Anda di halaman 1dari 12

MKALAH ARTI PENTING PEKARANGAN DALAM

PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA

Di susun oleh :
RINGGO SAPUTRA (19130009)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSIAS ABULYATAMA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb puji serta Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
MahaEsa yang telah melimpahkan petunjuk, berkah, serta Kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah arti penting pekarangan dalam pengembangan tanaman hortikultura
Maksud di buatnya laporan ini adalah bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang di
berikan oleh dosen mata kuliah dasar-dasar hortikultura. Safitri.,SP.MP

Walaupun demikian, laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun tetap penulis nantikan demi kesempurnaan laporan ini. Penulis
juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dalam
pembelajaran budidaya tanaman kelapa sawit.

Penulis,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

BAB I…………………………………………………………………………………………

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………...

1.1 Latar belakang…………………………………………………………………….

1.2 rumusan masalah………………………………………………………………….

BAB II………………………………………………………………………………………….

2.1 pengertian tanaman holtikultura dan jenis-jenisnya………………………………

a. pengertian…………………………………………………………………..

b. jenis-jenis…………………………………………………………………….

2.2 pengembangan holtikultura…………………………………………………………

BAB III………………………………………………………………………………………….

PENUTUP………………………………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………

3.2 Saran………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanaman hortikultura merupakan komoditas pertanian khas tropis yang potensial


dikembangkan di Indonesia. Komoditas hortikultura unggulan terdiri dari sayur-sayuran,
buah-buahan, dan tanaman hias (Nurjayanti dan subeki, 2017). Ada banyak tanaman hias
yang mudah dikembangkan di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia, salah
satunya adalah Adenium (Mohamad, 2016). Tanaman Adenium sp. yang sering dikenal
dengan nama sebutan kamboja Jepang adalah salah satu komoditi dari jenis tanaman hias
dan sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Sebagai tanaman gurun, maka
tanaman kamboja jepang termasuk dalam tanaman semak sukulen yang kuat dalam
pertahanan diri terhadap lingkungan yang kering dan panas. Melihat dari asal tanaman ini,
maka Adenium sp. merupakan tanaman yang memerlukan sinar matahari penuh dan
media tanam yang porus (Sugih, 2007). Indonesia dengan iklim tropis yang cenderung
panas sangat cocok untuk mengembangkan adenium secara luas (Megawati, 2011).
Tanaman jenis ini merupakan salah satu jenis tanaman hias yang berbunga dan memiliki
nilai ekonomi tinggi serta berpotensi mendatangkan keuntungan. Kebutuhan terhadap
jenis tanaman Adenium sp. baik dari biji, bibit bonggolan, tanaman sambung atau
tanaman jadi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pesat (Rochmatino dan Prayoga,
2011). Menurut Haryanto (2005), salah satu keindahan adenium adalah kemampuan
pangkal batang dan akarnya yang membesar yang dikenal dengan

sebutan “Bonggol”. Ukuran akar dan batang dapat semakin bertambah besar seiring
bertambahnya waktu dan bertambahnya umur tanaman tersebut. Keindahan bonggol
Adenium menjadi salah satu nilai jual Adenium. Penambahan hormon auksin dan
sitokinin diharapkan akan meningkatkan keberhasilan dan mempercepat sambung
(Grafting) pada tanaman Adenium sp. (Ekosari, 2010). Tanaman Adenium memiliki
keunikan dan daya tarik sebagai tanaman hias, seperti bentuk bunganya yang indah,
warna yang beraneka ragam (merah, putih, merah muda, jingga, ungu, dan kuning), serta
memiliki berbagai motif bunga (motif strip, bercak, bergaris, dan berbintik-bintik)
(Sulistiana, 2009). Menurut hasil penelitian Fransiska et al., (2020) mengatakan zat
perangsang tumbuh Indole Butyric Acid (IBA) ini memberikan pengaruh nyata terhadap
semua parameter pengamatan. Aplikasi ZPT golongan sitokinin menghasilkan persentase
pembentukan tunas baru (Yuda et al., 2020). Auksin dan sitokinin merupakan faktor
pemicu dalam proses tumbuh dan berkembang jaringan pada tanaman. Penggunaan zat
pengatur tumbuh tersebut dapat memacu pertumbuhan tunas baru (Lestari 2011).
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) terhadap penyambungan


tanaman adenium.
2. Bagaimana pengaruh macam varietas tanaman Adenium terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman
3. Bagaimana Interaksi pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) dengan macam varietas
tanaman Adenium dalam penyambungan.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) terhadap
penyambungan tanaman adenium.
2. Untuk mengetahui pengaruh macam varietas tanaman Adenium terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
3. Untuk mengetahui Interaksi pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) dengan macam
varietas tanaman Adenium dalam penyambungan.

1.4 Keaslian Penelitian Penelitian yang berjudul “Efektifitas Pemberian Hormon


Pertumbuhan Terhadap Penyambungan Berbagai Macam Varietas Kamboja Jepang
(Adenium obesum)” adalah penelitian yang benar-benar dilakukan di Sukamakmur,
Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. Adapun pendapat penelitian lain yang tercantum
dalam tulisan ini ditulis dengan menyertakan sumber pustaka aslinya.

1.5 Luaran Penelitian Penelitian ini dapat menghasilkan luaran berupa : Skripsi, Artikel
ilmiah, dan Poster Ilmiah.

1.6 Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi ilmiah, menambah wawasan dan dapat dijadikan referensi bagi pembaca atau
peneliti selanjutnya tentang “Efektifitas Pemberian Hormon Pertumbuhan Terhadap
Penyambungan Berbagai Macam Varietas Kamboja Jepang (Adenium obesum)”
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian tanaman holtikultura dan jenis-jenisnya

a. pengertian
Hortikultura merupakan gabungan bahasa Latin, hortus yang mengandung arti kebun
dan culture yang berarti bercocok tanam. Hortikultura bisa didefinisikan sebagai cara
budidaya tanaman yang dilakukan di kebun dan halaman rumah

b. jenis-jenis
1) Olerikultura (Tanaman sayur)
Tanaman olerikultura atau biasa dikenal dengan tanaman sayur ini tak asing di tengah
masyarakat, sebab menjadi salah satu makanan sehat yang dianjurkan untuk
dikonsumsi. Tanaman ini umumnya bertekstur lunak dan dapat dikonsumsi dalam
kondisi segar ataupun dimasak.

Tanaman sayur terbagi menjadi dua jenis, yaitu tanaman musiman dan tanaman
tahunan. Jenis tanaman musiman merupakan tanaman yang hanya bisa ditanam pada
saat tertentu, seperti musim panas atau musim penghujan. Berikut beberapa contoh
tanaman musiman:
- bawang Putih

- kubis

- wortel

- kentang

- sawi

- bayam

- kangkong

2) Frutikultura/pomologi (Tanaman buah)

Tanaman frutikultura merupakan tanaman buah yang dapat dikonsumsi sehari-hari


dan mengandung banyak nutrisi untuk tubuh
Tanaman buah tak bisa ditanam sembarang waktu. Pasalnya, ia ditentukan
berdasarkan musim. Beberapa tanaman yang terkait pada musim-musim tertentu di
antaranya:

jeruk

- rambutan

- semangka

- melon

Selain itu, ada pula tanaman buah yang memiliki jangka tanam tahunan atau panen
dalam setahun sekali, seperti berikut:

- nanas

- nangka
- sawo

- belimbing

- manga

3) Florikultura (Tanaman bunga)
Tanaman hortikultura satu ini berfungsi untuk mempercantik ruang atau area tertentu.
Cara tanamnya dan perawatannya pun tergolong mudah.

Beberapa contoh florikultura adalah sebagai berikut:

- melati

- mawar

- krisan

- anyelir

4) Biofarmaka (Tanaman obat)

Biofarmaka atau tanaman obat juga sering dikaitkan dengan tanaman obat keluarga
(Toga). Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di ladang luas ataupun pekarangan
rumah.

Tak hanya sebagai obat, tanaman-tanaman ini juga dapat berfungsi sebagai kosmetik
ataupun perawatan alami tubuh. Berikut adalah beberapa contoh tanaman obat:
- serai

- temulawak

- lengkuas

- kayu manis

- mengkudu

2.2 pengembangan holtikultura


Pendekatan kawasan dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi biaya dan
mendorong keberlanjutan kawasan komoditi unggulan. Melalui pengembangan kawasan
diharapkan dapat terwujud pelayanan pembangunan yang lebih bersifat  partisipatif dan
efisien dengan fokus pada upaya pengembangan komoditi unggulan. Dalam pembangunan
kawasan mutlak diperlukan suatu perencanaan yang disusun dengan melibatkan masyarakat
setempat dan seluruh pemangku kepentingan.
Kawasan hortikultura adalah hamparan sebaran usaha hortikultura yang disatukan oleh faktor
pengikat tertentu, baik faktor alamiah, sosial budaya maupun faktor infrastruktur fisik buatan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, penetapan
kawasan hortikultura dilakukan dengan memperhatikan aspek sumberdaya hortikultura,
potensi unggulan yang ingin dikembangkan, potensi pasar, kesiapan dan dukungan
masyarakat, dan kekhususan wilayah.
Pengembangan hortikultura berbasis kawasan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Memungkinkan penangaanan berbasis komoditas hortikultura secara terpadu sesuai
dengan kesamaan karakteristiknya.
b. Memberikan peluang bagi semua komoditas potensial di kawasan untuk ditangani
secara proporsional.
c. Merupakan wadah dan wahana pelaksanaan desentralisasi pembangunan secara nyata,
sinergis, dan harmonis, diantara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
d. Memungkinkan “critical mass” penggalangan sumberdaya sehingga terjadi sinergi
dari berbagai sumberdaya.
e. Membedakan secara jelas karakter dan pengukuran kinerja antara pengembangan dan
perbaikan.
f. Meningkatkan kegiatan ekonomi di kawasan dan sekitarnya.
g. Skala pengembangan usaha menjadi lebih luas.
h. Sebagai entry point pelayanan inovasi, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan,
penyuluhan dan pembiayaan.
Menurut Permentan No. 41 Tahun 2009, penetapan kawasan budidaya hortikultura dilakukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai kesesuaian lahan yang didukung dengan sarana dan prasarana budidaya,
panen, dan pasca panen.
b. Memiliki potensi untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis hortikultura.
c. Mempunyai akses, prasarana transportasi jalan serta pengangkutan yang mudah dan
dekat dengan pusat pemasaran dan pengumpulan produksi.

Strategi dasar pengembangan kawasan hortikultura di Kota Pontianak dapat diawali 


dengan optimalisasi komoditas unggulan yang telah  berkembang seperti lidah buaya, pepaya,
dan sayuran, yang secara terfokus dan terarah kemudian dikembangkan melalui pendekatan
agribisnis dengan memperhatikan keterkaitan hulu-hilir secara berkesinambungan.
Pengembangan kawasan hortikultura tidak berdiri sendiri, namun lebih merupakan
keterpaduan dari beberapa program dan kegiatan pengembangan antar sektor/sub sektor,
antar institusi dan antar pelaku yang telah ada, yang terfokus dikawasan.
Pada hakekatnya pengembangan kawasan hortikultura dibangun atas kerjasama diantara
setiap pelaku usaha, dan kontribusi dari berbagai sektor terkait, antara lain pertanian,
perindustrian, perdagangan, koperasi, UKM, Infrastruktur, pusat penelitian, perguruan tinggi,
swasta, asosiasi, perbankan, dan lainnya.
Keberhasilan dalam pengembangan kawasan hortikultura dapat ditunjukkan oleh indikator-
indikator sebagai berikut :
a. Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk hortikultura, yang dicirikan dengan
diterapkannya GAP dan SOP, serta teregistrasinya lahan usaha hortikultura.
b. Tertatanya manajemen rantai pasokan, yang dicirikan dengan terdistribusikannya
secara proporsional keuntungan dalam setiap mata rantai pasar.
c. Terjalinnya kemitraan antara kelompok tani dengan pengusaha.
d. Berkembangnya industri pengolahan hasil komoditas hortikultura unggulan yang
merupakan usaha peningkatan nilai tambah produk segar.
e. Meningkatnya penggunaan benih bermutu.
f. Meningkatnya jumlah dan kualitas kelembagaan tani.
g. Meningkatnya kualitas lingkungan, dengan diterapkannya aspek konservasi lahan,
pola tanam dan penanganan PHT dalam pengelolaan OPT.
 
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan kesimpulan dari makaka ini


1. Perkembangan hortikultura di Indonesia memiliki prospek atau peluang yang baik
dikarenakan tingkat konsumsi di masyarakat terkhusus masyarakat domestic yang
semakin menigkat dan di Indonesia memiliki keadaan lingkungan yang bersahabat
2. Peranan hortikultura fungsi penyediaan pangan,ekonomi,Kesehatan dan sosial budaya
3. Tantangan atau permasalahan yang di hadapi untuk pengembangan hortikultura di
Indonesia di karenakana pola usaha tani yang kecil, mutu bibit,yang rendah dan di
tunjang oleh keragamanjenis/varietas tanaman, serta rendahanya penerapan teknologi
budidaya.
3.2 saran
Pengembangan hortikultura di Indonesia memilikin prospek yang sangat baik, oleh
karena itu sebaiknya masyarakat perimtah, peneliti dan Lembaga Pendidikan terkhusus di
bidang pertanian lebih giat dan berupaya dalam pengembangan horticultural agar dapat
bersaing dengan produk luar dan dapat memenuhi kebutuhan masyrakat.
DAFTAR PUSTAKA

Afzal, M., Khan, Q.M., and Sessitsch, A. 2014. Endophytic Bacteria: Prospects and Applications
for The Phytoremediation of Organic Pollutants. Chemosphere Vol 117:232-242.

Ahmad, F., Ahmad, I., Khan, M.S. 2005. Indol Acetic Acid Production by The Indigineous
Isolates of Azotobacter and Fluorescens Pseuodomonad in The Presence and Absence of
Tryptophan. Turk. J. Biol. Vol 29:29-34.

Aldi, E.S., Wuryandari, Y., dan Radiyanto, I. 2016. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Cabai Akibat Pemberian Formula Berbahan Aktif Pseudomonad Fluorescens Isolat 122
dalam Berbagai Bentuk dan Dosis. Plumula Vol 5(2):2089-8010.

Andoko, A. 2004. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikular Organik. Penebar Swadaya. Jakarta
hal. 85.

Aryantha, I.N.P., Lestari, D.P., Pangesti, N.P.D. 2004. Potensi Isolat Bakteri Penghasil IAA
dalam Peningkatan Pertumbuhan Kecambah Kacang Tanah pada Kondisi Hidroponik.
Bandung. Jurnal Mikrobiologi Indonesia Vol 9(2):43-46.

Bacon, C.W. and Hilton, D.M. 2007. Bacterial Endophytes: The Endophytic Nische, its
Occupants, and its Utillity. S.S. Gnanamanickam (ed.). Berlin: Plant-Associated
Bacteria. Springer hal. 155-194.

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. BPS : Jakarta.

Bakhtiar, B.S.P., Trikoesoemaningtyas, M.A.C., Dewi, L., Amir, M. 2007. Penapisan Galur
Haploid Ganda Padi Gogo Hasil Kultur Antera Untuk Toleransi Terhadap Cekaman
Aluminium. Bul Argon. Vol 35(1):8-14.

Bakker, P.A.H.M., Pierterse, C.M.J., and Loon, L.C. 2007. .

Balai Penelitian Tanah. 2012. Petunjuk Juknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Bandara,
W.M., Seneviratne, G., and Kalasooriya, S.A. 2006. Interaction Among Endophytic
Bacteria and Fungi: Effects and Potensials. Indian Academy and Sciences. J. Biosci Vol
31(5):645-650.

Barka, E.A., Gognies, S., Nowak, J., Audran, J.C., and Belarbi, A. 2002. Inhibitory Effect of
Endophyt Bacteria on Botrytis Cinerea and Its Influence to Promote The Grapevine
Growth. Biol. Control Vol 24(2):135-142

Anda mungkin juga menyukai