Anda di halaman 1dari 50

TUGAS

SAINTIFIKASI JAMU
“KIE Jamu Untuk Wasir”

Oleh Kelompok 7 :
Yuliana Ayu Puspitasari (182211101094)
Ramadhan Rizki P (182211101104)
Alfita Rahmawati (182211101107)
Atika Sari Dyah P (182211101111)
Indah Puspita Sari (182211101128)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
BAB 2. ISI ......................................................................................................... 4
2.1 Formula Jamu ................................................................................ 4
2.2 Deskripsi Tanaman ........................................................................ 4
2.2.1 Tanaman Ungu ....................................................................... 4
2.2.2 Tanaman Duduk ..................................................................... 6
2.2.3 Tanaman Iler .......................................................................... 9
2.2.4 Tanaman Temuwalak ............................................................. 12
2.2.5 Tanaman Kunyit ..................................................................... 15
2.2.6 Tanaman Meniran .................................................................. 19
2.3 Cara Pembuatan dan Peracikan Jamu Herbal ............................ 22
2.4 Cara Penggunaan Jamu Herbal .................................................... 22
2.5 KIE Pada Pasien .............................................................................. 22
BAB 3. PENUTUP ............................................................................................ 24
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 24
5.1 Saran ............................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 25

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Ungu ............................................................................... 4
Gambar 2.2 Tanaman Duduk ............................................................................. 6
Gambar 2.3 Tanaman Iler .................................................................................. 9
Gambar 2.4 Tanaman Temulawak ..................................................................... 12
Gambar 2.5 Tanaman Kunyit .............................................................................. 15
Gambar 2.6 Tanaman Meniran .......................................................................... 19
Gambar 2.7 Herba Meniran ................................................................................ 20

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wasir atau hemoroid adalah pembengkakan atau pembesaran dari
pembuluh darah di usus besar bagian akhir (rektum), serta dubur atau anus. Wasir
merupakan penyakit yang dapat menyerang segala usia, namun umumnya lebih
sering menimbulkan keluhan pada usia 50 tahun atau lebih. Wasir tidak selalu
menimbulkan keluhan, tetapi bila keluhan muncul, penderita dapat merasa tidak
nyaman dan gatal pada anus, serta muncul perdarahan lewat anus. Wasir dibagi
menjadi dua jenis yaitu hemoroid internal dan eksternal. Pembuluh darah yang
membengkak di dalam anus dan tidak terlihat dari luar disebut sebagai hemoroid
internal. Sedangkan pembengkakan yang terjadi di luar anus dekat lubang anus,
terasa lebih nyeri, serta tampak dari luar disebut hemoroid eksternal. Perawatan
awal untuk penyakit yang ringan hingga sedang meliputi peningkatan
konsumsi serat, cairan oral untuk menjaga hidrasi. NSAID untuk membantu
mengatasi nyeri, dan istirahat. Beberapa prosedur kecil dapat dilakukan jika
gejalanya parah atau tidak membaik dengan penanganan konservatif. Pembedahan
dibatasi hanya untuk pasien yang tidak membaik setelah berbagai tindakan
tersebut dilakukan. Dalam terapi pengobatan penyakit wasir juga bisa dilakukan
dengan mengkonsumsi jamu herbal yang memiliki resiko efek samping yang lebih
rendah daripada obat sintetis
Jamu atau yang disebut juga sebagai obat tradisonal Indonesia adalah obat
bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk
seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut dan dibuat secara tradisional). Jamu merupakan ramuan
herbal yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia karena dipercaya lebih
aman dan lebih alami daripada obat sintetis. Pada jamu yang beredar di pasaran,
terdapat beberapa bahan yang sering ditambahkan,antara lain jahe (Zingiber
officinale), mengkudu (Morinda c.), merica (Piper nigrum), kencur (Kaempferia
galanga), serta tumbuhan dari genus Curcuma; temu ireng (Curcuma aeruginosa),
temulawak (Curcuma zanthorriza), dan kunyit (Curcuma longa). Dalam
2

pengobatan penyakit wasir menggunakan jamu herbal di perlukan ramuan dari


beberapa tumbuhan seperti dari daun ungu, daun duduk, daun iler, rimpang
temulawak, rimpang kunyit, dan herba meniran. Dalam pemberian ramuan jamu
untuk pengobatan juga diperlukan KIE kepada pasien yang mengkonsumsi
dengan harapan tidak terjadi hal yang tidak diiinginkan.
KIE adalah bagian penting dalam pelayanan kesehatan dimana setiap profesi
kesehatan dituntut tanggung jawabnya untuk selalu mengefektifkan KIE sebagai
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. KIE merupakan kegiatan
pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara
akurat, tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker lain, perawat, profesi
kesehatan lain, dan terutama pasien. Salah satu implementasi dari KIE adalah
kegiatan konseling. Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan
pengambilan dan penggunaan obat oleh pasien. Tujuan dilakukannya konseling
yaitu untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien
dan tenaga kesehatan, diantaranya mengenai nama obat, tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping
obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan penggunaan obat-obat
lain. Untuk dapat memberikan konseling yang baik, dibutuhkan keterampilan
berkomunikasi, karena konseling merupakan komunikasi 2 arah dengan sasaran
mengenalkan pendekatan pasien secara interaktif dalam konseling obat. Farmasis
harus memfokuskan usaha untuk mengukur pemahaman pasien dengan cara
melibatkan pasien secara aktif dalam proses konseling.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
a. Apa saja komposisi dalam resep ramuan untuk wasir?
b. Bagaimana cara peracikan yang benar terkait resep ramuan untuk wasir ?
c. Apa saja KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi) yang dapt diberikan pada
pasien terkait ramuan untuk wasir?
3

1.3 Tujuan
Tujuan Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :
a. Mengetahui komposisi dalam resep ramuan untuk wasir
b. Mengetahui cara peracikan resep ramuan untuk wasir.
c. Mengetahui dan mampu menjelaskan KIE kepada pasien terkait ramuan untuk
wasir.
BAB 2. ISI

2.1 Formula Jamu

Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L) Griff.) 15 g


Daun Duduk (Desmodium triquetrum (L.) DC.) 12 g
Daun Iler (Coleus atropurpureus Benth.) 9g
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorizha Roxb.) 3g
Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) 3g
Herba Meniran (Phyllanthus niruri L) 3g

2.2 Deskripsi
2.2.1 Daun Ungu

Gambar 2.1 Tanaman Ungu


a. Klasifikasi Tanaman
Menurut United States Department of Agriculture (USDA) (2019),
klasifikasi tanaman Ungu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
5

Family : Acanthaceae
Genus : Graptophyllum
Spesies : Graptophyllum pictum (L.) Griff

b. Morfologi Tanaman
Perawakan semak tegak atau perdu, tidak berambut, tinggi dapat
mencapai 3 m, cabang bersudut tumpul, berbentuk galah dan berbuku-buku
nyata. Daun tunggal, letak daun bersilang berhadapan, helaian daun bulat
memanjang atau lanset, panjang 8-20 cm, lebar 3-13 cm, pangkal berbentuk
seegi tiga terbalik (pasak), ujung meruncing, tepi bergelombang, warna ungu
kehijauan, ungu bercak hijau,ungu bercak putihatau hijau, panjang tangkai daun
0,5-0,75 cm, panjang rata-rata kelopak bunga 3 mm, mahkota bunga warna
merah tua, tabung mahkota pipih kedua sisi (bilateral), panjang 2-3 cm, mahkota
berbibir. Benang sari bagian belakang kecil, fertil. Buah berbentuk kapsil dijawa
buah tidak berkembang dengan sempurna (Kemenkes RI, 2012).
c. Kandungan Kimia
Alkaloid non toksik, glikosid steroid, saponin, lendir, tanin galat,
antosianin, leukoantosianin, asam protokatekuat, dan flafonoid. Senyawa aktif
lain berupa asam-asam fenolat yaitu asam protokatekuat, asam p-hidroksi
benzoat, asam kafeat, asam kumarat, asam vanilat, asam siringat, asam felurat,
juga engandung senyawa golongan saponin, tanin, dan senyawa serupa alkaloid
(Kemenkes RI, 2012).
d. Habitat
Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai di pegunungan dengan
ketinggian tempat tumbu 1250 m dpl. Sering ditanam sebagai tanamam pagar di
pekarangan di ladang produktif (Kemenkes RI, 2012).
e. Manfaat
Digunakan untuk mengatasi gejala wasir atau hemoroid, bengkak dan
sembelit
f. Bagian dan Dosis yang digunakan
1 x 7 lembar daun/hari. Contoh formula :
6

R1/ Daun ungu 15 mg


Air 420 mL
Cara pembuatan dan penggunaan: Dibuat infusa dan diminum 2X sehari pagi dan
sore.
R2/ Daun ungu 15 mg
Kunyit 5g
Air 420 mL
Cara pembuatan dan penggunaan
Kunyit dikupas, dicuci bersih dan diiris tipis-tipis, dibuat infusa dan
diminum 3X sehari sesudah makan selama 3 minggu berturut-turut hindari
makanan pedasm asam, dan berminyak.

R3/ daun ungu 20 g


Temulawak 5g
Kunyit 5g
Buah adas 2g
Air 800 mL
Cara pembuatan dan penggunaan
Dibuat infusa dan diminum 3X sehari sesudah makan selama 3 minggu
berturut-turut (Kemenkes RI, 2012).

2.2.2 Daun Duduk

Gambar 2.2 Tanaman Duduk


7

a. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Leguminosales
Family : Leguminosae
Genus : Tadehagi
Spesies : Tadehagi triquetrum (L.) H. Ohashi
Sinonim : Desmodium triquetrum (L.) DC. (Wahyuni dkk, 2016)

b. Morfologi Tanaman
Daun duduk dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 1.500 m dpl.
tumbuh liar di tempat terbuka dengan cahaya matahari yang cukup atau sedikit
naungan, serta tidak begitu kering. Perdu menahun, tumbuh tegak atau menanjak,
tinggi 0,5 -3 m, dengan kaki yang berkayu. Batang bulat, beruas, permukaan
kasar, percabangan simpodial, diameter 2 cm, cokelat. Daun tunggal, berseling,
berdaun penumpu, tangkai daun bersayap lebar. Helaian daun lanset, ujung
meruncing, pangkal rata, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 -20 cm, lebar
1,5 -2 cm, masih muda cokelat, setelah tua hijau. Bunga majemuk, malai, keluar
dari ujung batang, mahkota berbentuk kupu-kupu warnanya putih keunguan,
berambut halus, pangkal berlekatan. Buah polong, panjang 2,5 -3,5 cm, lebar 4-6
mm, berambut, berisi 4 -8 biji, masih muda hijau, setelah tua cokelat. Biji kecil,
bentuk ginjal, warnanya cokelat muda. Perbanyakan dengan biji.

c. Kandungan Kimia
Daun duduk mengandung beberapa senyawa kimia diantaranya yaitu
alkaloid, hepaforina, trigonelina dan tanin. Daunnya mengandung tanin, aklaloida
hipaforin, trigonelin. Buahnya mengandung saponin, flavonoid dan tanin
(Wahyuni dkk, 2016).
8

d. Habitat
Daun duduk tumbuh meliar di tempat terbuka dengan cahaya matahari
yang cukuo atau sedikit naungan dan tidak terlalu kering mulai daratan rendah
sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl (Wahyuni dkk, 2016).
e. Manfaat
Penggunaan secara tradisional daun duduk dimanfaatkan untuk mengobati
wasir, batuk, sebagai tonikum, antiinflamasi dan antimikroba, pereda demam
(antipiretik), meningkatkan nafsu makan (stomakik) dan peluruh kencing
(diuretik).
f. Bagian yang digunakan
Seluruh bagian kecuali akar (herba) dapat digunakan. Pemakaian dalam
bentuk segar atau yang telah dikeringkan.
g. Dosis Pemakaian
 Wasir :
Ambil 20 g daun segar, dicuci bersih lalu direbus dengan 1 gelas air
selama 15 menit. Setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.
Lakukan setiap hari.
 Radang ginjal akut, edema :
Ambil herba daun duduk sebanyak 60 g, dicuci lalu direbus dengan 3 gelas
air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus pada pagi
hari.
 Muntah pada kehamilan :
Ambil herba daun duduk sebanyak 30 g, dicuci lalu dipotong-potong
seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin
disaring, dibagi untuk 3 kali rninum, yaitu pagi, siang, dan sore, masing-masing
1/3 gelas.
 Disentri :
Ambil herba daun duduk segar sebanyak 30 g, dicuci lalu digiling halus.
Seduh dengan 3/4 cangkir air panas, biarkan selama 15 menit. Tambahkan garam
9

seujung sendok teh sambil diaduk. Peras dan saring. Hangat-hangat diminum
sekaligus.
h. Cara Pemakaian
Siapkan herba daun duduk sebanyak 15-60 g, lalu direbus dan minum.
Pemakaian luar digunakan untuk mengompres wasir, abses, sakit pinggang, dan
pegal-pegal pada kaki dengan herba daun duduk yang digiling halus.

2.2.3 Daun Iler

Gambar 2.3 Tanaman Iler


a. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Class : Dicotylendonae
Ordo : Solanales
Family : Lamiaceae
Gens : Coleus
Speies : Coleus atropurpureus (L) Benth.
b. Morfologi Tanaman
Tumbuhan iler memiliki batang herba, tegak atau berbaring pada
pangkalnya dan merayap tinggi berkisar 30-150 cm, dan termasuk kategori
tumbuhan basah yang batangnya mudah patah. Daun tunggal, helaian daun
berbentuk hati, pangkal membulat atau melekuk menyerupai benuk jantung dan
setiap tepiannya dihiasi oleh lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan didukung
tangkai daun dengan panjang tangkai 3-4 cm yang memiliki warna beraneka
10

ragam dan ujung meruncing dan tulang daun menyirip berupa alur. Batang bersegi
empat dengan alur yang agak dalam pada masing-masing sisinya, berambut,
percabangan banyak, berwarna ungu kemerahan. Permukaan daun agak
mengkilap dan berambut halus panjang dengan panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm
berwarna ungu kecoklatan sampai ungu kehitaman. Bunga berbentuk untaian
bunga bersusun, muncul pada pucuk tangkai batang berwarna putih, merah dan
ungu. Tumbuhan iler memiliki aroma bau yang khas dan rasa yang agak pahit,
sifatnya dingin. Buah keras berbentuk seperti telur dan licin. Jika seluruh bagian
diremas akan mengeluarkan bau yang harum. Untuk memperbanyak tanaman ini
dilakukan dengan cara setek batang dan biji.
c. Kandungan Kimia
Herba tumbuhan iler yang memiliki sifat kimiawi harum, berasa agak
pahit, dingin, memiliki kandungan kimia. Daun iler mengandung karvakrol
(bersifat antibakteri) dan eugenol (mengurangi nyeri). Selain itu, daun iler
mengandung etil salisilat (mencegah iritasi) dan sedikit lendir.
Pada bagian daun dan batang mengandung minyak atsiri, fenol, tannin,
lemak, phytosterol, kalsium oksalat, dan peptik substances. Komposisi kandungan
kimia yang bermanfaat antara lain juga alkaloid, etil salisilat, metal eugenol, timol
karvakrol, mineral.
d. Habitat
Tumbuhan iler merupakan tumbuhan semusim yang tumbuh subur di
daerah dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut.
Umumnya tumbuhan ini ditemukan di tempat lembab dan terbuka seperti
pematang sawah, tepi jalan pedesaan di kebun-kebun sebagai tanaman liar atau
tanaman obat.
f. Manfaat
Tumbuhan iler memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan. Tumbuhan ini
bermanfaat untuk menyembuhkan wasir, sembelit pada penderita wasir, sembelit,
bisul, luka/borok, perut mulas, untuk haid terlambat, pembersih pada hari terakhir
haid, dan pada mata merah.
g. Bagian dan Dosis yang Digunakan
11

 Wasir
Ada tiga ramuan iler yang dapat digunakan untuk mengobati wasirsecara alamiah.
Cara 1:
Bahan: 17 helai daun iler, 7 daun ngokilo, dan 3 potong kunyit (masing-masing
sebesar jari).
Pengobatan: Bahan-bahan dicuci bersih. Kunyit dimemarkan. Semua bahan
direbus dengan 6 gelas air sampai tinggal setengah. Air rebusan disaring dan
diminum satu gelas sekali sehari. Ramuan ini cukup untuk tiga kali pengobatan.
Cara 2:
Bahan: 17 helai daun iler, 7 hellai daun handeuleum, dan setengah cangkir daun
pegagan.
Pengobatan: Daun dicuci dan dihaluskan. Selanjutnya, ditambahkan setengah
gelas air, diaduk, dan disaring dengan kain. Ramuan diminum satu kali sehari.
Cara 3:
Bahan: 17 helai daun iler.
Pengobatan: Daun dicuci dan direbus dengan dua gelas air sampai air tinggal
setengah. Ramuan disaring dan diminum satu kali sehari.
 Sembelit pada penderita wasir
Bahan: 10 helai daun iler.
Pengobatan: Daun dicuci dan direbus dengan dua gelas air sampai air tinggal
setengah. Ramuan diminum satu kali sehari.
 Sembelit
Bahan: 5 helai daun iler dan 1 sendok minyak kacang.
Pengobatan: Daun dicuci dan direbus dengan segelas air sampai air tinggal
setengah. Air rebusan disaring dan ditambahkan minyak kacang, lalu diminum
sekaligus.
 Bisul
Bahan: Daun iler dan minyak kelapa.
Pengobatan: Daun dicuci bersih, diolesi dengan minyak kelapa, dan digarang.
Daun ditempelkan pada bisul selagi masih hangat.
 Luka/Borok
12

Bahan: Beberapa daun iler


Pengobatan: Daun dicuci dan diremas-remas sampai keluar cairannya.
Selanjutnya, daun ditempelkan pada luka. Ramuan harus diganti tiga kali sehari.

2.2.4 Rimpang Temulawak

Gambar 2.4 Tanaman Temulawak


a. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma xanthorrhiza ROXB

b. Morfologi Tanaman
 Akar
Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna
hijau gelap. Rimpang induk dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit
rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang
orange tua atau kuning (Galeriukm, 2011).
 Batang
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang
pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 sampai 2,5 m
13

berwarna hijau atau cokelat gelap. Pelepah daunnya saling menutupi membentuk
batang. Umbi akan muncul dari pangkal batang, warnanya kuning tua atau coklat
muda, panjangnya sampai 15 cm dan bergaris tengah 6 cm. Baunya harum dan
rasanya pahit agak pedas,
 Daun
Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai daun dengan bentuk bundar
memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang
sampai gelap, panjang daun 31 – 84 cm dan lebar 10 – 18 cm, panjang tangkai
daun termasuk helaian 43 – 80 cm.
 Bunga
Bunga mejemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9-7 23 cm, lebar
4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung
yang besar dan beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga
berwarna merah berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm, helaian
bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna
merah dadu atau merah, panjangnya hingga 1,25- 2 cm dan lebar 1cm.
 Buah
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan
daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Warna kulit rimpang coklat
kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang orange tua atau
kuning (Galeri ukm, 2011).
c. Kandungan Kimia
Rimpang temulawak mengandung kurkumin, xhantorizol, kurkuminoid,
minyak atsiri dengan komponen a-kurkkumen, germaktan, ar-tumeron, β-
atlantanton, d-kamfor (Kemenkes, 2012). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa 20 mg/Kg BB kurkumin dapat menghambat kontraksi dan hiperaktivitas
jalan nafas yang diinduksi ovalbumin (Ram, 2003). Kurkumin juga menunjukkan
aktivitas antiinflamasi dengan cara menghambat signal-regulated kinase titik
imun, yang diaktivasi oleh enzim protein kinase C (PKC) (Kemenkes, 2012).
e. Habitat
14

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang


teduhdan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun
tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Tanaman ini
memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000 - 4.000 mm/tahun. Perakaran
temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah
berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun
demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur,
gembur dan berdrainase baik (Rukmana, 1995).
Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 500-1.000 m/dpl
dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi
didalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240
m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang
hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan
didataran sedang (Hadad, 1991).
f. Manfaat
 Mengatasi masalah pada sistem pencernaan
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Clinical Gastroenterology
and Hepatology meminta pasien yang mengalami peradangan usus untuk
mengonsumsi temulawak setiap harinya. Hasilnya, kelompok pasien tersebut
mengalami proses penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok
pasien yang tidak mengonsumsi temulawak.
 Mengatasi osteorthritis
Osteoarthritis adalah peradangan yang terjadi pada persendian, di mana
sendi-sendi menjadi terasa sakit dan kaku.Hal ini juga dibuktikan dalam sebuah
jurnal yang diterbitkan di dalam Journal of Alternative and Complementary
Medicine. Dalam jurnal tersebut menunjukkan bahwa efek temulawak hampir
sama seperti efek ibuprofen (obat penghilang rasa sakit) yang diberikan pada
pasien osteoarthritis
 Manfaat temulawak lainnya
Ahli medis menyebutkan, temulawak juga bisa digunakan untuk membantu
mengatasi sakit kuning, sakit kulit dan bisul, cczr air, eksim, nyeri haid, nyeri
15

sendi, radang hati dan batu empedu pelancar asi, sakit maag, diabetes, penyakit
infeksi virus dan bakteri, serta arterosklerosis. Walaupun begitu, penelitian lebih
lanjut tentang manfaat temulawak harus terus dilakukan. Beberapa maanfaat
temulawak yang belum terbukti dalam studi ilmiah seperti, mengatasi ekzema,
sirosis, penyakit jantung, masalah kesehatan mulut, serta batu empedu.
g. Bagian yang Digunakan dan Dosis
 Sakit Kuning
Bahan: Rimpang temu lawak 10gr, daun trawas 10 gr dan air 200 ml
Pengobatan: Dibuat nfusa dab diminum sehari 6 kali, tiap kali 25ml.
 Penambah Nafsu Makan
Bahan: Rimpang temu lawak 20gr, asam jawa 1 gr, gula 30gr, dan air 250 ml.
Pengobatan: Dibuat infusa dan diminum sekaligus, sehari dua kali pagi dan sore.
 Obat Sakit Kulit
Bahan : Temu lawak 5gr, asam kawak 1 gr, gula jawa secukupnya dan air 110ml.
Pengobatan: dibuat infusa dan diminum sekaligus.
 Cacar Air
Bahan: Rimpang temu lawak 15mg dan air 110ml.
Pengobatan: Dibuat infusa dan diminum sekaligus, diulang selama 21 hari.
 Nyeri haid
Bahan: Rimpang temu lawak 15mg, asam kawak 2 gr, gula aren secukupnya, dan
air 110 ml
Pengobatan: Dibuat infusa dan diminum sekaligus, disaat 3 hari menjelang hingga
datangnya haid.

2.2.5 Kunyit
16

Gambar 2.5 Rimpang Kunyit

a. Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiveraceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma domestica val.

b. Morfologi Tanaman

Tumbuhan dengan batang berwarna semu hijau atau agak keunguan,


rimpang terbentuk dengan sempurna, bercabang-cabang, berwarna jingga. Setiap
tanaman berdaun 3-8 helai, panjang tangkai daun beserta pelepah daun sampai 70
cm; tanpa lidah-lidah, berambut halus jarang-jarang, helaian daun berbentuk
lanset lebar, ujung daun lancip berekor, keseluruhannya berwarna hijau atau
hanya bagian atas dekat tulang utama berwarna agak keunguan, panjang 28-85
cm, lebar 10-25 cm.
Perbungaan terminal, gagang berambut, bersisik, panjang gagang 16-40
cm; tenda bunga, panjang 10-19 cm, lebar 5-10 cm; daun kelopak berambut,
berbentuk lanset, panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm, daun kelopak yang paling
bawah berwarna hijau, bentuk bundar telur, makin keatas makin menyempit serta
memanjang, warna semu putih atau keunguan, kelopak berbentuk tabung, panjang
9-13 mm, bergigi 3 dan tipis seperti selaput; tajuk bagian bawah berbentuk
tabung, panjang lebih kurang 20 mm, berwarna krem, bagian dalam tabung
berambut; tajuk bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau merah jambu,
panjang 10-15 mm/ lebar 11-14 mm; bibir berbentuk bundar telur, panjang 16-20
mm, lebar 15-18 mm, warna jingga atau kuning keemasan dengan pinggir
berwarna coklat dan ditengahnya berwarna kemerahan. (BPOM RI, 2011).
17

c. Kandungan Kimia
Kurkuminoid termasuk kurkumin, desmetoksikurkumin, bisdesmetoksi
kurkumin, resin, minyak atsiri termasuk α dan β tumeron, artumeron, α dan ¥
atlanton, kurlon, zingiberen, dan kurkumol (Badan Litbangkes, 2017).
d. Habitat
Tumbuh dan ditanam di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia dan
Filipina. Tumbuh dengan baik di tanah yang baik pengairannya, curah hujan yang
cukup banyak dari 2000 sampai 4000 mm pertahun dengan tempat yang sedikit
teduh tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dibutuhkan tempat
yang terbuka. Tanah ringan seperti tanah lempung berpasir, baik untuk
pertumbuhan rimpang. (Depkes RI, 1977)
e. Manfaat
Pemberian ekstrak kunyit 200 mg/kg bobot badan tikus menunjukan
aktivitas sebagai antihiperkolesterolemia serta dapat menurunkan LDL tanpa
mempengaruhi HDL. Ektrak etanol rimpang kering kunyit dosis 30 mg/kg bb,
diberikan pada tikus secara intragastrik setiap 6 jam selama 48 jam memiliki
aktivitas antihiperkolesterolemia (Kemenkes RI, 2010)
f. Interaksi Obat dan Tanaman
Interaksi dengan obat-obatan. Kemungkinan berinteraksi dengan obat
antikoagulan, antiplatelet, heparin dan agen trombolitik. Secara teori, kurkumin
dapat meningkatkan aktivitas obat-obatan tersebut sehingga meningkatkan resiko
pendarahan. Penelitian in vitro pada hewan menunjukkan bahwa kurkumin dapat
menghambat agregasi platelet, dimana mengakibatkan waktu pendarahan lebih
lama jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi
platelet. Dalam sebuah uji klinik, kunyit melalui konstituen kurkumin terbukti
dapat mempengaruhi absorpsi fiblockers yaitu berupa penurunan absorpsi
talinolol (uji terhadap manusia), peningkatan absorpsi celiprolol (uji pada tikus).
Namun penurunan absorpsi talinolol dikategorikan sedang dan secara klinik tidak
relevan mengingat 6-blockers memiliki margin terapi yang lebar. Selain itu
18

kurkumin dilaporkan dapat meningkatkan absorpsi midazolam melalui


mekanisme penghambatan metabolisme midazolam oleh sitokrom P3A; tetapi
tidak mempengaruhi absorpsi besi.
Interaksi dengan tanaman. Piperin, zat aktif yang terkandung dalam
lada, dapat meningkatkan bioavailabilitas kurkumin. Dalam sebuah penelitian
silang (crossover study), 8 relawan sehat diberi dosis tunggal kurkumin 2 g,
serbuk tunggal, atau dengan piperin serbuk 20 mg. Dosis tunggal kurkumin
menunjukkan kadar serum rendah atau tidak terdeteksi. Penambahan piperin
meningkatkam kadar kurkumin 30x lipat pada 45 menit petama, dan
bioavailabilitas relatif meningkat 20x lipat. Sehingga penggunaan bersamaan
kedua senyawa tersebut ditoleransi dengan baik.
h. Bagian dan Dosis yang Digunakan
Penyiapan: 0,5-1 g simplisia direbus dengan air mendidih dalam penangas
air, tutup, diamkan 5 menit dan kemudian saring dan diencerkan dengan
perbandingan 1:10. Simplisia kasar 3-9 g per hari. Rata-rata dosis adalah 1,5-3 9
per hari. Serbuk harus diminum 2-3 kali per hari setelah makan, teh (2-3 gelas)
harus diminum sebelum makan. Dosis tingtur adalah 10-15 tetes (0,5-1 ml) 2-3
kali per hari.
 Diabetes mellitus
Bahan: 3 rimpang kunyit, 1/2 sendok teh garam
Cara membuat : kedua bahan tersebut direbus dengan 1 liter air sampai mendidih,
kemudian disaring.
Cara menggunakan: diminum 2 kali seminggu 1/2 gelas.
 Tifus
Bahan : 2 rimpang kunyit, 1 bonggol sere, 1 lembar daun sambiloto
Cara membuat : Semua bahan tersebut ditumbuk halus dan dipipis, kemudian
ditambah 1 gelas air masak yang masih hangat, dan di saring.
Cara mengunakan: diminum, dan dilakukan selama 1 minggu berturut-turut.
i. Peringatan
Sebaiknya tidak digunakan pada anak-anak, masa kehamilan dan
menyusui kecuali di bawah pengawasan dokter karena data efektivitas dan
19

keamanan kunyit pada anak-anak dan ibu hamil serta ekskresi obat melalui air
susu dan efeknya terhadap bayi belum dapat dibuktikan. Penggunaan kunyit untuk
wanita hamil atau anak-anak dengan gangguan saluran empedu, penyakit hati atau
tukak, harus dihindari.
j. Toksisitas
Uji toksisitas akut ekstrak etanol rimpang kunyit yang diberikan peroral
pada mencit (selama 24 jam) dengan dosis 0,5; 1,0; dan 3 g/kg BB menunjukkan
tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol terhadap
perubahan morfologi eksternal, hematologi, spermatogenik, pertambahan berat
badan dan berat organ vital yang diamati.

2.2.6 Herba Meniran

Gambar 2.6 Tanaman Meniran

a. Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus niruri L.
b. Morfologi Tumbuhan
20

Tumbuhan berhabitus tema, tumbuh tegak, tinggi 0,5-1 m, bercabang


terpencar, cabang mempunyai daun tunggal yang berseling dan tumbuh mendatar
dari batang pokok. Batang berwarna hijau pucat atau hijau kemerahan. Bentuk
daun bundar telur sampai bundar memanjang, panjang daun 5-10 mm, lebar 2,5-5
mm, ujung bundar atau runcing, permukaan daun bagian bawah berbintik-bintik
kelenjar. Bunga keluar dari ketiak daun; bunga jantan terletak di bawah ketiak
daun, berkumpul 2-4 bunga, tangkai bunga 0,5-1 mm, helaian mahkota bunga
berbentuk bundar telur terbalik, panjang 0,75-1 mm, berwarna merah pucat;
bunga betina sendiri, letaknya di bagian atas ketiak daun, tangkai bunga 0,75-1
mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur sampai bundar memanjang,
tepi berwarna hijau muda, panjang 1,25-2,5 mm. Buah licin, garis tengah 2-2,5
mm, panjang tangkai buah 1,5-2 mm Dikenal ada dua varitas, yaitu ajavanicus
panjang helai daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm; pada varitas A genuinus panjang
helai daun 7-20 mm, lebar 3-5 mm.

c. Identitas Simplisia

Gambar 2.7 Herba Meniran


Pemerian : Berupa herba, bau khas, rasa pahit, batang berbentuk bulat,
daun kecil, daun bentuk bundar telur sampai bundar memanjang; panjang helai
daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm; bunga dan buah terdapat pada ketiak daun atau
terlepas; buah berbentuk bulat berwarna hijau kekuningan sampai kuning
kecokelatan.
d. Kandungan Kimia
21

Flavonoid: kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, rutin; kaemferol-


4-ramnopiranosid, eridiktol-7-ramnopiranosid; Lignan: kubebin dimetil eter,
urinatetralin, nirarin, nirurisid, filantin, hipofilantin, triterpen lup-20-en-3-b-ol;
kalium, damar dan tanin.
e. Habitat
Tumbuh tersebar hampir di seluruh Indonesia pada ketinggian tempat
antara 1-1000 m dpi. Tumbuh baik di tempat terbuka, pada tanah gembur yang
mengandung pasir, di ladang, di tepi sungai dan di pantai. Tanaman ini terdapat
juga di India, Cina, Malaysia, Filipina, dan Australia.
f. Manfaat
Herba dan akar digunakan untuk penyakit radang infeksi saluran kencing,
serta untuk merangsang keluarnya air seni (diureticum), untuk penyembuhan
diare, busung air, blennorrhagia, infeksi saluran pencernaan, dan penyakit yang
disebabkan gangguan fungsi hati. Buahnya berasa pahit digunakan untuk luka dan
scabies.
g. Interaksi Obat
Dapat meningkatkan efek insulin dan obat-obat diabetes. Meniran
mengandung geraniin yang dilaporkan mempunyai efek inotropik negatif,
kronotropik negatif, hipotensi dan ACE inhibitor, oleh karena itu, kemungkinan
dapat meningkatkan efek obat-obat antihipertensi, d blocker dan obat jantung.
Ekstrak etanol herba meniran dapat menghambat enzim sitokrom P450 secara in
vivo maupun in vitro.
h. Dosis pemakaian dan Cara penggunaan
 Sakit Kuning
Bahan Utama: 16 Tanaman Meniran (akar, Batang, daun)
Bahan Tambahan: 2 gelas Air Susu
Cara membuat: Tanaman meniran dicuci lalu ditumbuk halus dan direbus dengan
2 gelas air susu sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum sekaligus; dilakukan setiap hari.
Ekstrak 200 mg serbuk meniran, diminum 2-4 kali sehari
22

i. Peringatan
Hati-hati pada penderita hipertensi dan atau penderita diabetes karena
meniran dapat meningkatkan efek dari obat-obat diabetes, hipertensi dan diuretik.
Hati-hati penggunaan pada wanita hamil.
j. Toksisitas
Meniran tidak menimbulkan toksisitas pada hati dan tidak menimbulkan
kerusakan sel hati secara permanen serta dapat dikategorikan relatif tidak toksik.

2.3 Cara Pembuatan dan Peracikan Jamu Herbal Untuk Wasir


a. Untuk memudahkan dalam penyiapan bahan jamu, ramuan dapat dikemas
untuk setiap satu hari pemakaian yaitu : daun ungu (15 gram); daun duduk
(12 gram); daun iler (9 gram); rimpang temulawak (3 gram); rimpang
kunyit (3 gram) dan herba meniran (3 gram) dimasukkan dalam kantong
plastik, kemudian disegel.
b. Satu kemasan ramuan jamu digunakan untuk satu hari, yang disiapkan
pada pagi hari untuk pemakaian pada hari yang sama.
c. Satu kemasan ramuan jamu direbus dengan 1 liter (5 gelas belimbing) air
dalam panci atau kendil bertutup. Perebusan dilakukan dengan api kecil
hingga mendidih. Setelah mendidih perebusan dilanjutkan selama 15
menit.
d. Setelah mendidih 15 menit, panci diangkat dan didiamkan hingga dingin
(suhu ruang) dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan saringan teh.

2.4 Cara Penggunaan Jamu Herbal Untuk Wasir


Air rebusan yang diperoleh dibagi menjadi 3 bagian, untuk diminum 3 kali
pada hari yang sama yaitu pagi, siang dan malam (Kemenkes RI, 2017).

2.5 KIE pada pasien


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi ramuan ini adalah
23

a. Sebaiknya tidak digunakan pada anak-anak, masa kehamilan dan


menyusui kecuali di bawah pengawasan dokter
b. Sebaiknya dihindari konsumsi obat pengencer darah, obat antihipertensi,
dan obat jantung karena terdapat interaksi obat dan meniran dilaporkan
mempunyai efek inotropik negatif, kronotropik negatif, hipotensi dan ACE
inhibitor
c. Sebaiknya tidak digunakan pada penderita diabetes mellitus yang
mengkonsumsi obat antidiabetes karena dapat menyebabkan hipoglikemia.
d. Sebaiknya tidak untuk pasien yang menderita hemophilia karena berisiko
menimbulkan perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit.
e. Sebaiknya tidak untuk pasien yang mengkonsumsi obat antikoagulan
karena adanya kandungan kurkuminoid yang juga bersifat antikoagulan.
f. Sebaiknya tidak dianjurkan bagi penderita sumbatan saluran empedu dan
batu empedu, karena kandungan temulawak berfungsi merangsang fungsi
sekresi empedu
Konseling yang dapat ditujukan untuk pasien hemorrhoid adalah :
a. Selama mengkonsumsi ramuan antihemoroid ini, pasien tidak boleh
mengkonsumsi obat konvensional atau obat tradisional lain tanpa petunjuk
dokter atau apoteker.
b. Ramuan ini diminum tiga kali sehari sekitar setengah jam setelah makan.
c. Mengubah lifestyle dengan cara:
 Mengkonsumsi makanan berserat (misalnya: buah-buahan dan sayur
mayur) 25-30 gram perhari. Hal ini bertujuan untuk membuat feses
menjadi lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses
mengedan dan tekanan pada vena anus.
 Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari.
 Mengubah kebiasaan buang air besar. Segerakan ke kamar mandi saat
merasa akan buang air besar, janga ditahan karena akan memperkeras
feses.
 Hindari mengejan dan jangan pula memaksa untuk buang air besar.
24

 Usahakan berendam air hangat untuk mengurangi nyeri dan menjaga


kebersihan dubur selama sekitar 15 menit, setidaknya 2-3 kali dalam
sehari.
 Menghindari minuman beralkohol agar kotoran tidak keras.
 Hindari menggosok-gosok daerah dubur agar tidak terjadi perlukaan.
 Disarankan untuk melakukan pemeriksaan fisik ke dokter setidaknya 1
bulan sekali
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
 Komposisi jamu untuk wasir yaitu:
Daun ungu 15 g
Daun duduk 12 g
Daun iler 9g
Rimpang temulawak 3g
Rimpang kunyit 3g
Herba meniran 3g
 Adapun cara pembuatannya ysitu semua bahan dicampur dan direbus menjadi
satu dengan 1 liter ( 5 gelas belimbing) air hingga mendidih, setelah 15 menit
ramuan disaring dan dibagi menjadi 3 bagian untuk dikonsusmsi pagi, siang
dan sore.
 KIE yang perlu disampaikan ke pasien yaitu cara dan dosis penggunaan;
memberi informasi tentang jenis atau bagian tanaman yang digunakan, indikasi
dan cara penyimpanan; serta terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh
pasien misalnya atur kebiasaan buang air besar setiao hari dan minum air
secara secara maksimal.

3.2 Saran
Dilakukan pengujian lebih lanjut tentang toksisitas racikan jamu yang
ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya efek toksik yang kemungkinan akan
terjadi, sehingga dapat dikatakan racikan jamu tersebut benar-benar aman
dikonsumsi khususnya untuk penderita penyakit wasir.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. Y. 2015. Jamu & Kesehatan Edisi II. Tawangmangu: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB).

BPOM RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume 5 Edisi 1. Jakarta : BPOM.

BPOM RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume 6 Edisi 1. Jakarta : BPOM.

BPOM RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume 7 Edisi 1. Jakarta : BPOM.

Duke, James A., 2002. Handbook of Medicinal Herb. Second Edition. Florida:
CRC Press..566-567.

Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2017. Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2017. Jamu Saintifik. Jawa Tengah : Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.

Kemenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/187/2017 tentang Formularium Obat


Herbal Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Vademekum Tanaman Obat untuk Saintiϐikasi


Jamu. Jilid I (Edisi Revisi). Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Vademekum Tanaman Obat


untuk Saintifikasi Jamu Jilid 1 (Ed Revisi). Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.
27

Wahyuni, D. K., Wiwied, E. J. R. W., Hery, P. 2016. Toga Indonesia. Surabaya:


Airlangga University Press.

United States Department of Agriculture (USDA). Natural Resources


Conservation Service 2019 [Online].
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=GRPI4 [Diakses tanggal 2
April, 2019].
KIE RESEP RAMUAN
HERBAL UNTUK
PENYAKIT WASIR
Oleh
Kelompok 7
Yuliana Ayu Puspitasari (182211101094)
Ramadhan Rizki P (182211101104)
Alfita Rahmawati (182211101107)
Atika Sari Dyah P (182211101111)
Indah Puspita Sari (182211101128)
cara peracikan dan
KIE kepada pasien Komposisi Ramuan
Apa saja komposisi dalam resep ramuan untuk wasir?
Rumusan Bagaimana cara peracikan yang benar terkait resep ramuan untuk
Masalah
wasir ?
Apa saja KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi) yang dapt
diberikan pada pasien terkait ramuan untuk wasir?

Mengetahui komposisi dalam resep ramuan untuk wasir


Tujuan Mengetahui cara peracikan resep ramuan untuk wasir.
Mengetahui dan mampu menjelaskan KIE kepada pasien terkait
ramuan untuk wasir.
• Daun ungu 15 g
• Daun duduk 12 g
• Daun iler 9g
• Rimpang temulawak 3g
• Rimpang kunyit 3g
• Herba meniran 3g
Tanaman Ungu (Graptophyllum pictum (L.) )

Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Family : Acanthaceae
Genus : Graptophyllum
Spesies : Graptophyllum pictum (L.)
Griff
(USDA, 2019)
Bagian yang
Digunakan Daun
• Alkaloid non toksik, glikosid steroid, saponin, lendir, tanin galat,
antosianin, leukoantosianin, asam protokatekuat, dan flafonoid.
Senyawa aktif lain berupa asam-asam fenolat yaitu asam
Kandungan protokatekuat, asam p-hidroksi benzoat, asam kafeat, asam
Kimia kumarat, asam vanilat, asam siringat, asam felurat, juga
engandung senyawa golongan saponin, tanin, dan senyawa serupa
alkaloid (Kemenkes RI, 2012).

Khasiat • gejala wasir atau hemoroid, bengkak dan sembelit

Dosis • Dibuat infusa dan diminum 2X sehari pagi dan sore.


Tanaman Duduk (Tadehagi triquetrum (L.))

Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Leguminosales
Family : Leguminosae
Genus : Tadehagi
Spesies : Tadehagi triquetrum (L.) H.
Ohashi
Sinonim : Desmodium triquetrum (L.)
DC.
Bagian yang
(Wahyuni dkk, 2016) Digunakan Daun
• alkaloid, hepaforina, trigonelina dan tanin.
Kandungan Kimia • Daunnya mengandung tanin, aklaloida hipaforin, trigonelin.
Buahnya mengandung saponin, flavonoid dan tanin

Khasiat • gejala wasir, radang ginjal akut atau edema, disentri

• Herba daun duduk sebanyak 15-60 g direbus dan diminum.


Dosis
Pemakaian luar digunakan untuk mengompres wasir, abses,
sakit pinggang, dan pegal-pegal pada kaki dengan herba daun
duduk yang digiling halus.
Tanaman Ileri (Coleus atropurpureus (L.))

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotylendonae
Ordo : Solanales
Family : Lamiaceae
Gens : Coleus
Speies : Coleus atropurpureus (L)
Benth.

Bagian yang
Digunakan Daun
• minyak atsiri, fenol, tannin, lemak, phytosterol, kalsium oksalat,
Kandungan Kimia dan peptik substances, alkaloid, etil salisilat, metal eugenol,
timol karvakrol, mineral.

Khasiat • wasir atau hemoroid, sembelit, bisul, perawatan luka/borok

Dosis
• 17 helai daun iler, direbus dengan dua gelas air sampai air
tinggal setengah. Ramuan diminum satu kali sehari.
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza )

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma xanthorrhiza
Bagian yang
Digunakan
Rimpang
• kurkumin, xhantorizol, kurkuminoid, minyak atsiri dengan
Kandungan Kimia komponen a-kurkkumen, germaktan, ar-tumeron, β-
atlantanton, d-kamfor (Kemenkes, 2012).

• masalah pencernaan, osteoathritis, sakit kuning, cacar air,


Khasiat
nyeri haid

• Dibuat infusa dan diminum sekali sehari sekaligus sesuai


Dosis
komposisi dari masing-masing khasiat
Kunyit (Curcuma domestica )

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiveraceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma domestica val.

Bagian yang
Digunakan Rimpang
• Kurkuminoid termasuk kurkumin, desmetoksikurkumin,
bisdesmetoksi kurkumin, resin, minyak atsiri termasuk α dan β
Kandungan Kimia tumeron, artumeron, α dan ¥ atlanton, kurlon, zingiberen, dan
kurkumol (Badan Litbangkes, 2017).

Khasiat • gejala wasir atau hemoroid, tifus, DM

Dosis • Rata-rata dosis adalah 1,5-3 9 per hari. Serbuk harus diminum
2-3 kali per hari setelah makan
Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.

Bagian yang
Digunakan Herba
• Flavonoid: kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, rutin;
kaemferol-4-ramnopiranosid,eridiktol-7-ramnopiranosid;
Kandungan Lignan: kubebin dimetil eter, urinatetralin, nirarin, nirurisid,
Kimia filantin, hipofilantin, triterpen lup-20-en-3-b-ol; kalium, damar
dan tanin

• gejala wasir atau hemoroid, infeksi saluran kencing, diare,


Khasiat penyakit yang disebabkan gangguan fungsi hati

• bagian herba ditumbuk halus dan direbus dengan 2 gelas air


Dosis susu sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, diminum 2-4 kali
sehari
Tahapan
Peracikan
daun ungu (15 gram); daun duduk (12 gram); daun iler (9 gram); rimpang
temulawak (3 gram); rimpang kunyit (3 gram) dan herba meniran (3 gram)
dimasukkan dalam kantong plastik, kemudian disimpan rapi

satu kemasan ramuan jamu digunakan untuk satu hari, yang disiapkan pada pagi
hari untuk pemakaian pada hari yang sama.

ramuan jamu direbus dengan 1 liter (5 gelas belimbing) air dengan api kecil
hingga mendidih. Setelah mendidih perebusan dilanjutkan selama 15 menit.

Setelah ramuan dingin disaring dengan saringan teh, hasil rebusan dibagi
menjadi 3 gelas untuk penggunaan 3x sehari
Informasi kepada pasien :
Kontraindikasi:
pasien hamil dan menyusui kecuali di Sebaiknya tidak untuk:
bawah pengawasan dokter, pasien - pasien yang mengkonsumsi obat
hemofilia, pasien dengan sumbatan antikoagulan, karena ada
pada saluran empedu. kurkuminoid yang juga bersifat
Sebaiknya dihindari konsumsi obat antikoagulan;
pengencer darah, obat antihipertensi, - penderita dengan sumbatan saluran
dan obat jantung karena terdapat empedu dan batu empedu, karena
interaksi obat dan meniran dilaporkan kandungan temulawak merangsang
mempunyai efek inotropik negatif, fungsi sekresi empedu.
kronotropik negatif, hipotensi dan ACE
inhibitor
Terapi non farmakologi:
 Konsumsi makanan berserat
(buah-sayur)
 Minum air putih 8 gelas/hari
 Atur kebiasaan buang air besar
 Hindari mengejan saat buang air
besar
 Menghindari minuman
beralkohol
 Pemeriksaan rutin ke dokter
Penyimpanannya: simpan ditempat yang
sejuk, wadah tertutup rapat dan terlindung
dari cahaya
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai