Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH APLIKASI BIOSTIMULAN PADAT DAN CAIR

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


SAWI (Brassica juncea L.)

SKRIPSI

Oleh :
DESY MEILINDA PUTRI FIRDAUZI
NRP 180311100049

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022

1
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL………………………………………………………………………...1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...2

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan ......................................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Hipotesis ..................................................... Error! Bookmark not defined.
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 5
2.1 Botani Tanaman Sawi ................................................................................ 5
2.2 Morfologi Tanaman Sawi ............................................................................ 5
2.3 Syarat Tumbuh........................................................................................... 6
2.4 Pupuk NPK Mutiara (16-16-16) .................................................................. 7
2.5 Biostimulan Basfoliar Aktif ........................................................................ 10
III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 11
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan............................................ Error! Bookmark not defined.
3.3 Rancangan Penelitian ................................. Error! Bookmark not defined.
3.4 Tahapan Penilitian....................................... Error! Bookmark not defined.
3.5 Variabel Pengamatan .................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.............................................. Error! Bookmark not defined.

2
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran
daun umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi hijau sangat
berpotensi sebagai penyedia unsur unsur mineral penting dibutuhkan oleh tubuh
karena nilai gizinya tinggi. Sawi terdiri dari dua macam, yaitu sawi putih dan sawi
hijau. Sawi Hijau memiliki kegunaan untuk mencegah kanker, hipertensi, penyakit
jantung, membantu kesehatan sistem pencernaan, mencegah dan mengobati
penyakit pellagra, serta menghindarkan ibu hamil dari anemia.
Sayuran sawi banyak disukai karena rasanya yang enak dan banyak
mengandung: protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A,Vitamin B, dan
Vitamin C. Selain itu tanaman tersebut juga dapat menghilangkan rasa gatal di
tenggorokan pada penderita batuk, sebagai obat sakit kepala dan dapat
berfungsi sebagai pembersih darah (Haryanto, 2001).
Sawi banyak dibudidayakan oleh petani sebagai tanaman usaha
pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Produksi sawi dari tahun ke
tahun mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada data dari Badan Pusat
Statistik Indonesia (2012), bahwa produksi pada tahun 2007 sebesar 220 ton/ha,
sedangkan pada tahun 2011 produksinya sebesar 83 ton/ha. Berdasarkan data
tersebut, maka perlu dilakukan budidaya tanaman sawi secara baik dan benar
untuk meningkatkan produksi sawi.
Dalam bidang pertanian sekarang ini terjadi kerusakan lingkungan
termasuk kerusakan tanah karena penggunaan pupuk kimia (anorganik) secara
berlebihan dan tidak terkendali, kerusakan lingkungan karena intensifikasi yang
dipaksakan, dan penggunaan pestisida yang semakin besar (Isnaini, 2006). Oleh
karena itu, diperlukan cara untuk meningkatkan produksi tanaman sawi.
Peningkatan produksi sawi dapat dilakukan melalui pemupukan (Sutedjo, 1999).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah melalui pemberian biostimulan. Biostimulan merupakan formulasi
senyawa bioaktif tanaman atau mikroorganisme yang dapat diaplikasikan pada
tanaman dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi,
toleransi cekaman abiotik dan/atau kualitas tanaman. Biostimulan bukan unsur
hara atau pestisida, namun berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
kesehatan tanaman serta ramah lingkungan (Calvo et al., 2014; du Jardin, 2015).

3
Biostimulan memiliki multifungsi bagi tanaman dilain pihak dapat juga
sebagai penyedia unsur hara, meningkatkan ketersediaant hara, pengontrol
organisme pengganggu tanaman, pengurai bahan organik dan pembentuk
humus, serta perombak persenyawaan kimia (Kesaulya, 2015). Formulasi
biostimulan yang digunakan adalah basfoliar aktif yang mengandung ekstrak
rumput laut yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah akar, dan pertumbuhan
tanaman serta anti stress. Basfoliar aktif juga mengandung phospat dalam
bentuk phosphorous acid sehingga memiliki efek anti jamur atau penyakit
tanaman(Kesaulya et al., 2015: Kesaulya, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh aplikasi biostimulan yang berbeda (padat dan cair)
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)
2. Bagaimana pengaruh perlakuan pengaplikasiaan biostimulan terhadap
tanaman sawi (Brassica juncea L.)
3. Apakah ada pengaruh yang terjadi antara biostimulan padat dan cair
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh aplikasi biostimulan yang berbeda (padat
dan cair) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica
juncea L.)
2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pengaplikasiaan biostimulan
terhadap tanaman sawi (Brassica juncea L.)
3. Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antara biostimulan padat dan
cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea
L.)

1.4 Hipotesis
1. Diduga pengaplikasiaan biostimulan padat dan cair berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)
2. Diduga perlakuan yang digunakan dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)
3. Diduga terdapat pengaruh yang terjadi antara biostimulan padat dan cair
terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil produksi tanaman sawi
(Brassica juncea L.)

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Sawi


Sawi (Brassica juncea L.) merupakan tanaman hortikultura yang dapat
memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Menurut Haryanto (2003)
klasifikasi tanaman sawi yaitu :
Kingdom : plantae
Divisio : spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L.

2.2 Morfologi Tanaman Sawi


Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang dan
cabangcabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua
arah pada kedalaman antara 30 – 50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain
mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman (Rukmana, 2002).
Batang sawi menurut (Rukmana 2002) pendek sekali dan beruas – ruas,
sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk
dan penopang daun. (Cahyono 2003) menambahkan bahwa sawi memiliki
batang sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang berada di dalam
tanah. Batang sejati bersifat tidak keras dan berwarna kehijauan atau keputih –
putihan.
Daun sawi menurut (Cahyono 2003) berbentuk bulat panjang (lonjong)
ada yang lebar dan ada yang sempit, ada yang berkerut – kerut (keriting), tidak
berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih – putihan sampai hijau tua. Daun
memiliki tangkai daun panjang atau pendek, sempit atau lebar berwarna putih
sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah – pelepah daun yang lebih muda,
tetapi membuka. Di samping itu, daun juga memiliki tulang – tulang daun yang
menyirip dan bercabang – cabang. Menambahkan bahwa secara umum sawi
biasanya mempuyai daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop.
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik
di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Struktur bunga tersusun dalam

5
tangkai bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap
kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota
bunga yang berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik
yang berongga dua.
Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan bantuan serangga
lebah maupun tangan manusia. Hasil penyerbukan ini terbentuk buah yang berisi
biji. Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan
berongga. Tiap buah (polong) berisi 2 – 8 butir biji. Biji sawi bentuknya bulat
kecil, berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman (Rukmana, 1994).

2.3 Syarat Tumbuh


Sawi pada umumnya banyak ditanam didataran rendah. Tanaman ini selain
tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan menghasilkan biji
secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dkk, 2002). Tanaman
sawi dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim). Curah hujan yang
cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena
ketersediaan air tanah mencukupi. Curah hujan yang sesuai untuk
pembudidayaan tanaman sawi adalah 1000 – 1500 mm/tahun. Daerah yang
memiliki curah hujan sekitar 1000 – 1500 mm/tahun ialah daerah dengan
ketinggian 1000 – 1500 m dpl. (Cahyono, 2003) Sawi tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam
pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat
tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga
tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok
bila di tanam pada akhir musim penghujan ( Zuldesains, 2011).
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur
dan banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek),
tata aerasi dalam tanah berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah
yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7
(Haryanto dkk, 2006) Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan hara didalam tanah, aktifitas kehidupan jasad renik tanah dan
reaksi pupuk yang diberikan ke dalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam
tanah secara langsung akan mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat
menimbulkan reaksi masam, netral ataupun basa, yang secara langsung ataupun
tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro.

6
Ketersediaan unsur hara mikro lebih tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH
tanah ketersediaan hara mikro semakin kecil (Hasibuan, 2010).
Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan
pada penyerapan hara oleh tanaman sehingga secara menyeluruh tanaman
akan terganggu pertumbuhannya. Di samping itu, kondisi tanah yang masam
(kurang dari 5,5), menyebabkan beberapa unsur hara , seperti magnesium,
boron (B), dan molbdenium (Mo), menjadi tidak tersedia dan beberapa unsur
hara, seperti besi (Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun
bagi tanaman. Sehingga dengan demikian bila sawi ditanam dengan kondisi
yang terlalu masam, tanaman akan menderita penyakit klorosis dengan
menunjukkan gejala daun berbintik-bintik kuning dan urat-urat daun berwarna
perunggu dan daun berukuran kecil dan bagian tepi daun berkerut (Cahyono,
2003).
Air merupakan syarat penting bagi berlangsungnya proses penanaman
sawi. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh tanaman
adalah sifat dari tanaman itu sendiri terutama pada akar dan batangnya untuk
menguatkan tanaman, dan jumlah air yang tersedia pada medium di sekitarnya.
Pada fase awal pertumbuhan perlu penyiraman secara rutin 1 – 2 kali sehari + 1
– 2 liter per tanaman, terutama bila keadaan tanah cepat kering dan pada musim
kemarau.
Temperatur merupakan syarat penting bagi penanaman sawi. Pada suhu
rendah (15˚ C) tanaman sawi akan cepat berbunga, sebaliknya pada suhu di atas
15˚ C tanaman sawi akan sulit ber-krop atau krop yang terbentuk ukurannya
kecil-kecil.
Kebutuhan cahaya untuk tanaman sawi sangat mempengaruhi daur hidup
tanaman. Pencahayaan yang kurang akan mempengaruhi terhadap warna daun
sehingga warna daun terlihat kekuning-kuningan dan mengakibatkan
pertumbuhan tidak normal (Sutopo, 1984).

2.4 Pupuk NPK Mutiara (16-16-16)


Pupuk NPK Mutiara (16 – 16 - 16) merupakan salah satu pupuk majemuk
yang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk NPK Mutiara (16 – 16 -
16) biasanya berbentuk butiran (granul) berwarna biru langit. Pupuk ini bersifat
higroskopis atau mudah larut sehingga mudah diserap oleh tanaman dan bersifat
netral (tidak mengasamkan tanah). Pupuk NPK Mutiara (16 – 16 - 16) sedikitnya
mengandung 3 unsur hara makro dan 2 unsur hara mikro. Unsur hara tersebut

7
adalah N (Nitrogen), P (Phospat), K2O (Kalium) sebagai unsur hara makro dan
CaO (Kalsium) serta MgO (Magnesium) sebagai unsur hara mikro.
Makna dari angka 16-16-16 pada pupuk NPK ini adalah angka persentase
kandungan dari 3 unsur hara utama yakni N, P dan K. Sementara persentase
CaO dan MgO sangat kecil dan biasanya tidak tertulis pada kemasan pupuk.
Berikut ini adalah kandungan dan persentase dari ke 5 unsur hara tersebut:
a. Nitrogen (N) : 16%
b. Phospat (P) : 16%
c. Kalium (K) : 16%
d. Kalsium (CaO) : 6%
e. Magnesium : 0,5%
Pupuk NPK 16-16-16 memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk
NPK lainnya. Keunggulan tersebut meliputi kandungan unsur hara, sifat, peran
terhadap tanaman dan kemudahaannya dalam aplikasi. Keunggulan dari pupuk
NPK 16-16-16 antara lain :
a. Mengandung 3 unsur hara makro yaitu N, P dan K sekaligus
mengandung unsur hara mikro CaO dan MgO. Kelima unsur hara
tersebut berperan penting bagi pertumbuhan tanaman.
b. Bisa diaplikasikan untuk semua jenis tanaman, baik tanaman pangan,
holtikultura maupun tanaman perkebunan.
c. Bersifat higroskopis (mudah larut) sehingga mudah diserap akar
tanaman.
d. Bisa diaplikasikan pada berbagai jenis tanah karena bersifat netral
(tidak asam).
e. Aplikasinya mudah, bisa dikocorkan maupun ditabur.
f. Menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro dalam tanah.
Selain keunggulan dari Pupuk NPK 16-16-16 pupuk ini juga memiliki
fungsi dan manfaat bagi tanaman sebagai berikut :
a. Unsur N, P dan K yang tinggi dan seimbang sangat berperan penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara keseluruhan
baik vegetatif maupun generatif.
b. Memacu perkembangan dan pertumbuhan akar, batang, tunas dan
daun.
c. Memacu pembungaan dan pembuahan.
d. Meningkatkan kandungan protein, pembentukan karbohidrat dan pati.

8
e. Membuat batang tanaman lebih kuat dan kokoh.
f. Berperan dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) sehingga daun
lebih hijau dan segar.
g. Memacu pertumbuhan anakan pada tanaman padi.
h. Unsur K yang tinggi berperan dalam meningkatkan kualitas hasil panen
dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit.
Setiap prill (butiran padat) dari pupuk NPK Mutira 16 – 16 – 16
mengandung N,P,K yang lengkap untuk menjamin keseragaman penyebaran
semua hara agar pertumbuhan dan hasil tanaman yang maksimal.
a. Kombinasi sumber Nitrogen yang unik
NPK Mutira 16 – 16 – 16 mengandung kombinasi terbaik dari
Nitrat – Nitrogen (NO3) yang langsung tersedia untuk tanaman dan
Amonium – Nitrogen (NH4), yang secara perlahan tersedia sebagai
cadangan. Kombinasi dari kedua jenis Nitrogen ini akan memberikan
respon pertumbuhan tanaman lebih cepat dan hasil panen lebih banyak.
Dan juga sumber Nitrogen yang lebih efisien ini, maka kehilangan hara ke
lingkungan akan lebih rendah juga.
b. Penyedia Pospat yang lebih efisien
Dengan proses produksi Nitrophosphate, maka proses ini mampu
menghasilkan kombinasi unik dengan terbentuknya rantai – rantai
Orthophosphate dan rantai – rantai Poliphospate. Bentuk – bentuk
Phosphate ini menyebabkan phosohate terlarut tersedia lebih bagi
tanaman dengan tipe tanah yang lebih beragam. Pospat dibutuhkan
tanaman untuk memfasilitasi metabolisme energi (energi untuk
pertumbuhan), meningkatkan pembelahan sel, pertumbuhan akar,
pembungaan, dan pembentukan umbi. Kandungan komponen
Polyphospate di dalam pupuk NPK Mutira 16 – 16 – 16 ini, juga
membantu meningkatkan ketersediaan dan efisiensi hara – hara mikro di
dalam tanah seperti Cu, Mn, dan Zn bagi tanaman.
c. Kalium untuk kualitas panen
NPK Mutira 16 – 16 – 16 adalah pupuk lengkap yang
menyediakan hara kalium yang seimbang. Kalium diperlukan oleh
tanaman karenan berperan sebagai kesimbangan air di dalam sel, tugor
sel, kehilangan air karena transpirasi, bertangung jawab dalam produksi

9
dan transportasi gula, kerja enzim – enzim dan pembentukan protein,
meningkatkan toleransi tanaman terhadap stres kekeringan.

2.5 Biostimulan Basfoliar aktif


Biostimulan basfoliar aktif dari Behn meyer agri care memiliki kandungan
unsur hara :
Makro :
a. Nitrogen (N) : 3%
b. Phospat (P2o5) : 27%
c. Kalium oksida (K2o) : 18%
Mikro :
a. Boron (B) : 0.01%
b. Tembaga (Cu) : 0.02%
c. Besi (Fe) : 0.02%
d. Mangan (Mn) : 0.01%
e. Molybdenum (Mo) : 0.001%
f. Seng (Zn) : 0.01%
Biostimulan basfoliar aktif mengandung nutrisi seimbang (unsur makro
dan mikro) dan mengandung ekstrak rumput laut untuk meningkatkan jumlah
akar dan pertumbuhan tanaman serta anti stres, mengandung phospat dalam
bentuk phosphorous acid sehingga memiliki efek anti jamur/penyakit tanaman.

10
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Green House yang berada di Desa
Ambunten Timur, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep, Jawa timur
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Mei 2022 hingga Agustus 2022.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian antara lain rol meter, timbangan
analitik, gembor, penggaris, kamera, polybag ukuran 30x20 dan polybag ukuran
15x15, pipet, kertas, kertas label, dan peralatan lain yang mendukung dalam
kegiatan penelitian ini. Bahan yang digunakan yaitu benih sawi varietas caisim
shinta, aquadest, Pupuk Mutiara 16-16-16 dan Biostimulan Basfoliar aktif dari
Behn meyer agri care.

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) Faktorial yang terdiri 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan :
1. Faktor Biostimulan Padat, dengan 12 taraf :
K0 : Tanpa perlakuan biostimulan
K1 : NPK 1 g/tan
A1 : Formulasi biostimulan padat
A2 : Formulasi biostimulan padat
A3 : Formulasi biostimulan padat
A4 : Formulasi biostimulan padat
A5 : Formulasi biostimulan padat
A6 : Formulasi biostimulan padat
A7 : Formulasi biostimulan padat
A8 : Formulasi biostimulan padat
A9 : Formulasi biostimulan padat
A10 : Formulasi biostimulan padat
2. Faktor Biostimulan Cair, dengan 12 taraf :
P0 : Kontrol
P1 : NPK 1 g/tan
B1 : Formulasi biostimulan cair
B2 : Formulasi biostimulan cair
B3 : Formulasi biostimulan cair

11
B4 : Formulasi biostimulan cair
B5 : Formulasi biostimulan cair
B6 : Formulasi biostimulan cair
B7 : Formulasi biostimulan cair
B8 : Formulasi biostimulan cair
B9 : Formulasi biostimulan cair
B10 : Formulasi biostimulan cair
Dari 2 faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan setiap perlakuan
diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga terdapat 36 unit percobaan, dimana
setiap perlakuan terdapat 2 tanaman sehingga total tanaman dalam penelitian ini
72 tanaman.

3.4 Tahapan Penelitian


a. Persiapan Lahan
Persiapan lahan penelitian berupa pembersihan dan perataan areal sekitar
lahan yang akan digunakan untuk penempatan polybag dari semak belukar,
sampah-sampah dan gundukan kayu. Persiapan lahan dilakukan seminggu
sebelum tanam dan lahan diratakan tanahnya agar mudah untuk penempatan
polybag.
b. Persiapan dan Pengisian Media Tanam
Persiapan media tanam dilakukan bersamaan dengan persemaian. Tanah
yang digunakan adalah jenis tanah topsoil yang dipersiapkan sebelumnya.
Polybag yang digunakan berukuran 15 x 15 cm dan diisi dengan media tanah
sebanyak 2 kg kemudian disusun sesuai perlakuan dan ulangan yang ditetapkan.
c. Persemaian
Persemaian dilakukan didalam polybag dengan ukuran 15 x 15 cm. Polybag
diisi tanah yang sudah diberi pupuk kandang sapi kering dan diaduk merata
kemudian dimasukkan ke dalam polybag ukuran 15 x 15 cm setelah itu dibiarkan
satu minggu sebelum penanaman.
Setiap polybag ditanam tiga tanaman sawi, setelah tumbuh diperjarang
menjadi satu tanaman per-polybag. Kemudian semua polybag yang telah terisi
benih ditempatkan pada tempat yang teduh. Benih tanaman sawi terus dirawat
sampai menjadi bibit. Umur 14 hari bibit sawi dan siap dipindahkan ke polybag
ukuran 30 x 20 cm.

12
d. Pemberian Label
Pemberian label dilakukan sebelum pemindahan bibit tanaman sawi atau
satu hari sebelum pemberian perlakuan. Pemberian label bertujuan untuk
membedakan perlakuan yang akan diberikan pada masing-masing tanaman
sawi.
e. Pemberian Perlakuan
Pemberian perlakuan dilakukan setelah pemberian label terhadap banyaknya
pupuk NPK dan Biostimulan per polybag sesuai dengan perlakuan yang
diberikan yaitu NPK 2,5 g/tanaman, dan Biostimulan cair 10 ml/tanaman.
Pemberian pupuk NPK 2,5 g/tanaman diberikan secara bersamaan dengan
Biostimulan. 2,5 g/tanaman pupuk NPK diberikan lagi setelah seminggu
pemindahan bibit ke polybag yang lebih besar.
f. Penanaman atau Pemindahan Sawi ke Polybag
Bibit tanaman sawi dipindahkan secara hati-hati ke polybag yang sebelumnya
telah diisi dengan 2 kg media tanah dan perlakuan. Bibit tanaman sawi yang
dipindahkan, sebelumnya telah diseleksi guna penyeragaman diawal perlakuan.
Pemindahan bibit tanaman sawi dari persemaian ke polybag dilakukan dengan
cara mendorong secara berangsur - angsur dari bawah polybag ukuran 15 x 15
cm sampai semua media tanah keluar sebelumnya telah disiram dengan air agar
media tanah menjadi longgar dan untuk menghindari putusnya akar bibit
tanaman sawi. Setelah semua tanah keluar padatkan tanah tersebut dengan cara
menggenggam agar tanah dan akar bibit sawi menyatu kembali, kemudian
tanaman sawi siap ditanam ke dalam polybag. Pada setiap polybag terdapat satu
tanaman sawi dan untuk perawatan selanjutnya dilakukan penyiraman.
g. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Penyiraman tidak dilakukan apabila hujan turun, dan dilakukan
menggunakan gembor.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila terdapat gulma dan pelaksanaannya
dilakukan 3 kali selama penelitian dengan cara mencabut tanaman gulma
yang tumbuh di sekitar tanaman sawi.

13
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada tanaman sawi, hama yang sering menyerang tanaman sawi
yaitu: belalang dan semut. Pengendaliannya dilakukan dengan
menyemprot menggunakan Decis dengan dosis 0,5 ml/liter air dan
penyemprotan dilakukan tiga hari sekali.
h. Panen
Pemanenan dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam. Sawi dipanen
dengan cara tanaman dicabut seluruhnya secara hati-hati. Pengukuran
parameter pengamatan dilakukan pada waktu panen.

3.5 Variabel Pengamatan


a. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah sampai ujung
tanaman tertinggi.
b. Jumlah Daun (Helai)
Pengamatan jumlah daun dihitung pada daun yang telah membuka
sempurna.
c. Panjang Daun Terpanjang (cm)
Pengukuran panjang daun terpanjang dilakukan dengan cara mengukur daun
tanaman sawi terpanjang yaitu mulai dari pangkal tangkai daun sampai ujung
daun melalui ibu tulang daun.
d. Lebar Daun Terlebar (cm)
Pengamatan lebar daun yang terlebar dilakukan pengukuran dari pinggir
daun dan tegak lurus dari ibu tulang daun di bagian yang terlebar.
e. Berat Segar Tanaman (gram)
Pengukuran biomassa tanaman. Berat segar tanaman dihitung dengan jalan
menimbang tanaman sebelum kadar air dalam tanaman berkurang. Semakin
besar tinggi tanaman, jumlah daun dan perakaran maka berat segar tanaman
akan meningkat.
f. Berat Segar Akar (gram)
Pengukuran bobot basah akar setelah panen tanpa ada proses pengeringan
terlebih dahulu.
g. Berat Kering Tanaman (gram)
Pengukuran berat kering tanaman yaitu semua bagian tanaman yang telah
dipisahkan dari akarnya dikeringkan menggunakan oven lalu ditimbang
menggunakan timbangan analitik.

14
h. Berat Kering Akar (gram)
Pengukuran berat kering tanaman yaitu bagian akar dipisahkan dari batang
dan dibersihkan dari media tanam dan dikeringkan menggunakan oven lalu
ditimbang menggunakan timbangan analitik.
i. Luas Daun Per Tanaman (cm2)
Pengukuran luas daun per tanaman dilakukan setiap 3 hari sekali dengan
menggunakan metode faktor koreksi berdasarkan data pengukuran panjang dan
lebar daun tanaman individu yang telah diperoleh. Panjang dan lebar daun
individu dihitung dengan cara mengukur panjang dan lebar setiap helai daun
individu yang telah terbuka sempurna pada tanaman.
j. Uji Efektivitas Biostimulan
Pengukuran uji efektivitas biostimulan dilakukan menggunakan rumus
Relative Agronomic Efectiveness (RAE).

15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2012). Produksi Tanaman Hortikultura.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Hal 12-
62. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama
Calvo, P. L. Nelson, and J.W. Kloepper. 2014. Agricultural uses of plant
biostimulants. Plant
Soil 383: 3–41.
Du Jardin, P.. 2015. Plant biostimulants: Definition, concept, main categories and
regulation. Scientia Horticulturae 196: 3-14.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan Sunarjo. 2006. Sawi dan Selada.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. USU-Press. Medan. Hal 120.
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian
Bumi. Kreasi Wacana, Yogyakarta
Rukmana. R. 2007. Bertanam Persai dan Sawi. Yogyakarta : Kasinius
Sutedjo. 1999. Pupuk dan Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Sutopo, L. 1984. Teknologi Benih. Rajawali : Jakarta
Zuldesains. 2011. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Jakarta :
Gramedia

16

Anda mungkin juga menyukai