Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T.
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Nutrrisi AB Mix Terhadap Tanaman
Sawi Hijau (Brassica juncea L.) Secara Hidroponik”. Makalah ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran di bidang pendidikan biologi.

Keberhasilan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
terutama Bapak Prima Arif Achmadi S.pd selaku guru mata pelajaran Biologi. Dengan
terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah
membimbing penulis dalam menempuh mata pelajaran Biologi. Penulis juga berterima
kasih kepada Bapak Prima Arif Achmadi S.pd karena telah membimbing penulis
menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, adanya saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. 

Bondowoso, 9 September 2022

1
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ………………………....…………………………...……….......1

DAFTAR ISI ….…………………………….......…………………………..…...............2

DAFTAR GAMBAR.…………………………….......…………………………..…...…3

DAFTAR TABEL.…………………………….......…………………………..……...….3

DAFTAR GRAFIK.…………………………….......……………………………...……3

1. PENDAHULUAN ……………………………….......…………….......………...…..4

1.1. Latar Belakang Masalah …………………........……………...…………….….4

1.2. Rumusan Masalah …….......……………………………………………....……5

1.3. Tujuan………………………………………………………………………...…5

1.4. Manfaat …….......……………………………………………………………….5

2. TINJAUAN TEORI ……………………………………………………………...…6

2.1. Tanaman Sawi………...…………………………………………………….…..6

2.2. Pertumbuhan Tanaman……………………..........…………………………....6

2
2.3. Nutrisi AB Mix…….…….…………..………………………………………….8

2.4. Hidroponik………………………………..........……………………………….9

3. METODOLOGI PENELITIAN………………..........…………………………….11

3.1. Variabel Data…………………………...……….……………………………..11


3.2. Desain Penelitian…..…………………………...……………………………....11
3.3. Lokasi Penelitian…………………...…………......…………………………....12
3.4. Waktu Penelitian……..………………………...……………………………....12
3.5. Sumber Data……………………………...……….…………………………....12

4. PEMBAHASAN ………………………………..........…………………………..…13

4.1. Hasil Eksperimen…………………………..........……………………………..13

4.2. Analisis Data ………………………………..........………………………...…..13

5. PENUTUP ...………...…………….………………………..............……..…...……16

5.1. Kesimpulan…………………………….…..........………………………...……16

5.2. Saran………………………………..........……………………………….……..16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….............……….17

LAMPIRAN………………………………..........……………………………..………..18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sawi Hijau ………………………....…………………………...………….....6

3
Gambar 2. Nutrisi Hidroponik AB Mix………....…………………………...…………...9

Gambar 3. Sawi Hidroponik …………………....…………………………...…………...10

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengukuran lebar daun sawi hijau………....…………………………...…………...13

Tabel 2. Pengukuran tinggi batang sawi hijau………....…………………………...………...13

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Pertumbuhan Lebar Daun dan Tinggi Batang (Nutrisi AB Mix 400 ppm) ..………...14

Grafik 2. Pertumbuhan Lebar Daun dan Tinggi Batang (Nutrisi AB Mix 800 ppm) ..………...14

Grafik 3. Pertumbuhan Lebar Daun dan Tinggi Batang (Nutrisi AB Mix 2000 ppm) ………...15

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang terletak di kawasan Asia
Tenggara. Indonesia mendapat predikat negara agraris selain disebabkan mayoritas
penduduknya bekerja di sektor pertanian juga disebabkan oleh luasnya lahan pertanian yang
dimiliki Indonesia. Indonesia mengalami peningkatan lahan pertanian tiap tahunnya, Badan
Pertahanan Nasional pada tahun 2019 mengumumkan bahwa saat ini Indonesia memiliki
lahan bahan baku sawah seluas 7.463 juta hektar. Luas lahan tersebut meningkat sebesar
0.05% dari luas lahan pertanian tahun 2018 yaitu seluas 7.105 juta hektar. Luasnya lahan
pertanian yang dimiliki Indonesia menyebabkan banyak komoditas hasil panen yang
dihasilkan dari masing masing sub sektor. Salah satu komoditas pertanian penting dari sub
sektor tanaman pangan yang banyak tumbuh dan diolah di Indonesia adalah tanaman sawi.
Tanaman sawi adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai komersil dan
prospek yang baik. Selain ditinjau dari segi klimatologis, teknis dan ekonomis sosialnya juga
sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia dan sayuran
ini merupakan jenis sayuran yang digemari oleh semua golongan masyarakat. Permintaan

5
terhadap tanaman sawi selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
kesadaran kebutuhan gizi. (Haryanto, dkk., 2006).
Laju pertumbuhan produksi sayuran diindonesia khususnya sawi mengalami
peningkatan dari tahun 2012 hingga 2015, hal ini diduga karena meningkatnya jumlah
penduduk dan meningkatnya tingkat konsumsi per kapita per tahun di Indonesia. Data dari
Badan Pusat Statistik Indonesia (2016) menunjukkan produksi sawi di Indonesia pada tahun
2012 semula 594.934 ton kemudian mengalami peningkatan jumlah produksi pada tahun
2013 menjadi sebesar 635.728 ton, namun pada tahun 2014 produksi mengalami penurunan
sebesar 33.250 ton, total produksi menjadi 602.478 ton. Data terakhir di tahun 2015 produksi
tanaman sawi sebesar 600.200 ton. Berdasarkan data tersebut Penyebab adanya permasalahan
penurunan produksi sawi diindikasi oleh penyerapan hara yang kurang maksimal pada
tanaman.
Tanaman membutuhkan unsur hara untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Terdapat 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial yang terbagi menjadi unsur hara
makro dan mikro. Unsur hara makro relatif banyak diperlukan oleh tanaman, seperti unsur C,
H, O, N, P, K Ca, Mg, S. Sebaliknya, kebutuhan tanaman terhadap unsur hara mikro hanya
sedikit seperti unsur Fe, Mn, Bo, Mo, Co, Zn, dan Cl. (Sutedjo, 1999). Oleh karena masalah
tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap pengaruh pemberian unsur hara berupa
nutrisi AB Mix dengan menggunakan media percobaan berupa sawi hijau secara hidroponik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan nutrisi AB Mix 400 ppm terhadap
pertumbuhan lebar daun dan tinggi batang tanaman sawi hijau hidroponik?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan nutrisi AB Mix 800 ppm terhadap
pertumbuhan lebar daun dan tinggi batang tanaman sawi hijau hidroponik?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan nutrisi AB Mix 2000 ppm terhadap
pertumbuhan lebar daun dan tinggi batang tanaman sawi hijau hidroponik?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan nutrisi AB mix 400 ppm terhadap
pertumbuhan lebar daun dan tinggi batang tanaman sawi hijau hidroponik.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan nutrisi AB mix 800 ppm terhadap
pertumbuhan lebar daun dan tinggi batang tanaman sawi hijau hidroponik.

6
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan nutrisi AB mix 2000 ppm terhadap
pertumbuhan lebar daun dan tinggi batang tanaman sawi hijau hidroponik.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi penulis, makalah ini manambah ilmu baru mengenai manfaat unsur hara bagi
tanaman sehingga memperluas pengetahuan penulis khususnya pada pelajaran
biologi.
2. Bagi pembaca, makalah ini sangat bermanfaat terutama bagi yang ingin memulai
untuk mencoba bercocok tanam. Makalah ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi sebagai acuan untuk semakin meningkatkan kualitas tanaman.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Sawi Hijau
Sawi (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim dan tergolong marga
Brassica. Tanaman sawi hijau berakar serabut tumbuh dan berkembang secara menyebar
kesemua arah di sekitar permukaan tanah, perakarannya dangkal pada kedalaman kurang
lebih 5 cm. perakaran tanaman sawi hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada
tanah yang gembur, subur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah cukup dalam.
(Cahyono, 2003). Batang sawi pendek dan beruas-ruas, berfungsi sebagai alat pembentuk dan
penopang daun. (Rukmana, 2007). Sawi memiliki daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan
pada umumnya daunnya berserak hingga sukar membentuk krop. (Sunarjono, 2004).
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik di daratan tinggi
maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (Inflorescentia)
yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas
empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat

7
helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2007). Penyerbukan
bunga sawi dapat berlangsung dengan bantuan serangga lebah maupun tangan manusia, hasil
penyerbukan ini berbentuk buah yang berisi biji, buah sawi termasuk tipe polong yakni
bentuknya panjang dan berongga, tiap polong berisi 2-8 butir biji. Biji-biji sawi berbentuk
bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman (Supriati & Herliana, 2010).

Gambar 1. Sawi Hijau

2.2 Pertumbuhan Tanaman


Definisi pertumbuhan dalam arti sempit berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah)
dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Kedua proses ini merupakan proses yang tidak
dapat berbalik (irreversible). Pertumbuhan tanaman sering didefinisikan sebagai pertambahan
ukuran, karena organism multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya volume,
tetapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Selama
pertumbuhan tanaman, akan membentuk berbagai macam organ. Organ tanaman dibedakan
menjadi organ vegetatif dan organ generatif. Akar, batang dan daun tergolong dalam organ
vegetatif. Bunga, buah dan biji termasuk dalam organ generatif. Organ-organ vegetatif akan
terbentuk lebih awal dibandingkan organ-organ generatif.
Fase saat tanaman membentuk organ vegetatif disebut fase vegetatif. Fase ini ditandai
dengan mulai berkembangnya organ vegetatif pada tanaman antara lain tunas, daun dan
batang. Pertumbuhan vegetatif ditandai dengan berbagai aktivitas pembentukan dan
pembesaran daun, pembentukan meristem apikal atau lateral dan pertumbuhannya menjadi
cabang-cabang, dan ekspansi sistem perakaran tanaman. Pertumbuhan tidak berlangsung
secara seragam pada semua bagian tanaman. Pertumbuhan terjadi terutama pada bagian yang
disebut jaringan meristem. Jaringan meristem terdiri dari sel-sel yang dihasilkan dari proses
pembelahan sel. Pembelahan bersamaan dengan pembesaran sel akan menghasilkan
pertambahan pada ukuran tanaman. Jaringan meristem dapat ditemukan pada bagian ujung

8
akar dan batang serta kambium vaskuler. Pada tanaman monokotil, jaringan meristem juga
dijumpai pada bagian pangkal dari setiap ruas batang.
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran, karena organisme multisel tumbuh
dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyaknya potoplasma da tingkat kerumitan. Pertumbuhan dapat diukur dengan macam
pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa.
Pertamabahan volume (ukuran) ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu atau
dua arah, seperti panjang (misalnya tinggi batang), diameter (misalnya diameter batang) atau
luas (misalnya luas daun). Pengukuran volume misalnya dengan cara pemindahan air, bersifat
tidak merusak sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur berulang-ulang pada waktu yang
berbeda.
Pertumbuhan menunjukkan suatu pertambahan dalam ukuran dengan menghilangkan
konsep-konsep yang menyangkut perubahan kualitas seperti halnya pengertian mencapai
ukuran penuh (full size) atau kedewasaan (maturity), yang tidak relevan dengan pengertian
proses pertambahan. Meskipun demikian konsep sederhana mengenai pertambahan ukuran,
mengalami kesukaran juga karena banyak kemungkinan cara untuk mengukurnya.
Pertumbuhan dapat diukur sebagai pertambahan panjang, lebar atau luas, tetapi dapat pula
diukur berdasarkan pertambahan volume, masa atau berat (segar atau kering). Setiap
parameter ini menggambarkan sesuatu yang berbeda dan jarang adanya hubungan sederhana
antara mereka dalam organisme yang sedang tumbuh. Hal ini disebabkan pertumbuhan sering
terjadi dalam arah kadar cepat yang berbeda yang satu sama lain tidak berkaitan, sehingga
perbandingan linier antara luas dan volume tidak terjadi pada waktu yang bersamaan.

2.3 Nutrisi AB Mix


Nutrisi A-B Mix atau pupuk racikan adalah larutan yang dibuat dari bahan bahan
kimia yang diberikan melalui media tanam, yang berfungsi sebagai nutrisi tanaman agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Nutrisi atau pupuk racikan mengandung unsur makro
dan mikro yang dikombinasikan sedemikian rupa sebagai nutrisi. Nutrisi hidroponik atau
pupuk A-B Mix diformulasikan secara khusus sesuai dengan jenis tanaman seperti tanaman
buah (Paprika, Tomat, Melon) dan Sayuran Daun (Selada, Pakchoy, Caisim, Bayam, Horenzo
dsb), Stroberi, Mawar, Krisan dan lain-lain.
Kandungan pupuk nutrisi anorganik komersial diduga memiliki komposisi seimbang
yang dibutuhkan oleh tanaman. Komposisi hara seimbang yang dimaksud adalah kandungan
unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman telah 10 terkandung di dalam larutan

9
hara nutrisi anorganik komersial dan nutrisi yang diperoleh tanaman dari larutan hara nutrisi
anorganik komersial telah memenuhi kebutuhan tanaman. Menurut Sutiyoso (2009) Pupuk A
mengandung unsur kalsium yang dalam keadaan tidak boleh dicampur dengan sulfat dan
fosfat yang terdapat dalam pupuk B. Hal ini perlu dihindarkan agar tidak terjadi proses
pengendapan yang mengakibatkan unsur-unsur tersebut tidak terserap oleh tanaman. Apabila
kation kalsium dalam pupuk A bertemu dengan anion sulfat dalam pupuk B akan terjadi
endapan kalsium sulfat sehingga kalsium dan sulfat tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Tanaman pun akan menunjukkan gejala defisiensi kalsium dan sulfur. Begitupula bila kation
kalsium bertemu dengan anion fosfat akan terjadi endapan Ferry Fosfat sehingga unsur
kalsium dan besi tidak dapat diserap oleh akar.
Konsentrasi nutrisi AB Mix terbaik terhadap tanaman sayur hijau adalah 800-1000
ppm. Pemberian nutrisi dengan dosis tersebut membuat tanaman dapat tumbuh secara optimal
dan membuat tanaman tersebut kebal terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh hama.
Sehingga pemberian dosis kurang dari atau lebih dari dosis terbaik tersebut dapat
menghambat atau mempercepat pertumbuhan yang disertai dengan penurunan pertahanan
tanaman terhadap hama penyakit. Penyakit yang dapat dialami tanaman dengan pemberian
dosis kurang dari dosis terbaik antara lain adalah tanaman tumbuh lebih cepat dari waktu
yang semestinya namun batang tanaman memiliki diameter kecil, daun pada tanaman timbul
guratan berwarna putih, serta akar tanaman pendek. Sedangkan Penyakit yang dapat dialami
tanaman dengan pemberian dosis lebih dari dosis terbaik antara lain pertumbuhan tanaman
terhambat sehingga tumbuh lebih lama dari waktu yang semestinya, waktu hidup tanaman
lebih singkat karena mengalami overdosis nutrisi yang dapat menyebabkan tanaman
mengering atau membusuk (Syah, dkk. 2021).

Gambar 2. Nutrisi Hidroponik AB Mix

2.4 Hidroponik

10
Hidroponik (Hydroponik) berasal dari bahasa Yunani, hydro yang berarti air dan
ponous berarti kerja. Sesuai dengan arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan
teknologi bercocok tanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah (Pristian,
2014). Ada beberapa jenis media dalam sistem hidroponik, salah satunya adalah rockwool.
Rockwool adalah nama komersial media tanaman utama yang telah dikembangkan dalam
sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini berasal dari bahan batu Basalt yang bersifat
Inert (lembam) yang dipanaskan sampai mencair, kemudian cairan tersebut diputar seperti
membuat arumanis sehingga menjadi benang-benang yang kemudian dipadatkan seperti kain
“wool‟ yang terbuat dari “rock‟. Proses produksi membuat rockwool dicetak dengan
membuat lempengan atau blok dengan ukuran besar, namun ketika hendak digunakan maka
akan dipotong sesuaai ukuran pot net. Para petani di Indoneisa pada umumnya menggunakan
rockwool sebagai media tanam hidroponik. Rockwool ini juga populer dalam sistem Bag
culture sebagai media tanam. Rockwool juga banyak dimanfaatkan untuk produksi bibit
tanaman sayuran dan tanaman hias (Anas, 2013).
Prinsip dasar hidroponik dibagi menjadi dua, yaitu hidroponik substrat dan hidroponik
NFT (Nutrient Film Technique). Hidroponik substrat tidak menggunakan air, tetapi
menggunakan media padat (selain tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air
dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah (Ida, 2014).
Hidroponik NFT merupakan budidaya dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air
yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.
Perakaran dapat berkembang di dalam larutan nutrisi, karena di sekitar akar terdapat selapis
larutan nutrisi. Kelebihan air akan mengurangi jumlah oksigen, oleh sebab itu lapisan nutrisi
dalam sistem NFT 8 dibuat maksimal tinggi larutan 3 mm, sehingga kebutuhan air (nutrisi)
dan oksigen dapat terpenuhi (Ida, 2014).
Hidroponik memiliki banyak manfaat terutama bagi orang yang memiliki lahan
terbatas karena penanaman secara hidroponik dapat dilakukan pada tempat sempit seperti
teras rumah, halaman belakang rumah, atau di tempat terbatas lainnya. Metode hidroponik
juga bisa menghemat air, hal ini karena kita tidak perlu menyiram tanaman setiap hari.
Penanaman tanaman dengan menggunakan metode hidroponik juga tidak mudah tekena hama
penyakit karena kebanyakan hanya yang ada berasal dari tanah. Selain itu, pupuk yang di
gunakan tanaman hidroponik juga mudah di atur sehingga tanaman bisa mendapat nutrisi
yang pas.
Selain memiliki banyak manfaat, metode penanaman secara hidroponik juga memiliki
kelebihan. Produktifitas bercocok tanam secara hidroponik lebih tinggi karena tanaman dapat

11
dibudidayakan tanpa mengenal musim. Pertumbuhan tanaman yang ditanam secara
hidroponik juga lebih cepat dan kualitas tanaman lebih terjaga. Secara ekonomis, metode
hidroponik membutuhkan biaya lebih sedikit karena pemakaian pupuk lebih hemat,
pengerjaan lebih mudah sehingga tidak membutuhkan pekerja untuk merawatnya. Selain
bermanfaat untuk manusia, system hidroponik juga pro terhadap lingkungan karena pada
metode penanaman secara hidroponik tidak menggunakan pestisida yang dapat merusak
tanah sehingga lebih ramah lingkungan.

Gambar 3. Sawi Hidroponik

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Data
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapan oleh para peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai suatu hal kemudian di tarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2016:38). Adapun menurut Winarsunu (2006), variabel
penelitian diartikan sebagai suatu konsep yang mempunyai variasi atau keragaman.
Sedangkan konsep itu sendiri adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu
fenomena atau gejala tertentu. Konsep tentang apapun jika memiliki ciri-ciri yang
bervariasi atau beragam dapat disebut dengan variabel. Jadi, variabel adalah segala
sesuatu yang bervariasi. Pada penelitian ini penulis mengelompokkan variabel
menjadi 2 jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun penjelasannya
sebagai berikut:

12
1. Variabel bebas
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahan atau timbunya variabel dependen (variabel terikat)
(Sugiyono, 2016 :39).
2. Variabel terikat
Variabel terikat atau variabel dependen adalah varibel yang dipengaruhi atau
terjadi akibat adanya vaiabel bebas (Sugiyono, 2016 :39).
Identifikasi variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel bebas atau Independent variabel : konsentrasi larutan nutrisi AB Mix
Variabel terikat atau Dependent variabel : tanaman sawi hijau

3.2 Desain Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Pendekatan kualitatif memiliki karakteristik alami (Natural serfing) sebagai
sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil. Analisis
dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif dan makna
makna merupakan hal yang esensial. (Lexy Moleong, 2006: 04).
Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural
setting, sehingga penelitian ini sering disebut penelitian naturalistic. Obyek yang
alami adalah objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi
pada saat peneliti memasuki objek, setelah berada di objek dan keluar dari objek
relatif tidak berubah. Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen. Oleh
karena itu dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau Human
instrument. Untuk menjadi instrumen peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan
mengkontruksi objek yang diteliti menjadi jelas dan bermakana. Kriteria data dalam
penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang
sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap,
tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut
(Sugiyono, 2008: 02).

13
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah salah satu anggota kelompok yang
terletak di Jalan Piere Tendean no.14A RT/RW 28/04, Badean, Bondowoso.

3.4 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan penelitian, pelaksanaan
penelitian, sampai pembuatan laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan di bulan
Agustus 2022 sampai dengan bulan September 2022.

3.5 Sumber Data


Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh
secara langsung dari lapangan. Sumber data primer penelitian ini adalah data hasil
eksperimen. Sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh
secara tidak langsung di lapangan. Sumber data sekunder ini berupa dokumen,
meliputi jurnal-jurnal terdahulu.

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Eksperimen
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat data sebagai berikut:

INDIKATOR Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

400 ppm 1,5 cm 2,3 cm 3,4 cm 4,4 cm


800 ppm 1,2 cm 1,9 cm 2,6 cm 3,3 cm
2000 ppm 0,3 cm 0,6 cm - -
Tabel 1. Pengukuran lebar daun sawi hijau
Sumber: Penulis

14
INDIKATOR Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

400 ppm 6,5 cm 10,3 cm 13,6 cm 18,7 cm


800 ppm 5,3 cm 7,5 cm 10,1 cm 13,4 cm
2000 ppm 3 cm 3,8 cm - -
Tabel 2. Pengukuran tinggi batang sawi hijau
Sumber: Penulis

Dari penelitian yang telah di lakukan selama 4 minggu, penulis telah mendapatkan
data yang sesuai dengan teori dan hipotesa yang telah dinyatakan. Dari data di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa larutan nutrisi AB Mix 400 ppm memberikan pengaruh paling
besar terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau. Pada larutan nutrisi AB Mix 800 ppm,
tanaman sawi mengalami pertumbuhan yang baik dan signifikan. Sedangkan larutan nutrisi
AB Mix 2000 ppm menyebabkan pertumbuhan tanaman sawi melambat bahkan mengering.

4.2 Analisis Data


4.2.1 Pengaruh Konsentrasi Larutan Nutrisi AB Mix 400 Ppm Terhadap
Pertumbuhan /////Lebar Daun Dan Tinggi Batang Tanaman Sawi Hijau Hidroponik.
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan untuk mengamati pertumbuhan
lebar daun dan panjang batang tanaman sawi yang dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan nutrisi AB Mix dapat dibuktikan bahwa bibit sawi yang ditanam secara
hidroponik pada larutan nutrisi AB Mix 400 ppm tumbuh dengan baik dan subur.
Pertumbuhan tanaman sawi pada larutan nutrisi AB Mix 400 ppm tumbuh lebih cepat
dari tanaman sawi pada larutan nutrisi AB Mix 800 ppm dan 2000 ppm. Namun, pada
tanaman sawi yang ditanam pada larutan nutrisi AB Mix 400 ppm terdampak tanda-
tanda kerusakan berupa guratan yang timbul pada daun akibat hama tanaman.

Pertumbuhan Lebar Daun dan Tinggi Batang


(Nutrisi AB Mix 400 ppm)
20 18.7

15 13.6 Lebar Daun (cm)


10.3 Tinggi Batang (cm)
10
6.5
3.4 4.4
5 2.3
1.5
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Grafik 1. Pertumbuhan Lebar Daun dan Tinggi Batang
(Nutrisi AB Mix 400 ppm)
Sumber: penulis

15
4.2.2 Pengaruh Konsentrasi Larutan Nutrisi AB Mix 800 Ppm Terhadap
Pertumbuhan //////Lebar Daun Dan Tinggi Batang Tanaman Sawi Hijau
Hidroponik.
Bibit sawi hijau yang ditaman pada larutan nutrisi AB Mix 800 ppm
menunjukkan hasil berbeda dari eksperimen sebelumnya. Pada eksperimen ini,
tanaman sawi mengalami pertumbuhan pada lebar daun dan tinggi batang lebih lama.
Namun, tanaman sawi yang ditanam secara hidroponik pada larutan nutrisi AB Mix
800 ppm masih dapat tumbuh dengan subur dan baik. Tanaman sawi tetap mengalami
perubahan signifikan tiap minggunya meskipun tumbuh lebih lambat daripada
tanaman sawi yang ditanam secara hidroponik pada larutan nutrisi AB Mix 400 ppm.
Namun pada tanman sawi yang ditanam pada larutan nutrisi AB Mix 800 ppm tidak
terdapat adanya tanda-tanda kecacatan atau kerusakan akibat hama tanaman sehingga
tanaman sawi pada larutan nutrisi AB Mix 800 ppm terlihat lebih segar dan sehat.

Pertumbuhan Lebar Daun dan Tinggi Batang


(Nutrisi AB Mix 800 ppm)
16 13.4
12 Lebar Daun (cm)
10.1
7.5 Tinggi Batang (cm)
8 5.3
4 2.6 3.3
1.2 1.9
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Grafik 2. Pertumbuhan Lebar Daun dan Tinggi Batang


(Nutrisi AB Mix 800 ppm)
Sumber: penulis

4.2.3 Pengaruh Konsentrasi Larutan Nutrisi AB Mix 2000 Ppm Terhadap


//////Pertumbuhan Lebar Daun Dan Tinggi Batang Tanaman Sawi Hijau
Hidroponik.
Bibit sawi hijau yang ditanaman pada larutan nutrisi AB mix 2000 ppm
mengalami pertumbuhan yang sangat buruk. Pada eksperimen ini bibit sawi tidak
tumbuh dengan baik. Bibit sawi tidak tumbuh sehat dan subur, pertumbuhan tampak
terhambat dengan mengalami kecacatan seperti daun berwarna hijau pucat dan
berukuran kecil serta batang pendek dan berdiameter kecil sehingga tidak dapat
menopang tanaman dengan baik. Selain itu, tanaman sawi yang ditanam pada larutan
nutrisi AB mix 2000 ppm hanya mampu bertahan selama 2 minggu sebelum akhirnya
layu dan mengering. Dengan jangka waktu hidup yang singkat, dapat disimpulkan

16
bahwa pada eksperimen ini tanaman tidak dapat tumbuh optimal karena menglami
overdosis nutrisi.

Pertumbuhan Lebar Daun dan Tinggi Batang


(Nutrisi AB Mix 2000 ppm)
4 3.8
3.5 3
3 Lebar Daun (cm)
2.5 Tinggi Batang (cm)
2
1.5
1 0.6
0.5 0.3
0 0 0 0
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Grafik 3. Pertumbuhan Lebar Daun dan Tinggi Batang


(Nutrisi AB Mix 2000 ppm)
Sumber: penulis

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Tanaman sawi hijau yang ditanam pada larutan nutrisi AB mix 400 ppm
menunjukkan pertumbuhan paling cepat namun terdeteksi beberapa kerusakan
akibat hama pada daunnya.
2. Tanaman sawi hijau yang ditanam pada larutan nutrisi AB Mix 800 ppm
menunjukkan hasil terbaik pada eksperimen ini. Pertumbuhan tanaman sawi

17
mengalami perubahan yang baik dan signifikan serta tidak terdeteksi adanya
kerusakan akibat hama.
3. Tanaman sawi hijau yang ditanam pada larutan nutrisi AB Mix 2000 ppm
menunjukkan hasil terburuk pada eksperimen ini. Pertumbuhan tanaman sawi
sangat terhambat dan tanaman hanya dapat bertahan selama 2 minggu sebelum
akhirnya mengering.

5.2 Saran
Saran yang peneliti dapat berikan terkait dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagi petani, metode hidroponik dapat dijadikan salah satu metode bercocok tanam
yang dapat dipilih untuk mengembangkan kualitas tanaman karena dengan
menggunakan metode ini kualitas tanaman dan hasil panen dapat terkontrol.
2. Bagi peneliti selanjutnya, saat melakukan penelitian diharapkan memperhatikan
lingkungan sekitar seperti cuaca karena faktor lingkungan dapat menjadi variabel
pengganggu pada saat peneletian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Sarif, Pristianingsih. dkk. (2015). Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea
L.)
Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea. Palu: Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako.

Suarsana, Made. dkk. (2019). Pengaruh Konsentrasi Nutrisi Ab Mix Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Sawi Pakcoy (Brassica Rapa L.) Dengan Hidroponik Sistem Sumbu (Wick
System). Bali: Fakultas Pertanian, Universitas Panji Sakti.

Andrayani, Resti. (2020). Pengaruh Konsentrasi Larutan AB Mix dan Macam Media Tanam

18
Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)
Secara Hidroponik. Pekanbaru: Fakultas Pertanian Dan Peternakan, Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Hidayanti, Lilik. dkk. (2019). Pengaruh Nutrisi Ab Mix Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Secara Hidroponik. Palembang: Fakultas
MIPA, Universitas PGRI.

Syah, Muhammad Fuad. dkk. (2021). Pemberian Pupuk Ab Mix Pada Tanaman Pakcoy
Putih
(Brassica rapa L.) Dengan Sistem Hidroponik Rakit Apung. Pekanbaru: Fakultas
Pertanian, Universitas Riau.

LAMPIRAN

19
Penelitian minggu ke-1

Penelitian minggu ke-4

20

Anda mungkin juga menyukai