Anda di halaman 1dari 115

TEKNOLOGI FARMASI

SEDIAAN STERIL
Pustaka
• Avis KE, Lachman L,Lieberman A; 1986; Pharmaceutical Dosage
Forms: Parenteral Medication;vol.2; Marcel Dekker,Inc.,New York

• Aulton ME (Ed.);1988;Pharmaceutics:The Science of Dosage


Form Design; Churchill Livingstone,London, Edinburgh

• Parrott EL; 1971; Pharmaceutical Technology, Fundamental


Pharmaceutics;Burgess Publ.Co., Minneapolis

• Collett DM, Aulton ME;1990; Pharmaceutical Practice; Churchill


Livingstone,Edinburgh,London

• Pedoman CPOB
STERILISASI
Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti kuliah mahasiswa mampu
- mendefinisikan steril & sterilisasi
- memahami kinetika matinya mikroorg.
- memahami nilai D, Z, Q10, F0 dalam rangka validasi
proses sterilisasi
- menggolongkan mikroorg.berdasarkan resistensi
terhadap suhu
- menguraikan terjadinya termoresistensi mikroorg.
- menyebutkan mikroorg. Uji untuk proses sterilisasi
tertentu
steril
Definisi klasik
Steril = mutlak bebas (100% bebas) dari mikroorg. (
patogen/ non patogen, vegetatif /non vegetatif )
Def.sekarang
Steril = apabila kemungkinan tidak-sterilnya 1
bets adalah lebih kecil dari 1 per juta ( probability
10-6 )
Farmakope NORWEGIA 1980- FI IV
SAL = Sterility Assurance Level = - log 10
SAL : 6 ( Ster.akhir )
SAL : 3 ( Aseptik )
Kinetika – mati mikroorg.
Mengikuti tingkat reaksi orde satu (first order
reaction)
-dC dN
---- = k C  ---- = - k N
dt dt
- integral : ln Nt – ln N0 = - k t
k = konst.kecep.mati mikroorg.
log Nt – log N0 = K’ t
k’ = atas dasar log
A: kurva lazim B: mikroorg../spora
Log jml mkr hdp

Log jml mkr hdp


amat resisten

t t

Log jml mkr hdp


C: mikroorg.amat D: mikroorg. yg masih
Log jml mkr hdp

sensitif hidup resisten

t t
Nilai DT ( Decimal Reduction Time )
= waktu (dalam menit ) yg diperlukan
untuk mengurangi mikroorg. Dengan 90 %
atau dengan 1 log siklus pada kurva ( 
sisa 10 % dari jumlah awal )

Bac.stearoth.
D o
121 C = 1 menit
T = 121oC
104

103
Jumlah j.r. hidup

D=1

102
D=1

101
D=1

100
D=1

10-1
0 1 2 3 4 5 6 menit
• Log Nt = log No – k’t
log 1/10 No = log No – k’D
No = bioburden
Tt - To
D = ------------------- FI = 10 t/D
log No – log Nt

Contoh : Bac.stearoth.
D 121oC = 1,5 menit
Jika 12 menit  pasokan letalitas = 8D (=10 12/1,5)
Jika No= 102 dan pasokan letal.= 2D
 jumlah j.r.= 102-10-2 = 1
Jika 2D, sisa 6D  probabilitas j.r. hidup = 10-6
• Nilai Z = selisih suhu (oF atau oC) yang
menyebabkan perubahan nilai D menjadi
1/10 kalinya

Bac.stearoth.

D 110oC = 20 menit
Bila Z=9 
suhu : 110oC+ 9oC = 119oC  nilai D=2
suhu : 119 + 9 = 128oC  nilai D=0,2
Hubungan nilai D – nilai Z
Z =10
• Nilai Fo ( dalam rangka validasi)
= waktu sterilisasi ( menit) yang setara
jika disterilkan dalam uap air jenuh pada
121oC atau suhu lain

Fo = Dt ( log No + 6 ) ------mis. No =104


Bac.stearoth.

D o = 2 menit
120 C

Fo = 2 ( log 104 + 6 )
= 20 menit
garis merah :
suhu otoklaf

Garis hitam :
suhu sediaan
Kelomp Jenis mikroorganisme
ok
Waktu inaktivasi mikroorg.
resisten 80oC 100oC 121oC 134oC
si
Ia Bakteri vegetatif 1-5’
Virus,kapang,ragi
Ib Spora kapang 1-10’
Virus hepatitis 1-5’
II Spora bakteri resist. 1-60’
Rendah ( B.anthrax)
III Spora bakt.resist( 60’-60 jam
Bac.stearothermophilus) 8-12’ 1-2’

IV Spora bakteri amat tdk dpt sp 6jam


resisten diinaktifasi
Termoresistensi jasad renik
Kadar Suhu protein
H2O ( %) terkoagulasi

Lapis luar (coat)

50 % 56 oC
Kulit (cortex)
25 % 77 oC
6 % 145oC
Protoplasma : protein + DNA
utk hidup (H2O ± 15%) :
spora ± 70% H2O
• Mikroorganisme uji
Proses sterilisasi Mikroorganisme uji

1. Kalor lembab Bacillus


stearothermophilus
2. Kalor Kering Bac. Subtilis var.niger
Clostridium tetani
3. Radiasi ion Bac.pumilus;
Strept.faecium
4. Etilen oksida Bac.subtilis var. niger
Komponen Sediaan Steril
•Zat berkhasiat + zat bantu + pembawa + wadah
•Perhatikan No (bioburden)

Zat berkhasiat / zat bantu (kebanyakan padat)


Pada umumnya tidak dinyatakan steril kecuali
beberapa bahan baku tertentu, a.l. adrenalin.
Cara steril. : gas, radiasi, dilarutkan → saring
dengan filter bakteri, 150o = 1 jam

Pembawa
Disterilkan sebelum dipakai :
•Air suling → t = 30’ (dididihkan)
•Minyak - nabati (ol. Arach.) :150o = 1j/ 250o = ¼ j
- sintetik
Wadah
Ampul, vial, flakon, botol tetes, tube : dalam kaleng
→ 150o = 1 j/ 250o = ¼ j
NB : - tutup vial karet : 115-116o = 30’
(prakt. : digodok dalam air suling → 30’)
- infus dalam wadah plastik : “blow – fill - seal”

Alat yang dipakai


1. Alat presisi : gelas ukur, pipet ukur :
FI III : 115-116o = 30’ atau FI IV : 121o = 15’
2. Alat non-presisi : erlenmeyer, gelas piala :
FI III : 150o = 1 j atau FI IV : 121o = 15’
3. Pinset, spatel logam, batang pengaduk. Gelas:
dipanaskan dalam api bunsen / spirtus
4. Lumpang + alu : dibakar dengan etanol 90%
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

1
METODE STERILISASI

2
Pustaka
• Avis KE, Lachman L,Lieberman A; 1986; Pharmaceutical
Dosage Forms: Parenteral Medication;vol.2; Marcel
Dekker,Inc.,New York

• Aulton ME (Ed.);1988;Pharmaceutics:The Science of Dosage


Form Design; Churchill Livingstone,London, Edinburgh

• Parrott EL; 1971; Pharmaceutical Technology, Fundamental


Pharmaceutics;Burgess Publ.Co., Minneapolis

• Collett DM, Aulton ME;1990; Pharmaceutical Practice;


Churchill Livingstone,Edinburgh,London

• DitJen POM;1990;Petunjuk Operasional Penerapan CPOB;


Cetakan-II, DepKes RI, Jakarta
METODE PRINSIP STERILISASI ALAT/JENIS SYARAT/KOND UJI DIGUNAKAN
ISI EFEKTIVITAS UNTUK:
1. METODE KALOR 1.OTOKLAF
BASAH 2.UAM

3.GODOK DENGAN
AIR
4.TYNDALISASI
5.PASTEURISASI
2. METODE KALOR 1.OVEN
KERING 2.PIJAR
3.API BUNSEN
4.BAKAR DENGAN
ETANOL
3. FILTRASI FILTER 0,22 µm
4. KIMIA

5. GAS

6. RADIASI
Metode sterilisasi
• Tujuan : Agar sediaan menjadi steril
• Cara Sterilisasi :
1. Dengan kalor : “Basah”
- uap air jenuh di bawah tekanan (otoklaf)
- uap air mengalir (dandang)
- digodok dalam air
- Tyndalisasi dan Pasteurisasi
2. Dengan kalor : “ Kering”
- Pemijaran
- Dengan api bunsen
- Dibakar dengan etanol (96%)
- Udara panas (oven)
…lanjutan Cara Sterilisasi
3. Dengan penyaringan (cold sterilisation)
4. Dengan zat kimia
5. Dengan gas tertentu
6. Dengan radiasi
Sterilisasi dengan kalor : Basah
a. Uap air jenuh di bawah tekanan (otoklaf)

FI III : 115-116o = 30’


FI IV : 121o = 15’
terdiri dari :
- otoklaf konvensional (pressure cooker):
dinding tunggal
- otoklaf berdinding ganda : downward
displacement autoclave
- otoklaf “high vaccum”

Prinsip
Jasad renik mati : koagulasi/denaturasi protein
• High vacuum autoclave
• Cara pakai otoklaf

- didihkan air,
- katup dibuka ± 10’ ( udara keluar )*
- tutup katup ---→ suhu 121oC
- catat waktu, biarkan 15’
- matikan pemanas ,tunggu sp tek.0
- buka katup --→ biarkan beberapa
saat
- sediaan dikeluarkan
…lanjutan ster.kalor basah
Tekanan Suhu (oC)
(psig) Uap Camp. 50-50 Udara
5 109 94 72
10 115 105 90
15 121 112 100

Suhu (oC) Tekanan (psig) Waktu ster. (menit) Farmakope


(Exposure / holding time)

115 10 30 BP
118 12,5 30 BP
121 15 15 BP + USP
124 18 15 BP
126 20 10 BP
129 24 10 BP
134 30 3 BP
138 40 3 BP
Waktu ster. untuk wadah volume tertentu

Volume wadah (mL) Waktu penetrasi (Mnt)


10 3–5
50 6
100 10
500 15
1000 18 – 20
2000 25 – 30

Penetrating time + exposure time = sterilisation time

Wadah kecil : pen. time singkat ; wadah besar : pen.time lama

Siklus otoklaf = pembuangan udara + lag time (waktu tunggu)


waktu sterilisasi + waktu pendinginan
Keunggulan uap air jenuh
1. Suhu tinggi (> 100oC)
2. Kalor laten besar dan sensible heat kecil
3. Kondensasi (air + kalor laten) lembab untuk
mematikan jasad renik pada alat kedokteran,
pembalut, kapas, dll
4. Kontraksi volume uap pada saat kondensasi
(pada 121oC : 865 mL uap 1 mL air)
Contoh : flanel yang digulung disterilkan :
Uap air jenuh (120oC) : suhu dlm gulungan setelah
10’ = 117oC.
Udara panas(150oC) : suhu dalam gulungan setelah
3 jam = 80oC

Latent heat : pada 1 bar dan 100oC = 2258 kJ/kg ( 84%


dari energi kalor total)
Sensible heat : pada 1 bar dan 100oC = 417kJ/kg
Yang harus dister. dlm otoklaf

Asas : “ air dengan air”


- semua sediaan atau cairan yang
mengandung air
- alat presisi, kapas, kasa pembalut
(sebagai kecualian terhadap asas)

Tidak untuk : minyak nabati, lemak,


vaselin, parafin cair atau padat,
gliserin, zat padat, dsb (oven).
Uji efektivitas
metode kalor kering/otoklaf:

• Bacillus stearothermophilus
b. Uap air mengalir (UAM) dlm dandang

1. FI II : 98 – 100OC = 30’
2. FI III : 98 – 100OC = 30’ (+ klorkresol 0,2%)
• Tujuan : zat berkhasiat terurai pada suhu
otoklaf.
• Perlu ditambah bakterisida lain, seperti :
benzalkonium Cl- 0,01%, fenol 0,5 %, fenil
merkuri asetat/nitrat 0,002%

Volume wadah (mL) Waktu ster.(98-100oC)


30 30
50 45
100 50
500 60
Larangan penambahan bakterisida

• Larutan untuk suntikan iv. dosis tunggal >15 mL


• Larutan untuk suntikan intratekal, intrasisternal,
peridural, dan ke dalam cairan cerebrospinal
(aseptic meningitis)
• Larutan untuk suntikan intra-kardial dan intra-
okular

Harus dgn penambahan bakterisida


- Dosis ganda
- Sterilisasi uap air mengalir
- Pembuatan aseptik
c. Digodok dalam Air

• Sebagai alternatif b1 dan b2 : digodok dalam air


• Juga untuk cara sterilisasi alat kedokteran gigi (+
boraks)

d. Tyndallisasi dan Pasteurisasi

1. Tyndallisasi
BP 1932 : Sterilisasi zat yang tidak tahan 115oC
Asas : pemanasan pada 80oC = 1 jam, selama 3
hari berturut-turut (vegetatif mati-spora→veg-
mati, dst)
…lanjutan

• Hasil tidak memuaskan untuk obat


suntik sebab spora tidak menjadi
bentuk vegetatif : pH tak sesuai, zat
berkhasiat dan pengawet (dihapus dari
BP 1941)
• Diganti dengan filtrasi dengan filter
bakteri terbuat dari esterselulosa
asetat, porositas 0,22m
Pasteurisasi
• Pasteur : 50-60oC=beberapa menit:
anggur tidak menjadi asam.
• Sekarang penting untuk sterilisasi susu
(thd Mycobact.tuberculosis)
• “Holder method”: suhu 62,8oC=30’, lalu
segera didinginkan.
Sterilisasi dengan kalor : kering
a. Pemijaran : NaCl, talk, dsb.
b. Dengan api bunsen : spatel dan sendok
logam/porselen, kaca arloji, pinset, batang
pengaduk, gelas, dsb.
c. Dibakar dengan etanol 96% : lumpang dan alu.
d. Udara panas
- alat : oven (elemen listrik, thermocouple, kipas)
- asas/ prinsip mati jasad renik : dehidrasi
oksidasi
- Waktu sterilisasi (exposure time) :
FI III (BP) : 150o =1 jam; FI IV : 250o =15’
BPC (khusus alat gelas dan alat logam : 160o
= 1 jam, 180o = 11’)
…lanjutan
- Cara sterilisasi dengan oven:
- oven dipanaskan hingga suhu yang
diinginkan
- Setelah suhu yang diinginkan dicapai,
dimasukkan alat/bahan (posisi
longgar)
- Sterilkan menurut suhu dan waktu
- Setelah selesai, biarkan dalam oven
sampai dingin
Yang disterilkan dengan kalor kering

Ingat : “ kering dengan kering”!!!!


1. Alat gelas non presisi : labu erlenmeyer, gelas
piala, dsb (mulut ditutup dengan Al-foil)
2. Wadah : ampul, vial, botol tetes, flakon untuk
infus, tube
3. a. minyak nabati (ol.arachidis, Al-monostearat)
dalam botol
b. campuran basis salep mata (vas.flavum ,
paraf.liquid.) dalam cawan penguap
c. komponen serbuk tabur: zat aktif : sulfanilamid
No 1 & 2 : suhu 250o = 60’ : pirogen hilang
…lanjutan
- Dikeringkan dulu pada 105oC = 15’, timbang bobot
yang diperlukan, campur dengan talk 5-10%,
ster.150o=1 jam dalam cawan penguap porselin
dlm lapis tipis.
NB: talk sbg hasil tambang mungkin
terkontaminasi dengan Clostridium walchii,
Clostridium tetani, atau Bacillus anthracis.
- Pati dikeringkan pd 105oC = 15’, lalu + zat lain
digerus(talk ster. 150o = 1 jam) sama halnya dgn
laktosa(mengencerkan Proc.Pen.G)
d. Hormon estrogen(estradiolbenzoat) dan androgen
(testoteron propionat) dapat dister. dlm minyak pd
suhu 150oC = 1 jam (ster. akhir)
e. Alat kedokteran tertentu : gunting, pisau, dsb.
Catatan…
• Daya mematikan jasad renik dengan kalor kering
(dioksidasi), memerlukan suhu yang lebih tinggi
dan waktu ster. yg lbh lama apabila dibandingkan
dgn cara ster. dlm otoklaf (koagulasi/denaturasi):
- 1 g udara (100oC) menjadi 99o membebaskan
0,237 kal
- 1 g uap air (100oC) mengembun, membebaskan
536 kal (liat keunggulan lain dari uap air jenuh)
NB: waktu ster. pendek pada suhu tinggi lebih baik
daripada waktu ster. lama pada suhu relatif
rendah.
• Keuntungan ster. kering: zat padat, minyak bisa
dister. menurut cara ini, sedangkan kerugiannya
adalah suhu tinggi dan waktu ster. lama dan tdk
untuk surgical dressing
Uji efektivitas metode kalor kering/oven:

• Bac. Subtilis var.niger


• Clostridium tetani
Dengan penyaringan (“cold ster.”)

• Definisi filtrasi :
memisahkan partikel dari cairan atau gas mll
saringan yg menahan partikel, tetapi meneruskan
kedua zat tsb (dgn tekanan, vakum atau
hidrostatik)

• Tujuan :
1. menjernihkan suatu larutan (partikel disaring)
2. mengumpulkan partikel (zat) yg tersaring utk
diolah lebih lanjut;
3. mengumpulkan dan memisahkan jasad renik
agar sediaan cair menjadi steril
Jenis saringan
1. Berkefeld (Jerman): tanah silika (diatomaceous
earth, kieselguhr)
NB: AS= Mandler; Inggris=Saludor
ukuran V(viel, kasar), N (normal), & W (wenig,
filter bakteri)
2. Pasteur-Chamberland;Doulton;Silas: porselin
poreus
3. Seitz: asbes(bentuk pelat)-utk depirogenisasi
4. Gelas masir(sintered glass, glass filtered) : G3 utk
partikel, G5 utk filter bakteri.
5. Filter membran (Millipore, Sartorius): polikarbonat
ester selulosa asetat; 0,22m (filter bakteri)
Cara sterilisasi : no.1,2,3 : 121o=16’ atau 170o=60’
No.4 dicuci dgn campuran H2SO4pekat + HNO3pekat
aa(80o), lalu ster.121o=15’
Jenis saringan berdasarkan mekanisme
penyaringan
a. Screen filter (lembaran logam, plastik,
selulosa asetat) yg berlubang. Bakteri
tertahan pd permukaan; p diperpesar
: bakteri tetap di permukaan, adsorpsi
rendah.
b. Depth filter (tumpukan granul/bahan
porous/serabut). Bakteri bisa lolos,
jika p diperbesar, bakteri lolos
c. Cake filter (pemb.: susp.disaring)
• Cara penyaringan
T-FILTER MEMBRANE

Juli 2008
Uji filter membran :
BUBBLE POINT TEST
Asas: filter dibasahi dgn pelarut tertentu (tek.perm.‫ﻻ‬mN/m2),
diberi tekanan P hingga timbul gelembung udara pd
permukaan
D = (30 x 133,322) ‫ﻻ‬
P
D = ukuran pori (m)
P = tekanan (mN/m2)

3,15 bar → 0,22 µm


2,45 bar → 0,30 µm
1,96 bar → 0,45 µm
0,35 bar → 1,2 µm
Menghilangkan pirogen dgn
penyaringan

1. Filtrasi molekular : Pellicon-Kasetten System


2. Ultra-filtrasi : filter dengan 1.000.000 nmwl
(nominal mol weight limit), pirogen tersaring
3. + carbo ads. 0,1 – 0,3 %
4. Penyaringan melalui saringan asbes (Seitz)
Filtrasi udara
• Tujuan :
a. tekanan utk filtrasi dgn filter membran (HgCl2)
b. ventilasi ruangan aseptik/laminar air flow
• Cara :
udara dipompa
a prafiltrasi : bebas dari partikel debu
b filtrasi : bebas jasad renik
• Jenis filter :
a. Filter serat (fibrous filter) :glasswool, cottonwool
utk prafiltrasi; menghilangkan ± 99,9% partikel
ukuran1-5µm(bisa dibasahi dengan
minyak).porositas!
b. HEPA-filter (High Efficiency Particulate Air)
…lanjutan filtrasi udara
• Hepa-filter: serat dilekatkan dgn arpus atau
akrilit; menghilangkan ± 99,9% partikel <
1µm pd 0,54 m/detik

• NB:
1. antara fibrous dan HEPA filter dilakuan
pengaturan suhu dan kelembaban udara.
2. Sebelumnya udara dilalui pengendapan
elektrostatik (electrostatic precipitator)
Untung rugi ster. secara filtrasi
Keuntungan :
1. Sterilisasi utk senyawa termolabil
2. Jasad renik mati/hidup tersaring;cocok utk
keadaan darurat (filter membran 0,22 µm)

Kerugian:
1. Syarat pembuatan secara aseptik dipenuhi
(personalia, ruangan)
2. Kecuali dgn filter membran dan G3, ada
gejala absorpsi zat
3. Uji sterilitas dari tiap bacth.
Dengan Zat Kimia
• Tujuan :
Sterilisasi dgn zat kimia (bakterisida) cocok utk alat
presisi dan alat/perlengkapan kedokteran

1. Asam perasetat
mematikan j.r. atas dasar oksidasi. Perdagangan
40o jangan dipanaskan; pd 110oC, terjadi ledakan.
Kadar lazim utk sterilisasi 0,1% (selama 15’) atau
0,4% (5’). Setelah disterilkan, bilas hingga kertas
KJ-kanji tidak biru.
2. Fenol 5% : selama 24 jam
3. Formaldehida (HCHO)-denaturasi protein
Direndam dlm lar. Formald. 4-8% pd 40oC = 24
jam (40oC mencegah polimerisasi : (HCHO)3
….lanjutan zat kimia

4. Glutaraldehida alkalis- denaturasi protein.


Campuran : glutarald. 2% dlm air + natrium
bikarbonat 0,3% (pH = 7,5 – 8,5); suhu 20o
selama 8-10 jam

NB:
- Buret disterilkan dgn zat kimia (utk prakt.
No.2)
- Sublimat (HgCl2) tidak dipakai lagi!!
Dengan Gas tertentu
• Tujuan : sterilisasi dengan zat kimia bentuk gas,
khusus utk zat padat (peka thd suhu) dan alat
kedokteran.

1. Etilenoksida
Sifat : cairan yg mudah larut dlm air, titik didih
10,7oC
Campuran dgn udara/oksigen, menjadi eksplosif;
maka dicampur dgn CO2 (1:9)
Mematikan bakteri dan spora pd konst. 500-
1000mg/l, kelembaban 33-60%, suhu 60oC,
tekanan 5-10 psig dan waktu sterilisasi 3 jam
…lanjutan etilen oksida
• Contoh sterilisasi : penicillin, tetracyclin,
erithromycin, enzim, talk, pati jagung,
sarung tangan, plastik (perlengkapan i.v),
dsb.
• Mekanisme reaksi mematikan j.r.:
asas: alkilasi, esterifikasi, pembentukan
eter, atau tio-eter dari gugus penting utk
metabolisme j.r.
• Hasil samping toksik : etilenglikol,
etilenklorhidrin
• NB : Uji efektifitas sterilisasi etilenoksida dgn
Bacillus subtilis
Untung-Rugi Sterilisasi dgn ETO
• Keuntungan :
a. Cocok utk zat termolabil (suhu rendah, tdk terurai)
b. Daya penetrasi besar (“pre-packed, asal permeabel)
c. Senyawa atau alat yg peka thd lembab tinggi bisa
dister. dgn cara ini

• Kerugian:
a. Waktu lama diperlukan (“exposure dan desorption”)
b. Biaya tinggi, kemungkinan terbakar/meledak &
beracun
c. Utk jumlah besar tidak cocok (radiasi saja)
d. Sterilisasi tdk utk bahan plastik (pipa, kateter PVC-
ada Cl!)
Uji efektivitas:

Bac.subtilis var. niger


2. Formaldehida
Sifat :
- Formaldehida murni bentuk gas pd suhu kamar
(polimerisasi pd suhu < 80oC menjadi
paraformaldehida)
- Uap diperoleh dari : formalin/lar. HCHO 40% dlm air
+ 10% metanol sebagai stabilisator,
paraformaldehida dipanaskan (ster. boxster.)
- Daya mematikan bakt. lebih baik, tetapi daya
penetrasi kurang daripada EtO
- Mekanisme mematikan bakteri : pembentukan
ikatan silang antarmolekul protein bersamaan
antaraksi antara DNA dgn RNA, menyebabkan
alkilasi, kelembaban diperlukan utk menyelimuti
bakteri agar HCHO bekerja efektif (kelemb. rel.
90%)
…lanjutan formaldehida

• Dosis : 2 g formaldehida/l, suhu 90oC, kelembaban


rel. 80-90%, suhu 60oC dan waktu 4 jam.

• NB:
- Suhu dan kons. lebih kecil, waktu ster. 20-24 jam
- Formaldehid lebih banyak dipakai dlm rangka ster.
ruangan (fumigasi)
- Senyawa lain yg pernah dipakai dlm rangka ster.
gas: propilenoksida, cairan pd suhu kamar
(t.d.34oC) sifat lainnya hampir sama dengan EtO,
namun aktifitas antimikroba dan daya penetrasi
kurang. Hasil urai menjadi propilenglikol yg tidak
toksis; Β-propiolakton dan metilbromida
Dengan Radiasi
• Dua jenis radiasi:
- Elektromagnetik : radiasi UV dan γ
- Partikel β

a1. Radiasi UV (253,7nm)


Tidak mengionisasi, tapi mengeksitasi molekul dlm
sel, merusak reaksi kimia antar sel, yg menyebabkan
sel mati. Daya penetrasi kurang.
Dosis : 20.000-60.000µw/detik/cm, FI IV = 104, suhu
30-40oC
Guna : sterilisasi ruangan (aseptik/pengisian
antibiotika), inaktivasi virus dan bakteri dlm vaksin,
sterilisasi udara, air dlm lapisan tipis (1800l/jam)
NB : tidak cocok utk ster. senyawa kimia padat
…lanjutan dgn radiasi

a2. Radiasi γ
mempunyai energi tinggi 1-10nm, berasal dari
60CO, yg menyebabkan ionisasi isi, pembentukan
radikal bebas, molekul tereksitasi dgn akibat
merusak sistem enzim dan DNA; tergantung dosis-
sel mati. Oksigen dan air meningkatkan kepekaan
j.r. thd radiasi.

Dosis : 2,5 Mrad FI : Bacillus pumilus = 107,


Strept.faecium = 109

Guna : Ster.bahan baku Penicillin, Streptomycin;


alat dan perlengkapan kedokteran
…lanjutan dgn radiasi

b. Elektron Energi tinggi (partikel β)


Partikel β (massa spt elektron) dgn energi tinggi
berkat potensial voltage tinggi.

Sifat:
- Karakteristik ster.sama dgn radiasi γ
- daya penetrasi kurang

Dosis : 2,5 Mrad


*Bac.pumilus; *Strept.faecium
• Mikroorganisme uji
Proses sterilisasi Mikroorganisme uji

1. Kalor lembab Bacillus


stearothermophilus
2. Kalor Kering Bac. Subtilis var.niger
Clostridium tetani
3. Radiasi ion Bac.pumilus;
Strept.faecium
4. Etilen oksida Bac.subtilis var. niger
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

51
TEKNIK ASEPTIK
a = tidak
sepsis = pembusukan

Tujuan : mencegah terjadinya kontaminasi


jasad renik selama pembuatan

Digunakan untuk pembuatan sediaan steril dengan zat


berkhasiat yang tidak tahan pemanasan
Penunjang pembuatan aseptik

 1. Ruang kerja : a. Tata letak : efisien


b. Batasan jumlah partikel
c. Udara
d. Pembersihan
e. Uji
f. Tata ruang

 2. Pekerja/personil: - kostum/pakaian
 - pelaksanaan
1a. Tata letak : efisien
dinding – lantai – flafon ≠ 90o
dapat dicuci dengan desinfektan
2a. Batasan jumlah partikel
Ukuran British Standard US Federal Standard
partikel
kelas Jlh/m2 Jlh/ft3 kelas Jlh/m2 Jlh/ft3

0,5µm 1 3000 86 100(r.LAF) 3500 100


5 µm 1 0 0 100 0 0

0,5µm 2 300.000 8495 10.000 350.000 10.000


5 µm 2 2000 57 10.000 2300 65
10 µm 2 30 0,08 10.000 N/A N/A
(r.bersih)
CPOB 2012
C. Udara
Aliran udara :

konvensional laminar
Jenis aliran British standard US federal
udara standard

Min.20X penggantian Idem BS


Konvensional udara per jam

Ft/mnt m /dtk Ft/mnt m/ dtk

Hor. Vert Hor. Vert


. ..
20±20
0,48±0,10
laminar 84±20 56±10 0,45±0,1
0,3±0,05
Laminar air flow = LAF

LAF vertikal
LAF horizontal
 urutan penyaringan udara

1. pengendapan elektrostatik
2. pra filtrasi
3. penyesuaian suhu: 200C±2 (BS)
22,20±2,8(USFS)
kelembaban:35-50% (BS)
≤ 50 % (USFS)
4. filtrasi dengan HEPA filter
d. Pembersihan & disinfeksi R.Kerja
untuk menghilangkan : - jasad renik
- debu
sumber kontaminan :- udara - pekerja
- bahan baku - perabot
pembersihan : setelah pekerjaan selesai
disinfeksi : permukaan perabot dgn:
deterjen alkali,surfaktan,Na hipoklorit,
Amm.kuaterner,etanol,isopropil alk.,lar.formaldehida

R.aseptik : fumigasi / UV
 Uji ruang kerja ( R.Bersih & R.Aseptik )
1. uji kebocoran filter: aerosol photometer
2. uji kontaminasi partikel: scattering photometers
3. uji tekanan udara,suhu, kelembaban
4. uji kecepatan aliran udara
5. uji mikrobiologi: jlh j.r. hidup
syarat : unit LAF : max. 1/m3
kelas 1 : max. 5/m3
kelas 2 : max. 100/m3
Cara uji mikrob. di R.kerja
1. Settle plates / swab
cawan petri ditaruh di
tempat-tempat
tertentu
2. Bourdillon slit sampler
melalui celah kecil udara
disedot dan mengarah ke
cawan petri
f. Tata ruang (sumber : CPOB 1990)

KORIDOR
R. GP 1 R. GP 2
R. Antara BB
(+) R. penyangga Bak cuci tangan
(++) (+)
(++)

Mesin pencuci
(+) (+)
Ruang Steril
(+++)

sterilisator

(+) Alat pengisi


 Personil / pekerja
- pakaian / kostum : - pakaian baru cuci
& steril
- pelaksanaan :
ganti pakaian di RGP-1 : pakaian kerja
→ RGP-2 : desinfeksi kaki tangan
pakaian steril ,penutup
kepala, mulut,kaki,
sarung tangan , kaca
mata
pintu dibuka-tutup dengan siku tangan
THANK YOU
UJI STERILITAS

Asas : proses sterilisasi yang tepat


perlu dimonitor (in production
control) karena inilah yang
menentukan steril tidaknya suatu
sediaan
Kontrol proses sterilisasi
1. Pengukuran fisika
- suhu yang tepat (otoklaf, oven)
- tekanan (otoklaf, ster.gas)
- kelembaban (ster.gas)
- “Bubble Pressure test”
NB: peralatan harus dikalibrasi dengan cermat

2. Indikator kimia
ikut disterilkan dan menunjukkan perubahan apabila
kondisi yang diinginkan tercapai.
a. Browne’s steriliser control tubes
tabung kecil tertutup yang mengandung campuran zat
dan indikator, suhu tinggi menghasilkan perubahan
warna dari merah-kuning-coklat-hijau. (warna hijau
timbul setelah waktu sterilisasi dan suhu tertentu
tercapai)

Jenis untuk Warna hijau setelah :

1. Black spot Otoklaf hingga 126o ≥25’(115o), ≥16 (120o), ≥11’ (125o)
2. Yellow spot High-vac.autoclave ≥4’(130o), ≥3’ (125o)
pada ≥ 130o
3. Green spot Oven pada 160o ≥60’(160o)
4. Blue spot Oven IR pada 180o ≥12’(180o)
b. Filter paper strip
Strip kertas saring yg salah satu ujungnya dicelup dgn 2-4-
dinitrofenilhidrazin. Pada suhu sterilisasi tertentu meleleh dan
akan merambat ke atas. Jarak yg ditempuh menunjukkan waktu
dan suhu sterilisasi.

c. Royce sachet
Khusus utk ster. dgn gas etilenoksida. Kantong polietilen
mengandung MgCl2, HCl dan biru bromfenol. Etilenklorohidrin yg
terbentuk-kuning-ungu

d. Dosimeter radiasi
Paling tepat utk kontrol ster.dgn radiasi. Dibuat dari polimetil
metakrilat merah atau nilon polivinilklorida bentuk slide. Setelah
digunakan, perubahan densitas optik karena radiasi diukur
dengan spektrofotometer cahaya tampak. Untuk radiasi 0,1 – 5,0
Mrad
3. Indikator Biologik
- Dibuat suspensi spora bakteri yg jumlah (antara 105 -
107) dan daya tahannya diketahui
- Suspensi spora ini dioleskan pada strip yg setelah
kering dimasukkan ke dalam sampul plastik atau
tabung yg diikutsertakan pada saat sterilisasi
dilaksanakan.
- Setelah sterilisasi selesai, diinkubasi dan jumlah
bakteri hidup dihitung.
a. Sterilisasi uap untuk barang kering
Strip mengandung Bac. stearothermophillus (FI IV).
Inkubasi (setelah ikut dister.) pd 65o selama 3-5 hari
dlm perbenihan (triptone soy broth).
b. Sterilisasi uap untuk larutan air
Ampul yg mengandung suspensi spora Bac.
Stearothermophillus. Inkubasi : sda
Lanjutan indikator biologik…

c. Sterilisasi dlm oven


Bac. subtilis var. niger (FI IV) atau Clostridium
sporogenus dikeringkan pd pasir steril, alumunium foil
strip, stainless steel atau gelas. Inkubasi
(Cl.sporogenes) pd 37o selama 5 hari dlm perbenihan
cair tioglikolat.

d. Radiasi
Strip yg mengandung Bac.pumilus (FI IV) kering.
Inkubasi pd 35-37o selama 5 hari dlm perbenihan
glukosa. Strept.faecium jg dapat dipakai.

e. Etilenoksida
Strip dgn Bac.subtilis (FI IV). Inkubasi pd 35o selama 5
hari dalam perbenihan glukosa
Pengambilan Sampel utk Uji Sterilitas
 Arti bets (Batch) menurut FI IV :
Sediaan yg disterilkan dlm otoklaf; isi seluruhnya = 1
bets. Sediaan yg disterilkan secara berkesinambungan
(mis.radiasi berkas elektron ) : 1 bets adalah semua
sediaan yg disterilkan menurut cara tsb tidak lebih dari
24 jam.

 Pengambilan sampel (sampling) wadah menurut FI IV-


hlm 111:
sediaan yg dibuat secara aseptik yg diisi dlm waktu ≤ 24
jam secara kesinambungan, diambil pada waktu-waktu
tertentu : jumlah min 20 wadah, maks 100 wadah. Untuk
bets kecil (aseptik atau non-aseptik) : 20-200 wadah
diambil 10%. Jika jumlah sediaan ≤ 20 wadah diambil
minimal 2 wadah.
NB :

 Sampling menurut WHO : 0,4 √N;


 N = jumlah wadah/bets (≥ 3 - ≤20)
 Sampling menurut Eur.Pharm (inj) :
- bets ≤ 100, diambil 10 % atau 4 wadah (yg mana yg
lebih besar)
- bets 100-500, diambil 10 wadah
- bets ≥ 500, diambil 2 % atau 20 wadah (yg mana yg
lebih besar)
Pengambilan jumlah ml untuk inokulasi (FI
IV, hlm 859)
Isi wadah (ml) Vol.min Vol.min tiap media Juml wadah
diambil dr tiap per media
wadah utk tiap Digunakan utk Digunakan utk
media inokulasi membran atau
langsung. Vol. yg setengah bagian
diambil dr tiap membran yg
wadah (ml) mewakili vol.total
dr jml wadah yg
sesuai (ml)
< 10 1 ml atau 15 100 20 (40 jk vol
seluruh isi jk tiap wadah
kurang di 1 ml tidak cukup utk
kedua media)
5 ml 20
10 - <50 40 100
10 ml 20
50 - < 100 50 100
Seluruh isi 10
50 - < 100(iv) - 100
Seluruh isi 10
100 – 500 - 100
500 ml 10
> 500 - 100
Uji Sterilitas
 Asas pengamatan :
Larutan uji + media perbenihan, diinkubasi (30-350;
20-25o) terjadi kekeruhan/pertumbuhan --- TIDAK
STERIL
 Prosedur uji sterilitas
1) inokulasi langsung ke dlm media perbenihan
2) teknik penyaringan dengan filter membran.
(dibagi 2 bagian, lalu diinkubasi)
NB : cara 2) lebih baik drpd cara 1) karena jasad
renik dapat dipisahkan dari cairan yg mengandung
bakteriostatik atau fungistatik sebagai penghambat
pertumbuhan
Lanjutan uji sterilitas….

 Media yg dipakai utk uji sterilitas


Jasad renik Media Mikroba Uji Suhu inkubasi

Aerob Tioglikolat cair Bac.subtilis 30 – 35o


Cand.albicans
Bacteriodes
vulgatus
Anaerob Tioglikolat Bacteriodes 30 – 35o
alternatif vugatus
Aerob Soybean-casein Bac.subtilis 20 – 25o
digest Cand.albicans
NB:
 Uji fertilitas (baik-tidaknya media); uji bakteriostatik dan
fungistatik
 Perhatikan cara inaktivasi bakteriostatik dan fungistatik :
- dengan pengenceran : benzilalkohol, klorbutanol,fenol,
klorokresol, kresol, feniletilalkohol
- dengan penambahan 0,5% lesitin murni yg disolubilisasi
dengan 3% tween-80 : garam klorheksidin, ester p-
hidroksibenzoat, senyawa amonium kuartener
- dengan penambahan 0,1% natrium tioglikolat dan
pengenceran : garam merkuri, fenil merkuri asetat/nitrat,
tiomersal.
● Inaktivasi senyawa lain :
- sulfonamida : dgn 1 mg asam p-aminobenzoat per 10 mg
sulfonamida
- penisilin dan sefalosporin: dgn penisilinase
- kloramfenikol : dgn CAT (Chloramph.acetyltranferase)
- Neomisin : dgn NaCl atau vit C
Cairan pengencer dan pembilas
Syarat : cairan ini tdk boleh bersifat antibakteri atau anti fungi
jika digunakan sbg pelarut, pengencer atau pembilas
 Cairan A
larutan 1 g digesti peptik jaringan dlm 1 L air
(disaring/disentrifus agar jernih; pH diatur 7,10,2; disterilkan
dlm botol 100 ml dgn uap air)
NB : dipakai dlm campuran dgn penisilinase utk
menginaktifkan penisilin atau sefalosporin
 Cairan D
cairan A + 1 mL polisorbat 80 per liter; pH diatur hingga
7,10,2. sterilkan dengan uap air.
NB : dipakai apabila spesimen uji mengandung lesitin atau
minyak atau utk uji alat kesehatan steril dgn lumen kecil
menggunakan filter membran
 Cairan K
digesti peptik jaringan hewan P 50 g; ekstrak daging P 3,0 g;
polisorbat 80 P 10 g; air 1000 mL, pH setelah sterilisasi dlm
uap air 6,90,2
Pelaksaan uji sterilisasi
1. Inokulasi langsung ke dalam media uji
- vol.tertentu spesimen + vol.tertentu media uji
- inkubasi selama tidak kurang dari 14 hari
- amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin,
sekurangnya pd hari ke-3, ke-4, ke-5, ke-7 atau ke-8 dan
pada hari terakhir masa uji.
NB: jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh, sehingga
menyulitkan pengamatan secara visual, sejumlah
memadai media dipindahkan ke dlm tabung baru yg berisi
media yang sama sekurangnya 1 kali antara hari ke-1
dan ke-7 sejak pengujian dimulai. Inkubasi media awal
dan media baru dilanjutkan hingga 14 hari sejak inokulasi
awal.
cara inokulasi digunakan utk : 1) salap dan minyak yg tdk
larut dlm isopropilmiristat; 2) zat padat; 3) kapas murni,
perban, pembalut, benang bedah, dst; 4) alat kesehatan
steril; 5) alat suntik kosong atau terisi steril
Lanjutan pelaksaan uji sterilisasi….
2. Penyaringan dengan filter membran
- Penyaringan dgn filter membran (porositas
0,22m;Ø=47mm), kecepatan aliran 55-75 mL/menit; tekanan
70 cmHg. Membran dibilas dgn larutan pepton 0,1 %.
- Membran dipotong menjadi setengah bagian (jika hanya
digunakan satu) lalu dimasukkan ke dalam
a. media tioglikolat cair; inkubasi pd 30-35o = 7 hari b.
soybean-casein digest; inkubasi pd 20-25o = 7 hari
- Yang diuji dgn cara filtrasi :
- cairan yg dpt bercampur dgn pembawa air
- cairan yg tdk bercampur dgn pambawa air
- zat padat yg dpt disaring
- salep dan minyak yg larut dlm isopropilmiristat
- alat kesehatan yg mempunyai saluran kecil
- penisilin dan sefalosporin (+penisilinase); kloramf.(+CAT)
Keuntungan cara filtrasi

 Lebih sensitif daripada cara inokulasi


 Zat penghambat dipisahkan (antibiotika,
pengawet, antioksidan)
 Volume besar tidak masalah
 Kesalahan sampling dgn derajat kontaminasi
rendah/dikurangi
Penafsiran hasil uji sterilitas
 Tahap pertama
- Kekeruhan dan atau pertumbuhan pd permukaan ---steril Ө
- Jika hasil +, tetapi segi pelaksanaan praktis/teknik tidak
memadai---- tahap pertama diulang
- Jika hasil +, tetapi tdk terbukti uji tahap pertama tidak
absah---- lakukan tahap kedua

 Tahap kedua
- Jumlah spesimen uji : minimum 2X jumlah tahap pertama
- Jika Ө ----steril
- Jika + ----tidak steril
- Jika ada kesalahan atau teknik aseptik tidak memadai
tahap kedua diulang
addendum
 Uji sterilitas oleh Robot
Tujuan : utk mencegah hasil positif keliru (false positive)
karena uji sterilitas dilakukan oleh manusia (human error),
sekalipun dengan fasilitas/sarana yg memadai spt clean
room, LAF hoods, teknik aseptik canggih, dst.

Gagasan: peran manusia diganti oleh robot (1987)

Keuntungan :
- “human error”, kontaminasi ketika uji sterilitas
dilaksanakan, dapat dicegah, sehingga suatu bets (karena
hasil positif yg keliru) tdk perlu dimusnahkan
- uji ulang tidak perlu dilakukan lagi---ebih cepat
- biaya pengerjaan dapat ditekan
Lanjutan…

 Masalah “ hasil positif yg keliru”


- Hasil positif yg keliru lebih sering terjadi drpd hasil
positif yg benar
- Akibat hasil positif yg keliru---perlu diteliti kembali
oleh bagian QC dan bagian produksi---uji sterilisasi
diulang
a. bets tetap dikarantina---pengiriman tertunda
b. bets mungkin dimusnahkan, menyita banyak
waktu
- Meniadakan hasil positif yg keliru dgn menggunakan
robot dan tidak lagi manusia
Penerapan robot di industri farmasi
 Hofmann La Roche (AS), 1984, yg pertama. Keistimewaan
Hofmann La Roche adalah bahwa masalah teknis mengenai
uji ster.dgn robot dipublikasi, sehingga cara ini dpt dicontoh
oleh industri lain.
 Farmitalia (Italia) menerapkan penggunaan robot menjelang
akhir dasawarsa sembilan puluhan. A.l.uji sterilitas zat padat
dlm vial
 Takeda (jepang) sekitar 1990 dimulai uji sterilisasi cairan atau
zat padat dlm vial. Sebetulnya cara takeda bukan dilakukan
oleh robot, tetapi suatu cara kerja yg lebih efisien melalui
sistem otomatisasi, yg mirip dgn desain alur produksi
 PRI Autotest 1000
dikembangkan oleh Precision Robots Incoporated (AS)
bersama milipore (1988) utk dijual, dan mirip sistem H.La
Roche.
uji sterilisasi secara filtrasi membran (Millipore Sterites) dlm
ruang kelas 10
Uji pirogenitas
 Yunani : pyrogen = product of fire
 Sejarah :
- 1876 : istilah pirogen dipakai pertama kali oleh Sir John
Burdensanderson (1860: Billbroth)
- 1926 : Seibert : “injection fever” disebabkan oleh sumber bakteri
- 1920 : Centanni : isolasi sb serbuk putih
- 1975: Wesphai, elusidasi struktur lipid A
- 1977: Galanos et al, sda
● Asal pirogen (lipopolisakarida)
- Bakteri pembentuk pirogen kebanyakan Gram-negatif---ada
kaitannya dgn dinding sel (mis.Pseudomonas, Salmonella dan
E.coli)
- Dinding sel terdiri atas 3 lapis (Gram-positif, tidak memiliki
membran luar), BM besar; endotoksin bakteri mati/hidup
Lanjutan uji pirogenitas….
 Lipopolisakarida = lipid A-polisakarida-rantai
antigen O
 Sifat pirogen
- 0,01 mcg/ml (iv)---suhu badan naik setelah 30-60
menit
- Larut dlm air, relatif termostabil, tidak dipengaruhi
oleh bakterisida
● Sumber pirogen :
a. Pelarut air
b. Zat dari bahan alam/fermentasi: glukosa, fruktosa,
na sitrat, garam fosfat, asam amino, heparin, dsb.
c. Alat-alat yg dipakai
d. Produksi sediaan parenteral harus selesai dlm
satu hari (jangan diinapkan)
Depirogenisasi
1. Endotoksin dihilangkan
a. Cara bilas dgn air bebas pirogen
b. Ultra filtrasi (membran selulosa triasetat)
c. Filtrasi molekular
d. Filtrasi dgn asbes (lalu G3)( diatas pH=2, endotoksi negatif--
-anion, asbes sebagai kation dibawah pH 8,3----terjadi daya
tarik elektrostatik; asbes juga bekerja sebagai ”depth filter”
e. Destilasi (khusus air suling bebas pirogen + KMnO4(10 mL
0,1 N) + NaOH (5 mL 1N/liter))
NB: tanpa ini juga bisa asal cipratan dicegah ikut uap---
kondensasi
f. Karbon aktif 0,1-0,3% (adsorpsi zat BM besar dan nonionik-
--lebihkan 5 % )
g. Kromatografi kolom Al2O3 (Al+3)
h. Reverse-osmosis (utk air utk inj.)
2. Endotoksin diinaktivasi

 Kalor kering (250o = 30’-USP; 170-180o = 3-4 jam)


 Kalor basah : 120o = 6-7 jam atau 140o = 1 jam (otoklaf)
 Asam/basa encer (K-bikrom + H2SO4; HNO3; soda 5%)
- 0,05 N HCl---100o = 30’
- 1% as.asetat---100o =2-3 jam
- 0,1 M NaOH---30o = 72 jam/4o = 16 jam
 Oksidasi dgn H2O2
- Larutan gelatin + 0,1 M H2O2 digodok = 2 jam atau + 0,4M H2O2-
--116o = 20’
NB: efektifitas H2O2 tergantung dari : kadar, pH, suhu dan waktu
H2O2 mengoksidasi zat berkhasiat
● Alkilasi
- + as.asetat anhidrida --- pengurangan 100x
- + as.suksinat anhidrida --- pengurangan 100-1000x
- + gas etilenoksida (12% + 88% freon; kelembaban 50%; 3,5 psi;
6,5 jam)
● Radiasi pengionan (60CO)
3. Uji pirogenitas
a. Uji bioligik (metode seibert-1920;USP XII 1942).
tertera dlm semua farmakope.
Asas (Uji pirogen-FI IV-908):
berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci setelah
disuntikkan dgn larutan ≤ 10 mL/kg bobot badan dlm vena
auricularis.
Penafsiran hasil :
- setiap penurunan suhu dianggap nol
- memenuhi syarat: tak seekor kelincipun menunjukkan
kenaikan suhu 0,5oC atau lebih
- jika ada kelinci ---kenaikan suhu 0,5oC atau lebih---
lanjutkan uji dgn 5 ekor kelinci tambahan
- memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor dari 8 kelinci
masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5oC atau
lebih dan jumlah kenaikan suhu maks 8 kelinci tidak lebih
dari 3,3o
NB :
 Yang perlu diperhatikan/diamati selama
pemeliharaan kelinci :
- Bobot dan suhu badan
- Waktu istirahat untuk kelinci yang baru
dipakai (pirogen positif/negatif)
- Ruang khusus
b. Uji serologi
 Uji endotoksin bakteri (FI IV-905)
USP XX (hal.888): bacterial endotoxin test
1956: Bang menyuntik kepiting (Limulus polyphenus) dgn
endotoksin---penggumpalan
Asas :
Lisat darah kepiting (L.polyphenus) + endotoksin---
gelatinisasi dlm 30’
Pembuatan lisat amebosit limulus (LAL)
- Darah kepiting (Limulus polyphenus, horse shoe crab, mimi
mintaro) diambil melalui punksi dlm jantung.
- Sel darah kepiting (amebosit) dipisahkan dari serumnya
(sentrifuga), lalu dicuci dgn NaCl 0,9%
- Amebosit dihemolisis dg air suling, pisahkan dari dinding
sel (sentrifuga)
- Standarisasi, lalu liofilisasi (Pyrogent)
Keuntungan Uji Endotoksin Bakteri
 Cepat (cocok utk uji pirogenita radiofarmaka)
 Sensitif dan valid
 Zat antipiretik bisa diuji menurut cara ini
 Jumlah sedikit sudah bisa diuji (dgn mikroskop)
 Tidak perlu persiapan yg memakan waktu spt
halnya dgn uji dgn kelinci

Uji Jumlah Leukosit

Asas : berdasarkan berkurangnya lekosit setelah


disuntikkan pada hewan percobaan

Anda mungkin juga menyukai