Anda di halaman 1dari 65

KATA PENGANTAR

Tanaman obat yang berkembang di Indonesia sangat melimpah tetapi pemanfaatannya masih
terbatas dikonsumsi secara segar, sehingga dibutuhkan teknologi pengolahan untuk dapat
memaksimalkan pemanfaatannya. Pemanfaatan yang maksimal dari berbagai tanaman obat
ini masih dirasa kurang beredar di masyarakat. Teknologi pengolahan dan penanganan untuk
berbagai macam obat dengan pemanfaatan tanaman obat merupakan peningkatan nilai tambah
dari tanaman yang dimaksud.

Buku teknologi pascapanen tanaman obat ini di paparkan tentang pengolahan tanaman secara
umum, baik tanaman yang berasal dari daun, akar, batang, buah, biji, rimpang, kulit kayu dan
herba. Cara-cara pengolahan sederhana tapi memenuhi kaidah cara pengolahan yang baik dan
benar. Selain itu, di berikan juga beberapa contoh tanaman dengan khasiatnya dan beberapa
contoh cara penggunaannya. Kami merasa bahwa buku ini belum sangat sempurna, tapi mudah-
mudahan dapat membantu mengenali dan memanfaatkan tanaman tersebut untuk menjaga
kesehatan.

Buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi yang dapat meningkatkan
wawasan pembaca tentang berbagai tanaman obat sebagai salah satu komoditas tanaman yang
potensial. Selanjutnya, diharapkan saran dan kriik membangun atas segala kekurangan yang
terdapat pada buku ini untuk perbaikan mendatang.

Kepala Balai Besar

Ir. Rudy Tjahjohutomo, MT

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat i


ii Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN...........................................................................................................1
II. KHASIAT DAN KEGUNAAN .........................................................................................4
III. KANDUNGAN KIMIA .................................................................................................9
IV. PASCAPANEN ..........................................................................................................11
IV.I Pascapanen Tanaman Obat Dari Daun ............................................................14
IV.2 Pascapanen Tanaman Obat Dari Akar .............................................................17
IV.3 Pascapanen Tanaman Obat Dari Bunga...........................................................21
IV.4 Pascapanen Tanaman Obat Dari Buah ............................................................21
IV.5 Pascapanen Tanaman Obat Dari Biji ...............................................................27
IV.6 Pascapanen Tanaman Obat Dari Herba ..........................................................29
IV.7 Pascapanen Tanaman Obat Dari Kulit Batang ................................................30
IV.8 Pascapanen Tanaman Obat Dari Kulit Rimpang .............................................34
V. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN ........................................................................38
VI. PENGAWASAN MUTU ............................................................................................40
VII. POTENSI PASAR .....................................................................................................42
VIII.PENUTUP ...............................................................................................................44
IX. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................44
LAMPIRAN ..................................................................................................................50

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat iii


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Akar ginseng korea dan kolesom ........................................................................ 5
Gambar 2. Penjemuran dengan alas lamporan (a), ikar (b) ................................................. 13
Gambar 3. Beberapa ipe alat pengering, ipe rak(a) pengering mekanik ipe berputar (b). 14
Gambar 4. Beberapa tanaman obat yang berasal dari daun ................................................ 15
Gambar 5. Diagram alir pascapanen tanaman obat yang berasal dari daun ....................... 16
Gambar 6. Beberapa tanaman obat yang berasal dari akar ................................................. 18
Gambar 7. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari akar ........................ 19
Gambar 8. Beberapa tanaman obat dari bunga ................................................................... 22
Gambar 9. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari bunga ..................... 23
Gambar 10. Tanaman mahkota dewa dan buah mahkota dewa .......................................... 24
Gambar 11. Tanaman cabe jawa dan buah cabe jawa ......................................................... 24
Gambar 12. Tanaman kemukus dan buah kemukus ............................................................. 25
Gambar 13. Tanaman mengkudu dan buah mengkudu........................................................ 25
Gambar 14. Tanaman obat berasal dari buah ...................................................................... 26
Gambar 15. Diagram alir pascapanen tanaman obat berasal dari buah .............................. 26
Gambar 16. Tanaman obat yang berasal dari biji ................................................................. 28
Gambar 17. Tanaman dan buah kapolaga lokal dan sabrang ............................................... 28
Gambar 18. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari biji ........................ 29
Gambar 19. Tanaman obat yang berasal dari daun .............................................................. 30
Gambar 20. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari herba .................... 31
Gambar 21. Tanaman dan kulit kayumanis .......................................................................... 32
Gambar 22. Tanaman dan kulit kina .................................................................................... 32
Gambar 23. Beberapa tanaman yang berasal dari kulit batang ........................................... 32
Gambar 24. Diagram alir penanganan pascapanen tanaman dari kulit batang .................. 33
Gambar 25. Tanaman brotowali dan batangnya ................................................................. 33
Gambar 26. Beberapa jenis tanaman yang berasal dari rimpang ........................................ 35
Gambar 27. Diagram alir pengolahan simplisia rimpang .................................................... 36
Gambar 28. Cara-cara penyimpanan simplisia .................................................................... 38

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Khasiat dan kegunaan tanaman obat, berasal dari daun, akar dan bunga. ........... 5
Tabel 2. Khasiat dan kegunaan tanaman obat, berasal dari buah, biji, herba dan batang .. 6
Tabel 3. Khasiat dan kegunaan tanaman obat, berasal dari rimpang .................................. 8
Tabel 4. Komponen kimia beberapa tanaman obat ............................................................. 9

iv Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayai


cukup luas, dari 40 ribu jenis lora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya
tumbuh di Indonesia. Akan tetapi baru sekitar 26% yang telah dibudidayakan dan
74% masih tumbuh liar di hutan. Dari 26 % yang telah dibudidayakan, sebanyak
940 jenis tanaman telah digunakan sebagai obat tradisional. Pemakaian
tanaman obat terus meningkat sejalan dengan berkembangnya industri obat
tradisional/modern, farmasi ataupun komesika yang menggunakan tanaman
obat sebagai bahan bakunya. Peningkatan ini diduga karena adanya beberapa
aspek yang mendukung, antara lain kecenderungan kembali ke alam (back
to nature) dari pemakai tanaman obat, efek samping yang diimbulkannya
kurang berari bila dibandingkan dengan obat sinteis, populasi penduduk yang
semakin meningkat, diiringi dengan pasokan obat idak banyak mendukung,
biaya perawatan yang cukup mahal, resistensi obat terhadap penyakit infeksi
yang digunakan untuk penyakit menular.

Menurut Depkes, yang dimaksud dengan obat tradisional ialah obat yang
berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral atau sediaan galeniknya
atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis
dan dipergunakan dalam usaha pengobatan hanya berdasarkan pengalaman.
Bahan yang digunakan bisa dalam keadaan segar ataupun dalam bentuk kering
yang di sebut simplisia, dapat berupa rimpang, akar, herba, daun, batang, bunga
dan buah. Secara umum yang dinamakan simplisia adalah bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.

Untuk menunjang kegiatan industri, suatu produksi harus dimulai dari cara
mendapatkan bahan baku yang tepat, baik dari segi kuanitas ataupun
kualitasnya. Faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini adalah aspek
budidaya dan pascapanen yang tepat. Proses pembuatan simplisia di ingkat
petani masih dilakukan secara tradisional, dan kadang-kadang idak memenuhi
cara-cara pengolahan yang baik dan benar, sehingga untuk mendapatkan mutu
yang baik agak sulit dicapai. Untuk simplisia yang berasal dari petani, biasanya
dilakukan proses ulang, dimulai dari penyoriran, pencucian, perajangan dan

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 1


pengeringan dengan catatan idak terlalu banyak terjadinya penyusutan
kandungan zat berkhasiatnya. Kandungan senyawa yang terdapat pada
tanaman, terdiri dari resin, karet, gum, lilin, pewarna, wewangian, protein,
asam amino, pepida bioakif, hormon, itokimia, gula, lavonoid dan bio
pesisida. Berdasarkan penilaian dari World Health Organizaion (WHO), sekitar
80% dari populasi penduduk dunia sangat tergantung pada tanaman obat
untuk kebutuhan perawatan kesehatan mereka, dan lebih dari 30% sediaan
farmasi didapatkan dari tanaman. Kemampuan suatu tanaman sebagai obat
disebabkan oleh kandungan senyawa kimia atau senyawa akif yang memiliki
daya kerja pengobatan. Pengobatan tradisional menggunakan bahan dari
tanaman umumnya telah di lakukan secara turun-temurun. Pemakaian dan cara
pengolahannya sangat sederhana. Untuk itu, jenis tanaman obat yang digunakan
haruslah tepat, karena seiap tanaman memiliki efek farmakologi yang sangat
beragam. Pemakaian tanaman obat yang salah dapat berakibat sangat fatal.
Untuk pemilihan simplisia bahan baku obat yang berasal dari herbal (tanaman
obat) sebaiknya memperhaikan aroma, rasa, kandungan kimia, maupun sifat
isiologisnya. Ketepatan pemilihan bahan baku idak hanya pada jenis tanaman,
tetapi juga dari bagian tanaman yang digunakan. Hal ini disebabkan seiap
bagian tanaman memiliki khasiat khusus yang sangat berbeda.

Pengolahan hasil panen merupakan suatu tahapan yang sangat pening dan
perlu dilakukan secara baik dan benar, sehingga dapat memberikan hasil
dengan kualitas yang opimal, mempunyai kadar zat berkhasiat yang inggi,
stabil, eisien dan mempunyai penampilan isik yang menarik. Cara pencucian
dan pengeringan harus dilakukan dengan baik dan telii. Selain itu, proses
pengolahan sebaiknya dilakukan ditempat yang sedekat mungkin dengan
lokasi tanaman yang dipanen. Apabila terjadi penundaan dalam pencucian dan
pengeringan, hal ini dapat menimbulkan kelainan kualitas dari simplisia yang
dihasilkan. Untuk itu, dengan teknik pengolahan yang baik dan benar maka
akan dihasilkan simplisia dengan kualitas yang memenuhi persyaratan standar.

Dalam upaya mendapatkan simplisia dengan kualitas yang inggi, diperlukan


suatu indakan pengamanan dimulai dari prapanen, pada saat panen dan
pascapanen. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada bahan
yang akan diolah. Bahan baku tanaman obat sumbernya sangat beragam,

2 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


antara lain yang berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, rimpang dan kulit
kayu. Beberapa bahan tanaman obat, biasanya ada yang dipanen dari tanaman
liar dan baru sebagian kecil yang telah di budidayakan. Bila tanaman telah
dibudidayakan, dapat dipantau secara mudah keseragaman umur, masa
panen, dan varietas. Sementara, jika di panen dari tanaman liar, maka banyak
kendala dan variabilitas yang idak bisa dikendalikan seperi asal tanaman, jenis
tanaman, umur tanaman, dan lingkungan tumbuhnya.

Faktor-faktor yang menentukan inggi rendahnya suatu mutu simplisia adalah


keaslian, kemurnian dan zat berkhasiat yang dikandungnya. Usaha peningkatan
mutu sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu dari penentuan areal pertanaman
yang cocok secara agronomis serta menggunakan bibit unggul.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 3


II. KHASIAT DAN KEGUNAAN

Khasiat merupakan suatu indikasi bahwa tanaman tersebut mempunyai


kemampuan untuk dapat digunakan sebagai obat. Hal ini disebabkan oleh
kandungan metabolit sekunder atau senyawa akif yang memiliki daya kerja
dalam pengobatan dari seiap tanaman. Khasiat dari suatu tanaman dapat
diketahui setelah melalui proses uji manfaat atau praklinik dengan menggunakan
hewan coba. Sebagai bahan baku yang digunakan untuk uji coba bisa berupa
simplisia, sediaan galenik dan ekstrak yang telah memenuhi persyaratan
minimal serta dapat terjamin keseragaman komponen akif, keamanan dan
kegunaannya. Sebagai contoh, uji ani hipertensi terhadap hewan coba dari
ekstrak kasar daun belimbing wuluh dan yang telah di murnikan ternyata
menunjukkan perbedaan dalam penurunan tekanan darah pada hewan coba.
Ekstrak yang telah dimurnikan ternyata mempunyai efek penurunan tekanan
darah lebih inggi dibandingkan ekstrak kasar. Untuk durasi penurunan
tekanan darah, ekstrak yang telah dimurnikan mempunyai waktu lebih lama
dibandingkan ekstrak kasar. Hal ini dikarenakan, sebelum di murnikan ekstrak
masih mengandung lilin, gula, gum, lemak sehingga akan mempengaruhi
kandungan zat berkhasiatnya jadi rendah. Bila telah dimurnikan, senyawa yang
idak diinginkan telah terbuang, berari kandungan zat berkhasiatnya menjadi
lebih inggi. Untuk obat hipertensi akan lebih baik bila mempunyai durasi
penurunan tekanan darah yang idak terlalu cepat.

Tanaman ginseng, sering digunakan dalam pengobatan tradisional terutama


di negara China dan Korea (Gambar 1). Khasiat dari ginseng dapat membantu
proses pencernaan dan meningkatkan selera makan, obat diare, efekif
mengobai asma dan gangguan pernapasan, merawat diabetes, remaik, bisul,
dapat meminimalkan risiko terkena kanker, mengurangi stres isik dan mental
serta membantu memulihkan stamina, membantu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, efekif mengurangi kadar kolesterol jahat, dan memperlancar
peredaran darah. Di Indonesia terdapat tumbuhan yang memiliki khasiat
yang hampir sama dengan ginseng yaitu Talinum paniculatum Gaertn atau
dalam bahasa daerah disebut dengan som jawa / kolesom (Gambar 1). Kajian
mengenai khasiat dan kegunaanya telah dilakukan untuk menjadikan kolesom
sebagai ginseng Indonesia. Beberapa uji farmakologis juga telah di lakukan
4 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Akar ginseng korea Akar kolesom
Gambar 1. Akar ginseng korea dan kolesom

terhadap ekstrak kolesom menggunakan ikus puih. Dari hasil uji tersebut,
ternyata ekstrak kolesom dapat menaikkan jumlah dan moilitas spermatozoa,
menaikkan kadar testosteron dan menambah lapisan spermatogesis.
Khasiat dan kegunaan beberapa tanaman obat tersaji pada Tabel 1, 2 dan 3.

Tabel 1. Khasiat dan kegunaan tanaman obat berasal dari daun, akar dan bunga
Bagian yang Nama tanaman Khasiat dan kegunaan
digunakan
Daun Belimbing wuluh (Averhoa Ani hipertensi, encok, penurun panas, gondok,
bilimbi) demam, sariawan
Seledri (Apium graviolens Linn) Anihipertensi, masuk angin, diare, remaik, asam
urat, bronkhiis
Katuk (Souropus androgynus) Laktagoga, demam, darah kotor
Kumis kucing (Orthosiphon Diureik, batu ginjal, encok, darah inggi, kencing
stamineus) manis
Sambiloto (Andrographis Febrifuga,amarum,antelminik,anipireik, ipus,
paniculata) kencing manis, diureik
Jambu biji (Psidium guajava) Diare, peluruh haid, astringens, sariawan.
Sirih (Piper betle, Linn) Diureik, anisepik, hipertensi, sakit mata, eksim,
bau mulut, kulit gatal, pendarahan gusi, mimisan,
bronkhiis, batuk, sariawan, kepuihan, alergi/biduren
Tempuyung (Sonchus arvensis) Litotripik, diureik, aniuroliasis
Tapak dara (Vinca rosea) Diabetes, ani kanker, darah inggi, leukimia, asma,
bronkhiis, demam, radang perut, gondong, bisul, luka
bakar, bengkak
Saga (Abrus precatorius ) Obat batuk, sariawan, gangguan perut, susah idur
Daun dewa (Grynura Obat kanker, kudis dan kurap, aniradang, lever,
pseudocina) analgeik, anikoagulan, penghilang nyeri di
persendian, luka terpukul, bengkak payudara, masuk
angin, digigit binatang berbisa, asam urat, kuil, tumor

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 5


Akar Purwoceng (Pimpinella alpina) Afrodisiak, diureik, meningkatkan daya tahan
tubuh, analgesik, anipireik, meningkatkan ferilitas,
anifungi.
Som jawa (Talinum Afrodisiak,tonikum, batuk-batuk, radang paru-paru,
paniculatum) diare, haid idak teratur, kepuihan
Pasak bumi (Eurycoma Afrodisiak, demam, tonikum, ani pireik, disentri,
longifolia) sakit kepala, sakit perut
Akar kayu kuning (Arcangelisia Hepaiis, cacingan, sariawan, sakit kuning, cacingan,
lava) malaria, menambah daya tahan tubuh, kanker.
Akar wangi (Veiveria Diaforeik, bau mulut, remaik, obat cacing untuk
conizoides) anak, kulit terbakar, epilepsi, demam, digigit binatang
berbisa, sakit kepala.
Akar alang alang (Imperata Peluruh air seni, anipireik, tekanan darah inggi
cylindrica)
Bunga Cengkeh (Eugenia aromaica) Batuk, sakit gigi berlubang, pelega perut, karminaif,
anibakteri, anivirus, ani jamur, anisepik.
Belimbing wuluh (Averhoa Obat batuk,obat sariawan, darah inggi
bilimbi)
Kecombrang (Nicolaia Penghilang bau badan, memperbanyak asi, pembersih
speciosa) darah
Kenanga (Canangium Asma, bronkhiis, malaria, nyeri haid
odoratum)
Melai (Jasminum sambac) Lakifuga, nyeri haid

Tabel 2. Khasiat dan kegunaan tanaman obat yang berasal dari buah, biji, herba, batang
Bagian yang Nama tanaman Khasiat dan kegunaan
digunakan
Buah Cabe jawa (Piper rectrofractum) Simulan, karminaif, diaforeik, obat gosok,
alteraif, obat sakit perut, sakit gigi.
Mahkota dewa (Phaleria Ani tumor, desentri, eksim
macrocarpa)
Mengkudu (Morinda citrifolia) Anihipertensi, anikanker, sedaif, meningkatkan
stamina
Kemukus (Piper cubeba) Penyakit kelamin, disentri, sesak napas, bau mulut,
menghangatkan badan, karminaif, ekspektoran.

6 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Biji Adas (Foeniculum vulgare) Obat batuk, perut kembung, sariawan, haid idak
teratur
Ketumbar (Coriandrum saivum) Obat masuk angin, sariawan, radang lambung,
hipertensi, afrodisiak
Kedaung (Parkia biglobosa) Diureik, menguatkan lambung, demam nifas,
nyeri waktu datang haid, cholera, radang usus,
kudis.
Selasih (Ocimum basilicum ) Obat batuk, penurun panas
Kapolaga sabrang (Eletaria Pelega perut, obat batuk, mencegah keropos
cardamomum) tulang.
Kapolaga lokal (Amomum Karminaif, obat batuk, encok, kolik, demam,
cardamomum) batuk pada anak-anak, radang amandel, perut
kembung, mual, radang tenggorokan, bau mulut,
bau keringat
Trengguli (Cassia istula) Obat pencahar, ani oksidan, ani tumor
Paranajiwa (Euchresta berkhasiat sebagai obat batuk darah, untuk
horsieldii) penguat syahwat dan pelancar air seni
Herba Pegagan (Centella asiaica) Sedaif, diureik, obat kulit luar, asma, kaki
membengkak, varises, luka bakar, insomnia, selulit,
tekanan darah, pembengkakan hai,
Meniran (Phyllanthus niruri) Demam, diureik, radang, infeksi saluran kencing,
busung air, infeksi saluran pencernaan, dan
penyakit gangguan fungsi hai.
Kiurat (Plantago major) Diureik, obat batu ginjal, tonikum, astringen, sakit
kulit
Babadotan (Ageratum Demam, malaria, radang, diare, pelancar asi
conizoides)
Rumput muiara (Hedyois Ani radang, meluruhkan kencing, menghilangkan
corymbosa) panas, toksin, radang amandel, radang
tenggorokan, bronchiis, hepaiis dan infeksi
saluran kemih.
Batang Kulit kayu manis (Cinnamomum Radang lambung, diare, remaik, batuk paru-paru,
casia) sesak nafas, hipetensi, bisul
Brotowali (Tinospora crispa) Kudis, demam, diureik anipireik, sakit perut,
tonikum, sakit kuning, pegal-pegal
Kulit secang (Caesalpinia sappan Ani diare, analgesik, batuk berdarah, penawar
L.) racun, astringent, obat katarak, pewarna makanan
Kulit kina (Cinchona ledgeriana) Malaria, penurun panas, nafsu makan.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 7


Tabel 3. Khasiat dan kegunaan tanaman obat yang berasal dari rimpang
Bagian yang Nama tanaman Khasiat dan kegunaan
digunakan
Rimpang Temulawak (Curcuma Anemia kolesterol, melancarkan peredaran darah,
xanthorrhiza ROXB.) mengatasi gumpalan darah, demam, malaria,
campak, pegal linu, sakit pinggang, reumaik,
kepuihan, ambeien.
Kencur (Kaempferia galanga Radang lambung, inluenza, masuk angin, sakit
Linn.) kepala, batuk, diare, memperlancar haid, keseleo
Temu hitam (C. aeruginosa) Cacingan, menambah nafsu makan, reumaik, dan
melangsingkan badan
Lempuyang Gajah (Z. Obat batu ginjal, membersihkan darah, disentri,
Zerumbet) kejang pada anak, diare, menambah nafsu makan,
sakit kuning serta sakit kulit
Lempuyang Emprit (Z. Obat demam, menambah nafsu makan, remaik, sakit
Amaricans) perut
Temu puih (C. zedoria) Anikanker, aniradang, menghilangkan bekuan darah,
menghilangkan nyeri, peluruh haid, dan melancarkan
sirkulasi darah
Jahe (Zingiber oicinale) Migren, sakit kepala, menurunkan kadar kolesterol,
perut kembung atau gangguan pencernaan,
memperlancar peredaran darah, mual, asma, batuk
dan rasa nyeri, mengatasi jantung berdebar-debar,
gangguan pencernaan, nafsu makan menurun dan
remaik
Lengkuas (Alpinia galanga) Ani jamur, ani bakteri, menghangatkan,
membersihkan darah, menambah nafsu makan,
mempermudah pengeluaran angin dari dalam tubuh,
mengencerkan dahak.
Kunyit (Curcuma domesica) Diabetes mellitus, ifus, usus buntu, disentri,
kepuihan, haid idak lancar, amandel

Pemakaian obat tradisional idak akan menimbulkan efek samping yang idak
diinginkan seperi pada obat modern. Hal ini dikarenakan didalam tanaman/
bahan alam masih terdapat senyawa kimia pendukung lainnya yang akan
memberikan efek sinergisitas terhadap senyawa-senyawa lain dalam suatu
bahan, dibandingkan dengan obat modern yang hanya mengandung komponen
tunggal. Didalam satu tanaman, masing-masing bagian seperi akar, daun,
batang, buah, bunga dan biji mengandung senyawa kimia/metabolit sekunder
dengan struktur senyawa yang sedikit berbeda. Metabolit sekunder di dalam
tanaman berperan sebagai zat berkhasiat dan berkorelasi posiif dengan jenis
tanaman, umur panen, agronomis/lingkungan tumbuh seperi keinggian, jenis
tanah, curah hujan.
8 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
III. KANDUNGAN KIMIA

Tanaman obat mengandung berbagai jenis senyawa kimia yang bisa berfungsi
untuk mengobai berbagai macam penyakit dan juga berbagai macam jenis
enzim. Enzim-enzim tertentu yang terdapat dalam tanaman harus di non
akikan, bila masih bekerja maka senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman
akan berubah menjadi senyawa lain yang idak mempunyai efek terapi. Didalam
simplisia terdapat kandungan senyawa kimia, baik yang memiliki efek terapi
yaitu senyawa akif maupun yang idak mempunyai efek terapi yaitu zat ballast
seperi karbohidrat, lemak, protein, khloroil, resin dan tannin. Walaupun idak
memiliki efek terapi, akan tetapi zat ballast memiliki pengaruh yang cukup besar
pada ekstraksi kandungan zat akif.

Senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman obat dapat berfungsi untuk
mengubah detak jantung, tekanan darah, kadar kolesterol dan kadar glukosa.
Dengan demikian, orang yang memiliki problem jantung, tekanan darah
inggi, atau kelainan gula darah seperi diabetes mellitus harus waspada bila
mengkonsumsi obat tradisional. Untuk itu, sangat di perlukan sekali menguji
efek farmakologi dari senyawa kimia yang terdapat dalam masing-masing
tanaman, sehingga semakin terungkap adanya kemungkinan efek kombinasi
kandungan senyawa kimia dalam tanaman tersebut. Beberapa tanaman obat
dengan kandungan komponen kimianya tertera dalam Tabel 4.

Tabel 4. Komponen kimia beberapa tanaman obat


Nama tanaman Komponen kimia
Adas Minyak asiri, terdiri dari senyawa anetol, fenkon, pinen, limonen,
dipenten, felandren, meilkhavikol, anisaldehid, asam anisat, dan
minyak lemak.
Akar purwoceng Golongan kumarin (umbelliferon, bergapten, 4-hidroksi kumarin,
psoralen), alkaloid, lavonoid, triterpenoid, saponin, tannin
Akar wangi Minyak atsiri (asam benzoat, veiverol,furfurol, veivone, veivene,
veivenil veivenate).
Cengkeh Minyak atsiri (eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin,
karioilin), resin dan gom.
Daun purwoceng Steroid, kumarin, glikosida, alkaloid, saponin
Kencur Pai, mineral, minyak atsiri (sineol, asam sinamat, eil ester,
borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat), alkaloid dan gom.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 9


Ki urat Plantagin, aukubin, asam ursolik, ฀-sitosterol, n-hentriakontan, dan
plantaglusida (meil D-galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa dan
L-rhammosa), tanin, kalium
Kemukus Minyak atsiri, asam kubebat, damar, kubebin, piperin dan minyak
lemak
Kunyit Kurkuminoid (desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin),
minyak asiri (keton seskuiterpen, turmeron, zingiberen, felandren,
sabinen, borneol), pai
Lengkuas Minyak atsiri (galangol, galangin, alpinen kamfer, meil sinamat),
ACA.
Meniran Filanin, zat penyamak, mineral, resin
Pasak bumi Fenol, tanin, polisakarida, glokoprotein, dan mukopolisakarida
Pegagan Asiaikosida, thankuniside, isothankuniside, madecassoside,
brahmosida, brahminosida, asam brahmat, asam madasiaikat,
meso-inositol, centellosa, karotenoids, dan garam-garam mineral
vellarine, zat samak.
Som jawa Saponin, lavonoid, tamin, steroid, mineral (K, Na, Ca, Mg dan Fe).
Temu kunci Pinostrobin, pinocembrin, boesenbergin A, B, pandurain

10 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


IV. PASCAPANEN

Pascapanen merupakan salah satu tahapan pengolahan dari bahan-bahan


yang telah dipanen, dan harus dilakukan secara baik dan benar, karena akan
berpengaruh terhadap kuanitas, kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung
didalamnya. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada jenis
bahan yang akan diolah, seperi akar, daun, bunga, biji, buah, rimpang dan
kulit kayu. Secara umum, tahap pengolahan melipui sortasi basah, pencucian,
pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.
Masalah pascapanen tanaman obat idak terlepas dari masa sebelum panen
khususnya beberapa saat sebelum panen, hal ini akan sangat menentukan
kualitas akhir dari simplisia. Untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas
yang inggi, diperlukan suatu indakan pengamanan dimulai dari pra panen,
pada saat panen dan pascapanen. Selain itu, pengolahan bertujuan juga untuk
menjaga ingkat kebersihan bahan baku dalam upaya memperoleh simplisia
yang berkualitas serta menjaga agar proses produksi selanjutnya tetap terjaga
stabilitas dan homogenitas komposisinya.

Kerusakan hasil tanaman obat sesungguhnya telah dimulai sejak masa sebelum
panen dilakukan, yaitu keika tanaman masih berada dilapang. Beberapa
serangga (ngengat dan kumbang) dan jasad renik seperi Aspergillus sp, Fusarium
sp dan golongan khamir yang mencemari pada waktu dilapang, masih dapat
berkembang biak selama masa penyimpanan atau setelah proses pengolahan.
Pengendalian cemaran sejak dilapang sampai penyimpanan untuk pengolahan
lebih lanjut perlu dilakukan dalam upaya untuk menekan kehilangan hasil.
Demikian juga dengan sanitasi, wadah yang digunakan untuk menyimpan hasil
panen merupakan sarana keberhasilan pada saat pra panen.

Kandungan zat berkhasiat dari suatu tanaman sangat erat kaitannya dengan
ingkat kematangan pada waktu tanaman tersebut dipanen, karena akan
sangat menentukan mutu akhir dari produk yang diperoleh. Keragaman derajat
kematangan bukan saja mempengaruhi mutu tetapi membawa konsekuensi juga
terhadap biaya dan tenaga pada waktu proses pembersihan dan sortasi serta
dapat menurunkan rendemen yang diperoleh. Sebagai contoh, tanaman lada
dikenal dengan pembungaan yang idak serentak. Hal ini akan menyebabkan

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 11


proses pematangan buah yang idak serentak pula, sehingga masa panen yang
berlangsung membutuhkan waktu yang cukup panjang. Untuk tanaman yang
mengandung minyak atsiri sebaiknya dipanen pada waktu pagi hari atau sore
hari untuk menghindari penguapan minyak atsirinya bila dipanen pada tengah
hari disaat matahari sedang panas.

Faktor paling kriis yang sangat menentukan dalam pengolahan pascapanen


tanaman obat adalah proses pengeringan. Cara-cara pengeringan harus
disesuaikan dengan jenis bahan tanaman, misalnya daun, bunga, kulit, rimpang,
akar dan buah. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap warna dan aroma dari
produk akhir yang dihasilkan. Tingkat keragaman, kadar kotoran dan kadar air
yang inggi dari produk akan memberikan kecenderungan yang buruk terhadap
kualitas dan kuanitas karena akan terjadi kerusakan isik, mekanis, isiologis
dan mikrobiologis yang semakin besar. Teknik pengeringan yang tepat untuk
tanaman yang mengandung senyawa volail perlu mendapatkan perhaian.

Untuk memperoleh keseragaman bahan baku simplisia atau untuk


mempertahankan keasliannya, maka seiap bahan yang akan diproses harus
dipisahkan dari bahan asing lainnya, seperi akar-akar yang menempel. Untuk
memisahkan tanah dan pasir yang melekat dilakukan dengan proses pencucian.
Pada saat proses pencucian sebaiknya menggunakan air yang bersih dan
bertekanan supaya memudahkan penghilangan kotoran yang melekat. Demikian
pula untuk bahan-bahan yang secara visual terlihat sangat mirip, tetapi berbeda
khasiatnya perlu dipisahkan dari bahan aslinya. Keadaan ini biasanya terjadi pada
hasil panen dari tumbuhan liar dan bukan hasil pertanaman secara budidaya.
Hingga saat ini, untuk beberapa tanaman obat tertentu masih dipanen secara
liar dari hutan. Banyak tanaman yang mempunyai kemiripan sehingga bila idak
mengenal secara baik akan terjadi kesalahan dalam pemanenan, akibatnya
akan mempengaruhi khasiat dari tanaman tersebut.

Pengeringan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan kadar air bahan
sampai keingkat yang diinginkan. Pemakaian alat pengering mekanik dapat
dikatakan lebih eisien bila mampu mengeringkan bahan sampai pada ingkat
kekeringan yang aman tanpa mengalami perubahan isik, kimia, biokimia, eisien
dalam penggunaan waktu, biaya operasional bahan bakar, dan upah pekerja.
Pada proses pengeringan menggunakan matahari langsung, kemungkinan akan
12 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
terjadi kontaminasi dari lingkungan, seperi debu, insekta, kotoran burung dan
rodensia. Untuk itu, diperlukan tempat penjemuran yang cukup luas karena bila
idak luas, kadang-kadang bisa terjadi proses fermentasi bila idak diperlakukan
secara benar, susut pengeringan lebih besar, suhu idak dapat dikontrol. Dari segi
ekonomis, matahari akan lebih menguntungkan karena tanpa menggunakan
bahan bakar atau tambahan energi, tapi dari segi kualitas kadang-kadang akan
memberikan produk yang kurang baik. Selain itu, pengeringan matahari idak
dapat diterapkan disemua daerah karena kondisi cuaca yang idak sama. Untuk
proses pengeringan dengan matahari, bahan-bahan yang akan dikeringkan
bisa ditebar ditanah dengan terlebih dahulu dialasi ikar, kain atau diatas baki
besar dari aluminium, lamporan, dapat juga menggunakan bahan bambu/kayu
yang dibuat berlubang-lubang (Gambar 2). Lamanya pengeringan tergantung
dari jenis bahan yang dikeringkan. Biasanya pengeringan dengan cara ini
memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu.

Bahan tanaman yang dapat dikeringkan dengan cara ini adalah bahan yang
berasal dari akar, kulit dan biji-bijian. Dengan keadaan terbuka, seringkali
menyebabkan bahan mengalami pencemaran dan bila terjadi perubahan cuaca
secara iba-iba akan memberikan masalah. Pengeringan dengan menggunakan
alat pengeringan mekanikakan lebih menguntungkan karena suhu dapat diatur
sesuai dengan jenis bahan yang akan dikeringkan. Keuntungan alat ini adalah
idak perlu diangkat atau dirubah bila cuaca secara iba-iba berubah, serta
pencemaran akibat debu sangat sedikit bahkan kemungkinan idak ada. Selain
itu, bila menggunakan alat pengering mekanik, produk yang dihasilkan akan
lebih baik dari segi penampilan dan kandungan zat berkhasiat, karena suhunya
dapat diatur sesuai keinginan. Beberapa ipe alat pengering mekanik, antara
lain ipe rak dan ipe berputar tertera pada Gambar 3 (Gambar 3a dan 3b).

a b

Gambar 2. Penjemuran dengan alas lamporan (a), ikar (b)

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 13


a b
Gambar 3. Beberapa ipe alat pengering, ipe rak(a) pengering mekanik ipe berputar (b)

IV.I PASCA PANEN TANAMAN OBAT DARI DAUN


Tanaman obat yang berasal dari daun (Gambar 4) bisa digunakan langsung
dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan. Bila akan digunakan secara
segar, harus melalui proses pencucian terlebih dahulu baru diproses lebih lanjut
menjadi bentuk sediaan. Pemanenan daun dilakukan pada saat fotosintesis
berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai
berbunga atau buah mulai masak. Sebagai contoh daun sambiloto, pemanenan
dilakukan keika tanaman sudah berbunga hampir 50 %. Hasil peneliian
menunjukkan bahwa iga bahan akif yang terdapat dalam daun (andrografolid,
neo andrografolid dan mencapai maksimum dibandingkan ditangkai pada saat
sebelum berbunga. Daun yang dipanen muda biasanya dikeringkan secara
perlahan mengingat kandungan airnya cukup inggi, sehingga memungkinkan
terjadinya reaksi enzimais masih dapat berlangsung dengan cepat. Selain itu,
jaringan yang dimiliki oleh daun muda masih sangat lunak sehingga daun sangat
mudah hancur atau rusak. Sementara daun-daun yang dipanen pada umur
tua diberi perlakuan khusus berupa proses pelayuan yang dilanjutkan dengan
proses pengeringan secara perlahan agar diperoleh warna yang menarik.

Untuk proses pengeringan, dalam kapasitas besar, daun langsung dikeringkan


tanpa melalui proses pencucian. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas
simplisia yang dihasilkan. Proses pengeringan daun, bila dikeringkan dimatahari
langsung sebaiknya idak langsung terkena cahaya matahari, karena akan
merubah senyawa khloroilnya, sehingga produk yang dihasilkan akan berwarna
agak kecoklatan. Bila menggunakan pengering mekanik, suhu diatur agar idak

14 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Daun jambu biji Daun kumis kucing Daun tapak dara

Daun katuk Daun binahong Daun sirih

Daun sambiloto Daun dewa Daun keji beling

Daun saga Daun tempuyung Daun sembung

Daun ki urat Daun meniran Daun sirih

Gambar 4. Beberapa tanaman obat yang berasal dari daun


Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 15
melebihi 40°C, karena pada suhu tersebut senyawa khloroilnya idak akan
rusak. Setelah dihasilkan simplisia kering, bahan bisa diolah lebih lanjut sesuai
kebutuhan kedalam menjadi bentuk serbuk, ekstrak dan produk obat lainnya.
Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari daun terlihat pada
Gambar 5.

Setelah panen, sebaiknya daun dilayukan terlebih dahulu meskipun beberapa


senyawa volail akan menguap. Biasanya proses pelayuan membutuhkan waktu
antara 24-72 jam. Setelah bahan kering, bahan dijaga agar tetap kering dan
dingin untuk mencegah terjadinya proses fermentasi atau imbulnya jamur.
Pengeringan daun harus idak merubah warna, aroma tanaman aslinya, zat
berkhasiat dan senyawa kimianya. Daun sambiloto, kumis kucing, tempuyung
mengandung senyawa lavanoid, sehingga pada waktu pengeringan perlu

Gambar 5. Diagram alir pascapanen tanaman obat yang berasal dari daun

16 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


diperlakukan secara hai-hai karena senyawa tersebut mudah mengalami
kerusakan bila proses pengolahan idak benar. Telah diketahui bahwa daun
mudah mengalami kerusakan selama pengolahan, bila penanganannya salah,
akan terjadi perubahan warna atau tercemar mikroba. Secara visual, daun yang
telah dikeringkan menggunakan matahari ataupun alat pengering idak berbeda
warnanya, akan tetapi setelah digiling menjadi serbuk akan terlihat bahwa
pengeringan secara oven akan menghasilkan warna yang lebih baik, yaitu hijau
sedangkan dengan matahari akan berwarna kecoklatan. Hal ini disebabkan
suhu penjemuran matahari berluktuasi dengan kisaran 25-50oC, sehingga
penguapan air idak merata, hal ini menyebabkan bahan menjadi kering idak
merata dan sempurna. Untuk oven, suhu yang konstan dan stabil menyebabkan
penguapan air juga konstan. Kisaran suhu untuk mengeringkan daun-daun
adalah 20oC-40oC. Bila pengeringan dilakukan di tempat teduh, keuntungannya
dapat melindungi aroma, warna asli bahan, dan senyawa kimia di dalamnya.
Suatu peneliian terhadap daun jambu biji yang dikeringkan ditempat teduh
dan langsung dengan sinar matahari menunjukkan perbedaan terhadap kadar
tanninnya. Untuk pengeringan ditempat teduh kadar tanninnya lebih inggi,
yaitu 13,72% dibandingkan dikeringkan dibawah sinar matahari langsung hanya
11,56%.

IV. 2 PASCA PANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI AKAR


Tanaman obat yang berasal dari akar dapat digunakan sebagai obat baik dalam
bentuk segar, simplisia, serbuk dan ekstrak. Panen akar dilakukan pada saat
proses pertumbuhan berheni atau tanaman sudah cukup umur, karena panen
akan memaikan tanaman yang bersangkutan. Beberapa contoh tanaman yang
berasal dari akar tersaji pada Gambar 6.

Akar sebagai produk tanaman obat dapat dibedakan dalam dua golongan
menurut asal dan jenis tanamannya, yaitu akar lunak dan akar keras. Akar lunak
biasanya banyak mengandung air, lebih dari 60%, misalnya akar kolesom (T.
paniculatum), akar purwoceng (P.alpina). Sementara akar yang bersifat keras
biasanya memiliki kandungan serat yang inggi, misalnya akar pasak bumi
(E. longifolia) dan akar trengguli (C. istula). Dengan adanya perbedaan sifat
tersebut, tentu dibutuhkan penanganan dan pengolahan yang berbeda. Akar-
akar yang banyak mengandung air, pengeringannya dilakukan secara perlahan

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 17


Tanaman purwoceng Akar purwoceng

Tanaman som jawa Akar som jawa

Tanaman alang-alang Akar alang-alang

Tanaman akar wangi Akar wangi

Tanaman pasak bumi Akar pasak bumi

Tanaman pule pandak Akar pule pandak

Gambar 6. Beberapa tanaman obat yang berasal dari akar

18 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


untuk menghindari proses pembusukan dan fermentasi. Untuk akar-akar keras
pengolahannya hampir sama dengan pengolahan simplisia batang dan kulit
batang. Secara umum, diagram alir pengolahan tanaman obat yang berasal dari
akar sesuai dengan Gambar 7.

Tahapan proses pengolahan tanaman yang berasal dari akar adalah pencucian
secara baik dan benar, karena banyak tanah yang melekat disela-sela akar
tersebut. Bentuk akar yang idak beraturan kadang-kadang sedikit menyulitkan
dalam proses pencucian. Akar tanaman harus dibersihkan secara hai-hai,
karena merupakan bagian yang langsung bersinggungan dengan tanah. Selain
itu, kemungkinan adanya bakteri yang akan terikut karena sulit dibersihkan.
Bahan-bahan seperi akar wangi, akar purwoceng, akar kolesom sebaiknya
menggunakan air yang bertekanan atau dilakukan perendaman terlebih dahulu

Gambar 7. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari akar

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 19


untuk beberapa saat agar pencucian akan menjadi lebih mudah. Untuk lebih
bersih bisa menggunakan sikat halus dan menyikatnya secara perlahan agar
kulitnya idak terkelupas.

Setelah diiriskan dan air mengering, bahan bisa dikecilkan ukurannya dengan
cara dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan menggunakan pisau
stainless steel. Untuk akar purwoceng dan som jawa, pengirisan dapat dilakukan
secara memanjang atau melintang dengan ketebalan sekitar 4-5 mm. Dalam
proses pengeringan, sebaiknya bahan dihamparkan pada wadah atau alas
penjemur dan ditebarkan idak terlalu tebal. Hal ini untuk mencegah kerusakan
pada bahan serta memudahkan panas cepat menyerap kedalam bahan yang
akan dikeringkan. Pengeringan langsung dengan sinar matahari, membutuhkan
waktu sedikit lebih lama dibandingkan bila menggunakan alat pengering
mekanik. Bila cuaca idak memungkinkan, biasanya bahan akan mudah sekali
rusak karena berjamur. Untuk itu, akan lebih baik bila bahan dikeringkan dengan
menggunakan alat pengering mekanik. Akar pasak bumi, setelah diiriskan lalu di
keringkan dengan ukuran tertentu kemudian baru dikecilkan kembali ukurannya
atau bisa menggunakan alat penyerut. Lamanya pengeringan tergantung dari
ketebalan bahan yang dikeringkan.

Tanaman obat yang berasal dari akar yang sangat dikenal oleh masyarakat
adalah pasak bumi dan purwoceng, karena kedua tanaman tersebut berkhasiat
sebagai afrosidiak atau meningkatkan vitalitas bagi kaum laki-laki. Di Indonesia
pasak bumi banyak tumbuh di pulau Kalimantan, sehingga pasak bumi menjadi
salah satu tanaman obat yang sangat terkenal sejak dahulu dan telah digunakan
oleh masyarakat suku asli di Kalimantan seperi suku Banjar dan Dayak. Di
Kalimantan akan sangat mudah dijumpai pasak bumi yang dijual hampir
disemua toko barang-barang kerajinan. Kini pasak bumi menjadi tanaman obat
yang mulai dikenal di dunia, banyak peneliian baik di dalam dan luar negeri
yang dilakukan untuk mencari kebenaran atau khasiat lain dari akar pohon ini.
Bahkan disebutkan pasak bumi memiliki keampuhan empat kali lebih kuat dari
pada Ginseng untuk meningkatkan kadar testosterone dalam tubuh manusia.
Di Malaysia pasak bumi ini dikenal dengan nama tongkat ali.

20 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


IV. 3 PASCA PANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI BUNGA
Tanaman oobat yang berasal dari bunga dapat digunakan sebagai obat baik dalam
bentuk segar, simplisia, ekstrak dan minyak atsiri. Bunga memiliki kandungan
air lebih dari 70 %, bersifat lunak, dan mudah rusak. Setelah melewai proses
pengeringan atau didiamkan agak lama maka zat warna bunga akan mengalami
perubahan karena adanya reaksi oksidasi dan fermentasi. Dengan demikian,
bunga-bunga yang memiliki aroma atau mengandung minyak asiri perlu segera
ditangani sehingga diperoleh kestabilan aroma dan minyaknya. Selain itu,
bunga sangat mudah sekali mengalami pencoklatan akibat terjadinya proses
enzimaik. Untuk itu, pengeringan bunga sebaiknya dengan pelayuan dan idak
langsung terkena sinar matahari sangat dianjurkan agar didapatkan bunga
yang kering sempurna. Bahan yang berasal dari bunga bisa langsung dilayukan
ataupun dikeringkan tanpa melalui proses pencucian dan pengecilan ukuran.
Bunga yang akan dimanfaatkan sebagai bahan obat, sebaiknya di peik sebelum
bunga tersebut mekar atau setelah mekar secara sempurna.

Bunga cengkeh harus sesegera mungkin dikeringkan setelah dipeik dan


dipisahkan dari tangkainya. Hal ini untuk menghindari warna yang dihasilkan
yang kurang baik. Bila perontokan tangkai idak dilakukan secara sempurna
maka akan membutuhkan proses lanjut untuk memisahkan tangkai tersebut,
sehingga membutuhkan biaya tambahan. Beberapa tanaman obat yang berasal
dari bunga dapat dilihat pada Gambar 8.

Pada umumnya, cara pengeringan terhadap bunga hampir sama dengan


pengeringan terhadap daun, yaitu dilakukan secara hai-hai karena sifat dan
keadaan bunga mempunyai bagian-bagian yang rapuh serta mudah sekali
rontok. Diagram alir pengolahan tanaman obat yang berasal dari bunga sesuai
diagram alir Gambar 9.

IV. 4 PASCAPANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI BUAH


Tanaman obat dari buah seperi mahkota dewa (Paleria macrocarpa Boerl)
(Gambar 10), cabe jawa (Piper retrofractum L.) (Gambar 11), kemukus (Piper
cubeba) (Gambar 12), mengkudu (Moringa citrifolia) (Gambar 13), dan
beberapa tanaman obat dari buah (Gambar 14) masing-masing memerlukan
penanganan yang cukup spesiik. Buahnya juga memiliki kandungan air yang

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 21


Tanaman cengkeh Bunga cengkeh Tanaman rosela Bunga rosela

Tanaman kecombrang Bunga kecombrang Tanaman turi Bunga turi

Tanaman kenanga Bunga kenanga Tanaman pagoda Bunga pagoda


(Clerodendrum javonicum)

Tanaman kembang merak Bunga kembang merak


Tanaman melai Bunga melai
(Caesalpinia pulcherrima (L))

Tanaman jengger ayam Bunga jengger ayam

Gambar 8. Beberapa tanaman obat dari bunga

22 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Gambar 9. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari bunga

cukup inggi, yaitu antara 70%-80%. Namun, ada beberapa jenis buah yang
memiliki kandungan air kurang dari 70%. Selain mengandung air, buah-
buah yang lunak juga mengandung lemak, protein, atau zat-zat lain sehingga
membutuhkan perlakuan khusus dalam proses pengeringan agar kandungan
zat yang dimiliki idak hilang. Untuk buah mahkota dewa perlakuan pascapanen
melipui: penyoriran, pencucian, pengirisan, pengeringan. Bila diinginkan
membuat serbuk maka setelah proses pengeringan dilakukan penyangraian
terlebih dahulu baru digiling halus menjadi serbuk. Pada waktu pembelahan
buah, biji dan cangkang yang terdapat didalamnya harus dibuang karena agak
beracun.

Proses pengolahan buah harus dilakukan sesegera mungkin, karena bila


ditunda akan menurunkan kualitasnya terutama kandungan zat berkhasiatnya.
Penyoriran dilakukan terhadap keadaan bahan, buah dipilih yang baik dan
idak dalam keadaan rusak akibat adanya serangan hama. Setelah dilakukan
pencucian, buah diiriskan dan diangin-anginkan sampai air yang menempel
kering sempurna. Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau stainless
steel dengan ketebalan 3-5 mm. Pengeringan bisa dilakukan secara bertahap

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 23


atau langsung bisa dikeringkan dengan penjemuran menggunakan alas ikar
dengan ketebalan yang merata dan idak terlalu tebal atau menggunakan alat
pengering mekanik atau oven dengan suhu sekitar 40-50oC. Selama proses
penjemuran sebaiknya selalu dilakukan pembalikan untuk mendapatkan hasil
pengeringan yang merata.

Untuk cabe jawa, pemeikan dilakukan bila buah sudah berwarna kemerahan
sampai merah, kemudian buah ditebarkan diwadah pengeringan. Buah cabe
jawa ini bisa dikeringkan menggunakan matahari atau menggunakan alat
pengering mekanik dengan suhu berkisar 40ºC. Untuk mendapatkan kadar air
yang cukup rendah bisa digunakan alat pengering beku, tapi biasanya bahan
harus dihancurkan terlebih dahulu dan produk yang dihasilkan dalam bentuk
serbuk. Rasa pedas pada cabe jawa disebabkan oleh senyawa turunan alkaloid,
yaitu piperin dan piperidin. Tanaman dan buah cabe jawa disajikan pada Gambar
11.

Dalam pengolahan cabe jawa terutama dalam proses pengeringan, bahan


jangan di tumpuk terlalu inggi atau keinggian idak melebihi 5 cm, dan harus
selalu dibolak balik untuk menghindari fermentasi yang akan menyebabkan
bahan menjadi busuk. Selanjutnya, suhu pengeringan perlu diperhaikan
agar simplisia yang di hasilkan idak mudah mengalami kerusakan dalam

Tanaman mahkota dewa Buah mahkota dewa

Gambar 10 . Tanaman mahkota dewa dan buah mahkota dewa

Tanaman cabe jawa Buah cabe jawa

Gambar 11. Tanaman cabe jawa dan buah cabe jawa

24 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Tanaman Kemukus Buah kemukus

Gambar 12. Tanaman kemukus dan buah kemukus

Tanaman mengkudu Buah mengkudu

Gambar 13. Tanaman mengkudu dan buah mengkudu

penyimpanan. Sebelum pengeringan, sebaiknya buah cabe jawa dicuci terlebih


dahulu, kemudian di masukkan dalam air panas selama beberapa menit, baru
di iriskan dan di keringkan.

Untuk buah kemukus, buah yang di panen harus buah yang sudah tua dan
berwarna hijau tua sampai kuning kemerahan. Akibat idak adanya keseragaman
warna buah, maka sebelum dijemur atau dikeringkan, buah sebaiknya diperam
terlebih dahulu dalam ruang tertutup selama 1-3 hari agar buah menjadi masak
secara keseluruhan dan warnanya merata. Buah harus langsung dikeringkan
agar idak terjadi proses fermentasi atau berjamur yang akan menurunkan
kualitasnya. Untuk melepaskan buah dari tangkainya, bisa dilakukan dengan
memasukkan buah kedalam air panas selama beberapa menit, sehingga buah
dapat dengan mudah terlepas dari tangkainya. Kemudian buah dipisahkan dari
tangkainya, dan diiriskan baru dikeringkan. Bila pengeringan menggunakan
matahari langsung sangat tergantung pada cuaca. Pada saat cuaca cukup baik,
maka penjemuran bisa berlangsung sekitar 4-7 hari. Selama proses penjemuran
buah harus dibolak-balik agar idak terjadi fermentasi yang akan menurunkan
kualitas buah. Bila buah di keringkan langsung dengan tangkai, maka akan
memakan waktu yang cukup lama dan proses pengeringan juga idak merata.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 25


Tanaman delima Buah delima Tanaman asam Buah asam

Tanaman jamblang Buah jamblang Tanaman buah makasar Buah makasar

Gambar 14. Tanaman obat berasal dari buah

Gambar 15. Diagram alir pascapanen tanaman obat berasal dari buah

26 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Buah mengkudu, bila ingin di keringkan, pemanenan dilakukan sebelum buah
matang sempurna yang berwarna kuning kepuihan. Kemudian di iris dengan
ketebalan 6-7 mm, baru di keringkan. Bila untuk pengolahan segar, maka buah
di panen saat buah betul-betul matang, yaitu tepat sebelum buah jatuh secara
alami dari pohon.

IV. 5 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI BIJI


Tanaman obat yang berasal dari biji sangat bervariasi, ada biji yang sangat keras
dan ada yang lunak. Selain itu, biji-bijian memiliki kadar air yang cukup bervariasi
juga, dari yang rendah sampai inggi, tergantung dari umur biji saat di panen.
Semakin tua umur biji yang dipanen, maka kadar airnya akan semakin rendah.
Untuk itu, penanganannya harus memperhaikan karakterisik dari biji, agar biji
idak mudah hancur, pecah, dan rusak. Demikian juga dengan penyimpanan,
sedapat mungkin dihindari tempat yang lembab, karena bila dibiarkan berlanjut
akan merangsang perkecambahan. Biji banyak mengandung zat tepung, protein,
dan minyak atsiri atau minyak lemak. Bahan-bahan yang berasal dari biji seperi
adas (Foeniculum vulgare), ketumbar (Coriander saivum), selasih (Ocimum
basilicum), kedawung (Parkia roxburgii G.don) (Gambar 16) dapat dikeringkan
dengan penjemuran langsung atau menggunakan alat pengering mekanik tanpa
melalui tahap pencucian.

Pengolahan buah kapolaga (Gambar 17) bisa langsung dikeringkan/langsung


dijemur atau menggunakan alat pengering mekanik. Dari berbagai cara
pengeringan, yaitu langsung dengan matahari, direndam terlebih dahulu
dengan air panas selama 5-10 menit baru dijemur, direndam dengan alkohol
panas 5-10 menit kemudian dijemur menghasilkan lama pengeringan yang
berbeda. Lama pengeringan setelah direndam alkohol adalah paling pendek,
yaitu 6 hari, diikui perendaman dalam air panas (7 hari) dan paling lama dengan
penjemuran langsung. Rata-rata rendemen yang dihasilkan adalah 25 %. Dalam
pengeringan buah dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup dengan kain hitam
sehingga penyerapan panas cukup baik.

Diagram alir pengolahan tanaman obat yang berasal dari biji tertera pada
Gambar 17.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 27


Tanaman kedawung Biji kedawung
Tanaman adas Biji adas

Tanaman ketumbar Biji ketumbar Tanaman jintan hitam Biji jintan hitam

Tanaman selasih Biji selasih Pacar cina Biji pacar cina

Gambar 16. Tanaman obat yang berasal dari biji

Kapolaga lokal Buah kapol

Tanaman Kapolaga sabrang Buah kapolaga sabrang

Gambar 17. Tanaman dan buah kapolaga lokal dan sabrang

28 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Gambar 18. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari biji

IV. 6 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI HERBA


Herba secara umum adalah bila menggunakan seluruh bagian tanaman
untuk pengobatan, karena akan lebih berkhasiat dibandingkan bila hanya
menggunakan daunnya saja. Tanaman yang banyak dikenal sebagai herba
antara lain, meniran (Phyllanthus niruri), pegagan (Centella asiaica), kiurat
(Plantago major), babadotan (Ageratum conizoides), ceplukan (Physalis
minima L.). Setelah panen, herba sebaiknya dicuci bersih, terutama pada
bagian akar tanaman, karena cukup banyak tanah yang melekat (Gambar 19).
Akar dari herba sebaiknya direndam terlebih dahulu agar tanah yang melekat
bisa terlepas secara sempurna, baru dilakukan pencucian secara menyeluruh.
Kemudian tanaman diiriskan agar airnya terbuang sebelum dilakukan proses
pengeringan. Diagram alir proses pengolahan herba tertera pada Gambar 19.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 29


Ceplukan Babadotan Kiurat

Pegagan Meniran Rumput muiara

Suruhan Cakar ayam Baru cina

Gambar 19. Tanaman obat yang berasal dari daun

IV. 7 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI KULIT BATANG


Simplisia yang berasal dari batang tanaman biasanya merupakan hasil panen
dari kulit batang seperi kayumanis (Gambar 21), kina (Gambar 22), secang dan
beberapa tanaman (Gambar 23), sedangkan brotowali dipanen keseluruhan
batangnya. Pemanenan pada kulit batang hanya dilakukan pada tanaman
yang sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah pada awal musim
kemarau. Cara panen kulit batang, biasanya dengan membersihkan kulit batang
terlebih dahulu dari kotoran yang idak diinginkan, baru dipanen. Contohnya
pada kulit kayumanis, pertama-tama kulit kayu dikerik dari kulit terluarnya,
kemudian dipotong-potong sesuai ukuran, biasanya sesuai dengan ketebalan
kulit yang ada, ukuran panjang 25-28 cm dan lebar antara 3-7 cm. Pemanenan
kulit kayumanis sebaiknya dilakukan saat musim penghujan, karena dapat

30 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Gambar 20. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari herba

memudahkan dalam pengelupasan kulit dari batang keika di panen. Dalam


proses pengolahan lanjut setelah panen, biasanya kulit kayumanis secara
otomais akan menggulung. Untuk membersihkannya, kulit harus direndam
dan di cuci dari kotoran yang melekat dalam gulungan kulit dalamnya. Lama
perendaman dalam air akan mempengaruhi kadar minyak atsiri kulit, karena
minyak atsiri kayumanis sangat mudah larut dalam air, maka sebaiknya
perendaman dilakukan idak terlalu lama.

Untuk kulit kayu kina yang diperdagangkan dalam bentuk gulungan-gulungan


dengan diameter 20-40 mm dan dengan tebal kulit 2-6 mm. Dalam kulit batang
terdapat alkaloid 9-10% terdiri dari kinina dan kinidina.

Batang dan kulit batang memiliki karakterisik yang hampir sama, yaitu kaku,
keras, dan liat. Hal ini karena keduanya memiliki kandungan serat selulosa,
hemiselulosa, serta lignin yang inggi. Penanganan dan pengolahan terhadap
produk tersebut harus sesuai anjuran dengan memperhaikan sifat yang dimiliki
Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 31
Tanaman kayumanis Kulit kayumanis
Gambar 21. Tanaman dan kulit kayumanis

Tanaman kina Kulit kayu kina

Gambar 22. Tanaman dan kulit kina

Tanaman secang Kulit kayu secang

Tanjung Turi merah Kelor

Gambar 23. Beberapa tanaman yang berasal dari kulit batang

oleh masing-masing tanaman. Diagram alir pengolahan simplisia yang berasal


dari kulit batang tersaji pada Gambar 24.

Simplisia yang berasal dari batang seperi brotowali (Tinospora crispa)


(Gambar 25) sangat berbeda cara pengolahan pascapanennya, karena yang
di manfaatkan keseluruhan batangnya. Pada saat panen, sebaiknya dipilih
batang yang telah berumur tua dan berwarna cokelat kehitaman dengan cara
memangkas batang. Setelah di panen, daunnya di buang, kemudian batang
di cuci untuk menghilangkan kotoran, lalu diiris dengan ketebalan 5-6 mm
32 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
untuk memudahkan dalam proses pengeringan. Senyawa yang memberikan
rasa pahit dalam batang brotowali adalah inokrisposid yang di bangun oleh
molekul glukosa dan satu molekul furano diterpen sebagai aglikon. Senyawa ini
di perkirakan mempunyai efek farmakologis sebagai analgeik, ani pireik dan
ani malaria.

Gambar 24. Diagram alir penanganan pascapanen tanaman dari kulit batang

Tanaman brotowali Batang brotowali


Gambar 25. Tanaman brotowali dan batangnya

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 33


IV. 8 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI RIMPANG
Rimpang adalah umbi batang yang berada dalam tanah dari tanaman empon-
empon (temu-temuan) yang berasal dari famili Zingiberaceae. Rimpang
yang cukup dikenal, antara lain jahe (Zingiber oicinale), kencur (Kaempferia
galanga), lengkuas (Alpinia galanga), temu lawak (Curcuma xanthorrhiza),
kunyit (C. domesica), temugiring (C. heyneana), temu hitam (C. aeruginosa),
temu kunci (Boesenbergia pandurata), temu mangga (C. mangga), temu puih
(C.zedaria), temu putri (C. kaempferia), bangle (Zingiber cassumunar), kunci
pepet (K. angusifolia), lempuyang gajah (Z. zerumbet), lempuyang pahit (Z.
litorale) dan lempuyang wangi (Z. aromaicum). Khasiat dari rimpang juga
sangat bervariasi, antara lain untuk mengobai penyakit liver, masuk angin,
mag, penyakit perut, asma, batuk, gatal-gatal dan bengkak. Kandungan utama
dari rimpang adalah pai (paling dominan), pigmen, resin, gula, lemak, mineral
dan senyawa metabolit sekunder termasuk di dalamnya minyak atsiri, lavonoid,
saponin, alkaloid, steroid dan terpenoid. Pemanfaatan utamanya adalah sebagai
bahan baku jamu gendong, bumbu masakan, obat tradisional atau bahkan bisa
digunakan dan dikembangkan sebagai makanan atau minuman fungsional,
rempah, aromaterai (minyak atsiri), aroma, pewangi dan obat modern (bahan
akif senyawa kimia). Beberapa jenis rimpang disajikan pada Gambar 26.

Rimpang, umbi batang, umbi lapis, dan umbi akar umumnya memiliki sifat
yang sangat mirip, yakni keras dan agak rapuh. Hal ini dikarenakan adanya
kandungan zat pai, protein dan kandungan air yang cukup inggi. Penanganan
dan pengolahan untuk tanaman obat dari rimpang harus sesuai dengan
karakterisik dari masing-masing tanaman. Panen rimpang sebaiknya dilakukan
pada saat awal musim kemarau. Diagram alir pengolahan rimpang tersaji pada
Gambar 27.

Bentuk dari rimpang umumnya idak beraturan, sehingga agak sedikit


menyulitkan dalam proses pengolahan pascapanen, terutama pencucian. Pada
tahap awal, rimpang dicuci setelah panen (kadar air diperkirakan sekitar 85-
90%), diiris-iris dengan ketebalan 7-8 mm. Setelah dijemur atau kering (kadar
air sekitar 7-12%), ketebalan bahan menjadi 5-6 mm dengan kehilangan berat
sekitar 60 – 70%. Pada waktu penjemuran dengan matahari, bahan dijaga agar
jangan sampai menumpuk terlalu inggi, tetapi diratakan. Untuk pengeringan

34 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Jahe gajah Jahe merah Jahe emprit

Lengkuas Kunyit Temulawak

Kencur Lempuyang wangi Lempuyang emprit

Temu puih Temu hitam Temu kunci

Temu giring Kunci pepet Lempuyang gajah

Gambar 26. Beberapa jenis tanaman yang berasal dari rimpang

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 35


matahari, sebagai alas penjemuran sebaiknya menggunakan anyaman dari
bambu, lamporan, lantai penjemur atau ikar. Bila pengeringan menggunakan
pemanas mekanik seperi oven, agar diperhaikan suhu oven dijaga idak
melebihi 50°C, supaya minyak atsiri yang terkandung di dalamnya idak banyak
yang menguap. Setelah pengeringan, simplisia bisa dikemas menggunakan
karung plasik atau wadah yang kedap udara untuk menjaga kestabilan kadar
airnya.

Bila cara pengeringan di lakukan idak benar, akan mengakibatkan terjadinya


face hardening pada simplisia yang dihasilkan, yaitu bagian luar dari bahan
sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini disebabkan
oleh irisan rimpang yang terlalu tebal dan suhu pengeringan yang terlalu inggi
menyebabkan penguapan air di permukaan bahan lebih cepat dibandingkan

Gambar 27. Diagram alir pengolahan simplisia rimpang

36 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


difusi air dari dalam bahan ke permukaan, sehingga permukaan bahan menjadi
keras dan dapat menghambat pengeringan. Untuk rimpang yang mengandung
senyawa kurkuminoid, seperi temulawak dan kunyit sangat peka terhadap
sinar ultra violet, sehingga bila di keringkan dengan sinar matahari sebaiknya di
tutup dengan kain hitam atau menggunakan alat pengering yang menggunakan
penutup plasik/kaca berwarna hitam. Dari beberapa hasil peneliian
menyebutkan bahwa pengeringan oven menghasilkan simplisia berwarna lebih
cerah dan permukaannya berwarna jingga kekuningan, sedangkan simplisia
hasil pengeringan sinar matahari berwarna gelap dan terinfeksi jamur puih.

Dalam upaya memberikan penampakan yang menarik pada rimpang, dalam


proses pengolahan bisa dilakukan blansing ataupun bleaching. Blansing di
lakukan menggunakan air panas tujuannya untuk memaikan enzim-enzim
yang akif sehingga idak terjadi pencoklatan pada irisan rimpang. Pertama-
tama disiapkan air yang telah di panaskan pada suhu 90-95ºC. Ke dalam air
panas tersebut, kemudian dimasukkan irisan rimpang sebesar 300 sampai
350 g dalam seiap 1 L air. Rebus selama 5 sampai 10 menit sambil diaduk
dengan perlahan. Setelah selesai rimpang segera diangkat dan diiriskan baru
di keringkan. Untuk proses bleaching pada irisan rimpang menggunakan kapur
sirih, pertama kapur sirih sebanyak 15-30 % dimasukkan ke dalam air sebanyak
1 liter, kemudian diaduk-aduk sampai semua kapur larut. Larutan ini dibiarkan
di dalam wadah tertutup selama 4 sampai 8 jam sehinga padatan yang idak
larut mengendap. Cairan jernih air kapur sirih dipisahkan dan digunakan untuk
perendaman rimpang. Irisan rimpang dimasukkan ke dalam larutan jernih kapur.
Perendaman dilakukan selama semalam, kemudian irisan rimpang di iriskan
untuk selanjutnya di keringkan. Akan tetapi dari segi kandungan senyawa
kimia yang terdapat di dalamnya akan menghasilkan pengaruh yang idak baik.
Kerugian akibat di bleaching adalah berkurangnya kandungan minyak atsiri,
kurkuminoid, karena kurkuminoid sangat peka terhadap air kapur, dan dari
reaksi tersebut akan menghasilkan asam ferulat.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 37


V. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

Pengemasan terhadap simplisia sebaiknya menggunakan wadah yang kedap


udara, karena sifat simplisia yang sangat higroskopik. Wadah atau kemasan
yang digunakan sebaiknya bersifat inert, arinya idak mudah bereaksi dengan
bahan lain, idak beracun bagi bahan yang di kemas maupun bagi manusia yang
menanganinya, mampu melindungi simplisia dari penguapan kandungan akif,
pengaruh cahaya, oksigen, uap air, cemaran mikroba, kotoran, dan serangga.
Wadah yang umum di gunakan untuk mengemas simplisia adalah karung goni,
plasik, pei kayu/triplek, kantong kertas dan lain-lain.

Sistem pengemasan harus merupakan unit penanganan yang eisien,


penyimpanan yang mudah disimpan digudang-gudang atau dirumah, dapat
melindungi mutu dan mengurangi pemborosan, memberi perlindungan
terhadap kerusakan mekanik, kehilangan air, memungkinkan penggunaan
udara termodiikasi yang menguntungkan dan barang tetap bersih serta
memenuhi persyaratan kesehatan. Sebagai contoh kayu kina, dapat dikemas
dalam wadah bersih dan kedap udara berupa kantong plasik atau karung.
Pada kemasan harus diberikan label yang menjelaskan nama bahan, bagian
dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat
bersih dan metode penyimpanan. Wadah-wadah yang digunakan harus cukup
kuat untuk ditumpuk, memungkinkan penggunaan ruang secara maksimum
dalam penyimpanan sambil menunggu pengolahan (Gambar 28).

Penyimpanan idak teratur Penyimpanan teratur

Gambar 28. Cara-cara penyimpanan simplisia

38 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Penyimpanan simplisia termasuk salah satu faktor yang cukup pening dalam
penanganan pascapanen tanaman obat. Simplisia bersifat sangat higroskopis
dan mudah mengalami perubahan enzimais serta mutu akibat adanya
pengaruh oksigen, kelembaban, suhu dan cahaya. Pengaruh oksigen dari udara
menyebabkan simplisia mudah teroksidasi, perubahan yang terlihat sangat jelas
adalah perubahan warna dan bau dari simplisia tersebut. Suhu dan kelembaban
yang inggi dari lingkungan ruang penyimpanan dapat menyebabkan kadar air
simplisia akan meningkat. Untuk simplisia yang mempunyai kadar air diatas
12% pada saat penyimpanan, dapat menambah akivitas enzim dan merupakan
media yang cukup baik bagi pertumbuhan jamur. Akibat adanya pertumbuhan
jamur atau reaksi enzimaik, dapat menguraikan kandungan senyawa akif
dan senyawa kimia lainnya yang terdapat di dalam simplisia. Bila terjadi
proses penguraian secara idak terkontrol akan mengakibatkan pembusukan
pada simplisia. Jika spesies yang berbeda disimpan secara bersama dapat
menimbulkan aroma yang berbeda dan idak sesuai dengan aroma aslinya.
Masing-masing tanaman biasanya mempunyai aroma yang sangat spesiik,
apabila penyimpanannya dicampur, aroma yang diimbulkan sudah idak asli
lagi.

Pencegahan dan pemberantasan serangan serangga terhadap simplisia perlu


diperhaikan secara lebih serius, karena pencegahan lebih baik dari pada
penanggulangan, bila salah satu telah terserang maka simplisia lainnya akan
mudah ikut tercemar. Usaha yang perlu dilakukan terhadap hal tersebut
diatas adalah dengan membersihkan ruang penyimpanan terlebih dahulu
sebelum barang dimasukkan, menambal lubang-lubang yang ada dengan
semen, menempatkan barang sesuai dengan jenisnya dan memberi pembatas
diantaranya, serta venilasi yang baik dan suhu rendah, karena hama insekta
menyukai udara yang lembab dan panas. Bila telah terjadi serangan terhadap
simplisia, dapat dilakukan fumigasi dengan gas, misalnya eilen dioksida atau
meil bromida, dengan obat-obatan yang berbentuk serbuk atau spray akan
memberikan hasil yang baik. Selanjutnya buanglah simplisia yang telah terkena
dengan jalan membakarnya, lalu ruang penyimpanan dibersihkan sebelum
simplisia yang baru dimasukkan. Ruang penyimpanan harus memiliki venilasi
yang baik, idak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang dapat
menurunkan kualitas bahan, memiliki penerangan cukup, bersih, dan bebas
dari hama gudang.
Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 39
VI. PENGAWASAN MUTU

Mutu simplisia sangat erat kaitannya dengan kompleksibilitas komposisi


kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam simplisia tersebut. Untuk
memasikan reproduksibilitas, pengawasan mutu sudah harus dilakukan,
sejak di mulai dari penanaman atau GAP (Good Agricultural Pracices), dan
pengolahan atau GMP (Good Manufacturing Pracices). Beberapa aspek yang
perlu mendapat perhaian antara lain, keterulangan keaslian simplisia, variasi
inter/intra spesies tumbuhan, faktor lingkungan, bagian tumbuhan yang
diambil, waktu panen, perlakuan pascapanen, kontaminan, pesisida, fumigan
dan logam toksik. Selain itu, kandungan kimia merupakan suatu proses awal
yang sangat membantu untuk mengetahui dasar ilmiah khasiat dari tanaman
tersebut. Standardisasi bahan baku bisa dibuat sebagai tolok ukur untuk
pembuatan simplisia yang tepat dan terarah dengan kandungan kimia yang
inggi.

Jaminan kualitas simplisia yang harus di terapkan adalah bahwa simplisia yang
di gunakan adalah benar, bersih, aman dan berkhasiat. Simplisia harus di jamin
benar karena untuk sediaan herbal, akivitas farmakologi sangat tergantung
pada kandungan kimianya. Seiap simplisia mempunyai komponen akif yang
berbeda, sehingga kebenarannya dapat diuji dengan karakterisik farmakognosi
dan itokimia. Untuk jaminan bersih bukan sekedar bersih dari pengotor saja,
tetapi bersih dari cemaran bakteri patogen, jamur atau cemaran logam berat
dan residu pesisida dengan pengujian sesuai parameter yang ada. Jaminan
aman adalah aman dari toksisitas hasil nilai pengujian terhadap toksisitas akut
dan sub akut dan dilanjutkan dengan uji zat berkhasiat. Uji berkhasiat melalui
uji farmakologi terhadap hewan coba.

Masalah mutu simplisia di Indonesia yang digunakan dalam bidang farmasi


telah ditetapkan di dalam Farmakope dan Ekstra Farmakope Indonesia. Untuk
simplisia yang belum digunakan dalam pengobatan modern sudah tertera dalam
Materia Medika Indonesia. Persyaratan simplisia yang tertera dalam Farmakope
dan Ekstra Farmakope Indonesia, antara lain melipui kadar zat berkhasiat,
pemerian rasa dan bau, makroskopi dan mikroskopi, ideniikasi secara kimiawi
dan kromatograi, kadar abu, kadar abu yang idak larut dalam asam dan bahan
organik asing. Untuk persyaratan simplisia dalam Materia Medika Indonesia,
40 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
melipui semua persyaratan yang ada dalam Farmakope dan Ekstra Farmakope,
kecuali untuk kadar zat berkhasiat digani dengan kadar sari yang larut dalam
air dan kadar sari yang larut dalam alkohol.

Kadar abu merupakan komponen yang sangat pening untuk menilai cemaran
isik simplisia, seperi parikel tanah dan pasir yang dapat memberikan
gambaran higinitas atau baik idaknya cara-cara pengolahan simplisia tersebut.
Untuk kadar sari yang larut dalam air dan alkohol merupakan suatu petunjuk
terhadap kualitas tanaman, terutama komposisi senyawa kimia; nilainya sangat
dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh atau baik idaknya proses agronomi serta
dapat memperlihatkan apakah simplisia tersebut berasal dari bagian tanaman
yang dikehendaki.

Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan


melakukan standarisasi terhadap simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat
diperoleh bahan baku yang seragam dan dapat menjamin efek farmakologi
dari tanaman tersebut. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana dapat
menentukan keseragaman mutu simplisia yang tumbuh dari beberapa daerah
yang mempunyai keinggian, keadaan tanah dan cuaca yang berbeda. Dalam
standardisasi simplisia perlu di lakukan pengamatan parameter non spesiik dan
spesiik. Parameter non-spesiik berhubungan dengan kondisi lingkungan dalam
proses pembuatan simplisia sedangkan parameter spesiik terkait langsung
dengan kandungan senyawa yang ada di dalam tanaman.

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organolepik, makroskopik


dan mikroskopik. Pemeriksaan organolepik dan makroskopik dilakukan dengan
menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu
simplisia dengan cara mengamai bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan
bau dari simplisia tersebut. Sebaiknya dalam pemeriksaan mutu organolepik
dilanjutkan dengan mengamai ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk
menegaskan keaslian simplisia. Parameter uji non-spesiik melipui uji yang
terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pesisida, jamur, alatoksin
dan logam berat. Uji cemaran mikroba terhadap mikroba patogen sebagai
salah satu parameter non-spesiik mempersyaratkan bahwa idak boleh ada
kandungan mikroba pathogen seperi Staphylococcus aureus, Vibrio cholera,
dan Pseudomonas aeruginosa pada simplisia yang terstandar.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 41


VII. POTENSI PASAR

Peningkatan penggunaan obat tradisional memungkinkan adanya pengadaan


dan pendistribusiannya. Peningkatan pertambahan perusahaan dan pabrik
jamu juga diikui oleh peningkatan nilai jual produk yang dihasilkan, berari
jenis simplisia yang digunakan juga semakin bertambah. Beberapa industri
makanan, farmasi, minuman yang dikelola oleh perusahaan mulinasional
melakukan pembelian langsung bahan baku berupa rempah dan tanaman obat
dari sumber-sumbernya.

Ekspor tanaman obat bila dibandingkan dengan ekspor non-migas relaif sangat
kecil, akan tetapi bila mengingat keragaman hayai yang cukup luas, maka
ekspor tanaman obat dapat diandalkan sebagai salah satu komoditas non migas
yang mempunyai potensi besar dan daya saing yang cukup kuat. Dalam dekade
terakhir, pasar herbal telah mengalami peningkatan dengan meningkatnya
permintaan akan obat alternaif alami. Menurut peneliian, permintaan produk
herbal dipasaran dunia rata-rata seiap tahunnya meningkat 8% selama tahun
1999-2001. Pasar global produk herbal diperkirakan 80 billion US pada tahun
2000, dan meningkat menjadi 200 billion US tahun 2008 dan 5 trillion US
pada tahun 2050. Permintaan herbal berdasarkan dari kegunaannya sebagai
ingredients telah meningkat secara signiikan di negara-negara Eropa dan
Amerika, karena kebutuhan industri. Di negara Eropa, yaitu Jerman merupakan
pasar yang cukup besar, diperkirakan 80% masyarakatnya telah mencoba herbal
sebagai obat. Di negara Asean, herbal telah cukup lama dikenal dan cukup
efekif dalam bidang pengobatan, karena khasiat dan manfaatnya telah dikenal
secara turun temurun.

Omzet penjualan jamu dan obat tradisional di Tanah Air pada tahun 2012
diperkirakan mencapai Rp 13,2 triliun. Kontribusi dari penjualan di pasar dalam
negeri sekitar Rp 12,1 triliun dan pasar ekspor Rp 1,1 triliun. Omzet tersebut
didapatkan dari penjualan jamu, obat herbal, makanan dan minuman herbal,
ramuan spa, aroma terapi dan minuman energi. Khusus untuk omzet obat
tradisional di dalam negeri tahun ini berpotensi meningkat 10% menjadi Rp
12,1 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 11 triliun. Potensi omzet pasar
obat tradisional sebenarnya mencapai sekitar Rp 30 triliun. Namun, produsen

42 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


nasional hanya menguasai pasarnya Rp 12,1 triliun, sisanya dikuasai oleh produk
impor resmi dan ilegal, serta produk dari perusahaan pemasaran berjenjang
(muli level markeing/MLM). Sementara itu, produsen di Tanah Air saat ini telah
mengekspor produk setengah jadi Rp 1,1 triliun, antara lain ke kawasan Timur
Tengah, India, dan Tiongkok. Namun, produk yang diekspor masih setengah
jadi, seperi jahe kering dan temu lawak kering.

Hampir semua jenis tanaman obat di butuhkan sebagai bahan baku pembuatan
obat tradisional/jamu oleh berbagai industri obat tradisional Indonesia. Namun
ada beberapa jenis tanaman obat budidaya yang dibutuhkan industri obat
tradisional dalam jumlah besar, antara lain jahe (Z. oicinale Roxb.) sebesar 5
000 ton / tahun, kapulogo (A. cardamomum Auct.) 3 000 ton/tahun, temulawak
(C. xanthorrhiza Roxb.) 3 000 ton/tahun, adas (F. vulgare Mill.) 2 000 ton/tahun,
kencur (K. galanga L.) 2 000 ton kering/tahun, kunyit (C. domesica Val.) 3 000
ton kering/tahun dan 1 500 ton basah/tahun.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 43


VIII. PENUTUP

Tanaman obat mempunyai banyak keragaman yang terdiri dari daun, akar,
biji, buah, rimpang, kulit kayu, bunga, sehingga mempunyai perbedaan
dalam pengolahan menjadi simplisia. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
proses pengolahan antara lain, penyoriran, pencucian, pengecilan ukuran,
pengeringan, pengemasan, penyimpanan dan pengawasan mutu. Dengan
melakukan pengolahan secara baik dan benar dengan memperhaikan
kebersihan akan di hasilkan simplisia dengan kualitas yang memenuhi standar.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1987. Peneliian mikroorganisme mikotoksin pada jahe. Laporan


Tahunan Balitro.
Anonimous. 2005. Tanaman Obat Indonesia. htp://www.iptek.net.id/ind/pd_
tanobat/view.php?id=1.
Anonimous. 2008. Quality assurance untuk sediaan farmaseika herbal. QUAL-
ITY ASSURANCE” UNTUK SEDIAAN FARMASETIKA HERBAL « moelyono’s
Blog.htm.
Anonimous. 2010. Som Jawa (Talinum paniculatum (jacq.) Gaertn.). htp://
pulpul-ipul.blogspot.com/2010/07/som-jawa-talinum-paniculatum-jacq.
html.
Anonimous. 2011. Pengeringan rimpang empon-empon. htp://foragri.blog-
some.com/pengeringan-rimpang-empon-empon/.
Anonimous. 2012. Omzet Obat Tradisional Tembus Rp 13 Triliun. htp://www.
investor.co.id/tradeandservices/omzet-obat-tradisional-tembus-rp-
13-triliun/28350
Anonimous. 2012. Khasiat buah delima. htp://www.togasehat.com/2012/02/
khasiat-buah-delima.html.
Aradea. 2012. Tanaman herbal baru cina. htp://tanaman-herbal-barucina.
htm.
Brotosisworo, S.1984. Simplisia sangat bervariasi baik ujud maupun kandungan
khasiatnya. Warta Standarisasi. 9 (4): 135-136.
44 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Corey, K.A. 1989. Postharvest of preservaion fresh herbs : fundamental and
prospect. The herb, spice, and medicinal plant digest. 7 (3) : 1-5.
Depkes.1983. Pemanfaatkan tanaman obat. Edisi3. Direktorat Jenderal Penga-
wasan Obat dan Makanan.Jakarta. 284 hal.
Depkes. 1977. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Depkes. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta 653 hal.
Depkes. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta 389 hal.
Depkes. 1989. Vademekum bahan obat alam. Departemen Kesehatan RI, Ja-
karta. 411 hal.
Djauharia E dan Hernani. 2004. Gulma berkhasiat obat. Seri Agrisehat. Penebar
Swadaya.
Faisal, M. 2011. Keisimewaan ginseng.htp://www./keisimewaan-ginseng.
html
Fibri. 2008. Daun Salam Untuk Obat Asam Urat.htp://ibri.wordpress.
com/2008/03/25/daun-salam-untuk-obat-asam-urat/. 12 Juli 2012
Flora, E. 2009. Cara mengolah ramuan herbal menjadi obat. TANAMAN%20
OBAT/cara-mengolah-ramuan-herbal-menjadi.html
Gulfraz, M, A.Waheed, S. Mehmood and M. Ihisham. 2009. Extracion and
puriicaion of various organic compounds in selected medicinal plants
of Kotli Saian, District Rawalpindi, Pakistan. htp://www/Extracion and
Puriicaion of Various Organic Compounds in selected Medicinal Plants
of Kotli Saian, District Rawalpindi, P.htm
Hall, D. W. 1970, Handling and storage of food grains in tropical and subtropical
areas. FAO. Roma.
Hargono, D. 1987. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan metabolit
sekunder untuk bahan farmasi. Buku Seminar Risalah Nasional Metabolit
Sekunder .PAU- Bioteknologi UGM Yogyakarta. 1-6.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 45


Hargono, D. 1992. Arah kebijaksanaan pengembangan obat tradisional di Indo-
nesia. Risalah Simposium Peneliian Pertumbuhan Obat V11. Ujungpan-
dang.
Harmanto, N. 2003. Mahkota dewa : obat pusaka para dewa. AgroMedia Pusta-
ka, Jakarta. 54 hal.
Hernani dan Sri Yuliani.1996. Aspek pascapanen dan pengembangan itofarma-
ka tanaman obat. Prosiding Forum Konsultasi strategi dan pengembangan
agroindustri tanaman obat. Balitro, Bogor:161-167.
Hernani; Y.A. Nugroho dan E. Hayani. 2002. Ideniikasi senyawa kimia akar
kolesom (Talinum triangulare). Bul. Pen TRO. XIII (1):11-18.
Hernani; A. Tambunan dan Kisdiyani. 2001. Pengaruh tekanan pada penger-
ingan beku terhadap komposisi produk cabe jawa (Piper retrofractum
Vahl.). Bul. Pen TRO. XII (1):20-26.
Hernani, May Sukmasari and Eni Hayani. 2003. Isolaion of acive fracions of
Kaempferia pandurata extract by Artemisia salina Leach as bioindicator.
Prod. Internaional symposium on biomedicines. IPB.123-129.
Hernani dan Oih Rosiana. 2004. Analisis kimia akar purwoceng (Pimpinella
pruatjan). Prod. Fasilitasi Forum Kerjasama Pengembangan Biofarmaka.
Dir. Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 212-225.
Hernani, Chrisina Winari dan Oih Rosiana. 2006. Kajian senyawa kimia daun
purwoceng melalui uji toksisitas terhadap Artemia salina Leach. Prod.
Seminar Nasional Tumbuha Obat Indonesia XXVIII. Kerjasama Pokjanas-
TOI- Badan Litbang Pertanian : 445-453.
Hernani dan Rahmawai Nurdjanah.2009. Aspek pengeringan dalam memper-
tahankan kandungan metabolit sekunder pada tanaman obat. Perkem-
bangan Teknologi TRO. 21 (2) :33-39.
Hernani, Chrisina Winari dan Tri Marwai. 2009. Pengaruh pemberian ekstrak
daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada hewan
uji. J. Pascapanen. 6 (1) : 54-61.

46 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Huda, D.K., Muhammad, Cahyono, Bambang, Limantara, Leenawaty. 2008. Pen-
garuh Proses Pengeringan terhadap Kandungan Kurkuminoid dalam Rim-
pang Temulawak. Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Kimia FMIPA Universi-
tas Diponegoro. Semarang
Joy, P.P; J. Thomas; S. Mathew; B.P. Skaria. 1998. Medicinal plants. Kerala Ag-
ricultural University, Aromaic and Medicinal Plants Research Staion.Bk
Medicinal Plants.pdf
Joyce, D and M. Reid. 1986. Postharvest handling of fresh culinary herbs. The
herb, spice, and Medicinal plant digest. 4(2):1-2
Komalasari, E. 2001.Pemisahan senyawa kimia pada buah kemukus (Piper cu-
beba).Skripsi D3-F.MIPA-UI.63 hal.
Mallaleng, H.R. 2008. Peluang ekspor bahan baku obat tradisional. htp://
husinrm.wordpress.com/2008/05/23/peluang-ekspor-bahan-baku-obat-
tradisional/
Muljohardjo, M. 1988. Teknologi Pngawetan pangan (Terjemahan).Universitas
Indonesia-Jakarta.614 hal.
Natverial, A. 2003. Herbal heaven. Asia Pasiic Food Industry.15 (7) : 46-50.
Noor Cholies Zaini, W. Dyatmiko dan Mulyahadi Santoso. 1997. Strategi pengem-
bangan obat tradisional dalam menghadapi era globalisasi. Makalah pada
Seminar Nasional Tumbuhan Obat Tradisional X11. Bandung.
Nurhadiyai, M; J. Sasa; Suratman dan Sudiarto. 1985. Peneliian penanaman
tanaman obat di subdas Tuntang bagian hulu, kabupaten Semarang.
Prosedings-1 Seminar Pembudidayaan Tanaman Obat. Unsoed, Pur-
wokerto :83-97.
Pantasico, Er. B, 1975.Postharvest physiology, handling and uilizaion of tropi-
cal and subtropical fruit and vegetables (terjemahan).Ghajah Mada Uni-
versity Prees. Yogyakarta.
Pantasico, Er. B. H. Subramanyam, M.B. Bhai, N. Ali, E.K. Akamine. 1989. Pe-
tunjuk-petunjuk untuk pemanenan hasil. Fisiologi pascapanen. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 47


Pantasico, Er. B. 1989. Faktor-faktor pra panen yang mempengaruhi mutu
dan isiologi pascapanen. Fisiologi pascapanen. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Pramono, S. 1985. Pascapanen tanaman obat diinjau dari kandungan kimianya.
Proceedings 2 Lokakarya Pembudidayaan Tanaman Obat. Unsoed. Pur-
wokerto.
Pramono, S. 2006. Penanganan pascapanen dan pengaruhnya terhadap efek
terapi obat alami. Prosiding Sem. Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XX-
VIII. 1-6. Badan Litbang Pertanian.
Pranoto, G. 1998. Modernisasi di bidang teknologi industri dan penyajian jamu/
obat asli Indonesia. Makalah pada Pertemuan Berkala IV GP Jamu Indone-
sia, Jakarta.6 hal.
Risfaheri dan Tatang Hidayat. 1996. Teknologi pengeringan simplisia untuk
pedesaan. Prosiding Simposium Peneliian Bahan Obat Alami VIII. Perhip-
ba-Balitro, Bogor : 79-94.
Rusli, S. Deni Rahmawan. 1988. Pengaruh cara pengirisan dan ipe pengering
terhadap mutu jahe kering. Bull. Litro 3. (2): 80-83.
Sasmita, S. Pramono; Asnari B.S. 1987. Pengaruh cara pengeringan terha-
dap kadar serta komponen penyusun minyak atsiri dari buah kapulaga
(Amomum cardamomum Will.). Buku Risalah Seminar Nasional Metabolit
Sekunder 1987. PAU Bioteknologi-UGM:258-270.
Savitri, A. 2010. Pengaruh kemasan penyimpanan terhadap simplisia jahe den-
gan menggunakan slicer. htp://eprints.undip.ac.id/26433/.
Seiawan. 2012. Tanaman obat Buah Makasar (Brucea javanica [L.] Merr.)
htp://pengembanganbonsai.blogspot.com.
Shinwari; M.I. and M.A.Khan 1998. Indigenous use of medicinal trees and
shrubs of Margalla Hills Naional Park, Islamabad.Pak .J.Forest.48 (1-4):
63-90.
Sjahroel, H. 1993. Peluang ekspor tanaman obat. Warta Tumbuhan Obat Indo-
nesia. 2 (2) : 6-9.
Soemantri. 1993. Masalah pengembangan teknologi sediaan itofarmaka. War-
ta Tumbuhan Obat Indonesia. 2 (4) : 4-7.
48 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Taryono dan A. Ruhnayat. 2004. Cabe Jawa. Seri Agrisehat. Panebar Swadaya.
Jakarta.
Wahono, B. 2009. Tanaman Berkhasiat : Pegagan (Centella asiaica, (Linn),
Urb.).http://pustakaalbayaty.wordpress.com/2009/07/11/tanaman-
berkhasiat-pegagan-centella-asiaica-linn-urb/

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 49


LAMPIRAN

50 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Lampiran 1. Persyaratan mutu simplisia menurut Materia Medika Indonesia
•Bahan berasal dari herba
Karakterisik MMI
Ceplukan Pegagan Meniran Babadotan Kiurat
Kadar abu, maksimal (%) 16,0 19,0 8,9 13,0 15,0
Kadar abu idak larut dalam asam, maksimal 0,5 5,0 0,5 2,0 0,4
(%)
Kadar sari yang larut dalam air, minimal (%) 5,0 6,0 5,0 16,0 30,0
Kadar sari yang larut dalam etanol, minimal 2,0 9,5 2,0 8,0 4,0
(%)

• Bahan berasal dari batang


Karakterisik MMI
Kayumanis Kayu secang Kulit Kina Brotowali
Kadar abu, maksimal (%) 16,0 2,0 4,0 7,2
Kadar abu idak larut dalam asam, maksimal (%) 0,5 0,5 1,0 0,9
Kadar sari yang larut dalam air, minimal (%) 5,0 2,0 5,0 15,4
Kadar sari yang larut dalam etanol, minimal (%) 2,0 1,0 8,0 4,4

•Bahan berasal dari biji


Karakterisik MMI
Kapulaga Adas Ketumbar Biji trengguli Biji pranajiwa
Kadar abu, maks. % 16,0 12,5 6,5 6,0 4,0
Kadar abu idak larut dalam asam, 0,5 2,9 1,5 1,0 0,2
maks. %
Kadar sari yang larut dalam air, min. % 5,0 20,5 14,0 5,5 3,0
Kadar sari yang larut dalam etanol, 2,0 11,8 11,0 3,0 3,0
min. %

•Bahan berasal dari buah


Karakterisik MMI
Belimbing Cabe jawa Kedawung Pinang Kemukus
wuluh
Kadar abu, maks. % 16,0 6,0 2,0 5,2 8,0
Kadar abu idak larut dalam asam, 0,5 0,3 1,0 - 1,8
maks. %
Kadar sari yang larut dalam air, min. % 5,0 6,0 40,0 24,0 9,0

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 51


Kadar sari yang larut dalam etanol, 2,0 9,0 30,0 11,0 10,0
min. %
•Bahan berasal dari bunga
Karakterisik MMI
Bunga melai Kecombrang Srigading Cengkeh
Kadar abu, maks. % - 13,0 7,0 6,0
Kadar abu idak larut dalam asam, maks. % 0,5 - 0,5 0,5
Kadar sari yang larut dalam air, min. % 3,0 5,0 9,0 5,5
Kadar sari yang larut dalam etanol, min. % 5,0 4,5 6,0 3,0

•Bahan berasal dari akar


Karakterisik MMI
Pasak bumi Akar wangi Akar klembak Pule pandak Alang-alang
Kadar abu, maks. % 3,0 - 10,0 - -
Kadar abu idak larut dalam 2,0 1,0 1,0 - -
asam, maks. %
Kadar sari yang larut dalam 1,0 6,0 8,0 - -
air, min. %
Kadar sari yang larut dalam 3,0 7,0 5,0 - -
etanol, min. %
Keterangan : - Tidak di persyaratkan

• Bahan berasal dari daun


Karakterisik MMI
Tempuyung Katuk Kumis kucing Daun dewa
Kadar abu, maks. % 17,0 10,0 12,0 14,0
Kadar abu idak larut dalam asam, maks. % 1,0 1,0 2,0 1,0
Kadar sari yang larut dalam air, min. % 24,0 30,0 11,0 8,0
Kadar sari yang larut dalam etanol, min. % 7,5 20,0 4,0 4,0

•Bahan berasal dari rimpang


Karakterisik MMI
Temu giring Kencur Jahe Lempuyang gajah
Kadar abu, maks. % 9,0 8,0 5,0 4,9
Kadar abu idak larut dalam asam, maks. % 1,5 2,2 3,9 3,8
Kadar sari yang larut dalam air, min. % 16,0 14,0 15,6 11,5

52 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Kadar sari yang larut dalam etanol, min. % 6,0 4,0 4,3 3,5

Lampiran 2. Cara Penyiapan Ramuan Herbal


Tanaman obat dapat dikonsumsi sebagai ramuan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Memipis, bahan yang digunakan berupa bagian tanaman atau tana-
man yang masih segar seperi daun, biji, bunga ataupun rimpang.
Caranya : bahan yang akan di gunakan terlebih dahulu di cuci bersih, kemu-
dian dihaluskan dengan menambahkan sedikit air matang. Bahan yang sudah
halus diperas hingga mencapai 1/4 cangkir. Jika idak mencapai dari 1/4 cang-
kir, tambahkan air matang pada ampas, lalu diperas lagi sampai 1/4 cangkir.
2. Merebus, bahan yang di gunakan bisa berupa bahan segar atau bahan yang telah di
keringkan (simplisia). Api yang digunakan untuk merebus sebaiknya yang mempun-
yai skala atau mudah diatur ingkat kebesarannya. Pada awal perebusan, sebaiknya
menggunakan api besar sampai mendidih. Jika telah mendidih tambahkan waktu se-
lama 5 menit. Selanjutnya, api kompor dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap,
dan kompor dimaikan keika air rebusan tersisa sesuai kebutuhan. Untuk bahan yang
berukuran besar, harus dipotong terlebih dahulu. Air yang digunakan untuk merebus
ramuan adalah air bersih yang idak berwarna, idak berbau, idak berasa, dan ben-
ing. Air yang kekuningan, berbau, dan mengandung kotoran sebaiknya idak digunakan.
3. Menyeduh, bahan yang digunakan dapat berupa bahan yang masih segar, ba-
han yang sudah dikeringkan ataupun serbuk. Sebelum di seduh, bahan yang be-
sar harus di kecilkan ukurannya dengan cara memotong kecil-kecil. Setelah semuan-
ya siap, baru di seduh dengan air panas, didiamkan selama 5 menit, baru disaring.

Lampiran 3. Peralatan yang digunakan untuk merebus ramuan


Peralatan yang digunakan untuk merebus ramuan obat harus di perhaikan kebersiha
nya, karena selain mengkontaminasi juga akan menghilangkan khasiat obatnya. Untuk
menghasilkan ramuan yang mempunyai efek terapi, maka harus di perhaikan tentang :
1. Panci atau wadah untuk merebus sebaiknya yang terbuat dari bahan tanah, keramik,
kaca, atau stainless steel. Jangan menggunakan wadah yang terbuat dari alumu-
nium, besi, imbal atau kuningan. Adanya logam akan bereaksi dengan ramuan obat
dan menimbulkan endapan zat racun, konsentrasi larutan obat menurun, atau efek
samping karena reaksi bahan kimia panci dengan zat yang dikeluarkan tanaman.
2. Kebersihan wadah harus di perhaikan secara baik, bila kotoran idak di bersi-
hkan, kotoran lama yang terimbun justru dapat mendatangkan masalah baru
dan menimbulkan residu atau mendatangkan kuman penyakit. Selain itu, pelaku
yang meracik obat juga harus menjaga kebersihan, terutama tangan dan ruangan.
3. Saringan harus dibersihkan dengan benar, sebaiknya di siram terlebih dahulu dengan air
mendidih. Jika menggunakan saringan dari kain, gunakan kain bersih, idak perlu kain baru,
yang pening idak habis digunakan untuk keperluan lain.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 53


Lampiran 4. Beberapa resep tanaman obat
Daun salam (Syzygium polyanthum)

Asam urat
Daun salam segar sebanyak 10 lembar dicuci bersih, kemudian di tambah dengan 700 mL air
dan di rebus sampai inggal 200 mL. Di minum selagi hangat
Kolesterol inggi
Daun salam segar sebanyak 10-15 lembar dicuci bersih, lalu di rebus dalam 3 gelas air sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus di malam hari.
Lakukan seiap hari.
Radang lambung
Daun salam sebanyak 30g dicuci bersih ditambah daun sambiloto 30 g dan gula batu secu-
kupnya serta 600 mL air di rebus sampai teringgal 300 mL, airnya di minum untuk dua kali
sehari.
Diare
Daun salam sebanyak 7 lembar dicuci bersih dan tambahkan 200 mL air, lalu di rebus selama
15 menit, tambahkan garam secukupnya. Setelah dingin kemudian di saring baru di minum.
Kencing manis
Daun salam segar sebanyak 7-15 lembar di cuci bersih, lalu di rebus dalam 3 gelas air sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus sebelum makan.
Lakukan sehari 2 kali.
Gatal-gatal
Daun/kulit batang / akar secukupnya dicuci bersih dan digiling halus. Tambahkan minyak ke-
lapa secukupnya, balurkan pada bagian yang gatal

54 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Babadotan (Ageratum conyzoides)

Bisul, borok
Herba bandotan segar dicuci bersih, kemudian di tambahkan seke-
pal nasi dan seujung sendok teh garam. Giling sampai halus baru
dioleskan ke tempat yang sakit dan di balut dengan perban.
Sakit tenggorokan
Cuci 30-60 g daun bandotan segar di tumbuk halus, lalu di peras
dan di saring. Tambahkan larutan gula batu dalam air perasan
secukupnya dan diaduk sampai homogen. Diminum 3 kali sehari.
Sakit telinga tengah akibat radang
Cuci herba bandotan segar secukupnya, lalu di tumbuk sampai
halus. Lalu di peras dan saring. Air perasan yang terkumpul di
gunakan untuk obat tetes telinga. Lakukan sehari 4 kali, seiap kali
pengobatan sebanyak 2 tetes.
Malaria, inluenza
15-30 g herba bandotan kering di rebus dalam dua gelas air sampai
tersisa menjadi satu gelas. Setelah dingin di saring dan minum
sekaligus. Lakukan dua kali sehari.
Perut kembung, mulas, muntah
Cuci herba bandotan ukuran sedang sampai bersih, lalu di potong
seperlunya. Kemudian di rebus dalam iga gelas air sampai tersisa
menjadi satu gelas. Setelah dinginsaramuan di ring dan di minum
sekaligus. Lakukan pengobatan ini 2-3 kali sehari sampai sembuh.

Bangle (Zingiber purpureum Roxb.)


Demam, masuk angin
15 g Rimpang bangle segar dicuci bersih dan diparut, lalu di tam-
bahkan setengah cangkir air panas, dua sendok makan madu. Cam-
puran diaduk sampai merata, lalu di saring, di minum 2 kali sehari.
Sakit kepala karena demam
Rimpang segar secukupnya dicuci bersih dan di parut, lalu dit-
ambahkan sedikit air sampai menjadi adonan seperi bubur, kemu-
dian ditempelkan di dahi.
Sakit kuning
Rimpang bangle segar 15-20g di cuci bersih dan diparut, lalu dit-
ambah air masak, madu masing-masing 1 sendok makan. Cam-
puran di saring sambil di peras dan minum 2 kali sehari.
Kegemukan/mengurangi lemak tubuh
Sepotong rimpang bangle dan 7 lembar daun jai belanda dicuci lalu
direbus dengan 1,5 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah
dingin disaring, dibagi untuk 2 kali minum. Pagi dan sore hari.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 55


Daun ungu (Grapthophyllum pictum, Linn)
Mempelancar Haid
3 sendok makan bunga daun ungu kering di rebus dengan 3 gelas air
hingga inggal 1 gelas. Ramuan di saring dan di minum 3 hari menjelang
datang bulan.
Reumaik / Encok
1-2 genggam daun ungu di tumbuk halus lalu di oleskan pada bagian
yang sakit seperi param.
Bisul
2 Lembar daun ungu dan minyak kelapa secukupnya. Daun ungu diolesi
dengan minyak kelapa, kemudian di panggang di atas api, masih dalam
keadaan hangat-hangat di tempelkan pada bagian yang sakit.
Wasir
Resep 1
Daun ungu sebanyak 5 lembar di cuci bersih dan rebus dalam 1,5 gelas
air selama 5 menit, lalu di angkat dan di saring. Kemudian di minum
selagi hangat. Konsumsi ramuan seiap pagi dan sore hari.
Resep 2
11 lembar daun ungu di tambah 1 biji umbi kunyit sekitar 30 g yang
telah dicuci bersih dan diiris ipis-ipis. Campuran direbus dalam 4 gelas
air sampai tersisa 3 gelas. Angkat dan dinginkan, lalu di saring. Dimi-
num 3 kali sehari sesudah makan sebanyak 2/3 gelas. Lakukan selama 3
minggu berturut-turut.

Daun sambiloto (Andrographis paniculata)

Kencing manis
Daun sambiloto1/2 genggam dicuci bersih, lalu direbus dengan 3 gelas air ber-
sih sampai menjadi sekitar 2 1/4 gelas. Ramuan di dinginkan dan di saring. Di
minum sehabis makan, 3 kali sehari masing-masing 3/4 gelas.
Demam
Satu genggam daun sambiloto di cuci bersih, kemudian ditumbuk dan tambah-
kan 1/2 cangkir air matang. Campuran di saring lalu di minum sekaligus. Sisa
hasil penyaringan daun sambiloto bisa digunakan sebagai tapal untuk merin-
gankan demam.
Inluenza dan sakit kepala
1 g serbuk kering daun sambiloto diseduh dengan air panas satu cangkir atau
secukupnya. Biarkan sampai menjadi dingin barundi minum, lakukan 3-4 kali
sehari.
Disentri, diare, radang saluran napas, radang paru
Herba kering daun sambiloto sebanyak 9-15 g di tambahkan air sebanyak 3
gelas, kemudian direbus sampai tersisa 1 gelas. Air rebusan kemudian di saring
dan di minum sehari 2 kali, masing-masing sebanyak 1/2 gelas.
Darah inggi dan batuk rejan
5-7 Lembar daun sambiloto segar, di cuci bersih, kemudiaan di seduh den-
gan 1/2 cangkir air panas. Tambahkan madu secukupnya dan diaduk sampai
merata.. Setelah dingin baru di minum. Lakukan 3 kali sehari.

56 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Akar alang-alang (Imperata cylindrica)

Melancarkan air seni


250 g akar alang-alang di cuci bersih, lalu di tambah sedikit gula batu dan direbus dengan 3 gelas air
selama 10 menit. Setelah dingin lalu disaring, diminum 3x sehari masing-masing 1 gelas.
Asma
100 g akar alang-alang, 25 g kencur, 25 g daun sirih di cuci bersih terlebih dahulu, kemudian direbus
dengan 1 L air sampai air nya inggal separuhnya. Kemudian di saring dan di beri 1 sendok makan madu
dan 1 sendok teh air jeruk nipis. Ramuan diminum sekaligus keika akan idur malam.
Mimisan
200 g akar alang-alang dicuci bersih lalu di tambah 6 gelas air, kemudian di rebus sampai airnya inggal 2
gelas. Setelah dingin ramuan disaring, dan di minum. Rarnuan ini untuk diminum 3x sehari.
Hepaiis
200 g akar alang-alang dicuci bersih lalu direbus dengan 6 gelas air sampai airnya inggal 2 gelas. Setelah
dingin baru disaring dan di minum. Rarnuan ini untuk diminum 3x sehari.
Diare
250 g akar alang-alang dicuci lalu direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Sekali minum 1 gelas,
segera setelah buang air besar
Kencing batu
100 g akar alang-alang di cuci bersih, ½ genggam daun meniran, ½ genggam daun kumis kucing, lalu dit-
ambah dengan 5 gelas air, kemudian direbus sampai airnya inggal setengah. Setelah dingin lalu disaring,
diminum 3x sehari, masing-masing 1 gelas, sampai batu keluar.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 57


Buah delima (Punica granatum)
Cacingan
Kulitdelima kering dan serbuk biji pinang (masing-masing 15 g) di
rebus dengan iga gelas air bersih. Didihkan secara perlahan-lahan
selama satu jam. Setelah dingin lalu di saring dan di minum sekal-
igus sebelum makan pagi.
Luka
Campurkan serbuk kulit buah atau bunga delima secukupnya den-
gan minyak wijen.Aduk sampai merata, lalu di oleskan pada bagian
yang luka.
Sariawan
Dua buah delima segar yang sudah masak di ambil isi berikut bijin-
ya, lalu di tumbuk sampai halus.Tambahkan satu gelas air matang
sambil diaduk merata, lalu di saring. Ramuan di gunakan untuk
berkumur dan di telan Lakukan 2--3 kali sehari, sampai sembuh.
Batuk sudah berlangsung lama
Buah delima yang belum terlalu masak di belah dan di kunyah, lalu
bijinya. Dibuang. Lakukan seiap malam sebelum idur
Suara serak, tenggorokan kering
Buah delima segar di belah dan ambil isinya. Kunyah, lalu buang
bijinya. Lakukan 2--3 kali sehari.

Daun tempuyung (Sonchus arvensis)

Asam urat
30 g herba tempuyung segar di cuci bersih, lalu di rebus dengan 3 ge-
las air bersih sampai hanya tersisa 1 gelas. Ramuan di minum setelah
dingin.
Darah inggi
Daun tempuyung segar sebanyak 5 lembar dicuci bersih, lalu diasap
sebentar. Kemudian dimakan dan di lalap bersama nasi. Dikonsumsi
3 kali sehari dengan dosis yang sama.
Kandung kencing dan empedu berbatu
Daun tempuyung segar sebanyak 5 lembar dicuci bersih, lalu diasap
sebentar, kemudian dimakan sebagai lalap bersama nasi. Konsumsi 3
kali sehari dengan dosis yang sama.
Radang payudara (masiis)
Daun tempuyung segar sebanyak 17 g dicuci bersih, lalu rebus den-
gan 3 gelas air hingga tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin di saring dan
diminum 3 kali sehari, masing-masing 3/4 gelas.

58 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian


Daun dewa (Gynura procumbens, (Lour.)
Kuil
Daun dewa sebanyak 5 lembar dihaluskan, kemudian ditempelkan
pada tempat yang berkuil dan di balut. Keesokan harinya baru di
lepas.
Sakit jantung
Umbi segar daun dewa sebanyak 10 g di tumbuk halus, lalu ditambah-
kan air setengah gelas, kemudian di saring. Airnya diminum seiap
sore, atau bisa menggunakan 2-4 lembar daun dilalap 3 kali sehari.
Perdarahan pada perempuan, batuk/muntah darah, dan payudara
bengkak
Daun dewa sekitar 15 g di rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa
separonya. Setelah dingin, dibagi untuk 3 kali minum, masing-masing
½ gelas.
Remaik
Daun dewa segar sebanyak 30 g dicuci bersih lalu rebus. Lumatkan dan
peras dengan diberi sedikit air. Minum seiap hari
Kencing manis
Ambil 5 helai daun tanaman daun dewa segar, seduh dengan 110 cc
air. Minum sekali sehari sebanyak 100 cc

Brotowali (Tinospora crispa (L.)


Demam
Batang brotowali sebesar 2 jari (10 cm) di cuci bersih, lalu di
rebus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin,
tambahkan 1 sendok makan madu, lalu di minum 2 kali sehari,
masing-masing 1/2 gelas.
Demam karena penyakit kuning
1 Jari batang brotowali, lalu di potong menjadi beberapa bagian,
kemudian di rebus dengan 3 gelas air sampai mendidih dan
tersisa 11/2 gelas. Tambahkan madu secukupnya lalu di minum 2
kali sehari, masing-masing 1/2 gelas.
Gatal Gatal pada badan
20 cm batang brotowali di cuci bersih, lalu di rebus dengan air
secukupnya. Setelah mendidih dan menjadi hangat-hangat ku-
kuh, gunakan air rebusan ini untuk mandi.
Remaik
Batang brotowali sebesar 1 ibu jari dicuci bersih dan di potong-
potong. Lalu di rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 1/2 ge-
las, dinginkan, dan saring. Tambahkan 1 sendok madu ke dalam
ramuan lalu di minum 3 kali sehari, masing-masing 1/2 gelas

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 59


60 Balai Besar Peneliian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Glossary

Afrodisiak = menguatkan lemah syahwat


Alteraif = memacu enzim-enzim pencernaan
Amarum = memacu nafsu makan
Analgesik = menghilangkan rasa sakit
Antelminik = obat cacing
Anipireik = pereda demam
Anidiabetes = menurunkan kadar gula darah
Anihipertensi = menurunkan tekanan darah
Anispasmodik = melancarkan sirkulasi darah, meredakan kejang
Anipireik = menurunkan demam
Diaforeik = peluruh keringat
Diureik = peluruh air seni
Ekspektoran = mengencerkan dahak
Febrifuga = pereda demam
Karminaif = mengeluarkan angin
Kolik = perasaan nyeri akibat berkerutnya usus atau ureter
Lakifuga = mengurangi keluarnya air susu
Laktogoga = menambah keluarnya air susu
Litotripik = menghancurkan batu pada kandung kemih
Sedaif = penenang
Simulan = perangsang
Tonikum = obat menguatkan badan dan membangkitkan selera
makan

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 61

Anda mungkin juga menyukai