(maureen maya, yuta busa, katarina elaman, nimrod selan, seprianus bantaika, reni kefi,
heitman bakker)
“ S T A B I L I T A S O B A T ”
• Pengertian Stabilitas
FI ed IV :
Kemampuan suatu produk untuk bertahan dlm batas yg ditetapkan & sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan, sifat & karakteristiknya sama dgn yg
dimilikinya pada saat produk dibuat.
1|Page
ii. Hilangnya “Pharmacentica Elegence”
O2
Epinerfin (tetes mata) adrenokhrom (merah)
iii. Timbulnya bau tak enak, Perubahan warna, problema rasa.
iv. Terbentuknya produk yang toksis.
-H2O
Tetrasiklin Epianhidro tetrasiklin (menyebabkan
kerusakan ginjal )
b. Degradasi Fisika
i. Pembentukan polimorfi & hidrat
Misalnya : Ampisilin anhidrat memiliki kelarutan yg lebih
besar dari bentuk hidrat.
ii. Hilangnya Uniformitas (Sublimasi) adsorbsi suatu obat.
Misalnya : Nitrogliserin dapat menguap Hati-hati dalam
tablet (kadar berkurang).
iii. Hilangnya estetika : Wadah luntur, sobek atau pecah.
c. Degradasi Mikroba
i. Obat-obat injeksi
ii. Produk obat mata
iii. Produk kosmetika
iv. Alat-alat bedah
cara mengatasi degradasi obat
①. Merancang wadah yg sesuai.
②. Biasanya menggunakan dosis tunggal.
③. Menuliskan kondisi penyimpanan yg tepat pada label.
④. Menambah suatu senyawa antimikroba sebagai pengawet.
3. Uji Stabilitas & Penentuan umur stabilitas obat
a. Uji stabilitas
i. Uji Stabilitas Dipercepat
Obat disimpan pada kondisi ekstrim di suatu lemari uji yang
disebut climatic chamber, obat dalam kemasan aslinya
dipaparkan pada suhu 40 ± 20 derajat celcius dan
kelembapan 75 ± 5%.
ii. Uji Stabilitas Jangka Panjang
Obat dipaparkan pada suhu 25 ± 200 C dan kelembapan 60 ±
5%. Pada bulan-bulan tertentu obat yg disimpan dlm lemari
2|Page
climatic chamber, akan di uji kualitas fisika, kimia, maupun
mikrobiologinya. Data hasil pengujian tsb akan diolah secara
statistika, sampai akhirnya kita menemukan tgl kadarluarsa
secara kuantitatif & tgl tersebutlah yg akan dijadikan
patokan kadarluarsa obat yg nantinya harus dicantumkan
dalam kemasan obat.
b. Penentuan umur stabilitas obat
• Banyaknya faktor konsentrasi yang ikut berperan dalam
kecepatan reaksi.
• ex : reaksi as. Asetat & etanol
• Kec. Reaksi :
V = K [As.Asetat][Etanol]
Maka, Reaksi adalah orde 1 terhadap as.asetat dan orde
1 Juga terhadap etanol ; Reaksi keseluruhan adalah orde ke 2.
A + B + C + ..... P (Product)
Dimana,
- adalah Orde 0 B adalah Orde 2
A adalah Orde 1
𝑑𝑐
= = K . Cn
𝑑𝑡
• Waktu paruh (= t ½ )
Waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai menjadi setengah /
separuh konsentrasi semula
Waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai 10 % dari konsentrasi obat.
Orde Nol
Plot (D) VS * t → Linear, dgn Slope = - K0 (konsentrasi / waktu)
3|Page
Ket :
(D)0 / (C)0 = konsentrasi obat mula-mula
K0 = Tetapan kecepatan reaksi mula-mula
Orde Satu
Plot log (D) vs . t → Linear dgn slope –((k1) /2,303)
waktu paro = t½ = half time
o (D) = (D0)/2 → In (D0)/2 = in (D)0 - K1 t ½
t ½ = In2 / K1
t ½ = 0,693/ K1
ket :
K1 = tetapan kecepatan reaksi (5 x 10-7 g-1)
Waktu paro t90 waktu untuk (D) mencapai 0,90 (D)0 mengalami
dekomposisi.
t90 = 0,105/ K1
Jadi, Aspirin terurai 10% pada hari ke-2 pada suhu 250C.
4|Page
Contoh soal orde reaksi satu dan Nol :
Ampisilin → Stabilitas maksimal pada pH 5,8 dengan
K= 2x10-7 g-1 (350). Hitunglah t90 apabila ampisilin mengikuti orde
nol atau orde satu....
Maka ;
Orde satu →
t90 = 0,105/ K1
t90 = 0,105 / (2x10-7 g)
= 5,3x105
= 6,1 hari (350c)
Jadi, Ampisilin terurai 10% pada pada 6 hari 2 jam pada suhu
penyimpanan 350C.
Orde Nol →
Kelarutan 1,1 g/100ml, Dosis umunya 125mg/5ml = 2.5g/100ml
(suspensi).
K0 = K x Kelarutan obat
K0 = (2x10-7 g-1 ) (1,1g/100ml) = 2,2 x10-7 g/100ml
t90 = (0,1 (C)0 / K0
t90 = ((0,1)(2,5)/(2,2x10-7 ))
= 1,1 x 10-6
= 13 hari (350c).
5|Page