British National Formulary. 61st edition. London : BMJ
Publishing and the Royal Pharmaceutical Society; 2021. p. 449.
12. Niazi SK. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products.
Volume 6. US : CRC Press LLC; 2004.
13. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2014. h. 1286, 1359, 1407, 1570, 1618,
14. Ayuhastuti A. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Praktikum Teknologi Sediaan Steril.
Indonesia : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016.
15. Lachman L, Lieberman HA, Kanig J. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga.
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press); 2011. h. 1274.